Pedoman Pelayanan Icu
Pedoman Pelayanan Icu
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ruang Terapi Intensif (RTI)/ ICU(Intensive Care Unit) adalah suatu bagian dari rumah sakit
yang mandiri, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit
yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia yang diharapkan
masih reversibel. ICU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk
menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medic, perawat dan staf lain
yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keaadaan tersebut.
Ruang lingkup pelayanan meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti pernapasan,
kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainya, baik pada pasien dewasa ataupun pasien
anak.
Rumah sakit type C sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan harus mempunyai Ruang Terapi
Intensif (RTI) memberikan pelayanan yang professional dan berkualitas.Dengan mengedepankan
keselamatan pasien. Pada Ruang Terapi Intensif(RTI), perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan
melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam
tim
dengan prinsip single management. Pengembangan tim mulitidisplin yang kuat sangat penting dalam
meningkatkan keselamatan pasien. Untuk itu diperlukan dukungan sarana, prasarana serta peralatan
dalam rangka meningkatkan pelayanan Ruang Terapi Intensif (RTI) /ICU. Mengingat diperlukanya
tenaga khusus, terbatasnya sarana dan prasarana, serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi,
keberadaanRuang Terapi Intensif (RTI)/ICU perlu dikonsentrasikan dalam satu tempat dalam unit yang
terintegrasi berbentuk instalasi. Oleh sebab itu disusunlah petunjuk teknis penyelenggaraan pelayanan
Ruang Terapi Intensif (RTI) / ICU di Rumah sakit, sebagai acuan dalam membantu meningkatkan
pelayanan RTI yang bermutu dan berkualitas serta selalu mengedepankan keselamatan pasien
(patient safety).
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum.
Meningkatkan Pelayanan yang bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien.
2. Tujuan Khusus.
a. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan di RTI /ICU dirumah sakit .
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien RTI / ICU dirumah sakit .
c. Menjadi acuan pengembangan pelayanan RTI / ICU dirumah sakit .
Dalam menyelenggarakan pelayanannya di rumah sakit, pelayanan ICU dibagi dalam beberapa
klasifikasi pelayanan. seperti terlihat pada tabel 1 dibawah ini.
No Kemampuan Pelayanan
D. BATASAN OPERASIONAL
Setiap dokter primer (dokter penanggung jawab pasien) dapat mengusulkan agar
pasiennya dirawat di RTI /ICU sesuai dengan indikasi yang benar. Mengingat keterbatasan
ketersediaan fasilitas di RTI/ ICU,maka berlaku asas prioritas dan keputusan akhir merupakan
kewenangan penuh kepala RTI
Dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multidisiplin dari beberapa disiplin
ilmu terkait yang dapat memberikan kontribusinya sesuai dengan bidangkeahliannya dan
bekerjasama di dalam tim yang dipimpin oleh seorang dokter dokter spesialis anestesiologi untuk
rumah sakit kelas C sebagai kepala RTI/ICU
1. Staf medik dan keperawatan yang purna waktu sebagai kepala dengan otoritas dan
tanggung jawab penuh terhadap managemen ICU
2. Staf medik, keperawatan, farmasi klinik, farmakologi klinik, gizi klinik dan mikrobiologi klinik
yang berkglaborasi pada pendekatan multidisiplin
3. Mempergunakan standar, protocol atau guideline untuk memastikan pelayanan yang
konsisten baik oleh dokter, perawat maupunrstaf yang lain
4. Memiliki dedikasi untuk melakukan koordinasi dan komunikasi bagi seluruh managemen lCU
5. Menekankan pada pelay4anan yang sudah tersertifikasi, pendidikan, penelitian, masalah etik
dan pengutamaan pasien
1. Sebelum masuk lcu, dokter primer yang merawat pasien melakukan evaluasi pasien sesuai
bidangnya dan memberi pandangan atau usulan terapi.
