Anda di halaman 1dari 2

Nama : Tulus Krisianggi Silalahi

NIM : 042787755

1. Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan


manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan juga bunyi / suara yang
memiliki makna yang bertujuan untuk mengungkapkan pikiran dan menyampaikan
sesuatu. Sehingga dapat disimpulkan fungsi bahasa secara umum adalah untuk
berkomunikasi, menyampaikan informasi dan mengungkapkan pikiran yang tidak hanya
dapat dilakukan secara lisan, melainkan juga melalui tulisan seperti sosial media, koran,
majalah, dan lain-lain.
Dalam hal ini saya akan menyampaikan pendapat saya tentang penggunaan Bahasa
Indonesia di media sosial seperti Twitter , Facebook , dan Instagram yang keluar dari
kaidah bahasa Indonesia. Menurut saya penggunaan angka, tanda baca dan bahasa “alay”
pada media sosial seperti Twitter , Facebook , dan Instagram bukan merupakan suatu
masalah, hanya saja tergantung situasi dan kepada siapa kita berbicara. Dalam situasi
komunikasi nonformal itu tidak mementingkan unsur gramatikal kalimat dan sangat
tergantung kesepahaman konteks, artinya penggunaan angka, tanda baca dan bahasa
“alay” tidak masalah sepanjang dari masing-masing pihak yang terlibat dalam
komunikasi saling mengerti dan saling memahami. Namun dalam situasi formal seperti
menyampaikan informasi yg formal atau sedang berada dalam forum diskusi yang formal
sebaiknya menggunakan Bahasa Indonesia yang formal juga yang mengikuti aturan
yang berkaitan dengan tatakrama maupun kebahasaan.
Namun begitu, di dalam ber-media sosial sekalipun tidak dalam situasi formal tetap
memiliki aturan-aturan. Terutama dengan adanya UU ITE yang berfungsi mengatur
teknologi informasi secara elektronik kita harus berhati-hati dalam menyampaikan
sesuatu di media sosial seperti Twitter , Facebook , dan Instagram. Hindari
menyampaikan sesuatu yang dapat menyinggung pihak-pihak tertentu khususnya yang
bersifat menyinggung SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) karena ini
merupakan isu yang sangat sensitif apalagi di Indonesia yang memiliki banyak sekali
suku, juga agama, ras dan antargolongan. Dan dalam UU ITE Pasal 28 ayat (2)
disebutkan “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau
kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan
(SARA).” Artinya setiap orang yang menyebarkan informasi yang menyinggung SARA
dapat diproses secara hokum

2. Onomatope berasal dari Bahasa Yunani yang berarti kata atau sekelompok kata yang
menirukan bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkannya. Konsep ini berupa sintesis
dari kata Yunani όνομα (onoma yang berarti nama) dan ποιέω (poieō yang berarti "saya
buat" atau "saya lakukan") sehingga artinya adalah "pembuatan nama" atau "menamai
sebagaimana bunyinya". Bunyi-bunyi ini mecakup antara lain suara hewan dan suara-
suara lain yang bukan merupakan kata, seperti suara orang tertawa. Contohnya yaitu
Tiruan suara anjing di Indonesia gonggongannya berbunyi "guk guk 'di Jepang" wang
wang', dan juga di Korea "mang mang." Penyebab perbedaan bunyi onomatope pada
hewan di setiap negara berbeda-beda karena perbedaan sistem bunyi bahasa, maka tiruan
bunyi yang dihasilkan pun berbeda walau sumber suara yang dihasilkan sama.

- TERIMAKASIH -

Anda mungkin juga menyukai