Sistem kontrol listrik ruangan berbasis mikrokontroler ini dirancang seperti gambar diagram
blok berikut ini.
Sensor Beban
Interface 220 VAC
PIR
Unit
Kontrol
Indikator DETECT
Indikator NO DETECT
+9 VDC GND
AC to DC
Power Supply
220 Volt AC
Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Kontrol Listrik Ruangan Berbasis Mikrokontroler
Dalam sistem ini, sensor PIR digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya orang di dalam
ruangan. Sedangkan Unit Kontrol dalam menghidupkan atau mematikan beban listrik
ruangan, selalu melalui sebuah Interface.
Dalam kerjanya, Unit Kontrol selalu memeriksa keluaran sensor PIR, untuk memeriksa
apakah ada orang ataukah tidak. Jika terdeteksi adanya orang di dalam ruangan, maka Unit
Kontrol segera menghidupkan catu listrik sehingga Air Conditioner (AC) dan lampu
penerangan menyala. Selanjutnya jika orang-orang tersebut sudah keluar ruangan semua,
maka Unit Kontrol menunggu 5 (lima) menit terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk
mematikan catu listrik ke ruangan tersebut.
Connector Output ke
Beban 220 Volt AC
Kaca Acrylic ( di Panel Belakang )
Bening
Sensor PIR
Sistem kontrol listrik ruangan ini dirancang untuk mempunyai spesifikasi teknis sebagai
berikut:
1. Menggunakan modul Arduino Uno - Revisi 3, yang berbasis mikrokontroler
ATmega 328, sebagai unit kontrol.
2. Menggunakan sensor Passive Infrared (PIR) sebagai pendeteksi ada atau tidaknya
orang di ruangan, hingga jarak jangkau 5 meter.
3. Menggunakan TRIAC dan Opto TRIAC sebagai interface untuk menghidupkan atau
mematikan catu listrik hingga 700 Watt, 220 Volt AC.
Dengan mengacu pada diagram blok yang sudah tertuang pada Gambar 3.1 tersebut di atas,
maka hardware sistem kontrol listrik ruangan berbasis mikrokontroler dirancang terdiri dari
bagian-bagian berikut ini:
Modul Arduino Uno Revisi-3 ini dapat dipastikan mampu membaca Sensor PIR dan
juga mampu mengendalikan rangkaian Interface. Hal itu dimungkinkan karena pin-
pin mikrokontroler Atmega 328, yang terdapat di dalam modul Arduino Uno Revisi-3
ini, mampu memasok / ditarik arusnya (current source / current sink) hingga 40 mA.
Agar Modul Arduino Uno Revisi-3 ini dapat beroperasi, maka dibutuhkan catu
tegangan 7 sampai 12 Volt DC dari luar modul. Sedangkan program (software) yang
dibuat untuk mengoperasikan sistem kontrol listrik ruangan harus di-upload ke Flash
Memory 32 kilobyte yang terdapat di dalam modul ini, melalui port USB yang sudah
tersedia.
Selain itu, untuk menunjang beroperasinya modul Arduino Uno Revisi-3 ini, maka
modul ini dilengkapi dengan tombol Reset, dan pin-pin connector untuk dihubungkan
ke modul / perangkat lain.
2. Sensor PIR.
Sensor PIR ini berfungsi untuk mendeteksi apakah di dalam ruangan ada orang
ataukah tidak. Jika terdeteksi bahwa ada orang, maka output sensor PIR ini
berlogika “1”, sedangkan jika terdeteksi bahwa tidak ada orang, maka output sensor
PIR berlogika “0”. Selanjutnya output sensor PIR ini dibaca oleh mikrokontroler
untuk ditindak lanjuti sesuai dengan program (software).
Agar dapat beroperasi, sensor PIR ini membutuhkan catu tegangan +5 Volt DC.
Oleh karena itu, di dalam sistem kontrol listrik ruangan ini, sensor PIR tersebut diberi
pasokan tegangan +5 Volt DC oleh modul Arduino Uno Revisi-3.
3. Rangkaian Interface.
Rangkaian Interface ini menjadi perantara antara mikrokontroler yang terdapat di
dalam modul Arduino Uno Revisi-3 terhadap beban listrik 220 Volt AC. Rangkaian
Interface ini terdiri dari Opto TRIAC MOC3021 dan TRIAC BT136.
File: R.A. Suwodjo Kusumoputro – Universitas Nasional - Jakarta Page 3 of 8
Dengan adanya rangkaian Interface ini, maka mikrokontroler tersebut yang bekerja
dengan tegangan +5 Volt DC, tidak akan rusak ketika menghidupkan atau mematikan
beban listrik 220 Volt AC. Hal itu dimungkinkan, karena di dalam Opto TRIAC,
rangkaian input (+ 5 Volt DC) diisolasi secara optik terhadap rangkaian output
(220 Volt AC).
Dalam perancangan ini, arus LED yang terdapat di dalam Opto TRIAC, diatur agar
besarnya sekitar 10 mA, karena batas maksimumnya adalah 15 mA. Pengaturan
arus LED sekitar 10 mA tersebut dilakukan dengan memasang Resistor 330 Ohm
pada terminal input yang terkait dengan LED tersebut.