2. Ketua tim melakukan evaluasi menyeluruh; mengambil kesimpulan, memberi instruksi
terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan anggota tim
lainnya.
3. Ketua tim berkonsultasi. pada konsultan lain dengan mempertimbangkan usulan-usulan
anggota tim dan memberikan perintah baik tertulis dalam status ICU maupun lisan.
4. Untuk menghindari kesimpangsiuran/ tumpang tindih pelaksanaan pengelolaan pasien, maka
perintah yang dijalankan oleh petugas hanya yang berasal dari ketua tim saja ( single
management)
E. LANDASAN HUKUM
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah sebagai berikut :
1. Keputusan Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan Nomor : HK. 02. 04/I/1966/11 tentang
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit
3. Standar dan Pedoman Pelayanan Anestesiologi Indonesia; Perhimpunan Dokter Spesialis
Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia Indonesia tahun 2008
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 519/MENKES/PER/III/2011/ tentang pedoman
STANDAR KETENAGAAN
Tenaga yang terlibat dalam pelayanan ICUterdiri dari tenaga dokter intensivis, dokter spesialis
dan dokter yang telah mengikuti pelatihan ICUdan perawat terlatih ICU. Tenaga tersebut
menyelenggarakan pelayanan ICU sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang diatur oleh RS
seperti terlihat pada tabel 2
Kemampuan Pelayanan
Jenis Tenaga
Primer Sekunder Tersier
2. Dokter
spesialis
Tim Medis 1. Dokter spesialis
anestesiologi 1. Dokter spesialis (dapat
sebagai konsultan
(dapatdihubungi 1. Dokter spesialis memberikan
24 jam diperlukan) (dapat memberikan pelayanan setiap
pelayanan setiap diperlukan)
2. Dokter jaga 24 diperlukan)
Jamdengankemamp
uan resusitasi 2. Dokter jaga 24 Jam 2. Dokter jaga 24 Jam
jantungparu dengan dengan kemampuan ALS
yangbersertifikat kemampuan ALS / / ACLS dan FCCS
BHD atau BHL ACLS dan FCCS
Perawat Perawat terlatih yang
bersertifikat
bantuan hidup Minimal 75 % dari jumlah
dasar dan bantuan Minimal 50% dari Seluruh perawat di ICU
jumlah merupakan perawat
hidup lanjutan
Tenaga Non Medis 1. Tenaga administrasi Seluruh perawat di ICU terlatih dan, bersertifikat
merupakan perawat ICU
di ICUharus
terlatih dan, bersertifikat 1. Tenaga administrasi
mempunyai
ICU di ICU harus
kemampuan
1. Tenaga administrasi di mempunyai
mengoperasikan
ICU harus mempunyai kemampuan
komputer yang
kemampuan mengoperasikan
berhubungan
mengoperasikan komputer yang
dengan masalah
komputer yang berhubungan dengan
administrasi
berhubungan dengan masalah administrasi.
2. Tenaga Pekarya
masalah administrasi.
