Anda di halaman 1dari 57

KIA DAN KB

A. Tinjauan Pustaka
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif di wilayah kerjanya. Upaya Kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas terdiri
dari 2 (dua) bagian utama yaitu UKM dan UKP. Upaya Kesehatan Masyarakat yang
selanjutnya disingkat UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan
sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.UKM esensial meliputi 5 jenis pelayanan,
yaitu promosi kesehatan; kesehatan lingkungan; kesehatan ibu, anak, dan keluarga
berencana; pelayanan gizi; dan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Peningkatan pembangunan pada sektor kesehatan dapat dilihat berdasarkan indikator
AKI dan AKB dimana hal ini menggambarkan kualitas ibu dan anak. Salah satu tujuan
SDGs 2030 yang ketiga adalah kesehatan yang baik dan kesejahteraan, pada tujuan
tersebut AKI, AKBA, dan AKB menjadi salah satu poin. Bila AKI, AKBA, dan AKB yang
masih tinggi termasuk tantangan dalam mencapai SDGs 2030 dimana target pada tahun
2030 angka kematian ibu berkurang menjadi 70/100.000 kelahiran hidup dari yang
sebelumnya 305/100.000 orang menurut data kemenkes 2015, sementara angka kematian
bayi dan balita berkurang menjadi 12/1000 dan 25/1000 kelahiran hidup dari sebelumnya
24/1000 dan 32/1000 kelahiran hidup menurut data badan pusat statistik tahun 2017.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014
pasal 2, tentang pengaturan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta
Pelayanan Kesehatan Seksual bertujuan untuk:
- Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas.
- Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
- Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi
- Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Dalam permenkes ini dapat dilihat bahwa tujuan KIA-KB bukan hanya terkait angka
mortalitas namun juga kualitas hidup ibu dan anak. Upaya ini dilakukan dengan
pendekatan continuum of care the life cycle (Pelayanan dari kehidupan dimulai,
prakonsespsi hingga lansia) dan continuum of care of pathway (penatalaksanaan dari level
pencegahan, integrasi program, pembiayaan). Program KIA-KB merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan keluarga dan reproduksi yang merupakan salah satu dari enam
program pokok (basic six) Puskesmas. Program KIA ini berperan dalam kegiatan
pelayanan sebagai berikut: pelayanan antenatal, ibu bersalin, pelayanan nifas, ibu dengan
komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir dengan komplikasi,
bayi, dan balita.
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu dari enam program
pokok Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi
baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Berdasarkan standar pelayanan minimal
bidang kesehatan di kabupaten/kota yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI,
maka program di puskesmas, khususnya KIA-KB harus meliputi sebagai berikut:
1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan Kesehatan dasar untuk ibu hamil
yang harus dilakukan sesuai standar, yaitu minimal 4 kali selama masa kehamilan
untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Di Indonesia
pedoman ANC dilakukan selama kehamilan yaitu 1x trimester pertama, 1x trimester
kedua, dan 2x pada trimester ketiga. Pelayanan antenatal meliputi:
a Timbang berat badan dan tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan dilakukan untuk mendeteksi
adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan dapat dikerjakan
saat kunjungan pertama kali untuk mendeteksi kemungkinan panggul sempit dan
dasar perhitungan indeks massa tubuh. Kecurigaan panggul sempit jika tinggi
badan < 145 cm. Penambahan berat badan yang < 9 kg selama kehamilan
menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
b Ukur tekanan darah
Dilakukan setiap kali kunjungan antenatal untuk mendeteksi adanya hipertensi
pada kehamilan jika tekanan darah ≥ 140/90 mmHg dan preeklampsia.
c Nilai status gizi (LILA)
Pengukuran LILA dilakukan untuk skrining kurang energi kronis (KEK) atau
kekurangan gizi. Ukuran LILA ≤23,5 cm akan beresiko melahirkan bayi berat
lahir rendah (BBLR).
d Ukur tinggi fundus uteri
Dilakukan setiap kali kunjungan antenatal untuk mendeteksi pertumbuhan janin
sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Standar pengukuran menggunakan pita
pengukur setelah kehamilan 20 minggu.
e Tentukan presentasi janin dan DJJ
Dilakukan pemeriksaan leopold untuk menilai letak dan memperkirakan
presentasi janin. Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) dilakukan untuk
skrining hipoksia janin yang mengakibatkan fetal distress.
f Skrining status imm tetanus dan berikan imm TT bila diperlukan
Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu hamil harus didahului
dengan skrining untuk mengetahui status imunisasi tetanus toksoid (TT) yang
telah diperoleh selama hidupnya. Jika ibu belum pernah imunisasi TT berikan
dosis vaksin 0,5 ml IM di lengan atas.
g Pemberian tablet Fe
Memberikan tablet besi agar ibu hamil tidak menderita anemia yang dapat di nilai
dari kadar hemoglobin <11g/dl. Ibu hamil PDP/ terkonfirmasi positif COVID-19
TIDAK diberikan tablet Fe karena dapat memperburuk keadaaan.
h Test laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,
hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa Pemeriksaan khusus dilakukan di
daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok ber-risiko, pemeriksaan yang
dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan
thalasemia.
i Tatalaksana / penanganan kasus
- Kasus mual dan muntah dapat diberikan terapi vitamin B6. Jika tidak
membaik dapat diberikan metoklopramide.
- Kasus nyeri ulu hati / heartburn dapat diberikan antasida.
- Kasus kram kaki dapat diberikan tatalaksana medikamentosa berupa
pemberian kalsium dan magnesium. Terapi non medikamentosa berupa
pijatan, dorsofleksi, dan terapi panas infrared.
- Kasus nyeri punggung dan pinggang dicegah dengan olahraga teratur dan
menjaga penambahan berat badan yang berlebihan.
- Kasus konstipasi dicegah dengan intake minuman dan sayuran yang cukup.
Jika perubahan pola hidup tidak mengobati konstipasi maka secara intermitten
dapat diberikan laksansia.
- Kasus edema dan varises dapat diobati dengan meninggikan kaki saat istirahat
/ tidur, direndam dalam air dan stoking kompresi.
- Kasus mual dan muntah dapat diberikan terapi vitamin B6. Jika tidak
membaik dapat diberikan metoklopramide.
- Kasus nyeri ulu hati / heartburn dapat diberikan antasida.
- Kasus kram kaki dapat diberikan tatalaksana medikamentosa berupa
pemberian kalsium dan magnesium. Terapi non medikamentosa berupa
pijatan, dorsofleksi, dan terapi panas infrared.
- Kasus nyeri punggung dan pinggang dicegah dengan olahraga teratur dan
menjaga penambahan berat badan yang berlebihan.
- Kasus konstipasi dicegah dengan intake minuman dan sayuran yang cukup.
Jika perubahan pola hidup tidak mengobati konstipasi maka secara intermitten
dapat diberikan laksansia.
- Kasus edema dan varises dapat diobati dengan meninggikan kaki saat istirahat
/ tidur, direndam dalam air dan stoking kompresi.
j Temu wicara (konseling)
Pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk KB pasca
persalinan. Pada masa pandemi Covid-19, pelayanan antenatal dapat dilakukan
dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku.
Rekomendasi ANC menurut WHO
a. Intervensi nutrisi
- Intervensi diet:
Makan makanan bergizi dan tetap melakukan aktivitas fisik/ olahraga rutin
selama kehamilan untuk mencegah kenaikan berat badan berlebih selama
kehamilan.
- Pemberian suplemen besi dan asam folat
Suplemen Fe sebanyak 30-60 mg/hari dan 0,4 mg asam folat tiap harinya
untuk mencegah anemia, peurperal sepsis, BBLR, dan kelahiran preterm.

- Pemberian suplemen kalsium


Dosis 1,5-2,0 gr peroral untuk mengurangi risiko pre-eklampsia.
- Pemberian suplemen vitamin A
Hanya diberikan kepada ibu hamil yang tinggal di daerah dengan kasus
defisiensi vit A yang tinggi untuk mencegah rabun senja
- Pembatasan asupan kafein
Tidak lebih dari 300 mg/ hari, untuk mencegah risiko abortus dan BBLR.
b. Penilaian kondisi ibu dan janin
1) Penilaian ibu
- Anemia
- Asymptomatic bacteriuria (Kultur pada midstream urine, pengecatan gram)
- Intimate partner violence
- Gestational diabetes mellitus
- Penggunaan rokok dan obat-obatan
- HIV dan sifilis
- Tuberkulosis
2) Penilaian janin
- Pergerakan janin (CTG atau count-to-ten kick charts)
- Pengukuran tinggi fundus
- Antenatal CTG (cardiotocography)
Dilakukan secara periodik dan lebih sering pada kehamilan trimester 3
- Ultrasound scan
Dilakukan sebelum usia kehamilan 24 minggu untuk meningkatkan deteksi
adanya kelainan pada janin atau adanya kehamilan ganda. Selain itu juga
untuk mengurangi kemungkinan induksi persalinan pada kehamilan post-
term. Penggunaan USG juga dapat meningkatkan pengalaman kehamilan
ibu.
Tabel 1. Pelayanan Antenatal (Kunjungan Antenatal Ibu Hamil minimal 4x)

Kunjungan pertama (K1) 1. Identitas/biodata


2. Riwayat kehamilan,
3. Riwayat Kebidanan
Kunjungan kedua (K2) 4. Riwayat kesehatan,
5. Riwayat sosial ekonomi,
6. Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan

Kunjungan ketiga (K3) kesehatan


7. Penyuluhan dan konsultasi

Kunjungan keempat (K4) 1. Anamnesis (keluhan/masalah)


2. Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan,
3. Pemeriksaan psikologis
4. Pemeriksaan laboratorium bila ada
indikasi/diperlukan
5. Diagnosa akhir (kehamilan normal,
terdapat penyulit, terjadi komplikasi,
atau tergolong kehamilan risiko tinggi
6. Sikap dan rencana tindakan (persiapan
persalinan dan rujukan)

Pada kondisi pandemi COVID-19, pelayanan antenatal dapat dilakukan dengan:


