Anda di halaman 1dari 126

TINJAUAN PUSTAKA

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PADA THALASEMIA
DIVISI HEMATOLOGI TAHAP KLINIS
SHOFIA WIDYA MURTI
DELITA PRIHATNI

24 JUNI 2022
DEFINISI THALASEMIA

Thalasemia berasal dari bahasa


Yunani, yaitu “Thalassa” yang berarti
laut dan “Haema” yang berarti darah.

Thalasemia merupakan penyakit Perubahan kecepatan sintesis Hb


herediter yang diturunkan secara
autosomal resesif dan disebabkan
oleh gangguan sintesis Hb, khususnya Penurunan kemampuan produksi
pada rantai globin. rantai globin akibat mutasi

2
HEMOGLOBIN
Molekul yang membawa dan
mendistribusikan oksigen ke jaringan
tubuh yang memerlukannya.

Kombinasi 4 rantai globin (α, β, δ, dan γ).

Pada dewasa, Hb diekspresikan sebagai:


- HbA (α2,β2 sebesar 95- 98%)
- HbA2 (α2,δ2 kurang dari 3,3%)
- HbF (α2,γ2).

Dikutip dari : Caroline Thomas5


3
EPIDEMIOLOGI THALASEMIA

7% dari populasi global Insidensi penderita


Prevalensi Thalasemia-α
(80-90 juta orang)  Thalasemia trait adalah
dan Thalasemia-β di
pembawa Thalasemia β 4,4% dari 10.000 kelahiran
seluruh dunia 1,7%.
(WHO, 2006) hidup.

Sekitar 300-500 ribu bayi Indonesia termasuk dalam Thalasemia di Indonesia


baru lahir disertai kelainan sabuk Thalasemia dunia tercatat 5.501 pasien.
Hb berat, dan 50-100ribu dengan frekuensi gen Sejumlah 1.751 (35%)
anak meninggal dg pembawa sifat Thalasemia berasal dari Jawa Barat
Thalasemia β tinggi (3-8%) (YTI-POPTI, Mei 2011)

4
EPIDEMIOLOGI THALASEMIA

Jenis Thalasemia Sebaran Populasi Thalasemia

Populasi Mediteranian, Timur Tengah, India, Pakistan,


Thalasemia-β Asia Tengah, Asia selatan, Asia Tenggara, Rusia
  Selatan, Cina, Liberia, dan beberapa bagian Afrika Utara

Populasi Mediteranian, Afrika, Timur Tengah, India,


Thalasemia-α Asia Timur dan Asia Tenggara

Dikutip dari Aru W. Sudoyo4 5


KLASIFIKASI THALASEMIA

Thalasemia Mayor

Berdasarkan gejala & tanda


klinis, onset awitan, dan Thalasemia Intermedia
kebutuhan transfusi darah

Thalasemia MInor

6
THALASEMIA MAYOR

Keadaan klinis yang


Membutuhkan transfusi
paling berat  gen Gejala muncul pada
setiap 2-4 minggu,
penyandi Hb pada 2 usia 7 bulan awal
sejak usia 6-24 bulan,
alel kromosom pertumbuhan.
s/d seumur hidupnya.
mengalami kelainan.

7
THALASEMIA INTERMEDIA

Secara klinis
Pasien Thalasemia
Thalasemia intermedia Onset awitan dari
intermedia tidak rutin
menunjukkan gejala Thalasemia intermedia
membutuhkan transfusi
dan tanda yang sama pada usia belasan
darah, terkadang hanya
dengan Thalasemia tahun, atau bahkan usia
3 bulan, 6 bulan atau 1
mayor, namun lebih dewasa.
tahun sekali.
ringan.

8
THALASEMIA MINOR

Satu gen yang normal


Thalasemia minor bisa
Karier Thalasemia masih mampu
juga disebut sebagai
tidak menunjukan memberikan kontribusi
pembawa sifat, trait,
gejala klinis semasa untuk proses sistem
pembawa mutan, atau
hidupnya. hematopoiesis yang
karier Thalasemia.
cukup baik.

9
GENOTIP DAN FENOTIP THALASEMIA

Thalasemia 

Secara genetik didasarkan Thalasemia 


pada kelainan subunit
rantai globin Thalasemia /

Thalasemia 

10
THALASEMIA 
• Rantai globin-α tersususn atas 141 asam animo.
• Penghasil rantai globin  terletak pada kromosom 16

• Klasifikasi:
• Delesi
• Non-delesi (Mutasi titik)
11
Jenis
THALASEMI Thalasemia
Genotip Fenotip dan Gejala klinis

A Normal α/α Hb, MCV dan MCH normal.


Asimtomatik
(TIPE Thalassaemia- α+/α Hb dan MCV batas rendah, MCH
α+ heterozigot rendah. Asimtomatik
DELESI) Thalassaemia- α+/α+ Anemia ringan, MCV dan MCH
Thalasemia-α ditandai dengan α+ homozigot rendah. Asimtomatik
Thalassaemia- α/α0 Anemia ringan, MCV dan MCH
delesi (kehilangan) gen α sebagian αo heterozigot rendah. Asimtomatik
(defisiensi parsial/Thalasemia-α+) Hb H disease α+/α0 Anemia berat, MCV dan MCH
sangat rendah. Splenomegali,
atau tidak diproduksi sama sekali perubahan tulang bervariasi
rantai globin-α (defisiensi Thalassaemia-α α0/α0 Anemia hemolitik intrauterin non-
mayor imun yang parah, Hidrops fetalis
total/Thalasemia-α0). Hb Bart (fatal)

Dikutip dari Peters M7 12


THALASEMIA  (TIPE DELESI)

No. Varian Delesi gen α Genotip Simptomatik


1 Silent carrier Delesi 1 dari 4 gen α (α-/αα) Asimptomatik
2 Karier Thalasemia Delesi 2 dari 4 gen α (--/αα)/(α-/-α) Asimptomatik
3 Penyakit HbH Delesi 3 dari 4 gen α (α-/--) Thalasemia
intermedia/ mayor
4 Sindrom Hb Bart Delesi 4 gen α (--/--) Hidrops fetalis,
biasanya letal
Dikutip dari: Rujito5
13
THALASEMIA  (TIPE NONDELESI/MUTASI
TITIK)
Gangguan proses splicing  mRNA abnormal yg mudah dipecah oleh
endonuklease sel. Contoh: Mediteranian non deletion α-Thal.