2. Tenaga Laboratorium
2. Tenaga Pekarya
3. Tenaga kebersihan3. Tenaga kebersihan Tenaga Kefarmasian
Tenaga Pekarya
Tenaga kebersihan
Tenaga rekam medik
Tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang optimal dari program pelayanan ICU dirumah
sakit perlu Ditata pengorganisasian pelayanan dengan tugas dan wewenang yang jelas dan terinci
baik secara administratif maupun secara teknis disesuaikan dengan jenis dan kelas rumah sakit
C. PENGATURAN JAGA
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
Area Pasien:
- Unit terbuka 12-16
m2 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci tangan
tiap 2 tempat tidur tiap 2 tempat tidur tiap 2 tempat tidur
- Unit tertutup 16-20 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci tangan
m2 tiap 1 tempat tidur tiap 1 tempat tidur tiap 1 tempat tidur
Outlet O2 1 2 3 tiap bed
Vacuum medik - 1 3 tiap bed
Stop kontak 2 tiap bed 2 tiap bed 16 tiap bed
Area Kerja
- Lingkungan AC AC AC
– – –
S h u 2530 2750°%C 2530 2750°%C 2530 2750 °
- Hu m iditas – – –
%C
Ruang Isolasi - + +
Ruang Utilitas Bersih + + +
Ruang Utilitas Kotor + + +
Ruang Perawat + + +
Ruang Staf dokter - + +
Ruang Tunggu Keluarga - + +
Laboratorium Terpusat 24 Jam 24 am
B. STANDAR FASILITAS
1. Bangunan
a. Arsitektur
1) Kebutuhan Ruang
a) Ruang tempat tidur pasien
b) Ruang Isolasi
c) Ruang sentral perawat
d) Ruang dokter jaga
e) Ruang istirahat perawat
f) Ruang administrasi
g) Ruang penyimpanan alat medic
h) Ruang utilitas bersih
i) Ruang utilitas kotor
j) Ruang kepala Instalasi
k) Ruang kepala ruangan
l) Ruang ganti petugas dan loker (terpisah antara pria dan wanita)
m) Ruang diskusi
n) Ruang ganti pengunjung / penunggu pasien
o) Ruang tunggu keluarga pasien
p) Toilet petugas
q) Toilet pengunjung / penunggu pasien
r) Ruang penyimpanan silinder gas medic
s) Janitor
t) Koridor pintu masuk
u) Pantry
terkontrol. Pertukaran udara dan sirkulasi memberikan udara segar dan mencegah
pengumpulan gas dalam ruangan
4) System ventilasi dalam ventilasi harus terpisah dari system ventilasi ruangan lain
di rumah sakit
c. Sistem pencahayaan
1) Bangunan RTI / ICU harus mempunyai pencahayaan alami dan atau pencahayaan
buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai fungsinya
2) Pencahayaan alami harus optimal disesuaikan dengan fungsi bangunan dan fungsi
masing masing ruang di dalam bangunan RTI /ICU
Peralatan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas sangat membantu kelancaran
pelayanan, dengan ketentuan umum sebagai berikut :
a. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran, dan fungsi RTI /ICU dan
harus sesuai dengan beban kerja RTI/ICU disesuaikan dengan standar yang berlaku
b. Terdapat prosedur pemeriksaan secara berkala untuk keamanan alat
c. Protokol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan paramedik perlu tersedia untuk
penggunaan alat alat termasuk langkah langkah untuk mengatasi apabila terjadi
malfungsi
Peralatan Primer Sekunder Tersier
- Tekanan vena + + +
sentral Sesuai jumlah Bed Sesuai jumlah Bed
- Swan Ganz - - +
b. Non invasif
+ + +
- Tekanan Darah Sesuai jumlah Bed Sesuai jumlah Bed Sesuai jumlah Bed
- EKG + + +
Sesuai jumlah Bed Sesuai jumlah Bed Sesuai jumlah Bed
- Laju Jantung + + +
Sesuai jumlah Bed Sesuai jumlah Bed Sesuai jumlah Bed
- Saturasi + + +
oksigen (pulse Sesuai jumlah Bed Sesuai jumlah Bed Sesuai jumlah Bed
oxymeter)
P i nf u s +/+ + / + + / +
pompa sy r i n g e ( 2 x jum la h bed / ( 2 x jum la h bed /
dan 3x 3x
jumlah bed ) jumlah bed )
Bronchoscopy - 1 unit 1 unit
Pelayanan RTI / ICU diperuntukkan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit
kritis yang bertujuan untuk memberikan pelayanan medik tertitrasi dan berkelanjutan serta mencegah
fragmentasi
Apabila sarana dan prasarana ICU disuatu rumah sakit terbatas sedangkan kebutuhan
pelayanan ICU yang lebih tinggi banyak, maka diperlukan mekanisme untuk membuat
prioritas.Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di lCU. Bila
kebutuhan masuk ICU melebihi tempat tidur yang tersedia,Kepala ICU menentukan berdasarkan
prioritas kondisi medik, pasien mana yang akan dirawat di lCU. Prosedur untuk melaksanakan
kebijakan ini harus dijelaskan secara rinci.