- Membuat janji dengan dokter agar tidak menunggu lama di fasilitas pelayanan
kesehatan.
- Selama di perjalanan dan fasyankes tetap melakukan pencegahan penularan
COVID-19 yaitu menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan.
- Pengisian stiker P4K dipandu bidan/perawat/dokter melalui media komunikasi.
- Pelajari buku KIA dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Memeriksakan diri bila ada risiko atau tanda bahaya (yang tercantum dalam buku
KIA).
- Memastikan gerak janin diawali pada usia kehamilan 20 minggu dan setelah usia
kehamilan 28 minggu dihitung gerak janin (minimal 10 gerakan dalam 2 jam).
- Ibu hamil diharapkan menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan gizi
seimbang, menjaga kebersihan diri dan tetap mempraktikan aktivitas fisik berupa
senam ibu hamil / yoga secara mandiri dirumah agar ibu tetap sehat dan bugar.
- Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan oleh
tenaga kesehatan.
- Menunda kelas ibu hamil sampai pandemi berakhir.
- Konseling ibu hamil sebaiknya tidak melakukan perjalanan ke luar negeri dengan
mengikuti anjuran pemerintah.
- Bila ibu hamil diduga atau dikonfirmasi terinfeksi COVID-19 segera membentuk
tim multidisiplin yang melibatkan dokter spesialis infeksi, dokter kandungan,
bidan dan dokter anestesi untuk perawatan pasien sesegera mungkin, dan
tatalaksana yang akan diberikan didiskusikan dengan keluarga.
2. Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Melakukan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan bisa menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu, dimana di fasilitas kesehatan menerapkan pencegahan
infeksi, metode persalinan sesuai standar, melakukan pencatatan SOAP dan partograf,
melakukan rujukan. Pertolongan persalinan di masa pandemi:
- Bumil dengan COVID-19 dirawat di ruang isolasi di ruang bersalin, dilakukan
penanganan tim multi-disiplin
- Harus meminimalkan jumlah anggota staf yang memasuki ruangan dan unit.
Hanya satu orang (pasangan/anggota keluarga) yang dapat menemani pasien
(sudah diinformasikan mengenai risiko penularan dan memakai APD).
- Pengamatan dan penilaian ibu harus dilanjutkan sesuai praktik standar, dengan
penambahan saturasi oksigen yang bertujuan untuk menjaga saturasi oksigen >
94%, titrasi terapi oksigen sesuai kondisi.
- Pemantauan janin secara kontinyu selama persalinan.
- Sampai saat ini belum ada bukti klinis kuat merekomendasikan salah satu cara
persalinan, jadi persalinan berdasarkan indikasi obstetri dengan memperhatikan
keinginan ibu dan keluarga, terkecuali ibu dengan masalah gangguan respirasi
yang memerlukan persalinan segera berupa SC maupun tindakan operatif
pervaginam.
- Bila ada indikasi induksi persalinan pada ibu hamil dengan PDP atau konfirmasi
COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila memungkinkan untuk
ditunda sampai infeksi terkonfirmasi atau keadaan akut sudah teratasi.
- Bila ada indikasi operasi terencana pada ibu hamil dengan PDP atau konfirmasi
COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila memungkinkan untuk
ditunda untuk mengurangi risiko penularan.
- Persiapan operasi terencana dilakukan sesuai standar
- Apabila ibu dalam persalinan terjadi perburukan gejala, dipertimbangkan keadaan
secara individual untuk melanjutkan observasi persalinan atau dilakukan seksio
sesaria darurat apabila hal ini akan memperbaiki usaha resusitasi ibu.
- Pada ibu dengan persalinan kala II dipertimbangkan tindakan operatif pervaginam
untuk mempercepat kala II pada ibu dengan gejala kelelahan ibu atau ada tanda
hipoksia.
- Perimortem SC dilakukan sesuai standar dilakukan apabila ibu dengan kegagalan
resusitasi tetapi janin masih viable.
- Penjepitan tali pusat tunda/ beberapa saat setelah persalinan masih bisa dilakukan
asalkan tidak ada kontraindikasi lainnya. Bayi dapat dibersihkan dan dikeringkan
seperti biasa, sementara tali pusat masih belum dipotong
- Staf layanan kesehatan di ruang persalinan harus mematuhi Standar Contact dan
Droplet Precautions termasuk menggunakan APD yang sesuai dengan panduan
PPI.
- Antibiotik intrapartum harus diberikan sesuai protokol.
- Plasenta harus dilakukan penanganan sesuai praktik normal.
- Tim neonatal harus diberitahu tentang rencana untuk melahirkan bayi dari ibu
yang terkena COVID-19 jauh sebelumnya.
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas harus dilakukan minimal tiga kali sesuai jadwal
yang dianjurkan yaitu kunjungan nifas pertama pada enam jam sampai dengan tiga
hari pasca persalinan, kunjungan nifas kedua pada hari ke empat sampai dengan hari
ke-28 pasca persalinan, dan kunjungan nifas ketiga pada hari ke-29 sampai dengan
hari ke-42 pasca persalinan. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi;
- Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas dan suhu)
- Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri)
- Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lainnya
- Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif
- Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi
baru lahir termasuk keluarga berencana pasca persalinan.
- Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
Pelayanan pada masa nifas dimulai setelah 6 jam sampai 42 hari pasca
persalinan setidaknya 4 kali. Selama pelayanan ibu juga diberikan informasi mengenai
kebersihan diri, istirahat cukup, latihan otot panggul dan perut, konsumsi gizi sehat,
menyusu dan merawat payudara, senggama setelah melahirkan serta pemakaian
kontrasepsi.
Pada kondisi pandemi COVID-19, pelayanan nifas dilakukan:
- Dengan metode kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan
menggunakan media online (disesuaikan dengan kondisi daerah), dengan
melakukan upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan
keluarga.
- Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat perjanjian
dengan petugas.
- Bayi baru lahir tetap mendapat pelayanan neonatal esensial saat lahir seperti
pemotongan dan perawatan tali pusat, IMD, injeksi vitamin K1, pemberian salep /
tetes mata antibiotik dan pemberian imunisasi Hep.B dengan melakukan protokol
kesehatan.
- Ibu dengan konfirmasi COVID-19 diedukasi untuk perawatan bayi terpisah agar
tidak terjadi transmisi infeksi.
4. Komplikasi Kebidanan yang Ditangani
Komplikasi kebidanan yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu
bersalin dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau bayi. Ibu hamil, ibu
bersalin dan nifas dengan komplikasi mendapat penanganan sesuai standar pada
tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED,
Rumah bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK)
- Komplikasi pada kehamilan meliputi abortus, hiperemesis gravidarum, perdarahan
pervaginam, hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), kehamilan
lewat waktu, dan ketuban pecah dini.
- Komplikasi pada persalinan meliputi kelainan letak atau presentasi janin, partus
macet atau distosia, hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia),
perdarahan pasca persalinan, sepsis, kontraksi dini atau persalinan prematur,
kehamilan ganda.
- Komplikasi pada nifas meliputi hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia,
eklampsia), infeksi nifas dan perdarahan nifas.
PONED adalah Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar, meliputi
kemampuan untuk menangani dan merujuk:
- Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia)
- Tindakan pertolongan distosia bahu dan ekstraksi vakum pada pertolongan
persalinan
- Perdarahan post-partum
- Infeksi nifas
- BBLR dan hipotermi, hipoglikemia, ikterus, hiperbilirubinemia, masalah
pemberian minum pada bayi.
- Asfiksia pada bayi
- Gangguan nafas pada bayi
- Kejang pada bayi baru lahir
- Infeksi neonatal
- Persiapan umum sebelum tindakan kedaruratan obstetri – neonatal antara lain
kewaspadaan universal standar.
Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan
serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil,
bersalin dan nifas dan bayi baru lahir dengan komplikasi baik datang sendiri atau atas
rujukan kader, bidan di desa, puskesmas dan melakukan rujukan ke RS PONEK pada
kasus yang tidak mampu ditangani.
PONEK adalah Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif di
Rumah Sakit, meliputi kemampuan untuk melakukan tindakan:
- Seksio sesarea
- Histerektomi
- Reparasi ruptura uteri
- Cedera saluran kemih
- Perawatan intensif ibu dan neonatal
- Transfusi darah
RS PONEK 24 jam adalah RS yang memiliki kemampuan serta fasilitas
PONEK siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin, nifas
dan bayi baru lahir dengan komplikasi baik dengan datang sendiri atau atas rujukan
kader, bidan di desa, puskesmas, dan puskesmas PONED.
5. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani
Neonatus dengan komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan kelainan
yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian. Neonatus dengan
komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermi, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis,
trauma lahir, BBLR (berat badan lahir rendah < 2500 gr), sindroma gangguan
pernafasan, kelainan kongenital. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah
neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih,
dokter dan bidan di sarana pelayanan kesehatan. Perhitungan sasaran neonatus dengan
komplikasi: dihitung berdasarkan 15% dari jumlah bayi baru lahir. Jika tidak diketahui
jumlah bayi baru lahir maka dapat dihitung dari Crude Birth Rate x jumlah penduduk.
Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS
Kab/Kota/Provinsi.
6. Kunjungan Neonatus Lengkap (KN3)
Kunjungan neonatus bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan.
Pelayanan yang diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit
pada algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi Muda / MTBM) termasuk ASI
eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata dengan salep antibiotik,
perawatan tali pusat, penyuntikan vitamin K1, dan imunisasi HB-0.
Pada kondisi pandemi COVID-19, kunjungan neonatus esensial dilakukan:
- Sesuai jadwal dengan kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan dengan melakukan
upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan keluarga.
Waktu kunjungan yaitu:
a KN 1: periode 6 jam – 48 jam setelah lahir
b KN 2: periode 3 hari – 7 hari setelah lahir
c KN 3: periode 8 hari – 28 hari setelah lahir
- Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif dan
tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang tercantum pada buku KIA).
Apabila ditemukan tanda bahaya pada bayi baru lahir, segera dibawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
- Bayi yang lahir dari ibu dengan konfirmasi COVID-19 harus diperiksa juga untuk
COVID-19
7. Kunjungan Bayi
Bayi adalah anak berumur 29 hari sampai 11 bulan setelah lahir. Kunjungan
bayi yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali meliputi:
- Imunisasi dasar
- SDIDTK (stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang)
- Pemberian vitamin A
- Konseling ASI Eksklusif dan MPASI
- Tanda sakit dan perawatan bayi di rumah menggunakan buku KIA
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bayi:
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan.
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan.
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan.
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan.
8. Pelayanan Anak Balita
Anak balita adalah anak berumur 12 - 59 bulan. Setiap anak umur 12 - 59
bulan memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan, minimal 8 x
dalam setahun yang tercatat di Kohort Anak Balita dan Prasekolah, Buku KIA/KMS,
atau buku pencatatan dan pelaporan lainnya.
- Pemantauan pertumbuhan berupa pengukuran berat badan per tinggi/panjang
badan (BB/TB). Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat
badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan
kesehatan untuk menentukan status gizinya dan upaya tindak lanjut.
- Pemantauan perkembangan meliputi penilaian perkembangan gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian, pemeriksaan daya
dengar, daya lihat. Jika ada keluhan atau kecurigaan terhadap anak, dilakukan
pemeriksaan untuk gangguan mental emosional, autisme serta gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Bila ditemukan penyimpangan atau
gangguan perkembangan harus dilakukan rujukan kepada tenaga kesehatan yang
lebih memiliki kompetensi.
- Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak usia 12-59 bulan
dilaksanakan melalui pelayanan SDIDTK minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan)
dan tercatat pada Kohort Anak Balita dan Prasekolah atau pencatatan pelaporan
lainnya. Pelayanan SDIDTK dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, ahli gizi,
penyuluh kesehatan masyarakat dan petugas sektor lain yang dalam menjalankan
tugasnya melakukan stimulasi dan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang
anak.
- Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) diberikan pada anak umur 12-
59 bulan 2 kali pertahun (bulan Februari dan Agustus)
9. TT2+ Ibu Hamil
Infeksi tetanus merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan kematian
bayi, yang mana seringnya diperoleh akibat dari proses persalinan yang tidak
aman/steril atau berasal dari lika yang diperoleh ibu hamil sebelum melahirkan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi, wanita usia subur dan ibu hamil merupakan salah satu
kelompok populasi yang menjadi sasaran imunisasi lanjutan yang dilakukan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang usia perlindungan.
Wanita usia subur (WUS) yang menjadi sasaran imunisasi TT berada pada kelompok
usia 15-39 tahun yang terdiri dari WUS hamil dan tidak hamil. Imunisasi diberikan
sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu berdasarkan skrining yang dilakukan
sebelum pemberian vaksin. Jika dari skrining dinyatakan telah mendapatkan imunisasi
TT5 yang dibuktikan dengan buku KIA, rekam medis maupun kohort, maka bisa
mendapatkan imunisasi TT2+.
Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu hamil harus didahului
dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis (dan status) imunisasi tetanus toksoid
(TT) yang telah diperoleh selama hidupnya. Pemberian imunisasi TT tidak
mempunyai interval (selang waktu) maksimal, hanya terdapat interval minimal antar
dosis TT. Jika ibu belum pernah imunisasi atau status imunisasinya tidak diketahui,
berikan dosis vaksin (0,5 ml IM di lengan atas).
Tabel 2. Panduan pemberian imunisasi TT

Pemberian Selang Waktu Minimal

TT1 Saat kunjungan pertama (sedini mungkin pada


kehamilan)

TT2 4 minggu setelah TT1 (pada kehamilan)

TT3 6 bulan setelah TT2 (pada kehamilan)

