Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas KKN


Dosen Mata Kuliah Ibu Ns. Nita Theresia , S.Kep., M.Kes

DISUSUN OLEH:

RIBKA WASTINIA PO.62.20.1.17.341


RIKE AGUSTIKA B PO.62.20.1.17.342
RISHA RISNA D PO.62.20.1.17.344
SARWANTO PO.62.20.1.17.345
SINDRA PO.62.20.1.17.346
THALITHA NOVIA PO.62.20.1.17.347
TUTI HARIATI PO.62.20.1.17.348
YESIE VERONIKA PO.62.20.1.17.349
YOAN AGNES T PO.62.20.1.17.350
YOGI YUDISTIRA PO.62.20.1.17.351
YUNI MONESA PO.62.20.1.17.352

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

REGULER IV

TAHUN 2020
THE TRANSTHEORITICAL MODEL

I. Sejarah The Transtheoritical Model


Banyak teori yang berusaha melakukan pendekatan dalam
menjelaskan pembentukan perilaku sehat. Salah satunya adalah The
Transtheoritical Model (TTM). Teori ini melakukan pendekatan dengan
menggunakan tahapan dalam menjelaskan perubahan atau pembentukan
perilaku sehat. Asumsi dasar model ini adalah pada dasarnya individu tidak
dapat mengubah perilaku dalam waktu yang singkat, terutama pada perilaku
yang menjadi kebiasaan sehari-hari (Prochaska & Velicer, 1997).
Transtheoretical model (TTM) atau yang biasa kita sebut dengan “the
stagesofchangemodel”merupakanmodelperubahanperilakuyangberfokuspada
kemampuan individu dalam mengambil keputusan daripada pengaruh sosial
dan biologis seperti pada pendekatan lain. TTM berusaha memasukkan dan
mengintegrasikan konsep dasar dari berbagai teori menjadi sebuah teori yang
komprehensif untuk dapat diaplikasikan pada berbagai macam perilaku,
populasi dan berbagai macam latarbelakang.
Teori ini dikembangkan oleh Prochaska and DiClemente pada akhir
1970, melalui penelitiannya tentang alasan mengapa beberapa orang mau
berhenti
merokokdengansendirinya.Daripenelitianitudapatdiketahuibahwaalasanorang
untuk berhenti merokok adalah karena terdapat kesiapan untuk berhenti
merokok pada dirinya. Dari penelitian awalnya tentang merokok tersebut,
kemudian berkembang dalam penyelidikan dan aplikasi dengan berbagai
perilaku kesehatan dan kesehatan mental, antara lain penggunaan dan
penyalahgunaan alkohol, eating disorder dan obesitas, pencegahan AIDS, dan
lainsebagainya.
The Transtheoritical Model (TTM) dikembangkan pada tahun 1980an
oleh sekelompok peneliti yaitu Prochaska and DiClemente di University of
Rhode Island (Conner & Norman, 2003). Teori ini muncul melalui analisa
komparatif dari integrasi sistematis menggunakan lebih dari 300 teori
psikoterapi dan teori perubahan perilaku (Prochaska & Velicer, 1997). Pada
awalnya, teori ini digunakan dalam konteks klinis untuk mendeskripsikan
proses perubahan perilaku pada perilaku kecanduan (Povey et al, 1999).
Selanjutnya, TTM mulai diaplikasikan secara luas bahkan diluar konteks
klinis. TTM adalah model-tahapan yang dominan digunakan dalam kesehatan
psikologi dan promosi kesehatan (Conner & Norman, 2003).

II. Definisi The Transtheoritical Model


The Transtheoritical Model adalah model pembentukan perilaku yang
berfokus pada kemampuan individu dalam membuat keputusan daripada
pengaruh sosial dan biologis (Velicer, Prochaska, Fava, Norman, & Redding,
1998; Scholl, 2002 dalam Lenio, n.d). Dalam menjelaskan pembentukan
perilaku sehat, teori ini menggunakan tahapan-tahapan yang mana dalam
setiap tahapan terdapat proses pengambilan keputusan berdasarkan prinsip-
prinsip tertentu. Teori ini menggunakan dimensi waktu yaitu tahapan
perubahan perilaku, untuk mengintegrasikan proses dan prinsip perubahan
perilaku dari berbagai teori intervensi (Prochaska & Velicer, 1997).
The Transtheoritical Model menjelaskan tahapan pembentukan atau
perubahan perilaku dengan memasukkan beberapa komponen utama yaitu,
the stages of change, the processes of change, decisional balance, self-
efficacy, dan temptation (Prochaska & Velicer, 1997). Decisional balance
menyangkut pertimbangan baik dan buruknya perubahan yang akan
dilakukan, self efficacy menyangkut kepercayaan diri dalam mengatasi situasi
yang beresiko tanpa kembali pada kebiasaan lama serta termination
menyangkut hasrat untuk kembali pada kebiasaan lama (Prochaska dan
Velicher, 1997). Tiga komponen tersebut merupakan variabel yang saling
terkait dengan stage of change dan processes of change.

