PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PADA THALASEMIA
DIVISI HEMATOLOGI TAHAP KLINIS
SHOFIA WIDYA MURTI
DELITA PRIHATNI
24 JUNI 2022
DEFINISI THALASEMIA
2
HEMOGLOBIN
Molekul yang membawa dan
mendistribusikan oksigen ke jaringan
tubuh yang memerlukannya.
4
EPIDEMIOLOGI THALASEMIA
Thalasemia Mayor
Thalasemia MInor
6
THALASEMIA MAYOR
7
THALASEMIA INTERMEDIA
Secara klinis
Pasien Thalasemia
Thalasemia intermedia Onset awitan dari
intermedia tidak rutin
menunjukkan gejala Thalasemia intermedia
membutuhkan transfusi
dan tanda yang sama pada usia belasan
darah, terkadang hanya
dengan Thalasemia tahun, atau bahkan usia
3 bulan, 6 bulan atau 1
mayor, namun lebih dewasa.
tahun sekali.
ringan.
8
THALASEMIA MINOR
9
GENOTIP DAN FENOTIP THALASEMIA
Thalasemia
Thalasemia
10
THALASEMIA
• Rantai globin-α tersususn atas 141 asam animo.
• Penghasil rantai globin terletak pada kromosom 16
• Klasifikasi:
• Delesi
• Non-delesi (Mutasi titik)
11
Jenis
THALASEMI Thalasemia
Genotip Fenotip dan Gejala klinis
14
THALASEMIA
• Rantai globin-β tersusun atas 146 asam amino.
• Rantai globin dikode oleh gen struktural pada kromosom 11.
• Klasifikasi:
• Delesi
• Non-delesi (Mutasi titik)
15
Jenis
Genotip Fenotip dan Gejala klinis
Thalasemia
THALASEMIA Normal β/β Hb, MCV dan MCH normal.
(TIPE DELESI) Thalassaemia- β/β+, β/β0
Asimtomatik
Anemia ringan, MCV and MCH
β trait/minor rendah. Asimtomatik
Thalasemia-β tipe delesi terjadi Thalassaemia- β+/β+, β+/β0 Anemia berat, MCV dan MCH
akibat berkurangnya rantai globin-β β intermedia* sangat rendah. Splenomegali,
perubahan tulang bervariasi,
(Thalasemia-β+) atau tidak diproduksi ketergantungan tranfusi
sama sekali rantai globin-β bervariasi
Thalassaemia- β0/β0 Anemia hemolitik berat, MCV
(Thalasemia-β0). β mayor dan MCH sangat rendah.
Hepatosplenomegali,
ketergantungan transfusi
kronis
Mutasi promoter
Mutasi RNA splicing Mengubah kode baca dari kodon
polipeptida yang pendek dan tidak
Mutas RNA capping/tailing stabil/terbentuknya stop kodon
(nonsense mutation) terminasi
Mutasi translasi prematur proses translasi
Mutasi frameshift
17
PATOFISIOLOGI
THALASEMIA
18
DIAGNOSIS
DAN
SKRINING
THALASEMIA
19
ANAMNESIS
Pucat kronik
21
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Pemeriksaan
Elektroforesis Hb
Hematologi DNA
22
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
Hematology
analyzer Sediaan apusan
darah tepi
23
PEMERIKSAAN HEMATOLOGY ANALYZER
24
PEMERIKSAAN HEMATOLOGY ANALYZER
25
PEMERIKSAAN FLOW CYTOMETRY
27
GAMBARAN HEMATOLOGI PADA
THALASEMIA-β MAYOR
Hb 3-4 g/dL
Jumlah retikulosit meningkat 1-8%
MCV 50-60 fL
serta terdapat peningkatan RDW.
MCH 12-18 pg.
29
GAMBARAN APUSAN DARAH TEPI
THALASEMIA
THALASSEMIA TRAIT THALASSEMIA MAYOR
High-
Cellulose
Citrate agar Capillary zone performance
Isoelectric acetate
electrophoresi electrophoresi liquid
focusing (IEF) electrophoresi
s acidic pH s (CZE) chromatography
s alkaline pH
(HPLC)
31
PEMERIKSAAN
ISOELECTRIC FOCUSING
(IEF)
• Metode pemeriksaan untuk
memisahkan protein Hb melalui
media Agarose gel yang memiliki
gradien pH.