TT4 1 tahun setelah TT3

TT5 1 tahun setelah TT4


Dosis booster mungkin diperlukan pada ibu yang sudah pernah diimunisasi.
Pemberian dosis booster 0,5 ml IM disesuaikan dengan jumlah vaksinasi yang pernah
diterima sebelumnya seperti pada tabel berikut:
Tabel 3. Selang waktu minimal pemberian imunisasi TT

Pernah Pemberian dan Selang Waktu Minimal

1 kali TT2, 4 minggu setelah TT1 ( pada kehamilan)

2 kali TT3, 6 bulan setelah TT2 ( pada kehamilan)

3 kali TT4, 1 tahun setelah TT3

4 kali TT5, 1 tahun setelah TT4

5 kali Tidak perlu lagi


10. Deteksi Ibu Hamil Resiko Tinggi Oleh Masyarakat
Diketahui bahwa komplikasi dan pengetahuan terhadap tanda bahaya
kehamilan berpengaruh terhadap tingginya angka kematian ibu. Sehingga dibutuhkan
data ibu hamil agar dapat dideteksi dan ditangani sejak dini serta diberikan pelayanan
antenatal care (ANC). Salah satu program yang sudah dilaksanakan untuk deteksi dini
risti di Provinsi Jawa Tengah untuk menekan angka kematian ibu dengan
mencanangkan program “Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng” atau sering disebut
5NG. Untuk itu dibutuhkan data awal atau database sebagai gambaran nyata
keberadaan ibu hamil. Kader mempunyai peranan penting terhadap program ini karena
kader yang dianggap lebih mengetahui siapa saja ibu hamil yang berada di
wilayahnya. Program 5NG memiliki 4 fase yaitu:
a Fase pertama atau fase sebelum hamil terdapat 2 terminologi yaitu stop dan tunda.
Stop hamil jika ibu dengan usia >35 tahun dan sudah memiliki anak dan tunda jika
usia <20 tahun karena kondisi kesehatan belum optimal.
b Fase kedua atau fase hamil dideteksi, didata, dilaporkan secara sistem melalui
teknologi informasi.
c Fase ketiga atau fase persalinan ibu hamil yang akan melahirkan
d Pada fase keempat atau fase nifas diberikan asuhan keperawatan pasca persalinan
baik oleh dokter/bidan/perawat dan dipantau oleh PKK/Dasa Wisma dan
Masyarakat. Sistem fase keempat ini mencatat dan memonitor ibu nifas dan bayi
sampai 1000 hari pertama kelahiran
11. Rujukan Risti Maternal
Sistem rujukan yang dibangun harus dilengkapi dengan manual supaya bisa
dilaksanakan dengan lebih tertata dan jelas. Manual rujukan sebaiknya disusun dan
dikembangkan oleh kelompok kerja (Pokja)/tim rujukan di sebuah kabupaten/kota.
Manual rujukan tersusun dari kejadian yang dapat dialami oleh ibu dan bayi dalam
proses kehamilan dan persalinan, dan bagaimana proses tersebut dapat didanai.
Rujukan untuk ibu hamil melibatkan banyak pihak yang bertanggung jawab; dinas
kesehatan, puskesmas, rumah sakit, masyarakat dan pemerintah daerah.
12. P4K
P4K merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam
rangka peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan
yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk
perencanaan penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai
media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir. Tujuan khusus adanya program P4K yaitu:
- Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K di setiap rumah ibu
hamil (lokasi tempat tinggal, identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong
persalinan, pendamping persalinan, fasilitas tempat persalinan, calon donor darah,
transportasi yang akan digunakan dan pembiayaan)
- Adanya perencanaan persalinan
- Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi komplikasi
selama, hamil, bersalin maupun nifas.
- Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat dalam perencanaan dan pencegahan
komplikasi, KB pasca salin dengan perannya masing-masing.
Komponen P4K dengan stiker:
- Pencatatan ibu hamil
- Dasolin/ tabulin (Dana Sosial Bersalin/ Tabungan Ibu Bersalin)
- Donor darah
- Transport/ ambulan desa
- Suami/ keluarga menemani ibu pada saat bersalin
- Kunjungan nifas
- Kunjungan rumah
13. KTPA (Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak)
Kekerasan terhadap Perempuan (KTP) adalah segala bentuk tindak kekerasan
berbasis gender yang berakibat, atau mungkin berakibat, menyakiti secara fisik,
seksual, mental, atau penderitaan terhadap perempuan; termasuk ancaman dari
tindakan tersebut, pemaksaan atau perampasan semena-mena kebebasan, baik yang
terjadi di lingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi. Kekerasan
terhadap Anak (KTA) adalah semua bentuk tindakan/perlakuan menyakitkan secara
fisik maupun emosional, penyalahgunaan seksual, trafficking, penelantaran,
eksploitasi komersial termasuk eksploitasi seksual komersial anak (ESKA) yang
mengakibatkan cidera/ kerugian nyata maupun potensial terhadap kesehatan anak,
kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat anak, yang dilakukan
dalam konteks hubungan tanggung jawab, kepercayaan atau kekuasaan. Langkah-
langkah penanganan kasus KTPA dikenal dengan istilah “RADAR”
- Recognize : kenali kemungkinan kekerasan
- Ask & Listen : tanyakan secara langsung dan dengarkan dengan empati
- Discuss options: bicarakan berbagai pilihannya
- Assess danger: nilai kemungkinan adanya bahaya
- Refer to other groups that could provide assistance : rujuk ke lembaga atau
kelompok yang membantu
14. Pelayanan KB Berkualitas
Keluarga berencana (KB) memiliki peranan dalam menurunkan resiko
kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, menunda kehamilan, menjarangkan
kehamilan dan membatasi kehamilan bila anak sudah dianggap cukup. Kementerian
kesehatan membatasi periode KB pasca persalinan adalah sampai dengan 42 hari
pasca bersalin. Hal ini ditetapkan untuk mencegah missed opportunity pada ibu pasca
bersalin. Oleh sebab itu definisi KB pasca persalinan di Indonesia adalah pemanfaatan
atau penggunaan alat kontrasepsi segera sesudah melahirkan sampai 6 minggu (42
hari) sesudah melahirkan.
Peserta KB Baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali
menggunakan alat/cara kontrasepsi dan atau pasangan usia subur yang kembali
menggunakan metode kontrasepsi setelah melahirkan/keguguran. Pasangan Usia
Subur (PUS) adalah pasangan suami-istri yang terikat dalam perkawinan yang sah,
yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun.

Daftar Pustaka:
1. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun
2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan,
dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta
Pelayanan Kesehatan Seksual. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2014.
2. Nur, Hastuti T. Tantangan dan Strategi Menurunkan AKI. Sustainable Development
Goals (SDGs). Diakses pada 06 Mei 2021 melalui: https://www.sdg2030indonesia.org.
3. Muchtar A., Rumiatun D., Mulyati E., Nurrichmi E, Saputro H., et al. Buku Ajar
Kesehatan Ibu dan Anak. Jakata: Pusat Pendidikan dan Pelatihan tenaga Kesehatan,
2014.
4. World Health Organization (WHO). 2016. WHO Recommendations on Antenatal Care
for a Positive Pregnancy Experience.UK.
5. Ritonga, Amelia Fitriana. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan
Antenatal Care Pada Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola
Barat Kabupaten Tapanuli Selatan. Medan: Repository Univeritas Sumatera Utara.
6. WHO, 2016, Standards For Improving Quality Of Maternal And Newborn Care In
Health Facilities, Switzerland.
7. Kemenkes RI. 2020. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, dan Bayi Baru Lahir di
Era Pandemi COVID-19. Jakarta: Kemenkes RI.
8. Pokja Infeksi Saluran Reproduksi. 2020. Rekomendasi Penanganan Infeksi Virus
Corona (COVID-19) pada Maternal (Hamil, Bersalin, dan Nifas). Indonesia: POGI.
9. Bernis LD, Sherrat DR, AbouZahr C, and Lerberghe WV. Skilled Attendants for
Pregnancy, Childbirth and Postnatal Care, British Medical Buletin. 2003. 67:39-57.
10. Biro Pusat Statistik. BKKBN. Depkes. ORC Macro. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia, BPS, Jakarta. 2002.
11. Kemenkes. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS-KIA). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
12. Khadijah, Siti, and Arneti Arneti. "Upaya Deteksi Dini Resiko Tinggi Kehamilan
Ditentukan oleh Pengetahuan dan Dukungan Tenaga Kesehatan." Jurnal Sehat
Mandiri, vol. 13, no. 1, Jun. 2018, pp. 27-34, doi:10.33761/jsmv13i1.2.
13. B, Utama. 2015. Kehamilan Risiko Tinggi. Semarang: Eprints Undip.
14. Widiastuti T., Kartasurya M.I., Dharminto. Manajemen Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko
Tinggi pada Pelayanan Antenatal di Tingkat Puskesmas Kabupaten Jepara. Jepara:
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia. Vol 02. 2014.
15. Kementrian Kesehatan RI. Manajement Pelayanan. Bina Kesehatan gizi. Jakarta.2013.
16. Sofiyana, A., Himawan, A. B., dan Soeharto, B. P. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Sikap, dan Perilaku Suami terhadap Deteksi Dini Kehamilan Risiko Tinggi di
Keluarahan Bandarharjo, Semarang Utara 2017. Semarang: Eprints Undip. 2018.
17. Kemenkes. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS-KIA). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
18. Widarta G.D, Muhammad A.C.L, Sulistyono A., Purnomo W. Deteksi Dini Risiko Ibu
Hamil dengan Kartu Skor Poedji Rochjati dan Pencegahan Faktor Empat Terlambat.
Surabaya: Majalah Obstetri &amp; Ginekologi. Vol 23, no. 1, Januari-April. 2015, pp:
28-32.
19. Zaenab, Siti Noor. Sistem Rujukan dan Pengembangan Manual Rujukan KIA. Diakses
28 Juli 2020 melalui http://kesehatan-ibuanak.net/
20. Kemenkes. 2014. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Gavi
21. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
2014;

B. Analisis Situasi
1. Kunjungan Ibu Hamil K4
Tabel 1. Indikator Kunjungan Ibu Hamil K-4
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Kunjungan 100% 1607 1607 1536 95,58 95,58
ibu hamil
K-4
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Kunjungan ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan
yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada trimester pertama, satu kali pada
trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga umur kehamilan. Pelayanan
antenatal dikatakan berkualitas apabila memenuhi 10 T, meliputi:
1) Pengukuran berat badan
2) Pengukuran tekanan darah
3) Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
5) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6) Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi
7) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet
8) Tes laboratorium
9) Tatalaksana/penanganan kasus
10) Temu wicara (konseling)
Indikator ini memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan
tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga
kesehatan.
Persentase kunjungan ibu hamil K-4 didapatkan dari rumus sebagai berikut:
Jumlah ibu hamil yang memperoleh
pelayanan antenatal K-4 sesuai standar
Kunjungan ibu di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
= x 100%
hamil K-4 Jumlah seluruh ibu hamil di wilayah dan pada
kurun waktu yang sama

b. Target 1 tahun kunjungan ibu hamil K-4 pada tahun 2019 yang ditentukan oleh
Puskesmas Mlonggo sebesar 100%. Adapun target kunjungan ibu hamil K-4
menurut Rencana Strategis tahun 2019 sebesar 80%, sedangkan yang ditetapkan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara pada tahun 2019 sebesar 94,5%.
c. Sasaran 1 tahun ibu hamil per tahun 2019 didapatkan dari rumus estimasi berikut:
Jumlah sasaran ibu hamil = 1,1 x jumlah lahir hidup
Jumlah lahir hidup = CBR x jumlah penduduk
Keterangan:
- 1,1 adalah konstanta untuk menghitung ibu hamil
- CBR (Crude Birth Rate)
- Jumlah sasaran 1 tahun ibu hamil didapatkan sebesar 1607
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 1536 ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal K-4.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 1536
Cakupan = = ×100 %=95,58 %
sasaranbulan berjalan 1607
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 95,58%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator kunjungan ibu hamil K-4 belum
mencapai target.
g. Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, setiap ibu
hamil dianjurkan untuk melakukan kunjungan pelayanan antenatal minimal 4 kali.
Kunjungan pelayanan antenatal dilakukan 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada
trimester 2, dan 2 kali pada trimester 3. Apabila pada tahun 2019 terdapat ibu
hamil yang belum memasuki trimester 3, maka ibu hamil tersebut belum dapat
melakukan kunjungan K-4. Pencapaian kinerja pada indikator ini masih belum
memenuhi target, kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
kesadaran ibu hamil terhadap pentingnya kunjungan antenatal lengkap. Selain itu,
bisa juga disebabkan karena perbedaan distribusi kehamilan dalam satu tahun.
Akibatnya hasil kegiatan yang terhitung seolah-olah kurang dari sasaran yang
diharapkan. Untuk memastikan hal tersebut, diperlukan data lebih lanjut mengenai
distribusi usia kehamilan ibu hamil pada wilayah kerja puskesmas Mlonggo.