III. Tahapan Perubahan Perilaku

Tahapan perubahan (stage of change) merupakan bagian penting


dalam konstruksi TTM karena menggambarkan dimensi waktu (Prochaska &
Velicer, 1997). Perubahan terjadi melalui tahapan-tahapan dan terjadi dalam
periode waktu tertentu. TTM mengemukakan enam tahap dalam perubahan
perilaku. Enam tahapan tersebut meliputi, precontemplation, contemplation,
preparation, action, maintenance dan termination (Prochaska dan Velicher,
1997).

1. Precontemplation
Tahap pertama adalah precontemplation. Pada tahap ini seseorang
tidak memiliki niat untuk berubah untuk waktu yang akan datang,
biasanya dihitung selama 6 bulan ke depan (Prochaska dan Velicher,
1997). Niat untuk berubah tidak mucul bisa disebabkan oleh kurangnya
informasi tentang perilaku mereka. Pada tahap ini mereka cenderung
menghindari membaca, memikirkan, dan membicarakan tentang resiko-
resiko atas kebiasaannya (Prochaska dan Velicher, 1997).
2. Contemplation
Tahap selanjutnya adalah contemplation. Pada tahap ini seseorang
mulai memiliki niatan untuk berubah dalam 6 bulan ke depan (Prochaska
dan Velicher, 1997). Mulai memperhatikan baik buruknya perubahan yang
akan dijalani. Proses menimbang antara baik dan buruk bisa membuat
seseorang berada pada tahap ini dalam periode yang cukup panjang
(Prochaska dan Velicher, 1997).
3. Preparation
Selanjutnya adalah tahap preparation. Pada tahap ini seseorang
bermaksud berubah dalam waktu dekat, biasanya dihitung dalam waktu
satu bulan. Mereka bisasanya telah memiliki rencana yang mengarah pada
usaha perubahan, seperti mengikuti kelas edukasi kesehatan, konsultasi
atau olahraga (Prochaska dan Velicher, 1997).
4. Action
Setelah melakukan preparation, seseorang akan masuk pada tahap
action. Pada tahap ini seseorang telah melakukan modifikasi gaya hidup
spesifik yang jelas terlihat berbeda dari 6 bulan sebelumnya (Prochaska
dan Velicher, 1997). Pada TTM, action hanya salah satu dari 6 tahap yang
ada. Tidak semua modifikasi perilaku dihitung sebagai action, hanya
perilaku yang memenuhi kriteria dan disepakati oleh para ilmuan dan para
professional (Prochaska dan Velicher, 1997).
5. Maintance
Setelah melakukan perubahan perilaku secara spesifik, selanjutnya
masuk pada tahap maintance. Tahap ketika seseorang berusaha menjaga
agar perilaku lama yang ia tinggalkan tidak kembali lagi (Prochaska dan
Velicher, 1997). Dalam tahap ini, seseorang kurang tertarik untuk kembali
melakukan kebiasaan lamanya dan semakin meningkatkan kepercayaan
dirinya bahwa ia dapat meneruskan perubahan perilaku yang telah
dilakukan. Berdasarkan tempation dan data self afficacy, diperkirakan
maintenance ini berlangsung sekitar 6 bulan sampai 5 tahun (Prochaska
dan Velicher, 1997).
6. Termination
Pada tahapan terakhir, termination, seseorang sudah tidak memiliki
hasrat sama sekali untuk kembali pada kebiasaan lamanya yang tidak sehat
serta memiliki self efficacy 100%, sehingga apapun yang terjadi padanya,
entah itu depresi, bosan, cemas, sendirian, marah, atau stres, mereka tidak
akan pernah kembali pada kebiasaan lamanya yang tidak sehat (Prochaska
dan Velicher, 1997).

Regresi terjadi ketika individu kembali ke tahap awal perubahan.


Relapse adalah salah satu bentuk regresi (pada substance use), regresi
melibatkan dari action atau maintenance untuk tahap awal. Namun, orang
dapat mundur dari setiap tahap ke tahap awal. Pada kasus merokok dan
olahraga hanya sekitar 15% orang mundur sampai ke tahap pre-
contemplation. Mayoritas regresi ke contemplation atau preparation.

