Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

KELOMPOK

Disusun Oleh :
NI MADE SUGIANTI WIJAYANI S.Pd.K

I MADE DEDI, S.Pd

EGINA SUBAWA NINGSIH,S.Tr.Keb

RUDIA LANTAMO, S.Tr.Keb

USWATUN HASANAH, S.Tr.Keb

PENGAMPU MATERI: Dr. Ir. Akhmat Yamin, MA

LATSAR CPNS KAB. PARIGI MOUTONG


2021
BELANJA KASUS (MEDIA
ELEKTRONIK/CETAK); EVALUASI DAN
ANALISIS KASUS “ TANTANGAN DAN
HAMBATAN PENERAPAN SISTEM MERIT";
D I S K U S I K A N D A N MENYUSUN LAPORAN.

Sumber : https://sumbar.antaranews.com/berita/214294/empat-kabupatenkota-di-
sumbar-langgar-sistem-merit
deskRipsi singkat

Sistem Merit adalah kebijakan dan manajemen SDM aparatur yang


berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar,
tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal
usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, ataupun kondisi
kecacatan. Dalam pengangkatan jabatan ASN sistem merit sulit
diimplementasikan karena terkontaminasi politisasi birokrasi.
Politisasi birokrasi justru masih menjadi faktor dominan dalam
pengangkatan jabatan ASN. Hal ini dibuktikan dangan adanya praktek
KKN dalam pengangkatan jabatan ASN yang lebih menekankan
pendekatan politis dari pada merit.

Seperti yang terjadi di Padang, Kota Sumbar, menurut Komisi


Aparatur Sipil Negara (KASN) menyebutkan terdapat empat
kabupaten dan kota di Sumatera Barat terindikasi melakukan
pelanggaran terhadap sistem merit dalam proses pengisian jabatan
pimpinan tinggi. Indikasi pelanggaran mulai dari pembentukan
panitia seleksi instansi, pengumuman lowongan, pelaksanaan
seleksi, pengusulan nama calon, hingga penetapan dan pelantikan.
pelanggaran terhadap sistem merit itu kemungkinan besar terjadi
karena kurangnya pemahaman kepala daerah terhadap regulasi
menyangkut manajemen ASN baik Undang-Undang maupun
aturan-aturan pelaksanaannya.
Akibatnya kebijakan yang diambil terkait kepegawaian menjadi
keliru dan tidak tepat serta berada di luar kewenangannya yang
dapat membuat kepala daerah bersangkutan dilaporkan ke
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
penYeBaB peRMasalahan

1. Kurangnya pemahaman kepala daerah terhadap regulasi


menyangkut manajemen ASN baik Undang-Undang maupun
aturan-aturan pelaksanaannya.
2. Wali kota dan bupati kurang menguasai regulasi terkait
kepegawaian,
3. Urusan kepegawaian hanya diserahkan kepada bawahan
stRategi penYelesaian masalah

1. Kepala daerah harus mengetahui regulasi menyangkut


manajemen ASN, undang-undang dan aturan-aturan
pelaksanaannya dan mengetahui masing- masing profil
instansi, visi dan misi, dan sasaran pencapaian sistem
merit

2. Kepala daerah harus memastikan pegawai yg di rekrut


sesuai kompetensi dan proses seleksi objektif dan
transparan

3. Kepala Daerah harus melakukan identifikasi kebutuhan


rill pegawai dengan mempertimbangkan kompetensi yg
di perlukan
kesimpUlan

Dari kasus yang diangkat diatas, dapat disimpulkan bahwa


Masih banyak tantangan dan hambatan dalam penerapan sistem
merit, hal itu dibutkikan dengan masih banyaknya indikasi
melakukan pelanggaran terhadap sistem merit dalam proses
pengisian jabatan pimpinan tinggi. Pelanggaran tersebut
bertentangan dengan nilai-nilai pelayanan publik, manejemen
ASN, dan whole of governmnent.
Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam melaksanakan tugas
sudah seharusnya menerapkan nilai-nilai dasar tersebut. Hal ini
bisa dimulai dari diri sendiri kemudian diterapkan pada saat
bertugas/bekerja. Tentunya akan berdampak positif bagi kinerja
individu itu sendiri sebagai ASN, dan mencegah perbuatan yang
melanggar aturan.

Anda mungkin juga menyukai