2. Pertolongan Bersalin oleh Tenaga Kesehatan


Tabel 2. Indikator Pertolongan Bersalin oleh Tenaga Kesehatan
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Pertolongan 100% 1534 1534 1459 95,11 95,11
Bersalin oleh
Tenaga
Kesehatan
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Pertolongan bersalin oleh tenaga kesehatan adalah ibu bersalin yang mendapat
pertolongan persalinan dimulai dari kala I sampai kala IV, sesuai standar oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh
tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA
dalam pertolongan persalinan sesuai standar.
Persentase pertolongan bersalin oleh tenaga kesehatan didapatkan berdasarkan
rumus sebagai berikut:
Jumlah ibu bersalin yang mendapat pelayanan
Pertolonga persalinan sesuai standar di fasilitas pelayanan
n bersalin kesehatan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
= x 100%
oleh tenaga Jumlah ibu bersalin di wilayah dan
kesehatan pada kurun waktu yang sama

b. Target 1 tahun pertolongan bersalin oleh tenaga kesehatan pada tahun 2019 yang
ditentukan oleh Puskesmas Mlonggo sebesar 100%. Hal ini sesuai dengan target
pertolongan bersalin di fasilitas kesehatan yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Jepara pada tahun 2019.
c. Sasaran 1 tahun ibu bersalin per tahun 2019 didapatkan dari rumus estimasi
berikut:
Jumlah sasaran ibu bersalin = 1,05 x jumlah lahir hidup
Jumlah lahir hidup = CBR x jumlah penduduk
Keterangan:
- 1,05 adalah konstanta untuk menghitung jumlah ibu bersalin
- CBR (Crude Birth Rate)
- Jumlah lahir hidup dalam 1 tahun diketahui 1.461
- Jumlah sasaran 1 tahun ibu bersalin didapatkan sebesar 1.534
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 1.459 ibu hamil yang
mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 1459
Cakupan = = ×100 %=95,11 %
sasaranbulan berjalan 1534
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 95,11%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator kunjungan ibu hamil K-4 belum
mencapai target.
g. Dalam rangka menjamin ibu bersalin mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar, sejak tahun 2015 setiap ibu bersalin diharapkan melakukan persalinan
dengan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten di fasilitas pelayanan
kesehatan. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019
menetapkan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
Kesehatan. Pencapaian kinerja pada indikator ini masih belum memenuhi target
kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya
bersalin di fasilitas kesehatan dibantu oleh tenaga kesehatan. Tingkat aksesibilitas
menuju ke puskesmas juga dapat mempengaruhi indikator ini. Meskipun diketahui
jarak puskesmas dengan desa terjauh masih dalam batas 5 km, diperlukan data
lebih lanjut mengenai ketersediaan sarana transportasi. Selain itu, belum
tercapainya target dapat dikarenakan beberapa pelayanan yang tidak dilaporkan
dari jaringan fasilitas pelayanan kesehatan swasta ke puskesmas atau ibu bersalin
mendapatkan pelayanan di luar wilayah kerja puskesmas.

3. Pelayanan Nifas KF-1


Tabel 3. Indikator Pelayanan Nifas KF-1
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Pelayanan 100% 1534 1534 1458 95,05 95,05
Nifas KF-1
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Pelayanan nifas KF-1 adalah pelayanan kepada ibu nifas pada 6 jam s.d. 3 hari
setelah persalinan. Asuhan yang diberikan berupa pemeriksaan tanda tanda vital,
pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari
vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif enam bulan, pemberian
kapsul vitamin A dua kali, minum tablet tambah darah setiap hari, dan pelayanan
KB pasca persalinan.
Persentase pelayanan nifas KF-1 didapatkan berdasarkan rumus berikut:
Jumlah ibu nifas yang memperoleh pelayanan nifas
KF-1 sesuai standar di suatu wilayah
Pelayanan pada kurun waktu tertentu
= x 100%
nifas KF-1 Jumlah ibu nifas di wilayah dan
pada kurun waktu yang sama

b. Target 1 tahun pelayanan nifas KF-1 pada tahun 2019 yang ditentukan oleh
Puskesmas Mlonggo sebesar 100%.
c. Sasaran 1 tahun ibu nifas per tahun 2019 didapatkan dari rumus estimasi berikut:
Jumlah sasaran ibu nifas = jumlah sasaran ibu bersalin
Jumlah sasaran ibu bersalin = 1,05 x jumlah lahir hidup
Jumlah lahir hidup = CBR x jumlah penduduk
Keterangan:
- 1,05 adalah konstanta untuk menghitung ibu nifas
- CBR (Crude Birth Rate)
- Jumlah lahir hidup dalam 1 tahun diketahui 1.461
- Jumlah sasaran 1 tahun ibu nifas didapatkan sebesar 1.534
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 1458 ibu nifas yang
mendapatkan pelayanan nifas KF-1.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 1458
Cakupan = = ×100 %=95,05 %
sasaranbulan berjalan 1534
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 95,05%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator pelayanan nifas KF-1 belum mencapai
target.
g. Pelayanan kesehatan bagi ibu dalam masa nifas dilakukan untuk membantu proses
ibu pemulihan, penjelasan mengenai perawatan pada tali pusat, deteksi dini
kejadian abnormal masa nifas, penanganan dan rujukan terhadap kejadian tak
diinginkan yang bisa terjadi, kesehatan secara umum, kebersihan individu,
kebutuhan gizi, perawatan bayi, pemberian ASI, imunisasi, dan KB. Pencapaian
kinerja pada indikator ini masih belum memenuhi target kemungkinan disebabkan
karena kurangnya penyuluhan yang mencakup pemaparan terkait pentingnya
melakukan kunjungan pelayanan nifas lengkap. Hal ini juga dapat berpengaruh
terhadap keberhasilan pencapaian indikator kematian maternal, mengingat
penyebab kematian maternal seperti perdarahan dan infeksi dapat terjadi pada
masa nifas.

4. Komplikasi Kebidanan Ditangani


Tabel 4. Indikator Komplikasi Kebidanan Ditangani
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Komplikasi 100% 321 321 347 108,10 108,10
Kebidanan
Ditangani

Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Komplikasi kebidanan ditangani adalah komplikasi yang terjadi pada ibu hamil,
bersalin, dan nifas yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tingkat
pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah
Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK).
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu hamil
bersalin dan nifas dengan komplikasi.
Persentase komplikasi kebidanan yang ditangani didapatkan dari rumus berikut:
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapat
Komplikasi
penanganan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
kebidanan = x 100%
Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di wilayah
ditangani
dan pada kurun waktu yang sama
b. Target 1 tahun komplikasi kebidanan ditangani pada tahun 2019 yang ditentukan
oleh Puskesmas Mlonggo sebesar 100%.
c. Sasaran 1 tahun komplikasi kebidanan yang ditangani per tahun 2019 didapatkan
dari rumus estimasi berikut:
Jumlah komplikasi kebidanan = 20% x jumlah sasaran ibu hamil
Jumlah sasaran ibu hamil = 1,1 x jumlah lahir hidup
Jumlah lahir hidup = CBR x jumlah penduduk
Keterangan:
- 1,1 adalah konstanta untuk menghitung ibu hamil
- CBR (Crude Birth Rate)
- Jumlah sasaran ibu hamil didapatkan 1.607
- Jumlah komplikasi kebidanan didapatkan sebesar 321 kasus
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 347 kasus komplikasi
kebidanan yang ditangani.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 347
Cakupan = = ×100 %=108,10 %
sasaranbulan berjalan 321
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 108,10%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator komplikasi kebidanan yang ditangani
telah melebihi target.
g. Pencapaian kinerja pada indikator ini telah melebihi 100% bermakna bahwa
semua ibu hamil dengan komplikasi yang datang ke sarana kesehatan atau
ditemukan oleh tenaga kesehatan telah ditangani seluruhnya. Meskipun begitu,
diperlukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui latar belakang penemuan kasus
yang melebihi sasaran, misalnya karena angka kejadian komplikasi kebidanan
yang melebihi estimasi sehingga diperlukan upaya pencegahan komplikasi
kebidanan.

5. Cakupan TT-2 Ibu Hamil


Tabel 5. Indikator Cakupan TT-2 Ibu Hamil
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Cakupan 100% 1607 1607 1585 98,63 98,63
TT-2 Ibu
Hamil
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Cakupan TT-2 ibu hamil adalah pemberian imunisasi TT dosis kedua pada ibu
hamil sebagai pencegahan infeksi tetanus pada ibu dan bayi dengan masa
perlindungan 3 tahun. Imunisasi TT-2 diberikan dengan interval minimal 4
minggu setelah pemberian imunisasi TT-1.
Persentase cakupan TT-2 ibu hamil didapatkan dari rumus berikut:
Jumlah ibu hamil yang mendapat imunisasi TT-2
Cakupan TT-2 di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
= x 100%
ibu hamil 20% x jumlah sasaran ibu hamil di wilayah
dan pada kurun waktu yang sama
b. Target 1 tahun cakupan TT-2 ibu hamil pada tahun 2019 yang ditentukan oleh
Puskesmas Mlonggo sebesar 100%.
c. Sasaran 1 tahun ibu hamil yang mendapatkan TT-2 per tahun 2019 didapatkan dari
rumus estimasi berikut:
Jumlah sasaran ibu hamil = 1,1 x jumlah lahir hidup
Jumlah lahir hidup = CBR x jumlah penduduk
Keterangan:
- 1,1 adalah konstanta untuk menghitung ibu hamil
- CBR (Crude Birth Rate)
- Jumlah sasaran 1 tahun ibu hamil didapatkan sebesar 1.607
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 1585 ibu hamil yang
mendapatkan imunisasi TT-2.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 1585
Cakupan = = ×100 %=98,63 %
sasaranbulan berjalan 1607
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 98,63%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator cakupan TT-2 ibu hamil belum
mencapai target.
h. Pencapaian kinerja pada indikator ini masih belum mencapai target kemungkinan
disebabkan karena tingkat pengetahuan dan kesadaran ibu yang masih kurang
terkait pentingnya imunisasi TT sebagai pencegahan infeksi yang dapat
meningkatkan risiko kematian maternal. Selain itu, kemungkinan juga disebabkan
karena ibu dengan usia kehamilan muda baru melakukan imunisasi TT-1 pada
kisaran bulan Desember tahun 2019 sehingga pemberian imunisasi TT ke 2 tidak
dapat dilakukan mengingat diperlukan interval waktu penyuntikan imunisasi TT.
Untuk memastikan hal tersebut, diperlukan data lebih lanjut mengenai distribusi
usia kehamilan. Selain itu, belum tercapainya target dapat dikarenakan beberapa
pelayanan tidak dilaporkan dari jaringan fasilitas pelayanan kesehatan swasta ke
puskesmas atau ibu hamil mendapatkan pelayanan di luar wilayah kerja
puskesmas.

