NIM : PO.62.20.1.17.341
Prodi : Sarjana Terapan Keperawatan Reg 4
(Pokok Kajian ), MK. Kebijakan Kes. Nasional) Tgl. 9 Oktober 2020,
A. Tugas Mandiri Mahasiswa yaitu tentang :
Kebijakan Upaya Kesehatan Perorangan
1. Pelayanan kesehatan penduduk miskin Kelas III RS
2. Pembangunan Rumah sakit daerah terpencil (Dacil)
3. Perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit
4. Pengadaan obat dan perbekalan rumah sakit
5. Peningkatan pelayanan rujukan
6. Pengembangan pelayanan dokter keluarga
7. Biayaoperasional dan oprasional kesehatan
Intruksi Penugasan :
1. Buat rangkungan materi kajian sebagai mana diatas,
2. Carilah sumber referensi dari berbagai sumber di internet, sumber pustaka seperti
yang terbuat dalam RPS atau Kontrak Program MK. Kebijakan Kes.Nasional
3. Setiap sub kajian minimal, diketik pada 1-2 halaman
4. Di Kumpulkan hari jum,at 9 Oktober 2020, pkl.16.00 Wib melalui Sipen Mata Kuliah
.
Kebijakan Upaya Kesehatan Perorangan
A. Pelayanan kesehatan penduduk miskin Kelas III RS
Peningkatan Akses Masyarakat Kurang Mampu terhadap Pelayanan Kesehatan
Peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu terus dilakukan.
Sejak tahun 2005 melalui penyediaan upaya jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
masyarakat miskin (askeskin) di puskesmas dan jaringannya serta rumah sakit kelas III.
Pada tahun 2008 program tersebut dikembangkan melalui program jaminan kesehatan
kepada masyarakat (jamkesmas) dengan sasaran seluruh penduduk miskin yang berobat
ke puskesmas dan jaringannya dilayani secara cuma-cuma, dan sasaran penduduk miskin
sebesar 76,4 juta orang untuk perawatan di rumah sakit kelas III. Penentuan besaran
penduduk miskin didasarkan pada kriteria BPS tahun 2005 Statistik Mikro Rumah
Tangga Miskin, yaitu sebesar 19,1 juta rumah tangga yang terdiri atas 3,8 juta rumah
tangga sangat miskin, 8,2 juta rumah tangga miskin, dan 6,9 juta rumah tangga dekat
miskin. Dengan penghitungan setiap rumah tangga miskin rata-rata 4 jiwa, jumlah
penduduk miskin yang menjadi sasaran sebanyak 76,4 juta orang. Pertimbangan sasaran
tersebut untuk mencakup kelompok sangat miskin, miskin, dan tidak mampu dalam
program jamkesmas adalah jika kelompok tersebut sakit dan memerlukan layanan
kesehatan di rumah sakit, dan tidak mampu secara ekonomi. Berdasarkan data SDKI-
BPS tahun 2002—2003, alasan orang yang sakit tidak mau memanfaatkan layanan
kesehatan sebagian besar karena tidak mempunyai uang (34%), biaya transportasi mahal
(16%) dan kendala jarak (18%). Dengan demikian, kepada kelompok tersebut perlu
diberikan perlindungan melalui program jaminan kesehatan masyarakat. Dengan adanya
jaminan tersebut diharapkan akses kelompok miskin terhadap pelayanan kesehatan di
puskesmas dan RS kelas III dapat dijamin keberlangsungannya.
Dengan menyadari pentingnya penanganan yang berkelanjutan terhadap masalah
kesehatan masyarakat miskin, Pemerintah tetap berkomitmen menyelenggarakan layanan
dan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin melalui program upaya kesehatan
perseorangan dan kesehatan masyarakat.
Langkah-langkah yang telah ditempuh untuk mengatasi berbagai masalah yang
menonjol selama setahun terakhir dan hasil yang dicapai adalah sebagai berikut:
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat kurang mampu,
telah dilaksanakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin
sejak tahun 2005. Cakupan program itu terus ditingkatkan, yakni 60 juta jiwa pada tahun
2005 menjadi 76,4 juta jiwa pada tahun 2008 yang meliputi penduduk sangat miskin,
miskin, dan hampir miskin. Program itu dapat meningkatkan akses penduduk miskin
untuk menikmati fasilitas kesehatan terutama puskesmas dan rumah sakit. Adapun data
pemanfaatan di pelayanan kesehatan dasar untuk rawat jalan tingkat pertama (RJTP) di
puskesmas mencapai 109.859.374 kasus, sedangkan rawat inap tingkat pertama (RITP)
di puskesmas sebanyak 585.979 kasus pada tahun 2006. Data pemanfaatan pelayanan
kesehatan rujukan untuk rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL) di rumah sakit meningkat
dari 1.452.080 kasus pada tahun 2005 meningkat menjadi 6.918.379 kasus pada tahun
2006 dan menurun menjadi 5.961.712 kasus pada tahun 2007. Rawat inap tingkat
lanjutan (RITL) di rumah sakit terjadi peningkatan, yaitu dari 562.167 kasus pada tahun
2005 menjadi 1.580.135 kasus pada tahun 2006 dan 1.916.198 kasus pada tahun 2007.