• Memiliki throughput yang tinggi,
memberikan resolusi yang baik, dan
hemat waktu.
Dikutip dari: Association of Public Health Laboratories25 32
ELEKTROFORESIS SELULOSA ASETAT
(ALKALI)
• Mendeteksi Hb dengan memanfaatkan muatan
negatif Hb dalam kondisi basa (pH 8,4).
• Sampel diletakkan ke dalam agar gel selulosa
asetat Hb dipisahkan dengan elektroforesis
menggunakan buffer basa (Tris-EDTA dengan
Boric acid).
• Setelah migrasi, visualisasi pita Hb akan tampak
melalui pewarnaan Ponceau S, Amino Black dan
Acid Violet dibandingkan dengan standar
Dikutip dari: Riaz27
yang sudah diketahui
33
ELEKTROFORESIS AGAR SITRAT (ASAM)
• Mendeteksi Hb dalam lingkungan yang
asam (pH 6,0)
• Metode ini didasarkan pada interaksi
kompleks Hb dengan buffer dan agar.
Pewarnaan memberikan visualisasi pita Hb
• Elektroforesis asam dapat mengkonfirmasi
varian Hb yang berasal dari Elektroforesis
Selulosa Asetat. Agar Sitrat elektroforesis
lebih sensitif daripada Selulosa asetat untuk
mendeteksi HbF Dikutip dari: Riaz27
34
ELEKTROFORESIS ZONA KAPILER
36
Pola elektroforesis Hb pada Talasemia α (Usia> 12 Bulan)
Tipe Pasien
Jenis Hb Normal Hb Bart / hydrops fetalis
HbH
syndrome
HbA 96%-98% 0 60%-90%
HbF <1% 0 <1%
Hb Bart 0 85%-90% 2%-5%
HbH 0 0 0.8%-40%
HbA2 2%-3% 0 <2%
Hb Portland 0 10%-15% 0
Allelic
Restriction
Discrimination
Fragment Length Next Generation
using Real Time DNA Sequencing
Polymorphism Sequencing (NGS)
PCR end point
(RFLP)
data
39
RESTRICTION FRAGMENT LENGTH
POLYMORPHISM (RFLP)
42
DNA SEQUENCING
• Mendeteksi mutasi yang paling komprehensif
dalam menentukan urutan yang tepat,
mencakup area primer yang digunakan.
• Setiap perubahan dasar menggambarkan
polimorfisme nukleotida tunggal, penyisipan
kecil dan delesi kecil.
• Merupakan metode dengan throughput tinggi
tetapi semua data urutan harus ditinjau oleh
teknisi terlatih yang dapat mengerjakan banyak
sampel dalam waktu yang panjang.
43
NEXT GENERATION SEQUENCING (NGS)
• Teknologi terbaru untuk pemeriksaan seluruh genom dalam mencari mutasi poin
tunggal, delesi, insersi serta translokasi untuk mengidentifikasi perubahan
paradigma dalam diagnosis klinis suatu penyakit genetik.
• Sequensing dilakukan dengan siklus berulang dari ekstensi nukleotida yang
dimediasi oleh enzim polymerase atau dengan siklus ligase oligonukleotida
• Next Generation Sequencing memungkinkan ribuan hingga jutaan pasangan basa
dengan cepat dari urutan DNA seorang pasien dengan keberhasilan yang tinggi.
44
NEXT
GENERATION
SEQUENCING
(NGS)
45
RINGKASAN
• Thalasemia merupakan gangguan sintesis hemoglobin (Hb), khususnya pada rantai globin,
yang dapat diturunkan.
• Penyakit genetik ini memiliki jenis dan frekuensi terbanyak di dunia.
• Manifestasi klinis yang ditimbulkan juga bervariasi, mulai dari asimtomatik hingga gejala
yang berat, sejak dalam kandungan atau pada awal masa kanak-kanak, hingga dewasa.
• Skrining dan penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium, mulai dari pemeriksaan hematologi,
elektroforesis Hb dan pemeriksaan DNA.