6. Cakupan Deteksi Dini Risiko Tinggi oleh Tenaga Kesehatan


Tabel 6. Indikator Cakupan Deteksi Dini Risiko Tinggi oleh Tenaga Kesehatan
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Cakupan 100% 322 322 364 113,04 113,04
Deteksi Dini
Risiko Tinggi
oleh Tenaga
Kesehatan

Penjelasan:
a. Definisi operasional
Cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh tenaga kesehatan adalah cakupan ibu hamil
dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh tenaga kesehatan di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Persentase deteksi dini risiko tinggi oleh tenaga kesehatan didapatkan dari rumus
berikut:
Jumlah ibu hamil risiko tinggi yang ditemukan
Cakupan
tenaga kesehatan di suatu wilayah pada kurun
Deteksi Dini
waktu tertentu
Risiko Tinggi = x 100%
20% x jumlah sasaran ibu hamil di wilayah dan
oleh Tenaga
pada kurun waktu yang sama
Kesehatan
b. Target 1 tahun cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh tenaga kesehatan pada tahun
2019 yang ditentukan oleh Puskesmas Mlonggo sebesar 100%.
c. Sasaran 1 tahun cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh tenaga kesehatan per tahun
2019 didapatkan dari rumus estimasi berikut:

Jumlah ibu hamil risiko tinggi = 20% x jumlah ibu hamil


Keterangan:
- Jumlah ibu hamil diketahui 1.607
- Jumlah deteksi dini risiko tinggi oleh tenaga kesehatan didapatkan sebesar 322
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 364 kasus risiko tinggi
yang dideteksi dini oleh tenaga kesehatan.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 364
Cakupan = = ×100 %=113,04 %
sasaranbulan berjalan 322
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 113,04%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh
tenaga kesehatan telah melebihi target.
g. Pencapaian kinerja pada indikator ini telah melebihi 100% bermakna bahwa
semua ibu hamil berisiko tinggi telah dideteksi dini oleh tenaga kesehatan.
Meskipun begitu, diperlukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui latar belakang
penemuan kasus risiko tinggi yang melebihi sasaran. Dengan mengetahui hal
tersebut, dapat dilakukan upaya promotif dan preventif dengan melakukan
penyuluhan dan persiapan kehamilan yang matang sehingga dapat meminimalisir
risiko yang akan terjadi.
7. Cakupan Deteksi Dini Risiko Tinggi oleh Masyarakat
Tabel 7. Indikator Cakupan Deteksi Dini Risiko Tinggi oleh Masyarakat
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Cakupan 100% 161 161 233 144,72 144,72
Deteksi Dini
Risiko Tinggi
oleh
Masyarakat
Penjelasan:
a. Definisi operasional
Cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh masyarakat adalah cakupan ibu hamil
dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh kader atau dukun bayi
atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Masyarakat di sini, bisa keluarga ataupun ibu hamil,
bersalin, nifas itu sendiri.
Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam
mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.
Persentase deteksi dini risiko tinggi oleh masyarakat didapatkan dari rumus
berikut:
Jumlah ibu hamil risiko tinggi yang ditemukan
Cakupan kader/dukun bayi/masyarakat di suatu wilayah
Deteksi Dini pada kurun waktu tertentu
= x 100%
Risiko Tinggi 20% x jumlah sasaran ibu hamil di wilayah dan
oleh Masyarakat pada kurun waktu yang sama

b. Target 1 tahun cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh masyarakat pada tahun 2019
yang ditentukan oleh Puskesmas Mlonggo sebesar 100%.
c. Sasaran 1 tahun cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh masyarakat per tahun 2019
didapatkan berdasarkan rumus estimasi sebagai berikut:

Jumlah ibu hamil risiko tinggi dideteksi masyarakat = 10% x jumlah ibu hamil
Keterangan:
- Jumlah ibu hamil diketahui 1.607
- Jumlah deteksi dini risiko tinggi oleh masyarakat didapatkan sebesar 161
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 233 kasus risiko tinggi
yang dideteksi dini oleh masyarakat.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 233
Cakupan = = ×100 %=144,72 %
sasaranbulan berjalan 161
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 144,72%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh
masyarakat telah melebihi target.
g. Pencapaian kinerja pada indikator ini telah melebihi 100% bermakna bahwa
semua ibu hamil berisiko tinggi telah dideteksi dini oleh masyarakat. Meskipun
begitu, diperlukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui latar belakang penemuan
kasus risiko tinggi yang melebihi sasaran. Masyarakat juga perlu diedukasi jika
menemukan ibu hamil yang berisiko tinggi harus segera dibawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Indikator ini juga dapat berpengaruh terhadap angka
kematian maternal, terlebih jika penanganan tidak segera dilakukan.

8. Cakupan Rujukan Kasus Risti Maternal


Tabel 8. Indikator Cakupan Rujukan Kasus Risti Maternal
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Cakupan 100% 1607 1607 347 21,59 21,59
Rujukan
Kasus Risti
Maternal
Penjelasan:
a. Persentase rujukan kasus risti maternal didapatkan berdasarkan rumus berikut:
Jumlah ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk
Cakupan
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
rujukan kasus = x 100%
Jumlah ibu hamil risiko tinggi di wilayah dan
risti maternal
pada kurun waktu yang sama
b. Target 1 tahun cakupan rujukan kasus risti maternal pada tahun 2019 yang
ditentukan oleh Puskesmas Mlonggo sebesar 100%.
c. Sasaran 1 tahun cakupan rujukan kasus risti maternal per tahun 2019 didapatkan
berdasarkan rumus estimasi berikut:
Jumlah ibu hamil = 1,1 x jumlah lahir hidup

Keterangan:
- 1,1 adalah konstanta untuk menghitung ibu hamil
- Jumlah lahir hidup dalam 1 tahun diketahui 1461
- Jumlah sasaran 1 tahun ibu hamil didapatkan sebesar 1607
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 347 kasus risti maternal
yang dirujuk.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 347
Cakupan = = ×100 %=21,59 %
sasaranbulan berjalan 1607
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 21,59%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator cakupan rujukan kasus risti maternal
belum mencapai target.
g. Pencapaian kinerja pada indikator ini belum memenuhi 100% kemungkinan
disebabkan karena kurangnya pelatihan kepada tenaga kesehatan dalam
melakukan rujukan risti maternal. Kehamilan risiko tinggi adalah suatu kondisi
kehamilan yang memiliki risiko lebih besar yang dapat mengakibatkan terjadinya
penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan. Kehamilan yang
termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu kehamilan yang dipengaruhi oleh 4T (4
Terlalu), antara lain terlalu tua (kehamilan >35 tahun), terlalu muda (kehamilan <
20 tahun), terlalu sering (ibu melahirkan > 3 kali), dan jarak melahirkan terlalu
dekat 2 tahun) dimana kehamilan ini banyak menimbulkan komplikasi sehingga
perlu dilakukan perujukan dimana pada saat perujukan, terkadang terjadi 3 T
dimana Tiga Terlambat (3T), yaitu terlambat memutuskan untuk mencari
pertolongan baik secara individu/keluarga/keduanya, terlambat mencapai fasilitas
pelayanan kesehatan, dan terlambat mendapatkan pelayanan yang adekuat.
Berdasarkan data puskesmas, jarak puskesmas dengan rumah sakit kabupaten
cukup terjangkau, namun diperlukan data lebih lanjut mengenai ketersediaan
transportasi yang dapat digunakan oleh pasien. Selain itu, belum tercapainya target
dapat disebabkan karena beberapa kasus rujukan tidak dilaporkan oleh fasilitas
kesehatan swasta ke puskesmas atau ibu hamil mendapatkan pelayanan di luar
wilayah kerja puskesmas.
9. Cakupan P4K
Tabel 9. Indikator Cakupan P4K
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Cakupan 100% 1607 1607 1601 99,63 99,63
P4K
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) adalah suatu
kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif
suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan
penggunaan kontrasepsi pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai
media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Persentase P4K didapatkan berdasarkan rumus berikut:
Jumlah ibu hamil yang melakukan P4K
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
Cakupan P4K = x 100%
Jumlah ibu hamil di wilayah dan pada kurun
waktu yang sama
b. Target 1 tahun cakupan P4K pada tahun 2019 yang ditentukan oleh Puskesmas
Mlonggo sebesar 100% sesuai target cakupan P4K pada Rencana Strategis 2019.
c. Sasaran 1 tahun cakupan P4K per tahun 2019 didapatkan dari rumus estimasi
sebagai berikut:

Jumlah sasaran ibu hamil = 1,1 x jumlah lahir hidup


Keterangan:
- 1,1 adalah konstanta untuk menghitung ibu hamil
- Jumlah lahir hidup dalam 1 tahun diketahui 1.461
- Jumlah sasaran 1 tahun ibu hamil didapatkan sebesar 1.607
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 1601 ibu hamil yang
telah melaksanakan P4K.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 1601
Cakupan = = ×100 %=99,63 %
sasaranbulan berjalan 1607
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 99,63%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator cakupan P4K belum mencapai target.
g. P4K yaitu pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh bidan sebagai upaya untuk
meningkatkan pengetahuan ibu hamil, suami dan keluarga tentang kehamilan
berisiko, bahaya kehamilan serta ajakan pada ibu, suami dan keluarga untuk
merencanakan persalinan. Tujuan P4K antara lain agar suami, keluarga, dan
masyarakat menjadi memahami tentang bahaya persalinan, rencana persalinan
yang aman, rencana kontrasepsi yang akan di pakai, dukungan masyarakat, tokoh
masyarakat, kader, dukungan untuk mengikuti program KB pasca persalinan,
dukungan sukarela dalam persiapan biaya, transportasi, donor darah, serta
kerjasama antara bidan, dukun bayi dan kader. Pencapaian kinerja pada indikator
ini belum memenuhi 100% kemungkinan disebabkan karena tidak adanya
pengawasan di rumah-rumah warga terkait penempelan stiker P4K dan kurangnya
pengetahuan warga terkait P4K.

10. Kematian Maternal


Tabel 10. Indikator Kematian Maternal
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Kematian 0 0 0 2 - -
Maternal
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Kematian maternal adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian
dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya
kehamilan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau
penanganannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan dan
terjatuh.
Angka kematian maternal didapatkan berdasarkan rumus berikut:
Angka kematian Jumlah kematian ibu
= x 100.000
maternal Jumlah kelahiran hidup
b. Target 1 tahun kematian maternal pada tahun 2019 yang ditentukan oleh
Puskesmas Mlonggo sebesar 0 kematian. Adapun target Dinas Kesehatan
Kabupaten Jepara pada tahun 2019 sebanyak 15 kasus.
c. Sasaran 1 tahun kematian maternal per tahun 2019 sebanyak 0 kasus sehingga
persentase cakupan dan pencapaian kinerja tidak ada.
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 2 kasus kematian
maternal pada tahun 2019 sehingga belum mencapai target yaitu 0 kematian
maternal.
e. Belum tercapainya target pada indikator ini menjadi masalah yang serius karena
Angka Kematian Ibu (AKI) digunakan sebagai indikator secara global untuk
mengukur keberhasilan upaya kesehatan ibu di suatu negara atau wilayah. AKI di
Indonesia mencapai 305 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan masih belum
mencapai target yang telah ditentukan, yaitu 183 kematian per 100.000 kelahiran
hidup. Komplikasi kehamilan dan persalinan sebagai penyebab kematian maternal
dapat dicegah dengan melakukan kunjungan pelayanan antenatal (ANC) maupun
post natal (kunjungan nifas) secara teratur. Tujuan dari pelayanan tersebut antara
lain menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas serta
mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya risiko-
risiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap
kehamilan risiko tinggi dan komplikasi pasca persalinan, serta menurunkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.