1. Kriteria Masuk
Dalam keadaan yang terbatas, pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1)lebih
didahur lukan dibandingkan dengan pasien yang hanya memerlukanpemantauan intensif
(prioritas 3). Penilaian objektif atas berat dan prognosis penyakit hendaknya digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan prioritas masuk ke lCU.
a. Prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis,tidak stabil yang memerlukan terapiintensif
dan tertitrasi, seperti dukungan/,bantuan ventilasi, alat penunjang fungsi organ/ sistem
yang lain, infus obat-obat vasoaktif/ inotropik, obat anti aritmia,serta pengobatan rain-
rainnya
disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya secara sendirian atau
kombinasi.Kemungkinan sembuh dan atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat
kecil.Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya
saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung
paru.
Sebagai contoh antara lain :
1) Pasien dengan keganasan metastatik disertaipenyulit infeksi
2) Pericardial tamponade
3) Penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat.
d. Pengecualian
Dengan pertimbangan lebih, dan atas persetujuan Kepala ICU, indikasimasuk pada
beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien golongan
demikian sewaktu waktu harus bisa dikeluarkandari ICU agar fasilitas ICU yangb
terbatas tersebut
dapat digunakan untuk pasien prioritas 1(satu), 2 (dua), dan 3 (tiga).
Pasien yang tergolong demikian antara lain :
1) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi bantuan hidupyang
agresif dan hanya demi perawatan yang aman saja. lni tidakmenyingkirkan pasien
dengan perintah DNR (Do Not Resuscitate)
2) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak namun hanyakarena
kepentingan donor organ, maka pasien dapat dirawat di ICU,hanya untuk menunjang
fungsi organ sebelum dilakukanpengambilan organ untuk donasi
2. Kriteria Keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari RTI / ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh
kepala RTI / ICU dan tim yang merawat pasien, antara lain :
a. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga
tidakmemerlukan terapi atau pemantauan yang intensif lebih lanjut
b. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak bermanfaat atau
tidak memberi hasil yang berarti bagi pasien. Pasien tidak menggunakan alat bantu mekanis
khusus (seperti ventilasi mekanik )
c. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU (keluar paksa).
d. Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja, sedangkan ada pasien lainyang
lebih gawat yang memerlukan terapi dan observasi yang lebih intensif.
1. Pengertian
Penerimaan pasien baru merupakan suatu tata cara ataupun pedoman dalam menerima pasien
baru yang akan mendapatkan pelayanan medis dari RTI
2. Tujuan
a. Mengetahui keadaan pasien secara umum dan keluarga
b. Pasien dapat langsung menempati ruang perawatan yang telah dipersiapkan sebelumnya
diperlukan
C. MONITORING PASIEN
Dirumah sakit daerah ( RS type C) ICU merupakan unit ketergantungan tinggi ( high
dependency unit), sehingga dilakukan observasi ketat pasien dengan bedside monitor dan
1. Syringe pump
2. Infusion pump
3. Suction
4. Defibrilator
Hasil pemantauan ICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan pelayanan di
ICU dan dokter tersebut harus bertanggung jawab atas semua yang dicatat dan dikerjakan.