Perubahan polyadenylation signal  mRNA tanpa ekor poli-α (poly-α


tail)  mRNA mudah dipecah. Contoh: Saudi Arabian non deletion α
Gangguan pada -Thal type 2.
mRNA atau
protein
Perubahan kerangka baca (frame-shift)  menghasilkan protein yg tak
berfungsi. Contoh: Saudi Arabian non-deletion α-Thal type 1.

Rantai α globin yg tidak stabil dan mudah dipecah oleh endopeptidase


sel. Contoh: Hb Quong Sze (kodon 125), Hb Constant Spring (kodon
142), Hb Suan Dok (kodon 109).

14
THALASEMIA 
• Rantai globin-β tersusun atas 146 asam amino.
• Rantai globin  dikode oleh gen struktural pada kromosom 11.

• Klasifikasi:
• Delesi
• Non-delesi (Mutasi titik)
15
Jenis
Genotip Fenotip dan Gejala klinis
Thalasemia
THALASEMIA  Normal β/β Hb, MCV dan MCH normal.
(TIPE DELESI) Thalassaemia- β/β+, β/β0
Asimtomatik
Anemia ringan, MCV and MCH
β trait/minor rendah. Asimtomatik
Thalasemia-β tipe delesi terjadi Thalassaemia- β+/β+, β+/β0 Anemia berat, MCV dan MCH
akibat berkurangnya rantai globin-β β intermedia* sangat rendah. Splenomegali,
perubahan tulang bervariasi,
(Thalasemia-β+) atau tidak diproduksi ketergantungan tranfusi
sama sekali rantai globin-β bervariasi
Thalassaemia- β0/β0 Anemia hemolitik berat, MCV
(Thalasemia-β0). β mayor dan MCH sangat rendah.
Hepatosplenomegali,
ketergantungan transfusi
kronis

Dikutip dari Peters M7 16


THALASEMIA  (TIPE NONDELESI/MUTASI
TITIK)

Mutasi promoter
Mutasi RNA splicing Mengubah kode baca dari kodon 
polipeptida yang pendek dan tidak
Mutas RNA capping/tailing stabil/terbentuknya stop kodon
(nonsense mutation)  terminasi
Mutasi translasi prematur proses translasi
Mutasi frameshift

17
PATOFISIOLOGI
THALASEMIA

18
DIAGNOSIS
DAN
SKRINING
THALASEMIA

19
ANAMNESIS
Pucat kronik

Perut buncit karena adanya hepatosplenomegali

Riwayat transfusi berulang

Riwayat tumbuh kembang dan pubertas terlambat

Riwayat keluarga dengan Thalasemia dan transfusi berulang

Etnis dan suku tertentu


20
PEMERIKSAAN FISIK

Facies Cooley (dahi


menonjol, mata
Pucat (anemis), menyipit, jarak
Hepatosplenomegali
Sklera ikterik kedua mata melebar,
maksila hipertrofi,
maloklusi gigi)

Gagal tumbuh, gizi


Hiperpigmentasi
kurang, perawakan Pubertas terlambat
kulit
pendek

21
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan Pemeriksaan
Elektroforesis Hb
Hematologi DNA

22
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Hematology
analyzer Sediaan apusan
darah tepi

23
PEMERIKSAAN HEMATOLOGY ANALYZER

Alat hematologi otomatis yang dapat melakukan identifikasi


dan pehitungan sel, menganalisa rasio, serta menunjukan
flagging yang terdapat pada komponen darah dengan cara
menghitung rata-rata dari proses electrical impedance,
pemantulan cahaya laser dan pewarnaan sel.

24
PEMERIKSAAN HEMATOLOGY ANALYZER

Electrical impedance Flow Cytometry 


 mengukur RBC, menghitung dan
WBC dan trombosit mengklasifikasikan sel
dengan mengukur dan Fotometri  mengukur dengan menembakkan
menghitung partikel Hb dengan prinsip cahaya laser
yang didasarkan pada absorbansi cahaya oleh semikonduktor dengan
perubahan resistensi foto detektor. panjang gelombang
saat partikel melewati 633nm ke sel yang
celah kecil antara dua melalui chamber
elektroda. flowcell.

25
PEMERIKSAAN FLOW CYTOMETRY

Forward scattered light • Digunakan untuk mengukur WBC, NRBC,


(FSC)  merefleksikan retikulosit, dan platelet count flourescent,
ukuran sel serta mendeteksi sel abnormal dan sel
immatur.

Side scattered light


(SSC)  merefleksikan
kompleksitas sel

Side fluorescent light


(SFL)  merefleksikan
jumlah kandungan
asam nukleat dan
26
organel sel.
GAMBARAN HEMATOLOGI PADA
THALASEMIA-β TRAIT/THALASEMIA-β
MINOR
Kadar Hb antara 10-13 g/dL. MCV < 80 fL (mikrositik)
Jumlah eritrosit normal/sedikit MCH < 27 pg (hipokromik)
tinggi. MCHC normal/sedikit menurun.

Gambaran darah tepi pada


Jumlah retikulosit meningkat dua
Thalasemia β, terutama pada karier,
kali lipat dari nilai normal.
ditemukan badan inklusi HbH (heinz
Kadar RDW dalam batas normal.
body).

27
GAMBARAN HEMATOLOGI PADA
THALASEMIA-β MAYOR

Hb 3-4 g/dL
Jumlah retikulosit meningkat 1-8%
MCV 50-60 fL
serta terdapat peningkatan RDW.
MCH 12-18 pg.

Gambaran darah tepi anisositosis


poikilositosis (fragmentosit, sel target,
Pada keadaan hipersplenisme dapat
dan tear-drop), mikrositik, hipokrom,
ditemukan leukopenia, neutropenia,
basophilic stippling, badan
dan trombositopenia
Pappenheimer, dan eritrosit berinti
(eritroblast)
28
INDEKS ERITROSIT UNTUK SKRINING
THALASEMIA
Cut-off Cut-off Sn Sp
Referensi Formula
ADB* Thalasemia (%) (%)
M-H-RDW %Micro R – %Hypo He – RDW <7.6 >7.6 100 92.6
M-H index %Micro R – %Hypo He <11.5 >11.5 97.4 96.0
M/H ratio %Micro R / %Hypo He <3.7 >3.7 92.0 86.0
RBC RBC <5 >5 85.0 90.0
Sirdah (MCV – RBC – 3) x Hb >27 <27 83.0 90.0
Ehsani MCV – (10 x RBC) >15 <15 91.0 82.0
England-Fraser (MCV – RBC – 5) x (Hb – 3.4) >0 <0 75.0 92.0
Green-King (MCV2 x RDW-CV) / (100 x Hb) >65 <65 79.0 89.0
Jayabose (RDW index) MCV / RBC ×  RDW >220 <220 83.0 85.0
Mentzer MCV/RBC >13 <13 82.0 85.0
Shine-Lal MCV2 x MCH x 0.01 >1530 <1530 96.0 41.0
Ricerca RDW/RBC >4.4 <4.4 93.0 52.0
Srivastava MCH/RBC >3.8 <3.8 78.0 81.0
Bessman RDW >15 <15 62.0 66.0

29
GAMBARAN APUSAN DARAH TEPI
THALASEMIA
THALASSEMIA TRAIT THALASSEMIA MAYOR

Mikrositik dan hipokrom. Perubahan Retikulosit, mikrositik dan hipokrom dengan


morfologi: sel target, teardrop perubahan morfologi: sel target, sel teardrop,
basophilic stippling, dan Pappenheimer bodies,
eritroblast 30
PEMERIKSAAN ELEKTROFORESIS
HEMOGLOBIN

• Baku emas dalam skrining karier Thalasemia.