46
TERIMA KASIH
47
SKRINING THALASEMIA
2 Hemoglobin Whole blood Sianmethemoglobin gram/desiliter Anemia Mudah diperiksa, Tidak dapat mengukur
dengan kolorimetri dan dapat digunakan kadar besi secara
(automated) sebagai skrining langsung, seperti pada
deplesi zat besi
3 Hematokrit Whole blood Pengukuran Rasio desimal Proporsi % eritrosit dalam Mudah diperiksa Sama seperti
komponen selular atau % whole blood hemoglobin, dan
dari keseluruhan dipengaruhi berbagai
volume whole blood faktor eksternal
(automated)
4 Mean Cells Indicators Whole blood Rasio hematokrit femtoliter (fL) Menentukan kromasi atau Dapat menentukan Memerlukan mesin
(MCV, MCH, MCHC) atau hemoglobin atau pikogram ukuran eritrosit klasifikasi anemia khusus yang canggih
dengan dengan (pg) dan mahal
jumlah eritrosit
5 Reticulocyte Whole blood Automated gram/liter Konsentrasi hemoglobin Mendeteksi Membutuhkan alat
Hemoglobin (Ret-He) flowcytometry pada eritrosit muda defisiensi zat besi yang mahal dan
dengan cepat pada canggih
eritrosit muda
49
No Parameter Sampel Metode Satuan Penanda Keuntungan Kerugian
6 Zat besi (Fe Serum) Serum Enzimatik Kadar zat besi yang terikat Pengukuran simpanan zat Dipengaruhi variasi
kolorimetrik mikrogram dengan transferin besi pada sumsum tulang diurnal, asupan zat besi
/ desiliter dan jaringan lain eksternal, serta
penyakit kronis lain
7 Feritin Serum atau plasma Immunoassay mikrogram Penanda simpanan zat besi Penanda status besi Merupakan reaktan
(Enzyme linked atau / liter (overload atau defisiensi) fase akut, dipengaruhi
chemiluminescent inflamasi dan kondisi
immune assay) klinis lain
8 Total iron binding Serum atau plasma Enzimatik mikrogram Kapasitas total transferin Meningkat pada Dipengaruhi oleh
capacity (TIBC) kolorimetrik / desiliter yang bersirkulasi yang defisiensi zat besi, rendah inflamasi dan penyakit
terikat dengan zat besi pada inflamasi hati
9 Saturasi transferin Serum atau plasma Kalkulasi dari kadar % Saturasi < 15% Proporsi transferin yang Dipengaruhi variasi
zat besi serum terikat kepada zat besi diurnal, asupan zat besi
dibagi TIBC eksternal, serta
penyakit kronis lain
10 Soluble transferrin Serum atau plasma Immunoassay mikrogram Menggambarkan Pengukuran
receptors (sTfR) / liter keseimbangan kebutuhan semikuantitatif dari Dipengaruhi kecepatan
zat besi selular dan defisiensi zat besi bahkan eritropoiesis
pasokan zat besi pada kondisi inflamasi
11 Hepsidin Serum atau plasma Immunoassay nanogram/ Regulator absorpsi zat besi Produksi akan menurun Belum ada metode
atau urin milliliter dari usus jika zimpanan zat besi di pemeriksaan dan nilai
dalam tubuh menurun normal yang standar
12 Zinc Whole blood atau Fluorescence mikromol/ Defisiensi zat besi pada Berguna pada anak anak Dipengaruhi kondisi
Protoporphyrine dried blood spots spectrophotometry mol eritrosit yang sedang dan balita dengan metode inflamasi dan penyakit
(ZPP) (DBS) hemoglobi berkembang DBS kronis lain
n 50
ELEKTROFORESIS ZONA KAPILER - MINICAP
SEBIA
• Pemeriksaan varian Hb melalui pemisahan yang
dilakukan dengan resolusi tinggi menggunakan buffer
sebagai media mengantikan gel agarose.
• Prinsipnya adalah melalui pergerakan komponen
bermuatan positif pada kutub negatif dan komponen
bermuatan negatif pada kutub positif (elektrokinetik).
• Varian dari Hb dipisahkan berdasarkan mobilitas
elektroforetik dan aliran elektroosmotik pd suasana basa
(pH 9,4) dalam kapiler silika dengan diameter 100 µm.
51
• Terdiri dari gabungan kapiler silika, dua reservoir
buffer elektrolit, suplai daya tegangan tinggi, dan
detektor yang dihubungkan ke unit akuisisi data
• Sampel dimasukkan ke dalam inlet kapiler. Ketika
tegangan tinggi diaplikasikan di ujung awal
kapiler, molekul sampel dipisahkan oleh electro-
osmotic flow (EOF).