IV. Proses Perubahan Perilaku


Menurut Prochaska dan Velicher (1997), proses perubahan (processes
of change) adalah aktivitas tampak dan tidak tampak yang digunakan untuk
melalui suatu tahapan. Proses perubahan memberikan panduan penting dalam
program intervensi. Proses merupakan variabel independen yang seseorang
butuhkan untuk melakukan perubahan dari tahap ke tahap (Prochaska dan
Velicher, 1997). Terdapat 10 proses yang telah mendapatkan dukungan paling
empiris dalam penelitian sampai saat ini (Prochaska dan Velicher, 1997),
diantaranya adalah :
1. Consciousness raising, proses peningkatan kesadaran dapat dilakukan
dengan melakukan feedback (umpan balik), edukasi, konfrontasi,
interpretasi, bibliotherapy, dan kampanye media tentang penyebab,
konsekuensi, dan penyembuhan untuk masalah perilaku yang ingin diubah.
Contoh: teknik yang dapat mengubah poka pikir seseorang terhadap
perilaku.
2. Dramatic relief, proses ini dilakukan untuk meningkatkan pengalaman
emosional yang diikuti dengan pengurangan pengaruh jika tindakan yang
tepat dapat diambil. Psikodrama, role playing, testimoni personal, dan
kampanye media.
Contoh:teknik yang dapat menggerakkan seseorang secara emosional.
3. Self-reevaluation, menggabungkan penilaian kognitif dan afektif dari citra
diri seseorang dengan dan tanpa kebiasaan tidak sehat tertentu. Klarifikasi
nilai, role model yang sehat, dan imagery.
Contoh: teknik yang dapat mengubah seseorang secara evaluatif.
4. Environmental reevaluation, menggabungkan penilaian afektif dan
kognitif tentang ada atau tidaknya dan bagaimana kebiasaan pribadi
mempengaruhi lingkungan sosial seperti pengaruh merokok pada orang
lain. Hal tersebut bisa juga termasuk kesadaran bahwa ia telah menjadi
model peran positif atau negatif bagi orang lain.
Contoh: Pelatihan empati, dokumenter, dan intervensi keluarga dapat
mengawali environmental reevaluation.
5. Self-liberation, suatu kepercayaan bahwa seseorang dapat berubah dan
berkomitmen untuk melakukan apa yang diyakini. Resolusi tahun baru,
kesaksian publik, dan pilihan tindakan yang lebih dari satu dapat
meningkatkan self-liberation.
Contoh: kekuatan kemauan.
6. Social liberation, menyangkut kebutuhan akan kesempatan sosial atau
alternatif khususnya bagi orang-orang yang terganggu oleh perilaku tidak
sehat seseorang. Advokasi, prosedur pemberdayaan, dan kebijakan yang
tepat dapat meningkatkan hal ini.
Contoh: zona bebas asap dan peraturan dilarang merokok.
7. Counterconditioning, proses ini menunjukkan diperlukannya pembelajaran
perilaku sehat yang dapat menggantikan perilaku yang bermasalah.
Contoh: relaksasi sebagai counter stress, makanan bebas lemak sebagai
pengganti makanan yang berkalori banyak.
8. Stimulus control, menghilangkan kebiasaan yang tidak sehat dan
menambah anjuran alternatif yang lebih sehat. Penghindaran, rekayasa
ulang lingkungan, dan kelompok bantuan dapat mendukung perubahan
dan mengurangi risiko untuk kambuh. Menggunakan tangga atau
mencanangkan jalan kaki menuju kantor sebagai upaya menurunkan berat
badan.
Contoh: stimulus control.
9. Contingency management, membuktikan konsekuensi untuk pengambilan
langkah dalam instruksi tertentu. Meskipun penguatan dapat dilakukan
dengan memberikan punishment,akan tetapi reward lebih mudah membuat
seseorang melakukan perubahan diri dibanding dengan reinforcement.
Contoh: meningkat motivasi terhadap perubahan diri.
10. Helping relationship, merupakan kombinasi kepedulian, kepercayaan,
keterbukaan dan penerimaan serta dukungan untuk perubahan perilaku
sehat.
Contoh: Rapport building, aliansi terapi, konseling, dan buddy system
dapat menjadi sumber dari dukungan sosial.

Promosi, edukasi, dan intervensi kesehatan dapat dilakukan dengan


menggunakan komponen dalam TTM. Prochaska dan Velicher (1997)
mengawali mengaplikasikan transtheoritical model dalam upaya intervensi
menghentikan merokok. Proses intervensi tersebut diawali dengan
mengklasifikasikan partisipan menggunakan stage of change dalam TTM.
Selanjutnya dilakukan intevensi sesuai dengan tahapan dimana partisipan
tersebut berada. Di setiap tahapan, intervensi meliputi self-help manuals,
feedback report berdasarkan asesmen dari, decisional balance, process of
change, self efficacy dan temptation (Prochaska dan Velicher, 1997).

