_ IE. "TERI KESEHAT A N REPUBLIK INDON ESIA
1 OMOR: 81jMENKESj SK/Il2004
TENTANG
PENYUSUNAN PERENCANAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHAT A N
01 TINGKAT PROPINSI, KABUPATENjKOTA
SERTA RUMAH SAKIT
610.69
Ind
k
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JAKARTA 2010
610.69
IND
K
KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 81jMENKESjSKfJ/2004
TENTANG
PEDOMAN
PENYUSUNAN PERENCANAAN
SUMBER DAYA MANUSIAKESEHATAN
DI TINGKAT PROPINSI, KABUPATENjKOT A
SERTA RUMAH SAKIT
p セ イョオAGBエZォ\ャセ ョ@ dセ セ b sN M bloro,
N /). Indu k : J-1ot(9 - [IエjOセ@ jnc:}
.. 「ᄋ@ ᄋ@ ᄋ ᄋ ᄋ ᄋ ᄋ[ ᄋ ᄋ セ ᄋ@ Ie
gl. T セョ@ .._Aセ@
n 'l ; . Nセ Y ヲMZ
Oa p 8 t Dari ;... .. ..... .1 ..........
..... ................................ .. ..
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JAKARTA, 2010
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
610.69
Ind Indonesia. Departemen Kesehatan RI
k Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor: 811Menkes/ SK/ 1/2004. tentang : Pedoman
penyusunan perencanaan slimber daya manllsia kesehatan
di tingkat propinsi, kabupaten/kota serta rumah sakit.
Jakarta: Dep31temen Kesehatan, 2004.
Cetakan 2010
KATAPENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
perkenanNya Buku Pedoman Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi,
KabupateniKota telah dapat terselesaikan pada waktunya .
Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi pemerintah Indonesia
telah mencangkan paradigma sehat.
Berdasarkan paradigma sehat terse but telah ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010
yaitu gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang penduduknya hidup dalam
lingkungan sehat dan mampu memperoleh kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya.
Kami sadari buku ini masih belum sempuma, oleh karenanya masukan dan saran
perbaikan sangat kami harapkan guna penyempurnaannya.
Banyak pihak telah berperan dalam penyusunan buku ini, saya sangat menghargai
dan berterima kasih atas peran aktif, saran, pendapat serta masukkannya.
Jakarta, Pebruari 2004
Dr. Muharso, SKM
NIP. 140086117
TIM PENYUSUN
Pengarah :
1. Dr. Irhamsyah Ratu Bagus selaku Kepala Badan PPSDM . Kes
2. Dr. Dadi. S. Argadireja, MPH selaku Sekretaris Jenderal Depkes
3. Prof. DR. F.A. Moeloek SPOG, K. selaku Ketua PB. IDI
4. Dr. dr. H.R. Hapsara , MPH, Konsultan Depkes
5. Dr. Brotowasisto, MPH Konsultan Depkes
Penanggungjaw ab :
Dr. Rustam S. Pakaya , MPH
( Kapusgunakes )
Tim Teknis :
Drg. Sri Suharningsi h, M. Kes
Dr. Wicaksono, M. Kes
Drg. Anwarul Amin, M.Kes
Drg. Els Mangundap, MM
Sekretaris :
Soemarsono
Kasti Malau
Ertin. R
DAFTAR lSI
Lampiran............................................................................ 71
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN
PENYUSUNAN PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA
KESEHATAN DI TINGKAT PROPINSI, KABUPATEN/KOTA SERTA
RUMAH SAKIT.
Kedua Pedoman Penyusunan Perencanaan dimaksud Diktum
Pertama sebagaimana terlampir dalam Lampiran Keputusan
ini.
Ketiga Pedoman dimaksud Diktum Kedua agar digunakan sebagai
acuan oleh Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota, dan
Rumah Sakit dalam penyusunan perencanaan sumber daya
manusia kesehatan.
Keempat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal, 13 Januari 2004
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 81/MENKES/SKlI12004
Tanggal : 13 Januari 2004
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan di daerah khu susnya di Kabupaten dan Kota sangat
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan peran aktif masyarakat
sebagai pelaku pembangunan tersebut. Oleh karena itu dalam pertemuan
Nasional Bupati dan Walikota seIndonesia dalam rangka Desentralisasi di
bidang kesehatan, tanggal 28 Juli 2000 di Jakarta telah disepakati bahwa
peningkatan kualitas sumber daya man usia di Daerah merupakan prioritas
dalam pelaksanaan pembangunan di daerah.
Hal ini sesuai dengan ramalan seorang ahli dalam bukunya Megatrend 2000
yaitu, "Terobosan yang paling menggairahkan dari abad ke 21 akan terjadi
bukan karena teknologi, melainkan karena konsep yang meluas dari apa
artinya menjadi Manusia" (John Naisbitt ) yang di bidang kesehatan menjadi
Sumber Daya Manusia Kesehatan yang ber kualitas.
Mengacu kepada penjabaran Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah, ditetapkan bah w a kesehatan merupakan bidang
pemerintah yang wajib dilaksanakan oleh daerah Kabupaten dan Kota. Hal ini
perlu dipersiapkan dan secara optimal dilaksanakan agar seluruh potensi dari
sektorsektorsektor pembangunan dapat memberi dampak terhadap derajat
kesehatan masyarakat.