• Flow output dihasilkan dari kelebihan ion positif
di permukaan kapiler bagian dalam yang bergerak
menuju katoda. Ion negatif dalam spesimen juga
bergerak menuju outlet kapiler tetapi pada
kecepatan yang lebih lambat.
• Saat ion sampel bergerak menuju outlet kapiler
deteksi dan diukur oleh detektor 52
53
• Jumlah rata-rata pasien yang diperiksa Hb elektroforesis di RSHS: 256/ tahun
• Harga elektroforesis Hb di lab sentral RSHS:
• Non cito
• Kelas I : Rp 490.000
• Kelas II : Rp 415.000
• Kelas III : Rp 415.000
• Cito
• Kelas I : Rp612.500
• Kelas II : Rp612.250
• Kelas III : Rp612.250
54
THALASEMIA DELESI DAN NON-DELESI
57
57
ROLE OF IRON DEFICIENCY ANEMIA IN
THE PROPAGATION OF BETA THALSSEMIA
GENE
• Anemia defisiensi besi (IDA) anemia mikrositik hipokromik yang paling umum di
seluruh dunia.
• Defisiensi besi memodulasi sintesis Hb-A2, mengakibatkan penurunan kadar Hb-A2
pada pasien dengan IDA. Hb-A2 normal terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai delta.
• Penurunan kadar Hb-A2 pada IDA dapat disebabkan oleh penurunan transkripsi
dan/atau translasi gen delta, persaingan antara rantai beta Hb-A dan rantai delta Hb-
A2 dalam mengikat jumlah terbatas besi yang tersedia untuk kelompok hem mereka
(rasio beta: rantai delta dalam RBC normal adalah 49:1)
BMJ 2012;344:e228
doi: 10.1136/bmj.e228 63
GENOTYPE AND PHENOTYPE
IN BETA THALASEMIA
65
66
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 2016 November; 23(1): 50–55
PREVIOUSLY DESCRIBED
DISCRIMINATION FORMULAS
67
68
Am J Clin Pathol 2012;138:300-304 DOI: 10.1309/AJCP20UTTCAYKUDX
FLOW DIAGRAM FOR SCREENING ON IDA AND
THALASSEMIA
69
EFFICACY OF NEW ALGORITHMS
COMPARED WITH PREVIOUS FORMULAS
70
• Ret <0.08
•If %MicroR ≥3 and MCV <75 and ≥65 and RBC ≥3.50
• [(MCV2 × RDW-CV)/(Hb*100)] <77
• %MicroR/%HypoHe ≥2.0
76
77
79
THALASEMIA MAYOR
80
Gambar 2.11 Alur Diagnosis Thalasemia
Dikutip dari: Rujito2
81
PERUBAHAN HEMOGLOBIN PADA MANUSIA
82
• Kontrol utama perkembangan hemoglobin diperantarai adanya Locus Control Region
(LCR) dan promoter pada masing-maisng gen globin.
• LCR adalah cis acting enhancer atau faktor pemacu yang mengatur ekspresi gen globin
pada posisi yang sama dalam satu kromosom dan tersusun atas DNAse Hypersensitive
sites HS1-5.
• Lokus HS1-5 adalah enhancer yang spesifik terhadap faktor transkripsi eritroid dan terdiri
atas faktor aktivitas-aktivitas transkripsi yang terdiri atas komponen GATA-1 binding
sites, CACCC box, dan MAREs (Maf-recognition elements; NF-E2 binding sites).
83
GEN PENYANDI SINTESIS RANTAI GLOBIN
ALPHA DAN BETHA
84
STRUKTUR NORMAL GEN GLOBIN
85
LOKASI DAN TIPE MUTASI PENYEBAB
THALASSEMIA BETHA
86
87
SKEMA SUSUNAN KELOMPOK GEN GLOBIN
Β
91
MUTASI THALASEMIA ALPHA
92
ALUR DIAGNOSIS THALASEMIA
93
CONTOH KASUS DI RSCM
Seorang anak perempuan berusia 3 tahun dengan gejala klinis anemia berat, hepatosplenomegali, dan
memerlukan tranfusi darah teratur. Gejala klinis telah timbul saat pasien berusia 3 bulan. Hapusan darah
tepi menunjukkan gambaran hipokrom, mikrositosis, dan anisopoikilositosis. Kadar HbA2 normal, HbF
sedikit meningkat, dan terdapat HbBart’s. Ayah dan ibu memiliki gambaran hematologis yang mendekati
normal. Analisis DNA menunjukkan dua mutasi non-delesi (mutasi titik) pada gen globin a2 yaitu pada
kodon 59 (GGCglisin→GACaspartat) dan IVS2-nt142 (AG→AA). Kasus ini adalah kasus pertama yang
ditemukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang mempunyai
mutasi heterozigot ganda pada kodon 59 dan IVS2-nt142. Gejala klinis thalassemia mayor diakibatkan
adanya mutasi kodon 59 yang menghasilkan varian hemoglobin yang tidak stabil (HbAdana) disertai
adanya mutasi non-delesi pada IVS2-nt142 yang menyebabkan proses mRNA yang tidak normal.
