Pembimbing:
Oleh:
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 2 maret 2021, pukul 11.00 WIB.
Keluhan Utama :
Keluar cairan dari telinga kanan.
Keluhan Tambahan :
Demam, Telinga terasa penuh, nyeri belakang telinga, pendengaran berkurang.
Riwayat Pengobatan
Pada tahun 2020, ketika pasien mengalami sakit telinga dengan keluhan yang sama, pasien
berobat ke dokter spesialis THT-KL di Rs Cikarang di beri obat tetes telinga dan antibiotic
Riwayat Operasi
Tidak ada riwayat operasi sebelumnya.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi apapun.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit Ringan
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
1. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
2. Nadi : 90 x/menit
3. Respirasi : 22 x/menit
4. Suhu : 36.6°c
Kepala : Normocephal
Mata : Pupil bulat, isokor, konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), RCL/RCTL (+/+)
Leher : Trakea ditengah, massa (-), dan nyeri tekan (-)
:
Thorax
1. Pulmo : Pergerakan dinding dada simetris kanan kiri,
suara nafas vesikuler simetris kanan kiri, rhonki
(-/-) wheezing (-/-)
2. Jantung : Bunyi jantung 1 dan 2 normal reguler, murmur
(-) gallop (-)
Abdomen : Bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
• Pemeriksaan nervus I : Tidak dilakukan
• Pemeriksaan nervus III, IV, VI : Ptosis (-
), diplopia (-), pergerakan bola mata dalam
batas normal
• Pemeriksaan nervus V : Paresis (-),
Neurologis
sensorik dalam batas normal
• Pemeriksaan nervus VII : Dalam batas
normal
IV. STATUS LOKALIS
A. Telinga
Tes Pendengaran :
Pemeriksaan Auris
Dextra Sinistra
Tes Rinne Negative Positif
Tes Weber Lateralisasi ke kanan
Tes Swabach Memanjang Sama dengan pemeriksa
Kesan : Tuli Konduktif AD
B. Hidung
Nasal
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Keadaan Luar • Bentuk
Normal Normal
• Ukuran
Rhinoskopi • Mukosa • Tenang • Tenang
Anterior • Sekret • Tidak ada • Tidak ada
• Darah • Tidak ada • Tidak ada
• Krusta • (-) • (-)
• Concha Inferior • Hipertropi (-), Hiperemis• Hipertropi (-),
• Septum (-) Hiperemis (-)
• Tidak ada septum deviasi• Tidak ada septum
• Polip/Tumor • Tidak ditemukan massa deviasi
• Tidak ditemukan
massa
• Pasase Udara
Baik Baik
Rhinoskopi • Mukosa
Posterior • Koana
• Sekret
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
• Torus tubarius
• Fossa Rossenmuller
• Adenoid
• Tidak deviasi
• Uvula
• (-)
• Halitosis
Tonsil • Mukosa • Tidak hiperemis
• Besar • T1-T1
• Kripta • Tidak ada
• Detritus • Tidak ada
• Perlengketan • Tidak ada
Faring • Mukosa • Tidak Hiperemis
• Granulasi • Tidak terdapat granulasi
• Post Nasal Drip • Tidak ada
Laring • Epiglotis • Hiperemis (-) Udem (-)
• Kartilago Aritenoid • Hiperemis (-) Udem (-)
• Plica Ariepiglotika • Hiperemis (-) Udem (-)
• Plica Vestibularis • Hiperemis (-/-) Udem (-/-) Massa -
• Plica Vokalis • Hiperemis (-/-) Udem (-/-) Massa -
• Rima Glotis • Tidak terdapat granulasi
• Trakea • Tidak terdapat massa
D. Maxillofacial
Bagian Keterangan
Maxillofacial
Tidak ditemukan kelainan
• Bentuk
Tidak ada parase N. Cranialis
• Parese N. Cranialis
E. Leher
Bagian Keterangan
Leher
• Bentuk • Bentuk normal, trakea berada di tengah
• Massa • Massa (-), pebesaran KGB (-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Endoskopi
Kesan :
AD (Gambar 1-4) : Liang telinga tampak hiperemis (+), Edema (+), tidak terdapat secret,
terdapat jaringan granulasi (+), membrane timpani perforasi total, tidak tampak cone of light
dan terdapat kolesteatoma (+)
VI. RESUME
Pasien perempuan (47 th) datang dengan keluhan telinga kanan keluar cairan sejak 2 bulan
yang lalu. Keluhan ini dirasakan hilang timbul sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu Namun, cairan
yang keluar dari telinga kanannya masih dirasakan terakhir kali keluar cairan pada 5 hari yang
lalu. Cairan yang keluar encer, mukoid, tidak berbau dan tidak ada darah. Namun saat datang ke
poli cairan sudah tidak keluar dari telinga. Selain keluhan tersebut, pasien juga mengeluhkan
sebelumnya demam disertai nyeri pada belakang telinga terasa bengkak hingga sakit ke kepala,
telinga terasa penuh dan pendengaran berkurang. Keluhan ini dirasaakan pada saat cairan dari
telinga belum keluar. Pasien memiliki Riwayat sering mengkonsumsi makanan pedas dan
minuman dingin, dan pasien sering mengorek-ngorek telinganya dengan cotton bud. Dan pasien
pernah berobat ke Rs Cikarang 1 tahun lalu.