• Pemeriksaan yang memisahkan varian Hb berdasarkan perbedaan elektroforetik

High-
Cellulose
Citrate agar Capillary zone performance
Isoelectric acetate
electrophoresi electrophoresi liquid
focusing (IEF) electrophoresi
s acidic pH s (CZE) chromatography
s alkaline pH
(HPLC)

31
PEMERIKSAAN
ISOELECTRIC FOCUSING
(IEF)
• Metode pemeriksaan untuk
memisahkan protein Hb melalui
media Agarose gel yang memiliki
gradien pH.
• Memiliki throughput yang tinggi,
memberikan resolusi yang baik, dan
hemat waktu.
Dikutip dari: Association of Public Health Laboratories25 32
ELEKTROFORESIS SELULOSA ASETAT
(ALKALI)
• Mendeteksi Hb dengan memanfaatkan muatan
negatif Hb dalam kondisi basa (pH 8,4).
• Sampel diletakkan ke dalam agar gel selulosa
asetat  Hb dipisahkan dengan elektroforesis
menggunakan buffer basa (Tris-EDTA dengan
Boric acid).
• Setelah migrasi, visualisasi pita Hb akan tampak
melalui pewarnaan Ponceau S, Amino Black dan
Acid Violet  dibandingkan dengan standar
Dikutip dari: Riaz27
yang sudah diketahui
33
ELEKTROFORESIS AGAR SITRAT (ASAM)
• Mendeteksi Hb dalam lingkungan yang
asam (pH 6,0)
• Metode ini didasarkan pada interaksi
kompleks Hb dengan buffer dan agar.
Pewarnaan memberikan visualisasi pita Hb
• Elektroforesis asam dapat mengkonfirmasi
varian Hb yang berasal dari Elektroforesis
Selulosa Asetat. Agar Sitrat elektroforesis
lebih sensitif daripada Selulosa asetat untuk
mendeteksi HbF Dikutip dari: Riaz27
34
ELEKTROFORESIS ZONA KAPILER

• Pemeriksaan varian Hb melalui pemisahan yang


dilakukan dengan resolusi tinggi menggunakan
buffer sebagai media mengantikan gel agarose.
• Prinsipnya adalah melalui pergerakan komponen
bermuatan positif pada kutub negatif dan
komponen bermuatan negatif pada kutub positif
(elektrokinetik).
• Varian dari Hb dipisahkan berdasarkan mobilitas
elektroforetik dan aliran elektroosmotik pada
suasana basa (pH 9,4) dalam kapiler silika.
35
ELEKTROFORESIS ZONA KAPILER

• Suatu Hb dianggap normal saat Hb F dan Hb A, ditunjukkan dengan


gambaran kurva zona N10 dan N7

36
Pola elektroforesis Hb pada Talasemia α (Usia> 12 Bulan)
Tipe Pasien
Jenis Hb Normal Hb Bart / hydrops fetalis
HbH
syndrome
HbA 96%-98% 0 60%-90%
HbF <1% 0 <1%
Hb Bart 0 85%-90% 2%-5%
HbH 0 0 0.8%-40%
HbA2 2%-3% 0 <2%
Hb Portland 0 10%-15% 0

Pola elektroforesis Hb pada Talasemia β (Usia> 12 Bulan)


Tipe Pasien Karier/Pembawa
β+-Thal Homozigot
Jenis Hb Normal βº Thal
atau β+/βº Compound β-Thal Minor
Homozigot
Heterozigot
HbA 96%-98% 0 10%-30% 92%-95%
HbF <1% 95%-98% 70%-90% 0.5%-4%
HbA2 2%-3% 2%-5% 2%-5% ≥3.5% 37
PEMERIKSAAN HIGH PERFORMANCE
LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC)
• Metode yg digunakan untuk memisahkan senyawa atau
molekul berdasarkan ukuran, afinitas, dan jenis selnya.
• Prinsipnya melalui penukaran kation menggunakan
program gradien buffer dengan meningkatkan
kekuatan ion ke dalam kaset.
• Fraksi dipisahkan melewati aliran sel, dan absorbansi
diukur pada panjang gelombang 415 nm, dan diukur
kembali pada 690 nm untuk mengurangi bias.
• Perubahan absorbansi dipantau dari waktu ke waktu Dikutip dari: Association of Public Health Laboratories25

menghasilkan kromatogram (absorbansi vs waktu). 38


PEMERIKSAAN ANALISIS DNA

• Diagnosis berbasis molekuler  mencari dan menganalisis defek atau mutasi


pada gen pasien Thalasemia.
• Sequencing  Penerjemahan  penyelarasan pada gene bank

Allelic
Restriction
Discrimination
Fragment Length Next Generation
using Real Time DNA Sequencing
Polymorphism Sequencing (NGS)
PCR end point
(RFLP)
data

39
RESTRICTION FRAGMENT LENGTH
POLYMORPHISM (RFLP)

• Memanfaatkan urutan pengenalan enzim restriksi


yang sesuai dengan alel normal atau alel gen yang
bermutasi.
• DNA diamplifikasi menggunakan PCR  Jika
terdapat perubahan urutan pengenalan, enzim
restriksi akan membatasi (memotong) DNA
dengan menambahkan enzim restriksi DdeI
kemudian diinkubasi  dilakuakan elektroforesis
gel  Perbedaan ukuran fragmen divisualisasikan,
difoto dan dianalisis melalui pewarnaan
40
RESTRICTION FRAGMENT LENGTH
POLYMORPHISM (RFLP)
Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
Kelebihan Kekurangan
Sangat mudah untuk dilakukan dan dianalisis Memiliki throughput yang rendah karena
sejumlah langkah dikerjakan manual.
Tidak mahal dibandingkan dengan metode Membutuhkan waktu untuk menyelesaikan
molekuler lain. pemeriksaan
Instrumentasi yang diperlukan adalah: Apabila terdapat pemotongan sebagian alel
- Mesin PCR (pemotongan tidak lengkap), dapat
- Pemanas air menyebabkan interpretasi yang salah.
- Unit elektroforesis
- Kamera.
Hasil pemeriksaan baik apabila dikerjakan
dengan jumlah sampel yang sedikit.
41
ALLELIC DISCRIMINATION
MENGGUNAKAN REAL TIME PCR