94
Tipe mutasi yang dapat terjadi pada Thalasemia adalah delesi gen dan non-delesi atau
mutasi titik.
Delesi gen yang sering terjadi adalah delesi dua gen yaitu tipe Southeast Asian (SEA),
dan delesi satu gen (delesi 3,7 kb gen globin α, delesi 4,2 kb gen globin α).
Jenis mutasi non-delesi gen sangat banyak jumlahnya, terdapat lebih dari 100 jenis
mutasi yang sudah diketahui. Di Asia Tenggara mutasi non-delesi yang dapat ditemukan
antara lain Hb Constant Spring (kodon 142), Hb Pakse (kodon 142), Hb Quong Sze
(kodon 125), Hb Suan Dok (kodon 109), Hb Adana (kodon 59), kodon 0, dan kodon 30.8
95
96
97
• Sejak masa embrio, janin, anak dan dewasa sel darah merah mempunyai
6 hemoglobin antara lain:
98
• Selama masa gestasi 2 minggu pertama, eritroblas primitif dalam yolk sac membentuk rantai globin
epsilon dan zeta yang akan membentuk hemoglobin primitive Gower 1. Selanjutnya dimulai sintesis
rantai alpha mengganti rantai zeta; rantai gamma mengganti rantai epsilondi yolk sac, yang
akan membentuk Hb Portland dan Gower 2. Hemoglobin yang ditemukan terutama pada masa gestasi
4-8 minggu adalah Hb Gower 1 dan Gower 2 yaitu kira-kira75% dan merupakan hemoglobin yang
disintesis di yolk sac tetapi akan menghilang pada masa gestasi 3 bulan. Migrasi pluripoten stem
cell dari yolk sac ke hati diikuti dengan sintesis hemoglobin fetal dan awal sintesis rantai β. Setelah
masa gestasi 8 minggu HbF paling dominan dan setelah janin berusia 6 bulan merupakan 90%
dari keseluruhan hemoglobin kemudian berkurang bertahap dan pada saat lahir ditemukan kira-
kira 70% HbF. Sintesis HbF menurun secara cepat setelah bayi lahir dan setelah usia 6-12 bulan
hanya sedikit ditemukan.6,12
99
100
101
102
TIPETipeHB
Hb Rantai Ditemukan pada Persentase
HbA α2β2 Anak > ½ tahun, 97,0%
dewasa
HbA2 α2δ2 Anak > 1 tahun, 2,5-3%
dewasa
HbF α2γ2 Fetal/neonatus, Anak : usia, dewasa
anak < 1 tahun : sampai 0,5%
Usia HbF
- Lahir 70-90
- 1 50-75
- 2 25-60
- 3 10-35
- 4 5-20
- 6 <8
- 9 <5
- 12 <2
- Dewasa tidak terdeteksi
Penyakit yang disebabkan oleh mutasi pada beta globin terlihat pada bulan
ke 4-6 setelah kelahiran. Sedangkan penyakit dengan kelainan alfa globin
dan thalassemia alga muncul sebelum lahir atau saat kelahiran
THALASEMIA Α
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA
THALASSEMIA-Β
MENTZER INDEX
MORFOLOGI DARAH TEPI DAM PROFIL BESI
PADA THALASEMIA DAN ANEMIA DEF FE
DATA PUSKESMAS DENGAN HEMATOLOGY
ANALYZER
Jumlah
No DAERAH Nama Puskesmas
Puskesmas
BANDUNG PKM Padasuka, PKM Cijerah, PKM Ibrahim Adjie, PKM Cipaku, PKM Cipadong, PKM Dago,
1 KOTA 23
PKM Cikutra Lama, PKM Cilengkrang, PKM Cipadung, PKM Derwati