11. Ibu Hamil dengan Anemia


Tabel 11. Indikator Ibu Hamil dengan Anemia
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Ibu Hamil <25% 1607 1607 233 14,50 -
dengan
Anemia

Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dengan kadar hemoglobin di bawah 11gr
% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr% pada trimester 2.

Persentase ibu hamil dengan anemia didapatkan berdasarkan rumus berikut:


Jumlah ibu hamil dengan anemia
Cakupan ibu
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
hamil dengan = x 100%
Jumlah ibu hamil di wilayah dan pada kurun
anemia
waktu yang sama
b. Target 1 tahun ibu hamil dengan anemia pada tahun 2019 yang ditentukan oleh
Puskesmas Mlonggo sebesar <25%. Adapun target ibu hamil dengan anemia yang
ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara pada tahun 2019 sebesar 21%.
c. Sasaran 1 tahun ibu hamil dengan anemia per tahun 2019 didapatkan berdasarkan
rumus estimasi berikut:

Jumlah sasaran ibu hamil = 1,1 x jumlah lahir hidup


Keterangan:
- 1,1 adalah konstanta untuk menghitung ibu hamil
- Jumlah lahir hidup dalam 1 tahun diketahui 1.461
- Jumlah sasaran 1 tahun ibu hamil didapatkan sebesar 1.607
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 233 ibu hamil dengan
anemia pada tahun 2019
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 233
Cakupan = = x 100 %=14,50 %, sudah
sasaranbulan berjalan 1607
mencapai target <25%
f. Pencapaian kinerja pada indikator ini telah mencapai target dapat
mengimplikasikan bahwa upaya pencegahan anemia pada ibu hamil telah berhasil
sehingga hal ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi untuk menekan
kejadian anemia pada ibu hamil.

12. Ibu Hamil dengan KEK


Tabel 12. Indikator Ibu Hamil dengan KEK
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Ibu Hamil <25% 1607 1607 117 7,28 -
dengan KEK
Penjelasan:
a. Definisi Operasional:
Kekurangan energi kronis (KEK) adalah suatu keadaan dimana status gizi ibu
hamil buruk yang disebabkan kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang
mengandung zat gizi makro.
Persentase ibu hamil dengan KEK berdasarkan rumus berikut:
Jumlah ibu hamil dengan KEK
Cakupan ibu
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
hamil dengan = x 100%
Jumlah ibu hamil di wilayah dan pada kurun
KEK
waktu yang sama
b. Target 1 tahun ibu hamil dengan KEK pada tahun 2019 yang ditentukan oleh
Puskesmas Mlonggo sebesar <25%. Adapun target ibu hamil dengan KEK
menurut Rencana Strategis tahun 2019 sebesar 18,2%.
c. Sasaran 1 tahun ibu hamil dengan KEK per tahun 2019 didapatkan berdasarkan
rumus estimasi berikut:

Jumlah sasaran ibu hamil = 1,1 x jumlah lahir hidup


Keterangan:
- 1,1 adalah konstanta untuk menghitung ibu hamil
- Jumlah lahir hidup dalam 1 tahun diketahui 1461
- Jumlah sasaran 1 tahun ibu hamil didapatkan sebesar 1607
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 117 ibu hamil dengan
KEK pada tahun 2019.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 117
Cakupan = = x 100 %=7,28 %, sudah
sasaranbulan berjalan 1607
mencapai target <25%
f. Pencapaian kinerja pada indikator ini telah mencapai target dapat
mengimplikasikan bahwa upaya pencegahan KEK pada ibu hamil telah berhasil
sehingga hal ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi untuk menekan
kejadian KEK pada ibu hamil.
13. Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN3)
Tabel 13. Indikator Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN3)
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Cakupan 100% 1461 1461 1461 100,00 100,00
Kunjungan
Neonatus
Lengkap
(KN3)
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Kunjungan neonatus lengkap (KN3) adalah pelayanan kunjungan neonatal
lengkap, minimal 3 kali yaitu 1 kali pada usia 6-48 jam, 1 kali pada 3-7 hari, dan 1
kali pada 8-28 hari sesuai standar oleh tenaga kesehatan. Jenis pelayanan neonatus
meliputi:
1) Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir (perawatan tali pusat, ASI
eksklusif, injeksi vit K1, salep mata antibiotik, imunisasi Hb 0)
2) Pemeriksaan dengan menggunakan pendekatan MTMB
Dengan indikator ini dapat diketahui efektivitas dan kualitas pelayanan kesehatan
neonatal.
Persentase kunjungan neonatus lengkap didapatkan berdasarkan rumus berikut:
Jumlah bayi yang memperoleh pelayanan
Cakupan kunjungan neonatal sesuai standar minimal 3
kunjungan kali di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
= x 100%
neonatus Jumlah seluruh bayi lahir hidup di wilayah dan
lengkap (KN3) pada kurun waktu yang sama

b. Target 1 tahun cakupan kunjungan neonatus lengkap (KN3) pada tahun 2019 yang
ditentukan oleh Puskesmas Mlonggo sebesar 100%.
c. Sasaran 1 tahun cakupan kunjungan neonatus lengkap (KN3) per tahun 2019
didapatkan berdasarkan rumus estimasi sebagai berikut

Jumlah lahir hidup = CBR x jumlah penduduk


Keterangan:
- CBR (Crude Birth Rate)
- Jumlah lahir hidup didapatkan 1.461 neonatus
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 1461 neonatus yang
mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap (KN3).
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 1461
Cakupan = = × 100 %=100 %
sasaranbulan berjalan 1461
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 100%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator cakupan kunjungan neonatus lengkap
(KN3) sesuai target.
g. Pencapaian kinerja pada indikator ini telah mencapai 100%, menunjukkan bahwa
efektivitas dan kualitas pelayanan neonatal sudah baik sehingga hal ini perlu
dipertahankan dan ditingkatkan lagi untuk menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas neonatus.

14. Cakupan Pelayanan Anak Balita


Tabel 14. Indikator Cakupan Pelayanan Anak Balita
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Cakupan 100% 4862 4862 4880 100,37 100,37
Pelayanan
Anak Balita
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Cakupan pelayanan anak balita adalah pelayanan kesehatan bagi anak umur 12-59
bulan yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan
pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali
setahun, dan pemberian vitamin A 2 kali setahun.

Persentase pelayanan balita didapatkan berdasarkan rumus berikut:


Jumlah anak balita yang memperoleh pelayanan
Cakupan
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
pelayanan anak = x 100%
Jumlah seluruh balita di wilayah dan pada kurun
balita
waktu yang sama
Keterangan:
- Balita yang belum mencapai usia 1 tahun di akhir tahun berjalan, tidak di
hitung sebagai cakupan. Perhitungan balita usia 0-11 bulan dilakukan setelah
balita berulang tahun yang pertama (balita genap berusia 1 tahun / 12 bulan).
- Balita yang belum mencapai usia 24 bulan di akhir tahun berjalan tidak
dihitung sebagai cakupan balita usia 24-35 bulan. Perhitungan dilakukan
setelah berulang tahun yang kedua (balita genap berusia 2 tahun / 24 bulan).
- Balita yang belum mencapai usia 36 bulan, di akhir tahun berjalan tidak
dihitung sebagai cakupan balita usia 36-59 bulan. Perhitungan dilakukan
setelah berulang tahun yang ketiga (balita genap berusia 3 tahun / 36 bulan)
b. Target 1 tahun cakupan pelayanan anak balita pada tahun 2019 yang ditentukan
oleh Puskesmas Mlonggo sebesar 100%. Adapun target pelayanan anak balita
yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah sebesar 100%
sedangkan menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara pada tahun 2019 sebesar
96%.
c. Sasaran 1 tahun cakupan pelayanan anak balita per tahun 2019 didapatkan
berdasarkan rumus estimasi berikut:

Jumlah sasaran balita = 9,1 x jumlah penduduk


Keterangan:
- 9,1 adalah konstanta untuk mencari jumlah sasaran balita
- Jumlah sasaran balita didapatkan sebanyak 4.862 balita
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 4880 balita yang
mendapatkan pelayanan kesehatan.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 4880
Cakupan = = ×100 %=100,37 %
sasaranbulan berjalan 4862
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 100,37%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator pelayanan anak balita melebihi target.
g. Pencapaian kinerja pada indikator ini telah mencapai lebih dari 100%,
menunjukkan bahwa efektivitas dan kualitas pelayanan balita sudah baik sehingga
hal ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi untuk menurunkan angka
mortalitas dan morbiditas balita serta menjamin balita tersebut dapat
mengembangkan potensi genetiknya seoptimal mungkin.
15. Cakupan Kunjungan Bayi
Tabel 15. Indikator Cakupan Kunjungan Bayi
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Cakupan 100% 1461 1461 1461 100,00 100,00
Kunjungan
Bayi
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Kunjungan bayi adalah pelayanan kesehatan pada bayi minimal 4 kali yaitu satu
kali pada umur 29 hari-2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan, 1 kali pada umur 6-8
bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi
pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, Campak), pemantauan
pertumbuhan, Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK),
pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan, penyuluhan pemberian ASI
eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP ASI), penanganan dan rujukan
kasus jika perlu, dan MTBS.
Persentase kunjungan bayi didapatkan berdasarkan rumus berikut:
Jumlah bayi (umur 29-11 bulan) yang
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
standar minimal 4 kali
Cakupan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
= x 100%
kunjungan bayi Jumlah seluruh bayi di wilayah dan pada kurun
waktu yang sama

b. Target 1 tahun cakupan kunjungan pada tahun 2019 yang ditentukan oleh
Puskesmas Mlonggo sebesar 100%. Adapun target kunjungan bayi yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara pada tahun 2019 sebesar 99%.
c. Sasaran 1 tahun cakupan kunjungan bayi per tahun 2019 didapatkan dari rumus
estimasi berikut:

Jumlah sasaran bayi = CBR x jumlah penduduk


Keterangan:
- CBR (Crude Birth Rate)
- Jumlah sasaran bayi didapatkan 1.461
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 1461 bayi yang
mendapatkan pelayanan kesehatan.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 1461
Cakupan = = × 100 %=100,00 %
sasaranbulan berjalan 1461
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 100,00%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator cakupan kunjungan bayi sesuai target.
g. Pencapaian kinerja pada indikator ini telah mencapai 100%, menunjukkan bahwa
efektivitas dan kualitas pelayanan bayi sudah baik sehingga hal ini perlu
dipertahankan dan ditingkatkan lagi untuk menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas bayi.

