A. Tinjauan Pustaka
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif di wilayah kerjanya. Upaya Kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas terdiri
dari 2 (dua) bagian utama yaitu UKM dan UKP. Upaya Kesehatan Masyarakat yang
selanjutnya disingkat UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan
sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.UKM esensial meliputi 5 jenis pelayanan,
yaitu promosi kesehatan; kesehatan lingkungan; kesehatan ibu, anak, dan keluarga
berencana; pelayanan gizi; dan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Peningkatan pembangunan pada sektor kesehatan dapat dilihat berdasarkan indikator
AKI dan AKB dimana hal ini menggambarkan kualitas ibu dan anak. Salah satu tujuan
SDGs 2030 yang ketiga adalah kesehatan yang baik dan kesejahteraan, pada tujuan
tersebut AKI, AKBA, dan AKB menjadi salah satu poin. Bila AKI, AKBA, dan AKB yang
masih tinggi termasuk tantangan dalam mencapai SDGs 2030 dimana target pada tahun
2030 angka kematian ibu berkurang menjadi 70/100.000 kelahiran hidup dari yang
sebelumnya 305/100.000 orang menurut data kemenkes 2015, sementara angka kematian
bayi dan balita berkurang menjadi 12/1000 dan 25/1000 kelahiran hidup dari sebelumnya
24/1000 dan 32/1000 kelahiran hidup menurut data badan pusat statistik tahun 2017.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014
pasal 2, tentang pengaturan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta
Pelayanan Kesehatan Seksual bertujuan untuk:
- Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas.
- Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
- Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi
- Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Dalam permenkes ini dapat dilihat bahwa tujuan KIA-KB bukan hanya terkait angka
mortalitas namun juga kualitas hidup ibu dan anak. Upaya ini dilakukan dengan
pendekatan continuum of care the life cycle (Pelayanan dari kehidupan dimulai,
prakonsespsi hingga lansia) dan continuum of care of pathway (penatalaksanaan dari level
pencegahan, integrasi program, pembiayaan). Program KIA-KB merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan keluarga dan reproduksi yang merupakan salah satu dari enam
program pokok (basic six) Puskesmas. Program KIA ini berperan dalam kegiatan
pelayanan sebagai berikut: pelayanan antenatal, ibu bersalin, pelayanan nifas, ibu dengan
komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir dengan komplikasi,
bayi, dan balita.
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu dari enam program
pokok Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi
baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Berdasarkan standar pelayanan minimal
bidang kesehatan di kabupaten/kota yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI,
maka program di puskesmas, khususnya KIA-KB harus meliputi sebagai berikut:
1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan Kesehatan dasar untuk ibu hamil
yang harus dilakukan sesuai standar, yaitu minimal 4 kali selama masa kehamilan
untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Di Indonesia
pedoman ANC dilakukan selama kehamilan yaitu 1x trimester pertama, 1x trimester
kedua, dan 2x pada trimester ketiga. Pelayanan antenatal meliputi:
a Timbang berat badan dan tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan dilakukan untuk mendeteksi
adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan dapat dikerjakan
saat kunjungan pertama kali untuk mendeteksi kemungkinan panggul sempit dan
dasar perhitungan indeks massa tubuh. Kecurigaan panggul sempit jika tinggi
badan < 145 cm. Penambahan berat badan yang < 9 kg selama kehamilan
menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
b Ukur tekanan darah
Dilakukan setiap kali kunjungan antenatal untuk mendeteksi adanya hipertensi
pada kehamilan jika tekanan darah ≥ 140/90 mmHg dan preeklampsia.
c Nilai status gizi (LILA)
Pengukuran LILA dilakukan untuk skrining kurang energi kronis (KEK) atau
kekurangan gizi. Ukuran LILA ≤23,5 cm akan beresiko melahirkan bayi berat
lahir rendah (BBLR).
d Ukur tinggi fundus uteri
Dilakukan setiap kali kunjungan antenatal untuk mendeteksi pertumbuhan janin
sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Standar pengukuran menggunakan pita
pengukur setelah kehamilan 20 minggu.
e Tentukan presentasi janin dan DJJ
Dilakukan pemeriksaan leopold untuk menilai letak dan memperkirakan
presentasi janin. Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) dilakukan untuk
skrining hipoksia janin yang mengakibatkan fetal distress.
f Skrining status imm tetanus dan berikan imm TT bila diperlukan
Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu hamil harus didahului
dengan skrining untuk mengetahui status imunisasi tetanus toksoid (TT) yang
telah diperoleh selama hidupnya. Jika ibu belum pernah imunisasi TT berikan
dosis vaksin 0,5 ml IM di lengan atas.
g Pemberian tablet Fe
Memberikan tablet besi agar ibu hamil tidak menderita anemia yang dapat di nilai
dari kadar hemoglobin <11g/dl. Ibu hamil PDP/ terkonfirmasi positif COVID-19
TIDAK diberikan tablet Fe karena dapat memperburuk keadaaan.
h Test laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,
hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa Pemeriksaan khusus dilakukan di
daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok ber-risiko, pemeriksaan yang
dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan
thalasemia.
i Tatalaksana / penanganan kasus
- Kasus mual dan muntah dapat diberikan terapi vitamin B6. Jika tidak
membaik dapat diberikan metoklopramide.