• Mengukur fluoresensi pada akhir PCR


untuk menentukan apakah terdapat mutasi.
• Memiliki throughput yang lebih tinggi
daripada RFLP, karena hasilnya dihasilkan
tepat setelah amplifikasi berakhir.
• Keterbatasan pemeriksaan ini adalah biaya
yang tinggi untuk probe dan alat real time
PCR.

42
DNA SEQUENCING
• Mendeteksi mutasi yang paling komprehensif
dalam menentukan urutan yang tepat,
mencakup area primer yang digunakan.
• Setiap perubahan dasar  menggambarkan
polimorfisme nukleotida tunggal, penyisipan
kecil dan delesi kecil.
• Merupakan metode dengan throughput tinggi
tetapi semua data urutan harus ditinjau oleh
teknisi terlatih yang dapat mengerjakan banyak
sampel dalam waktu yang panjang.

43
NEXT GENERATION SEQUENCING (NGS)

• Teknologi terbaru untuk pemeriksaan seluruh genom dalam mencari mutasi poin
tunggal, delesi, insersi serta translokasi untuk mengidentifikasi perubahan
paradigma dalam diagnosis klinis suatu penyakit genetik.
• Sequensing dilakukan dengan siklus berulang dari ekstensi nukleotida yang
dimediasi oleh enzim polymerase atau dengan siklus ligase oligonukleotida
• Next Generation Sequencing memungkinkan ribuan hingga jutaan pasangan basa
dengan cepat dari urutan DNA seorang pasien dengan keberhasilan yang tinggi.

44
NEXT
GENERATION
SEQUENCING
(NGS)

45
RINGKASAN

• Thalasemia merupakan gangguan sintesis hemoglobin (Hb), khususnya pada rantai globin,
yang dapat diturunkan.
• Penyakit genetik ini memiliki jenis dan frekuensi terbanyak di dunia.
• Manifestasi klinis yang ditimbulkan juga bervariasi, mulai dari asimtomatik hingga gejala
yang berat, sejak dalam kandungan atau pada awal masa kanak-kanak, hingga dewasa.
• Skrining dan penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium, mulai dari pemeriksaan hematologi,
elektroforesis Hb dan pemeriksaan DNA.

46
TERIMA KASIH

47
SKRINING THALASEMIA

Skrining pranikah, idealnya dilakukan Skrining antenatal, dilakukan pada ibu


untuk mengidentifikasi pembawa yang sedang mengandung tanpa melihat
Thalasemia β. Skrining dapat dilakukan usian kehamilan. Selain itu, para suami
di Perguruan Tingg, sekolah, atau pusat juga disarankan untuk melakukan
komunitas, terutama di daerah dengan skrining. Terutama pada keluarga yang
angka prevalensi yang tinggi. memiliki riwayat Thalasemia.

Skrining prakonsepsi, dilakukan bagi


Skrining neonatal, dilakukan pada
pasangan yang datang ke klinik
seluruh neonatus.
infertilitas untuk konsepsi terbantu.

Skrining pra operasi/preanestesia, juga dapat


dilakukan untuk dapat mengetahui pasien
pembawa sifat Thalasemia. 48
PEMERIKSAAN KADAR ZAT BESI RUTIN DI LAB
No Parameter Sampel Metode Satuan Penanda Keuntungan Kerugian
1 Hemosiderin (Bone Aspirat Mikroskopik dengan Grading Penurunan atau tidak Penanda simpanan Invasif dan traumatic
Marrow Iron) sumsum tulang pewarnaan khusus semikuantitatif adanya simpanan zat besi zat besi pada tubuh
(manual) pada sumsum tulang dan berkorelasi baik
dengan hemoglobin

2 Hemoglobin Whole blood Sianmethemoglobin gram/desiliter Anemia Mudah diperiksa, Tidak dapat mengukur
dengan kolorimetri dan dapat digunakan kadar besi secara
(automated) sebagai skrining langsung, seperti pada
deplesi zat besi

3 Hematokrit Whole blood Pengukuran Rasio desimal Proporsi % eritrosit dalam Mudah diperiksa Sama seperti
komponen selular atau % whole blood hemoglobin, dan
dari keseluruhan dipengaruhi berbagai
volume whole blood faktor eksternal
(automated)
4 Mean Cells Indicators Whole blood Rasio hematokrit femtoliter (fL) Menentukan kromasi atau Dapat menentukan Memerlukan mesin
(MCV, MCH, MCHC) atau hemoglobin atau pikogram ukuran eritrosit klasifikasi anemia khusus yang canggih
dengan dengan (pg) dan mahal
jumlah eritrosit
5 Reticulocyte Whole blood Automated gram/liter Konsentrasi hemoglobin Mendeteksi Membutuhkan alat
Hemoglobin (Ret-He) flowcytometry pada eritrosit muda defisiensi zat besi yang mahal dan
dengan cepat pada canggih
eritrosit muda
49
No Parameter Sampel Metode Satuan Penanda Keuntungan Kerugian
6 Zat besi (Fe Serum) Serum Enzimatik Kadar zat besi yang terikat Pengukuran simpanan zat Dipengaruhi variasi
kolorimetrik mikrogram dengan transferin besi pada sumsum tulang diurnal, asupan zat besi
/ desiliter dan jaringan lain eksternal, serta
penyakit kronis lain
7 Feritin Serum atau plasma Immunoassay mikrogram Penanda simpanan zat besi Penanda status besi Merupakan reaktan
(Enzyme linked atau / liter (overload atau defisiensi) fase akut, dipengaruhi
chemiluminescent inflamasi dan kondisi
immune assay) klinis lain
8 Total iron binding Serum atau plasma Enzimatik mikrogram Kapasitas total transferin Meningkat pada Dipengaruhi oleh
capacity (TIBC) kolorimetrik / desiliter yang bersirkulasi yang defisiensi zat besi, rendah inflamasi dan penyakit
terikat dengan zat besi pada inflamasi hati
9 Saturasi transferin Serum atau plasma Kalkulasi dari kadar % Saturasi < 15% Proporsi transferin yang Dipengaruhi variasi
zat besi serum terikat kepada zat besi diurnal, asupan zat besi
dibagi TIBC eksternal, serta
penyakit kronis lain
10 Soluble transferrin Serum atau plasma Immunoassay mikrogram Menggambarkan Pengukuran
receptors (sTfR) / liter keseimbangan kebutuhan semikuantitatif dari Dipengaruhi kecepatan
zat besi selular dan defisiensi zat besi bahkan eritropoiesis
pasokan zat besi pada kondisi inflamasi
11 Hepsidin Serum atau plasma Immunoassay nanogram/ Regulator absorpsi zat besi Produksi akan menurun Belum ada metode
atau urin milliliter dari usus jika zimpanan zat besi di pemeriksaan dan nilai
dalam tubuh menurun normal yang standar