Pencatatan menggunakan status khusus ICU yang meliputi diagnosis lengkap yang menyebabkan
dirawat di lCU, data tanda vital, pemantauan fungsi organ khusus jantung paru, ginjal, dan
sebagainya) secara berkala, jenis, jumlahasupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat, serta
jumlah cairan tubuhkeluar dari pasien
Pencatatan nilai-nilai pengukuran tanda vital secara berkala dilakukan oleh staf perawat ICU
minimal 1 jam sekali sesuai dengan intervensi sesuai kondisi pasien. Pemantauan secara umum
dan khusus setiap pagi hari oleh dokter jaga dan perawatICU dan dikoordinasikan dengan kepala
Instalasi atau Ketua Tim
Pemantuanumummetiputi:
1. Pemeriksaan tanda - tanda vital, meliputi pemeriksaan tensi, nadi, suhu,
respirasi,saturasioksigen
2. Pemeriksaan flsik meliputi sistem syaraf,sistem kardiovaskular, sistem respirasi,sistem
gastrointestinal, sistem tractus urinarius dan system lokomotor.
3. Balance cairan dilakukan setiap 3 – 6 jam, diperhitungkan input dan output cairan.
4. Evaluasi CVP ( Central Venous Pressure ), dengan melakukan Fluid ChallengeTest (FCT)
5. Pemeriksaan Laboratorium meliputi :
a) Analisa gas darah
b) Gula darah
c) Darah rutin
d) Elektrolit
e) Ureum, kreatinin
f) Keton darah sesuai indikasi
LOGISTIK
KESELAMATAN PASIEN
A. DEFINISI
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.
B. TUJUAN
1. Ketepatan
a. Target 100%. Label identitas tidak tepat apabila : Tidak terpasang, salah pasang,
salah penulisan nama, salah penulisan gelar (Tn/Ny/An), salah jenis kelamin, salah
b. Target 100%. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap: Pasien yang masuk ke
rawat inap terpasang gelang identitas
2. Komunikasi efektif
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat kerja /
aktifitas karyawan lebih aman.Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang
disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.
B. TUJUAN
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
Sistem pembuangan limbah padat medis dan non medis terpisah pewadahannya dan
tertutup sesuai dengan jenis limbahnya, mengacu pada Keputusan Mentri Kesehatan No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.
Bangunan ICU harus dilindungi terhadap bahaya kebakaran dengan system proteksi
pasif dan proteksi aktif. Penerapan system proteksi pasif didasarkan pada fungsi atau klasifikasi
resiko kebakaran,geometri ruang, bahan bangunan terpasang dan atau jumlah dan kondisi
penghuni dalam bangunan ICU. Penerapan system proteksi aktif didasarkan pada
fungsi,klasifikasi,luas, ketinggian, volume bangunan, dan atau jumlah dan kondisi penghuni dalam
bangunan ICU
Bila terjadi kebakaran di ICU, peralatan yang terbakar harus segera disingkirkan dari
sumber O² atau outlet pipa yang dimasukkan ke ICU untuk mencegah terjadinya ledakan.Api
harus
dipadamkan di ICU, jika dimungkinkan dan pasien harus segera dipindahkan dari tempat
berbahaya. Peralatan pemadam kebakaran harus dipasang dan semua petugas harus
mengetahui peraturan dan prosedur tentang cara proteksi kebakaran. Petugas harus mengetahui
tata letak kotak alarm kebakaran dan menggunakan alat pemadam kebakaran
E. SISTEM KELISTRIKAN
dan kerusakan pada kabel. Kolom yang bias diperpanjang dengan ditarik, menghindari
bahaya bahaya tersebut
Sambungan listrik pada kotak kontak harus diperoleh dari sirkuit yang terpisah. Ini
menghindari akibat dari terputusnya arus karena aktifnya pengaman lebur atau suatu sirkuit
yang gagalmenyebabkan terputusnya semua arus listrik pada saat kritis
3. Terminal
a. Kotak Kontak
1) Setiap kotak kontak daya harus menyediakan sedikitnya satu kutub pembumian