Selain perilaku merokok, terdapat beberapa perilaku sehat yang


mengaplikasikan TTM, diantaranya adalah perilaku diet, panic disorder,
prevensi AIDS, eating disorder dan obesitas (Prochaska dan Velicher, 1997).
Komponen TTM digunakan untuk melakukan asesmen dan intervensi dalam
pembentukan perilaku sehat. Pada umumnya, asesmen dilakukan untuk
mengetahui posisi partisipan dalam stage of change. Selanjutnya, intervensi
dilakukan sesuai dengan posisi partisipan dalam stage of change. Intervensi
juga didasari pada process of change, decisional balance, self efficacy dan
temptation seseorang.

Melalui kriteria yang telah ditetapkan pada setiap stage of change,


TTM dapat diterapkan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan bagaimana
perilaku seseorang dapat berubah. Misalnya, ketika seseorang tidak memiliki
niat untuk berubah, maka dia berada pada tahap precontemplation. Sehingga
intervensi yang dapat dilakukan agar niat berubah muncul adalah dengan
memberi informasi tentang perilaku sehat sehingga kesadarannya untuk
berubah meningkat. Begitu juga dalam tahapan selanjutnya, intervensi
disesuaikan dengan tahapan yang sedang dijalani oleh seseorang.

Melalui komponen-komponennya, TTM dapat mengidentifikasi dan


menjelaskan bagaimana seseorang mengubah perilakunya. Menurut Prochaska
et al. (1994) TTM dapat digeneralisasikan pada berbagai masalah perilaku
dengan populasi yang beragam (Lenio, n.d). Hal tersebut menjadi kelebihan
bagi teori ini karena tidak semua teori dapat digeneralisasikan dengan mudah.
Dalam sebuah studi, Rodgers et al (2001) juga mendukung bahwa prinsip
TTM dapat diaplikasikan pada berbagai populasi, seperti medis, industri, dan
pemerintahan (Lenio, n.d).

Meskipun begitu, TTM tidak lepas dari kritik. Menurut Bandura


(1997) dalam Lenio (n.d) faktanya manusia terlalu kompleks dan multidimensi
untuk dikategorikan dalam tahapan yang diskrit. Sutton (2001) juga
menyebutkan bahwa terdapat masalah dalam metode yang digunakan untuk
menentukan tahapan seseorang dalam stage of change (Lenio, n.d). Selain itu,
Kraft dkk (1999) mengemukakan bahwa tidak ada alasan teoritis yang
mendasari pembagian waktu enam bulan dalam setiap tahapan (Lenio, n.d).
Hal tersebut menunjukkan bahwa pembagian dan penentuan tahapan bagi
seseorang tidak dapat dengan mudah dipastikan.

V. Kelebihan dankekurangan
Kelebihan dari teori ini adalah teori ini mudah untuk diterapkan untuk
memberikan kesadaran pada perilaku individu yang tidak memerlukan
perubahan drastis dalam perilakunya dalam tempo cepat akan tetapi
perubahan secara bertahap dan memerlukan waktu dan suasana kondusif.
Kelemahan dari teori ini adalah jika tidak ada intervensi yang
direncanakan, individu akan terjebak pada tahap awal. Selain itu proses
tertentu dan prinsip- prinsip tertentu perlu diterapkan di tiap tahap agar terjadi
kemajuan di tiap tahapnya.
DAFTAR PUSTAKA

Conner, M and Norman, P. (2003). Predictiong Health Behaviour, Research and


Practice with Social Cognition Model. Buckingham: Open Univeristy Press

DiClemente, C. C., & Prochaska, J. O. (1982). Self-change and therapy change of


smoking behavior: A comparison of processes of change in cessation and
maintenance. Addictive Behaviors, 7, 133-142.

Lenio, J. A. (n.d.). Analysis of the Transtheoretical Model of Behavior Change.


Journal of Student Research, 73–86.

Povey, R., Conner, M., Sparks, P., James, R., & Shepherd, R. (1999). A critical
examination of the application of the Transtheoretical Model ’ s stages of
change to dietary behaviours, 14(5), 641–651.

Prochaska, J. O., & Velicer, W. F. (1997). The Transtheoretical Model of Health


Behavior Change. American Journal of Health Promotion, Vol. 12, No. 1,
pp. 38-48.

Velicer, Prochaska, Fava, dkk. (1998). Smoking Cessation and Stress


Management: Applications of the Transtheoretical Model of behavior
change. Homeostasis, 38, 216-23.

Anda mungkin juga menyukai