12 Zinc Whole blood atau Fluorescence mikromol/ Defisiensi zat besi pada Berguna pada anak anak Dipengaruhi kondisi
Protoporphyrine dried blood spots spectrophotometry mol eritrosit yang sedang dan balita dengan metode inflamasi dan penyakit
(ZPP) (DBS) hemoglobi berkembang DBS kronis lain
n 50
ELEKTROFORESIS ZONA KAPILER - MINICAP
SEBIA
• Pemeriksaan varian Hb melalui pemisahan yang
dilakukan dengan resolusi tinggi menggunakan buffer
sebagai media mengantikan gel agarose.
• Prinsipnya adalah melalui pergerakan komponen
bermuatan positif pada kutub negatif dan komponen
bermuatan negatif pada kutub positif (elektrokinetik).
• Varian dari Hb dipisahkan berdasarkan mobilitas
elektroforetik dan aliran elektroosmotik pd suasana basa
(pH 9,4) dalam kapiler silika dengan diameter 100 µm.

51
• Terdiri dari gabungan kapiler silika, dua reservoir
buffer elektrolit, suplai daya tegangan tinggi, dan
detektor yang dihubungkan ke unit akuisisi data
• Sampel dimasukkan ke dalam inlet kapiler. Ketika
tegangan tinggi diaplikasikan di ujung awal
kapiler, molekul sampel dipisahkan oleh electro-
osmotic flow (EOF).
• Flow output dihasilkan dari kelebihan ion positif
di permukaan kapiler bagian dalam yang bergerak
menuju katoda. Ion negatif dalam spesimen juga
bergerak menuju outlet kapiler tetapi pada
kecepatan yang lebih lambat.
• Saat ion sampel bergerak menuju outlet kapiler 
deteksi dan diukur oleh detektor 52
53
• Jumlah rata-rata pasien yang diperiksa Hb elektroforesis di RSHS: 256/ tahun
• Harga elektroforesis Hb di lab sentral RSHS:
• Non cito
• Kelas I : Rp 490.000
• Kelas II : Rp 415.000
• Kelas III : Rp 415.000
• Cito
• Kelas I : Rp612.500
• Kelas II : Rp612.250
• Kelas III : Rp612.250
54
THALASEMIA DELESI DAN NON-DELESI

57

57
ROLE OF IRON DEFICIENCY ANEMIA IN
THE PROPAGATION OF BETA THALSSEMIA
GENE
• Anemia defisiensi besi (IDA)  anemia mikrositik hipokromik yang paling umum di
seluruh dunia.
• Defisiensi besi memodulasi sintesis Hb-A2, mengakibatkan penurunan kadar Hb-A2
pada pasien dengan IDA. Hb-A2 normal terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai delta.
• Penurunan kadar Hb-A2 pada IDA dapat disebabkan oleh penurunan transkripsi
dan/atau translasi gen delta, persaingan antara rantai beta Hb-A dan rantai delta Hb-
A2 dalam mengikat jumlah terbatas besi yang tersedia untuk kelompok hem mereka
(rasio beta: rantai delta dalam RBC normal adalah 49:1)

Korean J Hematol 2011;46:41-4. 58


ROLE OF IRON DEFICIENCY ANEMIA IN
THE PROPAGATION OF BETA THALSSEMIA
GENE
• Pada kondisi β-Thalasemia minor, didapatkan peningkatan kadar Hb-A2.
• Sehingga apabila terdapat pasien dengan kondisi β-Thalasemia disertai dengan anemia
defisiensi besi dapat memiliki kadar Hb-A2 yang normal. , dan dapat diinterpretasikan
sebagai pasien sehat.
• Fakta ini tidak dapat diabaikan, karena banyak faktor seperti kurangnya komunikasi antara
ahli patologi dan konsultan klinis yang bekerja, fasilitas yang kurang memadai untuk
diagnosis dan biaya diagnosis molekuler yang mahal (untuk tujuan skrining) dapat
mengakibatkan interpretasi subjek ini sebagai normal.
• Hal ini dapat meningkatkan angka kejaian Thalasemia Mayor jika tidak terdeteksi dan
menikah dengan sesama pembawa sifat di kemudian hari.
59
60
ANALISIS DNA MERUPAKAN UPAYA DIAGNOSIS
MOLEKULAR THALASEMIA, YANG DILAKUKAN
PADA KASUS ATAU KONDISI TERTENTU:
• Ketidakmampuan untuk mengkonfirmasi hemoglobinopati dengan pemeriksaan hematologi:
• Diagnosis Thalasemia β mayor yang telah banyak menerima transfusi. Diagnosis dapat
diperkuat dengan temuan Thalasemia β heterozigot (pembawa sifat Thalasemia beta)
pada kedua orangtua
• Identifikasi karier dari Thalasemia β silent, Thalasemia β dengan HbA2 normal,
Thalasemia α0, dan beberapa Thalasemia α+.
• Identifikasi varian Hb yang jarang.
• Keperluan konseling genetik dan diagnosis prenatal.
61
62
GENOTYPE AND
PHENOTYPE
IN ALPHA
THALASEMIA

BMJ 2012;344:e228
doi: 10.1136/bmj.e228 63
GENOTYPE AND PHENOTYPE
IN BETA THALASEMIA

BMJ 2012;344:e228 doi: 10.1136/bmj.e228 64


PREVIOUSLY DESCRIBED
DISCRIMINATION FORMULAS

65

Gomal Journal of Medical Sciences, vol.8, no.2, p:.125-129


PREVIOUSLY DESCRIBED
DISCRIMINATION FORMULAS

66

Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 2016 November; 23(1): 50–55
PREVIOUSLY DESCRIBED
DISCRIMINATION FORMULAS