16. Cakupan Neonatus dan Komplikasi yang Ditangani


Tabel 16. Indikator Cakupan Neonatus dan Komplikasi yang Ditangani
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Cakupan 100% 219 219 220 100,46 100,46
Neonatus
dan
Komplikasi
yang
Ditangani
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah neonatus dengan
komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada
tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah pemberian
tingakan akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung
1 kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus
yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati.
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam
menangani kasus-kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti
sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
Persentase neonatus dan komplikasi yang ditangani didapatkan berdasarkan
rumus:
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang
Cakupan mendapatkan penanganan definitif di suatu
neonatus dan wilayah pada kurun waktu tertentu
= x 100%
komplikasi yang 15% x jumlah sasaran bayi di wilayah dan pada
ditangani kurun waktu yang sama

b. Target 1 tahun cakupan neonatus dan komplikasi yang ditangani pada tahun 2019
yang ditentukan oleh Puskesmas Mlonggo sebesar 100%.
c. Sasaran 1 tahun cakupan neonatus dan komplikasi yang ditangani per tahun 2019
didapatkan berdasarkan rumus estimasi sebagai berikut:
Jumlah neonatus dengan komplikasi = 15% x jumlah sasaran bayi
Jumlah sasaran bayi = CBR x jumlah penduduk
Keterangan:
- CBR (Crude Birth Rate)
- Jumlah sasaran bayi didapatkan 1.461
- Jumlah neonatus dengan komplikasi didapatkan 219 kasus
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 220 neonatus dan
komplikasi yang ditangani.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 220
Cakupan = = ×100 %=100,46 %
sasaranbulan berjalan 219
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 100,46%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator cakupan neonatus dan komplikasi
yang ditangani melebihi target.
g. Pencapaian kinerja pada indikator ini telah mencapai lebih dari 100%,
menunjukkan bahwa kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani
kasus-kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai
dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
sudah baik. Namun, perlu dilakukan analisis lebih lanjut yang melatarbelakangi
lebih banyaknya komplikasi neonatus yang ditemukan daripada estimasi. Dengan
mengetahui hal tersebut, dapat dilakukan upaya pencegahan untuk menekan
kejadian komplikasi pada neonatus.
17. Persentase Penanganan Kasus KTPA yang Ditemukan
Tabel 13. Indikator Persentase Penanganan Kasus KTPA yang Ditemukan
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Persentase 100% 0 0 5 - -
Penanganan
Kasus KTPA
yang
Ditemukan
Penjelasan:
a. Definisi Operasional:
Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak (KTPA) adalah tindak kekerasan
yang menimbulkan penderitaan fisik, mental, maupun seksual bagi perempuan
atau anak sebagai korbannya.
b. Target 1 tahun persentase penanganan kasus KTPA yang ditemukan pada tahun
2019 yang ditentukan oleh Puskesmas Mlonggo sebesar 100%, sesuai dengan
target penanganan kasus KTPA menurut Laporan Kinerja Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tahun 2019.
c. Sasaran 1 tahun persentase penanganan kasus KTPA yang ditemukan per tahun
2019 sebanyak 0 kasus sehingga cakupan dan pencapaian kinerja tidak ada.
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 5 kasus KTPA yang
ditemukan sehingga belum mencapai target yaitu 0 kasus.
e. Pencapaian kinerja pada indikator ini masih kurang kemungkinan disebabkan
karena rendahnya tingkat pengetahuan dan kepedulian masyarakat sebagai
penengah. Oleh karena itu diperlukan penyuluhan dengan pendekatan sekolah
ataupun tokoh masyarakat setempat.

18. Kematian Bayi


Tabel 18. Indikator Kematian Bayi

Sasaran Hasil
Nama Target 1 Sasaran Cakupan Pencapaian
Bulan Kegiatan
Indikator Tahun 1 Tahun (%) Kinerja (%)
Berjalan Bulan
Berjalan
Kematian 10 bayi 0 0 4 - -
Bayi
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada bayi usia 0-11 bulan (termasuk
neonatal).
Angka kematian bayi didapatkan berdasarkan rumus:
Angka kematian Jumlah kematian bayi
= x 1000
bayi Jumlah kelahiran hidup
b. Target 1 tahun kematian bayi pada tahun 2019 yang ditentukan oleh Puskesmas
Mlonggo tidak lebih dari 10 bayi. Adapun target angka kematian bayi yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara pada tahun 2019 sebanyak
5.30 per 1000 kelahiran hidup.
c. Sasaran 1 tahun kematian bayi per tahun 2019 sebanyak 0 kasus sehingga cakupan
dan pencapaian kinerja tidak ada.
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 4 kasus kematian bayi
sehingga telah mencapai target yaitu tidak lebih dari 10 bayi.
e. Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk mencerminkan
keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat
sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tuanya tinggal dan sangat erat
kaitannya dengan status sosial orang tuanya. Kemajuan yang dicapai dalam bidang
pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan
tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian angka
kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi
yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan. Pencapaian
kinerja indikator ini telah mencapai target, menunjukkan bahwa efektivitas dan
kualitas pelayanan kesehatan untuk bayi sudah cukup bagus sehingga perlu
dipertahankan dan ditingkatkan lagi untuk menekan angka mortalitas pada bayi.

19. BBLR
Tabel 19. BBLR
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
BBLR 45 bayi 0 0 48 - -
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.
b. Target 1 tahun jumlah BBLR pada tahun 2019 yang ditentukan oleh Puskesmas
Mlonggo tidak lebih dari 45 bayi. Adapun target jumlah menurut Rencana
Pembangunan Jangka Menengah tahun 2019 sebesar 8%.
c. Sasaran 1 tahun BBLR per tahun 2019 sebanyak 0 kasus sehingga cakupan dan
pencapaian kinerja tidak ada.
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 48 kasus BBLR sehingga
belum mencapai target yaitu tidak lebih dari 45 bayi.
e. Pencapaian kinerja pada indikator ini belum mencapai target, menunjukkan bahwa
tindakan pencegahan terjadinya BBLR masih kurang. Oleh karena itu diperlukan
upaya pencegahan dan pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengatasi BBLR
melalui pendidikan kesehatan, pengawasan dan pemantauan, pencegahan
hipotermia pada bayi, melakukan terapi tanpa biaya yang dapat dilakukan,
mengukur status gizi ibu hamil, melakukan perhitungan dan persiapan langkah–
langkah dalam kesehatan. Upaya-upaya tersebut disarankan untuk dapat dilakukan
oleh ibu secara langsung, ataupun para kader-kader kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Pencegahan BBLR merupakan tindakan yang sangat penting
karena bayi dengan BBLR mempunyai peluang lebih kecil untuk bertahan hidup
dan lebih rentan terhadap penyakit ketika dewasa. Menurut WHO, 60-80% AKB
yang terjadi disebabkan oleh BBLR.

20. Pelayanan Peserta KB Aktif


Tabel 20. Indikator Pelayanan Peserta KB Aktif
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Pelayanan 85% 18.000 18.000 16.966 94,25 110,88
Peserta KB
Aktif
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Peserta KB aktif adalah peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai
kontrasepsi terus-menerus untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau yang
mengakhiri kesuburan.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif
memakai alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan
kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.
Persentase pelayanan peserta KB aktif didapatkan berdasarkan rumus berikut:
Jumlah pelayanan peserta KB aktif di suatu
Pelayanan wilayah pada kurun waktu tertentu
= x 100%
peserta KB aktif Jumlah seluruh pasangan usia subur di wilayah
dan pada kurun waktu yang sama
b. Target 1 tahun pelayanan peserta KB aktif pada tahun 2019 yang ditentukan oleh
Puskesmas Mlonggo sebesar 85%. Adapun target cakupan peserta KB aktif
menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional sebesar 66%.
c. Sasaran 1 tahun pelayanan peserta KB aktif per tahun 2019 didapatkan
berdasarkan rumus estimasi sebagai berikut:

Jumlah pasangan usia subur (PUS) = 18% x jumlah penduduk


Keterangan:
- Didapatkan jumlah pasangan usia subur sebanyak 18.000 orang
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 16.966 orang yang
mendapatkan pelayanan peserta KB aktif.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 16.966
Cakupan = = ×100 %=94,25 %
sasaranbulan berjalan 18.000
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 110,88%, sedangkan
targetnya sebesar 85%, sehingga indikator pelayanan KB aktif telah melebihi
target.
g. Dengan pencapaian kinerja pada indikator yang telah melebihi target, harapannya
capaian peserta KB baru dapat meningkat dan peserta KB aktif dapat
dipertahankan atau dengan kata lain tingkat putus pakai kontrasepsi dapat
diminimalisir. Adanya pergeseran pola pemakaian dari alat/obat kontrasepsi yang
kurang efektif ke kontrasepsi lebih efektif memberi gambaran bahwa keberhasilan
program KB dapat diukur tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitasnya.
Hal ini selanjutnya akan membantu usaha percepatan penurunan tingkat fertilitas
di Indonesia.

C. Identifikasi Masalah
1. Daftar Masalah
Tabel 21. Daftar Masalah
No Program Permasalahan
1. Kunjungan ibu hamil K-4 Pencapaian kinerja 95,58%, belum
mencapai target yaitu 100%
2. Pertolongan bersalin oleh tenaga Pencapaian kinerja 95,11%, belum
kesehatan mencapai target yaitu 100%
3. Pelayanan nifas KF-1 Pencapaian kinerja 95,05%, belum
mencapai target yaitu 100%
4. Cakupan TT-2 ibu hamil Pencapaian kinerja 98,63%, belum
mencapai target yaitu 100%
5. Cakupan rujukan kasus risti Pencapaian kinerja 21,59%, belum
maternal mencapai target yaitu 100%
6. Cakupan P4K Pencapaian kinerja 99,63%, belum
mencapai target yaitu 100%
7. Kematian maternal Masih ditemukan 2 kasus, belum
mencapai target yaitu 0 kasus kematian
maternal
8. Persentase penanganan kasus Masih ditemukan 5 kasus, belum
KTPA yang ditemukan mencapai target yaitu 0 kasus KTPA
9. BBLR Ditemukan 48 kasus, belum mencapai
target yaitu 45 kasus BBLR

2. Penentuan Prioritas Masalah (Hanlon Kuantitatif)


a. Kriteria A: Besar Masalah
Tabel 22. Besar Masalah
Pencapaian Besar
No Indikator Kinerja Masalah
(%) (%)
1 Kunjungan ibu hamil K-4 95,58 4,42
2 Pertolongan bersalin oleh tenaga kesehatan 95,11 4,89
3 Pelayanan nifas KF-1 95,05 4,95
4 Cakupan TT-2 ibu hamil 98,63 1,37
5 Cakupan rujukan kasus risti maternal 21,59 78,41
6 Cakupan P4K 99,63 0,37
7 Kematian maternal 0 100
8 Persentase penanganan kasus KTPA yang 0 100
ditemukan
9 BBLR 93,75 6,25

k =1+3,3 log 9=4,15 ≈ 5, dibagi menjadi 5 kelas


100−nilai besar masalah terkecil 100−0,37
Interval = = =19,926
n 5

Tabel 23. Katagori penilaian kriteria A berdasarkan besarnya masalah


Kelas Skala Interval Nilai
1 0,37 – 20,295 1
2 20,296 – 40,221 2
3 40,222 – 60,147 3
4 60,148 – 80,073 4
5 80,074 – 100 5

Tabel 24. Hasil penilaian kriteria A


No Indikator Kriteria A
1 Kunjungan ibu hamil K-4 1
2 Pertolongan bersalin oleh tenaga kesehatan 1
3 Pelayanan nifas KF-1 1
4 Cakupan TT-2 ibu hamil 1
5 Cakupan rujukan kasus risti maternal 4
6 Cakupan P4K 1
7 Kematian maternal 5
8 Persentase penanganan kasus KTPA yang ditemukan 5
9 BBLR 1

b. Kriteria B: Kegawatan Masalah


Tabel 25. Katagori penilaian kriteria B
Urgensi (Urgency) Keseriusan Penyebaran Skor
(Seriousness) (Growth)
Tidak mendesak Tidak berbahaya Tidak menyebar 1
Kurang mendesak Kurang berbahaya Kurang menyebar 2
Cukup mendesak Cukup berbahaya Cukup menyebar 3
Mendesak Berbahaya Menyebar 4
Sangat Mendesak Sangat berbahaya Sangat menyebar 5
Tabel 26. Hasil penilaian kriteria B
No Indikator Kriteria B
1 Kunjungan ibu hamil K-4 U=2 S=3 G=1→6
2 Pertolongan bersalin oleh tenaga kesehatan U=3 S=3 G=1→7
3 Pelayanan nifas KF-1 U=2 S=3 G=1→6
4 Cakupan TT-2 ibu hamil U=3 S=4 G=1→8
5 Cakupan rujukan kasus risti maternal U=4 S=4 G=1→9
6 Cakupan P4K U=3 S=3 G=1→7
7 Kematian maternal U=5 S=3 G=1→9
8 Persentase penanganan kasus KTPA yang U=3 S=3 G=1→7
ditemukan
9 BBLR U=3 S=4 G=1→8
c. Kriteria C: Kemudahan dalam Penanggulangan
Tabel 27. Hasil penilaian kriteria C
No Indikator Kriteria C
1 Kunjungan ibu hamil K-4 5
2 Pertolongan bersalin oleh tenaga kesehatan 4
3 Pelayanan nifas KF-1 4
4 Cakupan TT-2 ibu hamil 3
5 Cakupan rujukan kasus risti maternal 3
6 Cakupan P4K 2
7 Kematian maternal 3
8 Persentase penanganan kasus KTPA yang ditemukan 3
9 BBLR 2
Keterangan:
- Sangat mudah : 5
- Mudah :4
- Cukup mudah : 3
- Sulit :2
- Sangat sulit :1

d. Kriteria D: PEARL Factor


Tabel 28. Hasil penilaian kriteria D
Kriteria D
No Indikator
PxExAxRxL
1 Kunjungan ibu hamil K-4 1
2 Pertolongan bersalin oleh tenaga kesehatan 1
3 Pelayanan nifas KF-1 1
4 Cakupan TT-2 ibu hamil 1
5 Cakupan rujukan kasus risti maternal 1
6 Cakupan P4K 1
7 Kematian maternal 1
8 Persentase penanganan kasus KTPA yang ditemukan 1
9 BBLR 1