Layanan kesehatan khusus, seperti pelayanan jantung meningkat dari 380 kasus pada
tahun 2005, menjadi 2.950 kasus pada tahun 2006 dan meningkat lagi menjadi 6.401
kasus pada tahun 2007.
Sumber:
https://www.bappenas.go.id/files/5613/5229/8326/bab28__20090202204616__1756__29
.pdf
B. Pembangunan Rumah sakit daerah terpencil (Dacil)
Pelayanan kesehatan didaerah terpencil telah menjadi program prioritas yang telah
ditetapkan dalam rencana strategis program pembangunan kesehatan, yakni memberikan
layanan kesehatan kepada masyarakat pada daerah terpencil dan tertinggal, perbatasan
dan kepulauan (DTDK). Daerah yang menjadi sasaran kegiatan adalah daerah yang
mempunyai kriteria sulit dari segi transportasi, kondisi alam yang sulit dan masyarakat
yang masih tergolong KK miskin juga memiliki status kesehatan yang masih rendah.
Langkah-langkah tindak lanjut dan telah ditempuh untuk mengatasi berbagai
masalah yang menonjol khususnya untuk pembangunan kesehatan DTPKadalah sebagai
berikut :
1. Peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas sarana dan prasaranapelayanan kesehatan
dasar dan rujukan, terutama pada daerah dengan aksesibiltas yang relatif rendah.
Aksesibilitas masyarakat terhadap sarana pelayanan kesehatan terus membaik dengan
bertambahnya fasilitas kesehatan seperti puskesmas, puskesmas pembantu, pos
kesehatan desa (poskesdes), serta rumah sakit. Peningkatan jumlah fasilitas pelayanan
kesehatan juga ditunjukkan dengan bertambahnya puskesmas pembantu dan
puskesmas keliling.Sementara itu, lebih dari 95 persen masyarakat dapat menjangkau
sarana kesehatan dalam jarak dan waktu tempuh yang pendek. Demikian pula,
utilisasi fasilitas kesehatan meningkat pesat namun akses penduduk terhadap fasilitas
belum optimal sehingga masih terdapat sekitar 33,7 persen penduduk mengalami
kendala jarak dan biaya. Di pulau Jawa dengan jumlah penduduk yang lebih padat,
akses terhadap pelayanan kesehatan relatif mudah karena permukiman penduduk
lebih dekat dengan Puskemas dan jaringannya. Namun, di kawasan Indonesia bagian
timur, dengan jumlah penduduk kecil dan bertempat tinggal tersebar dan menghadapi
kendala geografis menyebabkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan lebih
rendah. Peningkatan status Puskesmas menjadi Puskesmas Perawatan.
2. Peningkatan pembiayaan yang diikuti oleh efisiensi penggunaan anggaran.
3. Pengembangan jaminan pelayanan kesehatan, antara lain dengan pengembangan
asuransi kesehatan wajib dan pengembangan kemitraan dengan penyedia pelayanan
masyarakat dan swasta;
4. Peningkatan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan untuk pemenuhan
kebutuhan nasional serta antisipasi persaingan global yang didukung oleh system
perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan secara sistematis dan didukung oleh
peraturan perundangan;
5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, mutu, dan penggunaan obat, terutama obat
esensial termasuk penggunaan obat yang rasional, yang didukung oleh pengembangan
peraturan perundangan dan peningkatan pemanfaatan bahan obat asli Indonesia;
6. Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dengan penekanan
pada perilaku dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat termasuk mendorong
penciptaan lingkungan dan peraturan yang kondusif, dan penguatan upaya kesehatan
berbasis masyarakat dengan memperhatikan kemampuan dan karakteristik
masyarakat. Untuk daerah terpencil atau pedalaman yang belum terjangkau listrik,
pemutaran film dalam promosi dan penyuluhan kesehatan sangat diminati masyarakat.
Sumber: https://id.scribd.com/doc/201169341/Pembangunan-Kesehatan-Daerah-
Terpencil