67

Am J Clin Pathol 2012;138:300-304 DOI: 10.1309/AJCP20UTTCAYKUDX


PRECONDITION AND ALGORITHMS FOR
SCREENING IDA AND THALASSEMIA

68
Am J Clin Pathol 2012;138:300-304 DOI: 10.1309/AJCP20UTTCAYKUDX
FLOW DIAGRAM FOR SCREENING ON IDA AND
THALASSEMIA

69
EFFICACY OF NEW ALGORITHMS
COMPARED WITH PREVIOUS FORMULAS

70

Am J Clin Pathol 2012;138:300-304 DOI: 10.1309/AJCP20UTTCAYKUDX


PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM
DEFISIENSI ANEMIA PENYAKIT THALASSEMIA ANEMIA
BESI KRONIK MINOR SIDERO-
BLASTIK
MCV/MCH  sejalan dg N / sedikit  dibanding berat pd kongenital
berat anemia anemia
Serum iron   N 
TIBC   N N
Ferritin  /N / N 
Besi sumsum (-) (+) (+) (+)
Besi eritroblas (-) (-) (+) Ring
Elektroforesis N N HbA2 / HbF N
hemoglobin

Besi sumsum tulang Ring sideroblast


Hoffbrand Essential Haematology 6 ed
th
FORMULA FOR IRON
DEFICIENCY ANEMIA
If %MicroR ≥3 and MCV <85 and ≥75 and %MicroR ≥ 5 
• %MicroR/%HypoHe <4
• [(MCV ×RDW-CV)/(Hb*100)] ≥75
2

• Ret <0.08

•If %MicroR ≥3 and MCV <75 and ≥65 


• %MicroR/%HypoHe <3.4
• [(MCV2 ×RDW-CV)/(Hb*100)] ≥77
• Ret <0.08
72
•If %MicroR ≥3 and MCV <65  %MicroR – %HypoHe – RDW-CV < –
5.2
FORMULA FOR THALASSEMIA
If %MicroR ≥3 and MCV <85 and ≥75 and RDW-SD <44.7 and RBC ≥3.50

• [(MCV2 × RDW-CV)/(Hb*100)] <75
• [(MCV-RBC –3.4 – (5*Hb)] <4
• Ret < 0.08 and d-He ≥0

•If %MicroR ≥3 and MCV <75 and ≥65 and RBC ≥3.50 
• [(MCV2 × RDW-CV)/(Hb*100)] <77
• %MicroR/%HypoHe ≥2.0

•If %MicroR ≥3 and MCV <65  (%MicroR – %HypoHe – RDW-CV) ≥ –73


5.2
74

The Association of Public Health Laboratories, 2015


PATOFISIOLOGI
THALASEMIA-Β

Clinical Cases Biochemistry for Medics. 2016


75
GAMBARAN
DIAGNOSTIK
TALASEMIA Β DAN
HEMOGLOBINOPATI

76

Guidelines for the Management of Transfusion Dependent Thalassaemia (TDT), 2014


ALGORITME DIAGNOSTIK
INDIVIDU DENGAN
HIPOKROM MIKROSITER

77

Guidelines for the Management of Transfusion Dependent Thalassaemia (TDT), 2014


THALASEMIA MINOR

• Umumnya kadar HbA2 pada elektroforesis Hb tinggi (antara 3,5-8%).


Rentang kadar HbF antara 1-5%.
• Kadar besi serum (Fe), Total Iron Binding Capacity (TIBC) dan feritin
normal pada Thalasemia-β minor.
• Dapat dijumpai adanya normoblas.
• Sumsum tulang menunjukkan hiperplasia eritroid ringan sampai sedang
dengan eritropoiesis yang sedikit tidak efektif.
78
THALASEMIA INTERMEDIA

• Pemeriksaan elektroforesis Hb menunjukkan kadar HbF 2-100%, kadar


HbA2 1-7%, serta kadar HbA 0-80%.
• Kadar Fe meningkat meskipun tanpa transfusi akibat meningkatnya
penyerapan zat besi melalui saluran cerna.
• Terdapat peningkatan kadar bilirubin indirek pada Thalasemia-β
intermedia.

79
THALASEMIA MAYOR

• Pada pemeriksaan elektroforesis Hb menunjukkan peningkatan kadar HbF dengan


sedikit peningkatan HbA2 serta kadar HbA yang rendah.
• Sumsum tulang menunjukkan hiperplasia eritroid dengan rasio eritroid dan
mieloid 20:1.
• Terdapat peningkatan kadar besi dan feritin serum dengan saturasi transferin 80%.
Total iron binding capacity (TIBC) dalam batas normal atau sedikit meningkat.
Terdapat peningkatan kadar bilirubin indirek pada Thalasemia-β mayor.

80
Gambar 2.11 Alur Diagnosis Thalasemia
Dikutip dari: Rujito2
81
PERUBAHAN HEMOGLOBIN PADA MANUSIA

82
• Kontrol utama perkembangan hemoglobin diperantarai adanya Locus Control Region
(LCR) dan promoter pada masing-maisng gen globin.
• LCR adalah cis acting enhancer atau faktor pemacu yang mengatur ekspresi gen globin
pada posisi yang sama dalam satu kromosom dan tersusun atas DNAse Hypersensitive
sites HS1-5.
• Lokus HS1-5 adalah enhancer yang spesifik terhadap faktor transkripsi eritroid dan terdiri
atas faktor aktivitas-aktivitas transkripsi yang terdiri atas komponen GATA-1 binding
sites, CACCC box, dan MAREs (Maf-recognition elements; NF-E2 binding sites).