terpisah yang mampu menjaga resisten yang rendah dengan kontak tusuk
pasangannya
2) Karena gas yang mudah terbakar dan uap lebih berat dari udara akan menyelimuti
permukaan lantai bila dibuka, maka kotak kontak listrik dipasang ± 1,25 m diatas
permukaan lantai,dan harus dari jenis tahan ledakan
3) Jumlah kotak kontak untuk setiap tempat tidur di daerah pelayanan kritis minimal
6 buah khusus untuk peralatan medic yang membutuhkan daya listrik besar
selain ventilator, suction dan monitor
b. Sakelar
Sakelar yang dipasang dalam system pencahayaan harus memenuhi SNI 04 – 0225 – 2000,
persyaratan umum instalasi listrik 2000
4. Pembumian
Kabel yang menyentuh lantai dapat membahayakan petugas. System kelistrikan harus
memastikan bahwa tidak ada bagian peralatan yang dibumikan melalui tahanan yang lebih
tinggi dari bagian lain peralatan yang disebut dengan system penyamaan potensial
pembumian ( equal potential grounding system ). Sistem ini memastikan bahwa hubungan
singkat ke bumi
b. Peralatan portable, harus segera di uji dan dilengkapi dengan system pembumian
c. Segera menghentikan pemakaian apabila ada peralatan listrik yang tidak sesuai prosedur
Potensi bahaya dan ledakan yang berkaitan dengan system perpipaan sentral gas
medik dan vakum harus dipertimbangkan dalam perancangan, pemasangan, pengujian,
pengoperasian, dan pemeliharaan terhadap system ini.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu dan kualitas pelayanan ICU merupakan suatu program yang bersifat objektif
dan berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga dapat memberikan
kepuasan pada pelanggan dan mencapai standart klinisyang bermutu.Pemantauan kualitas adalah
kegiatan pemantauan secara objektif di ICU bekerja sama dengan Tim Pelayanan Rumah Sakit
setempat.yang dilaksanakan setiap hari. Pengendali Mutu dan Kualitas Parameter standar adalah suatu
nilai ambang yang tidak boleh dilampaui sehinggadapat dipenuhi kepuasan pelanggan.
1. Self Assessment, adalah kegiatan yang memantau parameter mutu perayanan setiap hari
yang dilakukan oleh setiap staf ICU yang hasilnya diberikan kepada Tim pengendaliMutu dan
Kualitas RS.
Pelaksanaan evaluasi dan pemantauan sendiri mutu pelayanan lcu dilakukan melalui:
2. Pertemuan staf
Pertemuan staf dilakukan tiap bulan membahas dan melakukan evaluasiterhadap laporan
bulanan, pasien meninggal, pencegahan Infeksi nasokomial dan permasalahan lain di ICU
1. Input
a. Pemberi Pelayanan Intensif sesuai kelas RS dan standar ICU
b. Ketersedian fasilitas dan peralatan ruang ICU sesuai kelas RS dan standar ICU
c. Ketersediaan tempat tidur dengan monitoring dan ventilator sesuai kelas RS dan standar ICU
2. Proses
3. Output
a. Pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72jam ≤ 3 %
4. Outcome
a. Kepuasan pelanggan > 70 %
BAB IX
PENUTUP
Pedoman pelayanan ICU di rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh petugas
pemberi layanan yang menyelenggarakan pelayanan pada pasien ICU. Oleh karena itu, rumah sakit
diharapkan akan terus mengembangkan pelayanan sesuai dengan ketentuan pedoman standar ICU,
sesuai dengan situasi dan kondisi yang kondusif bagi setiap program pengembangan layanan ICU di
rumah sakit .
Sedangkan untuk kelancaran setiap pelaksanaan pelayanan di ICU perlu adanya penjabaran dari
pedoman pelayanan dengan penyusunan prosedur tetap di unit layanan ICU sehingga hambatan
dalam menjalankan pelaksanaan pelayanan bisa diminimalkan. Apabila dikemudian hari diperlukan
adanya perubahan pada pedoman ini, maka akan dilakukan penyempurnaan pada penyusunan
pedoman selanjutnya.
Kepala Instalasi
dr.Lusy Erawati,Sp.PD