4. Indikator.
Indikator NO DETECT akan menyala bergantian dengan indikator DETECT.
Jika indikator NO DETECT menyala, maka ini menunjukkan bahwa terdeteksi tidak
ada orang di dalam ruangan. Pada saat indikator NO DETECT tersebut menyala,
maka indikator DETECT padam.
Tetapi, jika indiktor DETECT menyala, maka ini menunjukkan bahwa terdeteksi ada
orang di dalam ruangan. Pada saat indikator DETECT tersebut menyala, maka
indikator NO DETECT padam.
Kedua indikator tersebut berupa LED, yang penyalaannya dikendalikan oleh
mikrokontroler yang terdapat di dalam modul Arduino Uno Revisi-3. Untuk
menyalakan LED indikator tersebut, mikrokontroler harus mengirim logika “1”,
sedangkan untuk mematikan LED, mikrokontroler harus mengirim logika “0”.
Selain itu, terdapat indikator POWER, yang selalu menyala jika switch POWER
diaktifkan, yang berarti bahwa catu daya sudah diberikan ke modul-modul yang
terdapat di dalam sistem kontrol listrik ruangan.
Berikut ini adalah gambar skematik rangkaian Sistem Kontrol Listrik Ruangan Berbasis
Mikrokontroler, yang menggunakan modul Arduino Uno Revisi-3 sebagai unit kontrol.
+5 VDC
Indikator DETECT
R5
330
Lampu / Beban
R3 R4
180 1,2 K
1 6
R2
Indikator POWER 330 C3
SWITCH IC1
0.2 uF
S1
12 VAC Dioda Bridge 2 4 Q1
LM7809 BT136
2 Ampere
IC2
220 VAC
~ 1 2 3 +9 VDC MOC3021
0 VAC
0 VAC ~ R1
C2
0,1 uF
Indikator 0 VAC C1 5K
POWER 4700 uF/ 25 V GND Modul Interface
GND
AC to DC Power Supply
Gambar 3.3 Skematik Rangkaian Keseluruhan untuk Sistem Kontrol Listrik Ruangan
Berbasis Mikrokontroler.
Perangkat lunak ini dirancang agar mikrokontroler selalu membaca sensor PIR dan
mengendalikan hidup atau matinya catu listrik 220 VAC ke beban melalui rangkaian
Interface.
Jika keluaran Sensor PIR berlogika “1”, yang mengindikasikan adanya orang di dalam
ruangan, maka mikrokontroler mengirim logika “1” ke rangkaian Interface sehingga catu
listrik 220 VAC dapat masuk ke beban. Dengan demikian peralataan listrik yang
bersangkutan hidup. Demikian pula sebaliknya, jika hingga 5 (lima) menit tetap tidak ada
orang di dalam ruangan, yang ditandai dengan keluaran sensor PIR yang berlogika “0” terus
menerus, maka mikrokontroler mengirim logika “0” ke rangkaiaan Interface sehingga catu
listrik 220 VAC tidak lagi masuk ke beban. Dengan demikian peralatan listrik yang
bersangkutan menjadi mati.
Jadi, jika terdeteksi bahwa tidak ada orang, maka akan diperiksa terlebih dahulu apakah
status beban listrik sedang dihidupkan ataukah tidak. Jika ternyata status beban sebelumnya
adalah “sedang dihidupkan” , yang ditunjukkan oleh isi Memori-1 = 01, maka beban listrik
tersebut segera dimatikan setelah total delay 300 detik tercapai. Selanjutnya setelah beban
listrik dimatikan, maka status beban tersebut dicatat di Memori-1, sehingga isi
Memori-1 = 00.
Selama proses menunggu 300 detik tersebut, pemeriksaan sensor PIR tetap dilakukan.
Dengan demikian, jika total delay belum mencapai 300 detik, tetapi ternyata tiba-tiba ada
orang memasuki ruangan, maka beban listrik akan dihidupkan dan hitungan delay yang telah
dijalankan sebelumnya segera dihentikan.
Perangkat lunak sistem ini menggunakan bahasa pemrograman yang dikembangkan untuk
mendukung modul Arduino Uno. Basis bahasa pemrograman tersebut adalah bahasa C.
List program Arduino Uno untuk sistem kontrol listrik ruangan ini dapat dilihat di Lampiran.
Matikan Beban
Catat di Memori-1 = 00
(bahwa Beban dimatikan)
Baca Sensor
Ada Tidak
orang ?
Baca Memori-1
Ya
Aktifkan Beban
Catat di Memori-1 = 01
(bahwa Beban dihidupkan) Isi Memori-1 = 01 Tidak
Isilah Counter Waktu dengan ?
angka 300 detik
Ya
Delay 1 detik
Tidak
Isi Counter Waktu = 0
?
Ya
Matikan Beban
Catat di Memori-1 = 00
(bahwa Beban dimatikan)
Gambar 3.4
Flowchart Perangkat Lunak
Sistem Kontrol Listrik Ruangan
Berbasis Mikrokontroler.