83
GEN PENYANDI SINTESIS RANTAI GLOBIN
ALPHA DAN BETHA

84
STRUKTUR NORMAL GEN GLOBIN

85
LOKASI DAN TIPE MUTASI PENYEBAB
THALASSEMIA BETHA

86
87
SKEMA SUSUNAN KELOMPOK GEN GLOBIN
Β

Klaster gen globin β terdiri atas 5 gen fungsional ε, Gγ,


Aγ,δ, dengan LCR di bagian upstream gen ε serta elemen
88
regulator di downstream gen β
SUSUNAN EKSON DAN INTRON SERTA HASIL
TRANSLASI GEN Β

Kodon ke 30 AAG dipisahkan oleh intron 1 dan 89


bergabung pada proses splicing transkripsi mRNA
LETAK MUTASI YANG UMUM TERJADI
PADA GEN GLOBIN Β Gen β-globin terletak di
klaster gena globin.
Mutasi titik dapat
ditemukan di promotor,
situs CAP, 5' UTR, kodon
inisiasi ekson, intron, atau
sinyal polyadenylation.
▾ : mutasi Promotor, *:
CAP situs, •: 5'UTR, 1
Kodon inisiasi, ♦,
gangguan pada proses
transkripsi mRNA,90⧫,
missense dan nonsense
MUTASI
AKIBAT DELESI
GEN GLOBIN Β

91
MUTASI THALASEMIA ALPHA

92
ALUR DIAGNOSIS THALASEMIA

93
CONTOH KASUS DI RSCM

Seorang anak perempuan berusia 3 tahun dengan gejala klinis anemia berat, hepatosplenomegali, dan
memerlukan tranfusi darah teratur. Gejala klinis telah timbul saat pasien berusia 3 bulan. Hapusan darah
tepi menunjukkan gambaran hipokrom, mikrositosis, dan anisopoikilositosis. Kadar HbA2 normal, HbF
sedikit meningkat, dan terdapat HbBart’s. Ayah dan ibu memiliki gambaran hematologis yang mendekati
normal. Analisis DNA menunjukkan dua mutasi non-delesi (mutasi titik) pada gen globin a2 yaitu pada
kodon 59 (GGCglisin→GACaspartat) dan IVS2-nt142 (AG→AA). Kasus ini adalah kasus pertama yang
ditemukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang mempunyai
mutasi heterozigot ganda pada kodon 59 dan IVS2-nt142. Gejala klinis thalassemia mayor diakibatkan
adanya mutasi kodon 59 yang menghasilkan varian hemoglobin yang tidak stabil (HbAdana) disertai
adanya mutasi non-delesi pada IVS2-nt142 yang menyebabkan proses mRNA yang tidak normal.

94
Tipe mutasi yang dapat terjadi pada Thalasemia adalah delesi gen dan non-delesi atau
mutasi titik.
Delesi gen yang sering terjadi adalah delesi dua gen yaitu tipe Southeast Asian (SEA),
dan delesi satu gen (delesi 3,7 kb gen globin α, delesi 4,2 kb gen globin α).
Jenis mutasi non-delesi gen sangat banyak jumlahnya, terdapat lebih dari 100 jenis
mutasi yang sudah diketahui. Di Asia Tenggara mutasi non-delesi yang dapat ditemukan
antara lain Hb Constant Spring (kodon 142), Hb Pakse (kodon 142), Hb Quong Sze
(kodon 125), Hb Suan Dok (kodon 109), Hb Adana (kodon 59), kodon 0, dan kodon 30.8

95
96
97
• Sejak masa embrio, janin, anak dan dewasa sel darah merah mempunyai
6 hemoglobin antara lain:

• Hemoglobin embrional : Gower 1 (δ2ε2), Gower 2 (α2ε2), Portland (δ2γ2)


• Hemoglobin fetal : HbF (α2γ2)
• Hemoglobin dewasa : HbA (α2β2) dan HbA2 (α2δ2)

98
• Selama masa gestasi 2 minggu pertama, eritroblas primitif dalam yolk sac membentuk rantai globin
epsilon dan zeta yang akan membentuk hemoglobin primitive Gower 1. Selanjutnya dimulai sintesis
rantai alpha mengganti rantai zeta; rantai gamma mengganti rantai epsilondi yolk sac, yang
akan membentuk Hb Portland dan Gower 2. Hemoglobin yang ditemukan terutama pada masa gestasi
4-8 minggu adalah Hb Gower 1 dan Gower 2 yaitu kira-kira75% dan merupakan hemoglobin yang
disintesis di yolk sac tetapi akan menghilang pada masa gestasi 3 bulan. Migrasi pluripoten stem
cell dari yolk sac ke hati diikuti dengan sintesis hemoglobin fetal dan awal sintesis rantai β. Setelah
masa gestasi 8 minggu HbF paling dominan dan setelah janin berusia 6 bulan merupakan 90%
dari keseluruhan hemoglobin kemudian berkurang bertahap dan pada saat lahir ditemukan kira-
kira 70% HbF. Sintesis HbF menurun secara cepat setelah bayi lahir dan setelah usia 6-12 bulan
hanya sedikit ditemukan.6,12

99
100
101
102
TIPETipeHB
Hb Rantai Ditemukan pada Persentase
HbA α2β2 Anak > ½ tahun, 97,0%
dewasa
HbA2 α2δ2 Anak > 1 tahun, 2,5-3%
dewasa
HbF α2γ2 Fetal/neonatus, Anak : usia, dewasa
anak < 1 tahun : sampai 0,5%

Hb embrionik Normalnya tidak


terdeteksi lagi
- HbGower 1 Ζ2ε2 setelah lahir
- HbGower 2 α2ε2
- HbPortland 1 Ζ2γ2
REFERENCE RANGE HBA DAN HBA2 PADA ANAK2 DAN DEWASA
DENGAN METODE ELEKTROFORESIS KAPILER / HPLC
Neonatal Anak < 1th Anak 1-2 th Anak > 2thun

HbA 17,7% Age 96% (95- 97,5% (97-


dependent 98,2%) 98,5%)