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
I. 2. Tujuan
Tujuan pedoman ini adalah untuk membantu Daerah dalam mewujudkan
Rencana Penyediaan dan Kebutuha n SDM Kesehatan di daerahnya.
Pedoman ini meliputi:
1. Pedoman penyusunan rencana penyediaan dan kebutuhan SDM di insti tusi
pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas).
2. Pedoman penyusunan rencana penyediaan dan kebutuhan SDM Kesehatan
di wilayah (Propinsi, Kabupaten ! Kota).
3. Pedoman penyusunan rencana kebutuhan SDM Kesehatan untuk
Bencana .
I. 3. Pengertian
1. SDM Kesehatan (Sumber Daya Manusia Kesehatan) adalah seseorang yang
bekerja secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan
formal kesehatan maupun tidak yan g untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
2. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan ! atau keterampilan
melalui pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
3. Kegiatan Standar adalah satu satuan waktu (atau angka) yang diperlukan
untuk menyelesaikan kegiatan pelayanan kesehatan ole h tenaga
kesehatan sesuai dengan standar pro f esinya.
4. Standar Beban Kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang dapat
dilaksanakan oleh seseorang tenaga kesehatan profesional dalam satu
tahun kerja sesuai dengan standar prof esional dan telah memperhitungkan
waktu libur, sakit, dll.
5. Daftar Susunan Pegawai adalah ju mlah pegawai yang tersusun dalam
jabatan dan pangkat dam kurun waktu tertentu yang diperlukan oleh
organisasi untuk melaksanakan fungs inya.
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB II
DASAR HUKUM DAN POKOKPOKOK
PERENCANAAN SDM KESEHATAN
M セ M
MENTERIKESEHATAN
REPLIBLIK INDONESIA
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB III
TINJAUAN PERKEMBANGAN, PENDEKATAN DAN METODE
PENYUSUNAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN
III. 1. Perkembangan
Pada tahun sembilan belasdelapan puluhan, Departemen Kesehatan telah
mengembangkan proyeksi kebutuhan SDM kesehatan sampai dengan tahun
2000 sesuai dengan anjuran "Health for All by the Year 2000". Proyeksi
tersebut dibuat berdasarkan status kesehatan masyarakat dan proyeksi
penduduk dikaitkan dengan program program kesehatan yang ada. Proyeksi
kebutuhan tenaga kesehatan secara Nasional tersebut kemudian telah
diusahakan dirinci menjadi targettarget lima tahunan (Repelita).
Namun demikian target Repelita dibidang ketenagaan tersebut masih dirasa
sulit memberikan gambaran informasi yang jelas mengenai cara penyusunan
kebutuhan tenaga bagi unit pelayanan kesehatan. Keadaan ini menyebabkan
unitunit pelayanan (utamanya rumah sakit dan puskesmas) membentuk
metodemetode standar ketenagaan dan cara menghitung kebutuhan masing-
masing. Hal ini tercermin dengan dikeluarkannya antara lain:
1) SK Menkes No. 262/ M enkes/ Per IVII / 1979, ten tang perhitungan kebutuhan
tenaga berdasarkan perbandingan antara jumlah tempat tidur yang
tersedia di kelas rumah sakit tertentu dengan jenis kategori tenaga
tertentu.
2) Standar kebutuhan tenaga minimal (pada tahun 1980), dasar
perhitungannya adalah standar pelayanan dan upaya pelayanan.
M セ M
MENTERI KE 'EH AT
REP BLIK INDON ESIA
b) Tidak memperhitungkan beban kerj a yang riil dan kapasitas masing-
masing kategori tenaga.
M セ M
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
ketenagaan yang terpadu, yang disepakati dan dipakai bersama oleh setiap
unit pengelola ketenagaan di Depkes serta saling mendukung/terkait antara
satu dengan lainnya (compatible). Hal yang lain, data yang ada saat ini masih
berorientasi pada tenaga Depkes (pemerintah), belum sampai pada upaya
mengidentifikasi SDM kesehatan untuk keperluan swasta dan masyarakat
lainnya.
Dalam perkembangan selama ini ada beberapa hambatan , a.l. :
1. Sulitnya memperoleh data akurat yang diperlukan untuk menghitung beban
kerja dari masingmasing jenis kategori tenaga pada formula ISN. Hal ini
disebabkan karena bervariasinya kegiatan kegiatan yang dijalankan oleh
masingmasing jenis kategori tenaga, disamping tidak adanya catatan
yang terekam secara baik atas hal hal yang terkait dengan prosedur dan
beban kerja.
2. Hasil kompilasi dan analisis penghitungan kebutuhan tenaga yang
diadakan sepanjang tahun, tidak ditindaklanjuti sehingga menimbulkan
kekecewaan dan menurunnya motivasi para perencana ketenagaan di
lapangan (misalnya, hasil penghitungan tenaga tidak terkait dengan
pengadaan formasi pegawai baru yang diadakan setiap tahunnya, atau
dengan diketahuinya jumlah tenaga berlebihan di suatu lokasi dan
kekurangan di lain lokasi seharusnya ada tindaklanjut pemecahannya).
Hal ini lama kelamaan menyebabkan pengisian form yang asal jadi dan
menurunnya jumlah laporan yang masuk setiap triwulannya kepada unit
atasannya.
3. Kekurangan dukungan staf perencanaan ketenagaan yang berkualitas
dan bekerja penuh waktu baik di pusat , propinsi , kabupaten, dan unit!
fasilitas kesehatan.
M セ M