Keterangan:
- Propriety : kesesuaian
- Economic : ekonomi murah
- Acceptability : dapat diterima
- Resources Availability : tersedianya sumber
- Legality : legalitas terjamin
- Penilaian tidak :0
- Penilaian ya :1

Tabel 29. Penilaian Prioritas Masalah dengan Metode Hanlon Kuantitatif


Kriteria
No Indikator NPD NPT Urutan
A B C D
1 Kunjungan ibu hamil K-4 1 6 5 1 35 35 4
2 Pertolongan bersalin oleh tenaga 1 7 4 1 32 32 5
kesehatan
3 Pelayanan nifas KF-1 1 6 4 1 28 28 6
4 Cakupan TT-2 ibu hamil 1 8 3 1 27 27 7
5 Cakupan rujukan kasus risti 4 9 3 1 39 39 2
maternal
6 Cakupan P4K 1 7 2 1 16 16 8
7 Kematian maternal 5 9 3 1 42 42 1
8 Persentase penanganan kasus 5 7 3 1 36 36 3
KTPA yang ditemukan
9 BBLR 1 8 2 1 18 18 8
Berdasarkan metode penentuan prioritas masalah tersebut didapatkan bahwa masalah
yang akan dianalisis lebih lanjut adalah kematian maternal.

D. Analisis Penyebab Masalah


1. Input
a. Man
Terkait 3T (3 terlambat), yaitu: terlambat mengambil keputusan, terlambat
mencapai tempat rujukan, dan terlambat mendapatkan penanganan di tingkat
rujukan
- Pengetahuan tenaga kesehatan untuk memutuskan kasus kehamilan risiko
tinggi dan komplikasi (penyebab kematian maternal tersering: perdarahan,
eklampsia, infeksi) yang perlu dirujuk masih kurang
- Keterampilan tenaga kesehatan untuk melakukan penanganan awal pada kasus
risti dan komplikasi sebelum merujuk sesuai rekomendasi terbaru masih
kurang
- Tenaga kerja untuk membantu proses transportasi menuju fasilitas kesehatan
rujukan tidak tersedia selama 24 jam sehingga ibu terlambat mencapai tempat
rujukan dan terlambat mendapatkan penanganan
b. Money
- Tidak ada masalah
c. Method
- Penyuluhan tentang faktor risiko kematian maternal terkait 4 terlalu (terlalu
muda, terlalu tua, terlalu sering, terlalu dekat) masih kurang
- Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan masih kurang dari target
- Cakupan program imunisasi TT sebagai upaya pencegahan infeksi (salah satu
penyebab kematian maternal) masih kurang dari target
- Program sosialisasi oleh kader kesehatan setempat mengenai pentingnya
kontrol kesehatan pada masa kehamilan hingga nifas, proses persalinan yang
dibantu oleh tenaga kesehatan, dan penempelan stiker P4K masih kurang
d. Material
- Ketersediaan obat-obatan yang diperlukan untuk menangani komplikasi
kehamilan/kebidanan yang dapat berpotensi menyebabkan kematian maternal
masih belum mencukupi
e. Machine
- Belum ada transportasi khusus untuk mendukung proses rujukan ibu hamil
berisiko tinggi ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
2. Proses
a. P1 (Perencanaan)
- SOP penanganan komplikasi pada ibu hamil yang sudah dikonsultasikan
dengan POGI dan IDAI setempat belum diperbarui
b. P2 (Pelaksanaan-Penggerakan)
- Bidan/kader kurang aktif mensosialisasikan pentingnya pemeriksaan pada
masa kehamilan hingga nifas sesuai standar
- Tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan rujukan, dan pelaksana lintas program
(gizi, kesehatan lingkungan, dan promosi kesehatan) belum berkoordinasi
terkait penanganan ibu hamil risti dan komplikasinya
- Ibu hamil risti tidak di-follow up terkait kondisi kesehatannya
c. P3 (Pengawasan-Pengendalian-Penilaian)
- Belum ada program audit maternal perinatal
3. Lingkungan
- Kasus kehamilan risiko tinggi dan komplikasi penyebab kematian maternal
(perdarahan, eklampsia, dan infeksi) masih banyak
- Pasangan suami istri belum sepenuhnya menerapkan program P4K terkait
perencanaan kehamilan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi
- Ibu yang melakukan kunjungan antenatal dan masa nifas lengkap, serta persalinan
yang dibantu oleh tenaga kesehatan masih kurang dari target
Gambar 1. Diagram Fishbone
E. Rencana Intervensi
Program
Lokasi dan Monitoring dan
No Masalah Strategi pemecahan Kegiatan Tujuan Pelaksana
Sasaran Evaluasi
masalah
1. Kematian Pemberdayaa Pemberdayaa - Memanfaatkan - Meningkatkan Lokasi: Monitoring: Puskesmas
maternal n Masyarakat n masyarakat teknologi dengan ketaatan ibu untuk Desa X, - Memastikan Mlonggo
sejumlah dalam membuat aplikasi melakukan kunjungan Kecamatan kader dan bidan
2 ibu, perawatan ibu yang dpt dipakai pemeriksaan ibu Mlonggo desa memahami
belum hamil, oleh tim hamil hingga nifas, perannya dalam
mencapai bersalin, dan kesehatan di serta kelas ibu hamil Sasaran upaya
target nifas Puskesmas dan - Meningkatkan Primer: pemberdayaan
yaitu 0 RS serta para cakupan imunisasi TT - Kader masyarakat dalam
kematian bidan yg - Memberikan hal perawatan ibu
maternal. memiliki pemahaman Sasaran hamil, bersalin,
jaringan dengan pentingnya persalinan Sekunder: dan nifas
RSUD sehingga dibantu oleh tenaga - Bidan desa
dptdigunakan kesehatan di fasilitas Evaluasi:
untuk mengirim pelayanan kesehatan - Kelengkapan data
rujukan sbgi - Masyarakat sekitar ibu hamil risti dan
langkah tempat tinggal ibu follow up kondisi
penanganan mengetahui ada ibu ibu hamil tersebut
cepat. hamil dan apabila - Peningkatan
- Membuat media sewaktu-waktu kunjungan
edukasi yang membutuhkan pemeriksaan ibu
menarik (berupa pertolongan hamil-nifas,
video atau masyarakat siap sedia imunisasi TT, dan
leaflet) mengenai untuk membantu. persalinan yang
perawatan ibu Dengan demikian, ibu dibantu tenaga
hamil, bersalin, hamil yang kesehatan
dan nifas. mengalami - Stiker P4K sudah
Program
Lokasi dan Monitoring dan
No Masalah Strategi pemecahan Kegiatan Tujuan Pelaksana
Sasaran Evaluasi
masalah
komplikasi tidak tertempel
terlambat untuk - Menurunkan
mendapatkan kejadian hamil
penanganan yang risti
tepat dan cepat - Kelas ibu hamil
- Menurunkan kejadian dilaksanakan
kematian maternal secara rutin
- Pembentukan - Suami memberikan Lokasi: Monitoring: Puskesmas
suami siaga dukungan terhadap Desa X, - Memastikan Mlonggo
istrinya untuk Kecamatan suami memahami
melakukan kunjungan Mlonggo perannya dalam
pemeriksaan ibu program suami
hamil hingga nifas Sasaran siaga
- Menyiapkan dana Primer:
persalinan Suami ibu Evaluasi:
- Menyediakan dana hamil-nifas - Ibu hamil-nifas
penanganan rutin memeriksa
kegawatdaruratan kesehatannya di
fasilitas pelayanan
kesehatan
- Ketersediaan dana
mandiri
Advokasi Program 5NG - Koordinasi - Menyukseskan Lokasi: Monitoring: Puskesmas
(Rekomendasi dengan pihak program 5NG sebagai Desa X, - Memantau Mlonggo
Dinkes kepala desa bagian dari program Kecamatan berjalannya
Jateng) dan untuk Dinkes Provinsi Mlonggo program 5 NG
peningkatan menggalakkan Jateng - Memantau upaya
kualitas program 5NG - Menambahkan Sasaran: peningkatan
Program
Lokasi dan Monitoring dan
No Masalah Strategi pemecahan Kegiatan Tujuan Pelaksana
Sasaran Evaluasi
masalah
pelayanan (JateNG transportasi untuk ibu - Kepala kualitas
kesehatan GayeNG bersalin desa pelayanan
NginceNG - Menurunkan kejadian - Kepala kesehatan
woNG meteNG) ibu hamil risti/ dengan puskesmas
yang diinisiasi komplikasi yang tidak Evaluasi:
oleh Dinkes tertangani/ belum - Ketersediaan
Jawa Tengah mendapatkan transportasi untuk
- Penambahan penanganan optimal ibu bersalin
jumlah tenaga - Menurunkan kejadian - Kejadian ibu
medis kematian maternal hamil risti/
- Penyediaan dengan
obat-obatan komplikasi yang
- Pengadaan tidak
transportasi tertangani/belum
untuk ibu mendapatkan
bersalin beserta penanganan
pengemudinya - Kejadian
- Pemberian kematian
anggaran maternal
bantuan kepada - Evaluasi
ibu hamil yang penyebab
kurang mampu kematian
- Penyusunan maternal
SOP
penanganan
komplikasi
sekaligus
pelatihan untuk
Program
Lokasi dan Monitoring dan
No Masalah Strategi pemecahan Kegiatan Tujuan Pelaksana
Sasaran Evaluasi
masalah
tenaga
kesehatan
- Program audit
maternal
perinatal
Bina Suasana Desa siaga - Pembentukan - Mendukung program Lokasi: Monitoring: Puskesmas
desa siaga pemantauan wilayah Desa X, - Memastikan Mlonggo
- Pembinaan desa setempat kesehatan ibu Kecamatan masyarakat
siaga dan anak (PWS KIA) Mlonggo memahami
- Membantu penyediaan perannya dalam
transportasi untuk Sasaran program desa
membawa ibu bersalin Primer: siaga
menuju fasilitas - Masyaraka
pelayanan kesehatan t Evaluasi:
- Menyumbangkan - Kelengkapan data
darahnya / membantu Sasaran ibu hamil
pencarian donor darah Sekunder: - Ketersediaan alat
untuk persiapan kasus - PKK transportasi,
kegawatdaruratan - Pengelola donor darah, dan
- Memberikan media sumbangan dana
sumbangan dana massa untuk membantu
bantuan ibu bersalin
- Memberikan - Kontinuitas
penyuluhan kesehatan pemberian
ibu hamil-nifas edukasi melalui
berbasis media massa media massa

Anda mungkin juga menyukai