HbA2 0,19-0,60% 1,6%- 2,4% 2,5-3,0% 2,5-3%

Usia HbF
- Lahir 70-90
- 1 50-75
- 2 25-60
- 3 10-35
- 4 5-20
- 6 <8
- 9 <5
- 12 <2
- Dewasa tidak terdeteksi
Penyakit yang disebabkan oleh mutasi pada beta globin terlihat pada bulan
ke 4-6 setelah kelahiran. Sedangkan penyakit dengan kelainan alfa globin
dan thalassemia alga muncul sebelum lahir atau saat kelahiran
THALASEMIA Α
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA
THALASSEMIA-Β
MENTZER INDEX
MORFOLOGI DARAH TEPI DAM PROFIL BESI
PADA THALASEMIA DAN ANEMIA DEF FE
DATA PUSKESMAS DENGAN HEMATOLOGY
ANALYZER
Jumlah
No DAERAH Nama Puskesmas
Puskesmas
BANDUNG PKM Padasuka, PKM Cijerah, PKM Ibrahim Adjie, PKM Cipaku, PKM Cipadong, PKM Dago,
1 KOTA 23
PKM Cikutra Lama, PKM Cilengkrang, PKM Cipadung, PKM Derwati
PKM Arjasari, PKM Pameungpeuk, PKM Pangalengan, PKM Pacet, PKM Banjaran, PKM
BANDUNG
2 KAB 16 Balendah, PKM Bajongsong, PKM Cicalengka, PKM Dayeuh Kolot, PKM Jelekong, PKM
Majalaya,
3 TASIK KOTA 1 PKM Kawalu
4 TASIK KAB 3 PKM Cikatomas, PKM Cipatujah, PKM Taraju
5 CIAMIS 2 PKM Ciamis, PKM Panjalu
6 BANJAR 3 PKM Banjar I, PKM Langensari I, PKM Langensari II
PKM Cisurupan, PKM Cilawu, PKM Boyongbong, PKM Malangbong, PKM Cikajang, PKM
7 GARUT 18 Wanaraja, PKM Sindangratu, PKM Pasundan, PKM Banjarwangi, PKM Cisompet, PKM
Kadungora, PKM Cibatu, PKM Selaawi
8 CIREBON 7 PKM Dukupuntang, PKM Astapada, PKM Talun, PKM Plumbon
INDRAMAY
9 2 PKM Cidempet, PKM Kerticala
U
10 KUNINGAN 2 PKM Cibeureum, PKM Cimahi
11 SUMEDANG 5 PKM Sukasari, PKM Jatinangor, PKM Darma raja
12 SUKABUMI 4 PKM Limbangan, PKM Limusnunggal
PKM Cianjur Kota, PKM Cibinong, PKM Cikalongkulon, PKM Cirajang, PKM Karang Tengah,
13 CIANJUR 11
PKM Mande, PKM Sukasari
PKM Cilebut, PKM Cileungsi, PK Cimandala, PKM Curug, PKM Jasinga, PKM Ciampea, PKM
14 BOGOR KAB 35 Ciawi, PKM Leuwiliang, PKN Leuwisadeng, PKM Caringin, PKM Cariu, PKM Cibinong, PKM
Cigombong, PKM Cirimekar, PKM Ciomas, PKM Ciseeng
15 DEPOK 5 PKM Cilodong, PKM Limo
PKM Cikarang, PKM Setu II, PKM Babelan I, PKM Cibarusah, PKM Cikarang, PKM Lemah
16 BEKASI KAB 8
Abang, PKM Mekar Mukti, PKM Sukatani, PKM Setu I
Note: - Beberapa
17 KARAWANG Puskesmas
4 PKM sudah
Batujaya,melaksanakan
PKM Tirtajaya Pemantapan Mutu Eksternal
- Beberapa Puskesmas sudah running kontrol internal di laboratorium
- Beberapa Puskesmas sudah melakukan kalibrasi tahunan
AREA JAWA BARAT ANALISA HB HPLC
NO KOTA / KABUPATEN Alat HPLC
1 Kota Bandung Lab Kesda Kota Bandung
2 Kabupaten Bandung RS Soreang
    RS Cibabat
3 Kota Bekasi RSUD Kota Bekasi*
4 Kab Bekasi RSUD Bekasi
5 Depok Sedang di follow Up
6 Kota Bogor Sedang di follow Up
7 Kab Bogor RSUD Cibinong
8 Cirebon Sedang di follow Up
9 Kuningan RSU 45 Kuningan
10 Kawarang Sedang di follow Up
11 Subang Sedang di follow Up
12 Sukabumi RS Syamsudin
13 Sumedang RSU 45 Kuningan
14 Ciamis RSUD Ciamis
15 Cianjur RSUD Sayang Cianjur
16 Tasikmalaya -Garut RSUD dr Soekarjo (TSM)
17 Majalaya RSUD Majalaya* *Metode
18 Banjar RSUD Banjar
CE
ALUR
SKRINING
THALASSEMI
A

Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama

Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan
SPO
SKRINING kecurigaan
THALASSEMIA DI thalassemia
FKTP

Lakukan
pemeriksaan
Lab hema
rutin

Kadar Hb* RDW-CV >


MCV < 80 MCH < 27
turun/normal 14,5

Rujuk ke FKTL untuk dilakukan pemeriksaan


analisis Hb

* Cut-off tergantung rentang normal lab


118
• Tipe mutasi yang dapat terjadi adalah delesi gen dan non-delesi atau mutasi titik. Delesi
gen yang sering terjadi adalah delesi dua gen yaitu tipe Southeast Asian (SEA), dan delesi
satu gen (delesi 3,7 kb gen globin α, delesi 4,2 kb gen globin α).6
• Jenis mutasi non-delesi gen sangat banyak jumlahnya, terdapat lebih dari 100 jenis mutasi
yang sudah diketahui.16
• Di Asia Tenggara mutasi non-delesi yang dapat ditemukan antara lain Hb Constant Spring
(kodon 142), Hb Pakse (kodon 142), Hb Quong Sze (kodon 125), Hb Suan Dok (kodon
109), Hb Adana (kodon 59), kodon 0, dan kodon 30.7
• Di Indonesia, mutasi non-delesi yang ditemukan adalah mutasi pada gen globin α2 yaitu
di kodon 59 (Hb Adana), kodon 22 (GGCglisinàGGTglisin), dan jenis Hb Constant Spring.
Mutasi di kodon 59 ini terdeteksi pada 3 orang etnis Jawa.8
• Pasien yang mengalami mutasi non-delesi gen mempunyai gejala yang lebih berat bila
dibandingkan dengan mereka yang mengalami mutasi delesi gen, karena adanya rantai
globin alfa atau hemoglobin yang tidak stabil. 119
120
PROSES POLYMERASE CHAIN REACTION
(PCR)

Denaturas Annealin
Extension
i g
DENATURASI

• Denaturasi dilakukan
dengan pemanasan hingga
suhu 96oC selama 30-60
detik.
• Pada suhu ini DNA untai
ganda akan memisah
menjadi untai tunggal.
ANNEALING

• Setelah DNA menjadi untai tunggal, suhu diturunkan ke kisaran 40-60oC


selama 20-40 detik. Pada tahap ini DNA polymerase akan memasangkan
dNTP yang sesuai pada pasangannya (Ikatan hidrogen antara primer dengan
urutan komplemen pada template).
• Ikatan hidrogen ini akan menjadi sangat kuat dan tidak akan putus kembali
apabila dilakukan pemanasan kembali.
EXTENSION

• Dilakukan dengan menaikkan suhu ke kisaran suhu kerja optimum enzim


DNA polymerase, yaitu 70-72oC .
• Primer yang telah menempel tadi akan mengalami perpanjangan dengan
penambahan dNTP yang komplemen dengan templat oleh DNA polimerase.
Jika siklus dilakukan berulang-ulang maka daerah yang dibatasi oleh dua
primer akan diamplifikasi secara eksponensial (disebut amplikon yang
berupa untai ganda).

Anda mungkin juga menyukai