Pemeriksaan fisik dan status lokalis pada hidung, mulut dan orofaring, maksillofacial dan
leher didapatkan hasil pemeriksaan dalam batas normal. Pemeriksaan status lokalis pada telinga
ditemukan :
Pemeriksaan telinga
Retroaurikula Hiperemis (+) nyeri tekan (+)
Canalis Akustikus Eksternus AD Hiperemis (+), Edema (+), jaringan granulasi (+), kolesteatoma (+),
membran timpani perforasi total, cone of light (-).
Tes Pendengaran
Tes Rinne ( - ), Tes Webber ( Lateralisasi ke kanan ), TES Swabach ( Memanjang)
Hasil tes pendengaran didapatkan tuli konduktif AD.
Endoskopi Telinga Auricula Dextra
Liang telinga tidak ada secret
Membrane timpani perforasi sentral.
VII. DIAGNOSIS BANDING
• Otitis Eksterna
• Otomikosis
Non Medikamentosa
Mastoidektomi
XI. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : ad bonam
Quo Ad Functionam : dubia ad bonam
Quo Ad Sanationam : dubia ad bonam
Tugas – Tugas
1. Pemeriksaan Kolesteatoma ?
CT scan
MRI
Pemeriksaan MRI adalah salah satu pilihan pemeriksaan penunjang yang dapat
digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis kolesteatoma, terutama jika temuan klinis
meragukan. MRI dapat membedakan kolesteatoma dengan fibrosis, jaringan granulasi,
granuloma kolesterol, maupun proses inflamasi. Gambaran MRI tipe signal-intensity
biasa tidak memberikan gambaran yang khas. Umumnya lesi ditunjukkan dengan adanya
hipo atau isointensitas pada T1W1 dan hiperintensitas pada T2W1 dibandingkan dengan
jaringan otak. MRI, terutama jenis diffusion-weighted, memiliki sensitivitas, spesifisitas,
serta nilai prediksi positif dan negatif yang tinggi dalam penegakan diagnosis
kolesteatoma.
Pada teori implantasi dikatakan bahwa kolesteatoma terjadi akibat implantasi epitel
kulit secara iatrogenic ke dalam telinga tengah sewaktu operasi, setelah blust injury,
pemasangan pipa ventilasi atau setelah miringotomi.
Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tempat pertumbuhan kuman (infeksi),
yang paling sering adalah Proteus dan Pseudomonas Aeruginosa.Sebaliknya infeksi dapat
memicu respons imun local yang mengakibatkan produksi berbagai mediator inflamasi dan
berbagai sitokin.Sitokin yang diidentifikasi terdapat pada matriks kolesteatoma adalah
interleukin (IL-1), interleukin-6, tumor necrosis factor-α (TNF-α), dan transforming growth
factor (TGF). Zat-zat ini dapat menstimulasi sel sel keratinosit matriks kolesteatoma bersifat
hiperploferatif, destruktif, dan mampu berangiogenesis.
Massa kolesteatoma ini akan menekan dan mendesak organ di sekitarnya serta
menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis terhadap tulang diperhebat
oleh karena pembentukan reaksi asam oleh pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini
mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis dan abses otak.
Referensi
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorok kepala & leher. 7th edition. Jakarta: Badan Penerbit FK UI, 2014 .h. 62-7, 70-5.