Anda di halaman 1dari 2

Pada gambar diatas menunjukan respon sel T CD8+ pada pasien SARS-COV-2 dengan 2 kondisi, yaitu

kondisi ringan dan berat. Pada kondisi ringan, sel T CD8+ diaktivasi dengan IL-2 type I dan type III
sehingga membentuk kumpulan-kumpulan sel T CD8+, yang nantinya sel T CD8+ yang telah aktif ini
bertugas untuk menghancurkan sel yang telah terinfeksi, selain itu pula sel T CD8+ yang telah aktif
akan membentuk sel T memori yang spesifik terhadap antigen COVID-19 yang sudah dikenali, yang
akan melindungi sel dari infeksi COVID-19 di masa yang akan datang.

Namun pada kondisi pasien yang berat, aktivasi sel T CD8+ menjadi terhambat karena system imun
cenderung mengaktifkan sinyal IL-6, IL-10, IL-1β, CXCl8, CXCLs, dan TNF yang mana kesemuanya
adalah proinflammatory cytokine. akibat dari sinyal imunitas yang berlebihan yang dihasilkan oleh
tubuh tadi, menyebabkan berkurangnya dan kumpulan sel T CD8+ dan juga kelelahan sel T,
sedangkan sel T memori masih belum jelas apakah terbentuk atau tidak.

Pada gambar diatas menunjukan respon sel T CD4+ pada pasien SARS-COV-2 dengan 2 kondisi, yaitu
kondisi ringan dan berat. Pada kondisi ringan, sel T CD4+ diaktivasi dengan IL-2 type I dan type III
sehingga membantu perkembangan sel Th (T Cell helper) yang bertugas untuk mengaktifkan system
imun pada saat infeksi awal, selain itu juga dengan aktivasi CD4+ ini juga mengaktivasi germinal
center B cell yang berfungsi untuk menghancurkan sel yang sudah terinfeksi oleh antigen.
Namun pada kondisi pasien yang berat, aktivasi sel T CD4+ menjadi berlebihan karena system imun
yang mengaktifkan sinyal IL-6, IL-10, IL-1β, CXCl8, CXCLs, dan TNF, selain itu CD4+ juga menghasilkan
sel Th yang berlebihan. akibat dari sel T h yang berlebihan ini, membuat sitokin yang diproduksi
menjadi berlebihan (cytokine storm) dan berakibat pada plasmablast hyperactivation,systemic
antiviral respon yang berlebihan, dan immunopathology (dimana imun yang dihasilkan merusakan
sel-sel yang ada dalam tubuh).

Anda mungkin juga menyukai