PKM Arjasari, PKM Pameungpeuk, PKM Pangalengan, PKM Pacet, PKM Banjaran, PKM
BANDUNG
2 KAB 16 Balendah, PKM Bajongsong, PKM Cicalengka, PKM Dayeuh Kolot, PKM Jelekong, PKM
Majalaya,
3 TASIK KOTA 1 PKM Kawalu
4 TASIK KAB 3 PKM Cikatomas, PKM Cipatujah, PKM Taraju
5 CIAMIS 2 PKM Ciamis, PKM Panjalu
6 BANJAR 3 PKM Banjar I, PKM Langensari I, PKM Langensari II
PKM Cisurupan, PKM Cilawu, PKM Boyongbong, PKM Malangbong, PKM Cikajang, PKM
7 GARUT 18 Wanaraja, PKM Sindangratu, PKM Pasundan, PKM Banjarwangi, PKM Cisompet, PKM
Kadungora, PKM Cibatu, PKM Selaawi
8 CIREBON 7 PKM Dukupuntang, PKM Astapada, PKM Talun, PKM Plumbon
INDRAMAY
9 2 PKM Cidempet, PKM Kerticala
U
10 KUNINGAN 2 PKM Cibeureum, PKM Cimahi
11 SUMEDANG 5 PKM Sukasari, PKM Jatinangor, PKM Darma raja
12 SUKABUMI 4 PKM Limbangan, PKM Limusnunggal
PKM Cianjur Kota, PKM Cibinong, PKM Cikalongkulon, PKM Cirajang, PKM Karang Tengah,
13 CIANJUR 11
PKM Mande, PKM Sukasari
PKM Cilebut, PKM Cileungsi, PK Cimandala, PKM Curug, PKM Jasinga, PKM Ciampea, PKM
14 BOGOR KAB 35 Ciawi, PKM Leuwiliang, PKN Leuwisadeng, PKM Caringin, PKM Cariu, PKM Cibinong, PKM
Cigombong, PKM Cirimekar, PKM Ciomas, PKM Ciseeng
15 DEPOK 5 PKM Cilodong, PKM Limo
PKM Cikarang, PKM Setu II, PKM Babelan I, PKM Cibarusah, PKM Cikarang, PKM Lemah
16 BEKASI KAB 8
Abang, PKM Mekar Mukti, PKM Sukatani, PKM Setu I
Note: - Beberapa
17 KARAWANG Puskesmas
4 PKM sudah
Batujaya,melaksanakan
PKM Tirtajaya Pemantapan Mutu Eksternal
- Beberapa Puskesmas sudah running kontrol internal di laboratorium
- Beberapa Puskesmas sudah melakukan kalibrasi tahunan
AREA JAWA BARAT ANALISA HB HPLC
NO KOTA / KABUPATEN Alat HPLC
1 Kota Bandung Lab Kesda Kota Bandung
2 Kabupaten Bandung RS Soreang
RS Cibabat
3 Kota Bekasi RSUD Kota Bekasi*
4 Kab Bekasi RSUD Bekasi
5 Depok Sedang di follow Up
6 Kota Bogor Sedang di follow Up
7 Kab Bogor RSUD Cibinong
8 Cirebon Sedang di follow Up
9 Kuningan RSU 45 Kuningan
10 Kawarang Sedang di follow Up
11 Subang Sedang di follow Up
12 Sukabumi RS Syamsudin
13 Sumedang RSU 45 Kuningan
14 Ciamis RSUD Ciamis
15 Cianjur RSUD Sayang Cianjur
16 Tasikmalaya -Garut RSUD dr Soekarjo (TSM)
17 Majalaya RSUD Majalaya* *Metode
18 Banjar RSUD Banjar
CE
ALUR
SKRINING
THALASSEMI
A
Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan
SPO
SKRINING kecurigaan
THALASSEMIA DI thalassemia
FKTP
Lakukan
pemeriksaan
Lab hema
rutin
Denaturas Annealin
Extension
i g
DENATURASI
• Denaturasi dilakukan
dengan pemanasan hingga
suhu 96oC selama 30-60
detik.
• Pada suhu ini DNA untai
ganda akan memisah
menjadi untai tunggal.
ANNEALING