- Kasus nyeri ulu hati / heartburn dapat diberikan antasida.
- Kasus kram kaki dapat diberikan tatalaksana medikamentosa berupa
pemberian kalsium dan magnesium. Terapi non medikamentosa berupa
pijatan, dorsofleksi, dan terapi panas infrared.
- Kasus nyeri punggung dan pinggang dicegah dengan olahraga teratur dan
menjaga penambahan berat badan yang berlebihan.
- Kasus konstipasi dicegah dengan intake minuman dan sayuran yang cukup.
Jika perubahan pola hidup tidak mengobati konstipasi maka secara intermitten
dapat diberikan laksansia.
- Kasus edema dan varises dapat diobati dengan meninggikan kaki saat istirahat
/ tidur, direndam dalam air dan stoking kompresi.
- Kasus mual dan muntah dapat diberikan terapi vitamin B6. Jika tidak
membaik dapat diberikan metoklopramide.
- Kasus nyeri ulu hati / heartburn dapat diberikan antasida.
- Kasus kram kaki dapat diberikan tatalaksana medikamentosa berupa
pemberian kalsium dan magnesium. Terapi non medikamentosa berupa
pijatan, dorsofleksi, dan terapi panas infrared.
- Kasus nyeri punggung dan pinggang dicegah dengan olahraga teratur dan
menjaga penambahan berat badan yang berlebihan.
- Kasus konstipasi dicegah dengan intake minuman dan sayuran yang cukup.
Jika perubahan pola hidup tidak mengobati konstipasi maka secara intermitten
dapat diberikan laksansia.
- Kasus edema dan varises dapat diobati dengan meninggikan kaki saat istirahat
/ tidur, direndam dalam air dan stoking kompresi.
j Temu wicara (konseling)
Pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk KB pasca
persalinan. Pada masa pandemi Covid-19, pelayanan antenatal dapat dilakukan
dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku.
Rekomendasi ANC menurut WHO
a. Intervensi nutrisi
- Intervensi diet:
Makan makanan bergizi dan tetap melakukan aktivitas fisik/ olahraga rutin
selama kehamilan untuk mencegah kenaikan berat badan berlebih selama
kehamilan.
- Pemberian suplemen besi dan asam folat
Suplemen Fe sebanyak 30-60 mg/hari dan 0,4 mg asam folat tiap harinya
untuk mencegah anemia, peurperal sepsis, BBLR, dan kelahiran preterm.
Daftar Pustaka:
1. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun
2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan,
dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta
Pelayanan Kesehatan Seksual. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2014.
2. Nur, Hastuti T. Tantangan dan Strategi Menurunkan AKI. Sustainable Development
Goals (SDGs). Diakses pada 06 Mei 2021 melalui: https://www.sdg2030indonesia.org.
3. Muchtar A., Rumiatun D., Mulyati E., Nurrichmi E, Saputro H., et al. Buku Ajar
Kesehatan Ibu dan Anak. Jakata: Pusat Pendidikan dan Pelatihan tenaga Kesehatan,
2014.
4. World Health Organization (WHO). 2016. WHO Recommendations on Antenatal Care
for a Positive Pregnancy Experience.UK.
5. Ritonga, Amelia Fitriana. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan
Antenatal Care Pada Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas Sitinjak Kecamatan Angkola
Barat Kabupaten Tapanuli Selatan. Medan: Repository Univeritas Sumatera Utara.
6. WHO, 2016, Standards For Improving Quality Of Maternal And Newborn Care In
Health Facilities, Switzerland.
7. Kemenkes RI. 2020. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, dan Bayi Baru Lahir di
Era Pandemi COVID-19. Jakarta: Kemenkes RI.
8. Pokja Infeksi Saluran Reproduksi. 2020. Rekomendasi Penanganan Infeksi Virus
Corona (COVID-19) pada Maternal (Hamil, Bersalin, dan Nifas). Indonesia: POGI.
9. Bernis LD, Sherrat DR, AbouZahr C, and Lerberghe WV. Skilled Attendants for
Pregnancy, Childbirth and Postnatal Care, British Medical Buletin. 2003. 67:39-57.
10. Biro Pusat Statistik. BKKBN. Depkes. ORC Macro. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia, BPS, Jakarta. 2002.
11. Kemenkes. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS-KIA). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
12. Khadijah, Siti, and Arneti Arneti. "Upaya Deteksi Dini Resiko Tinggi Kehamilan
Ditentukan oleh Pengetahuan dan Dukungan Tenaga Kesehatan." Jurnal Sehat
Mandiri, vol. 13, no. 1, Jun. 2018, pp. 27-34, doi:10.33761/jsmv13i1.2.
13. B, Utama. 2015. Kehamilan Risiko Tinggi. Semarang: Eprints Undip.
14. Widiastuti T., Kartasurya M.I., Dharminto. Manajemen Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko
Tinggi pada Pelayanan Antenatal di Tingkat Puskesmas Kabupaten Jepara. Jepara:
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia. Vol 02. 2014.
15. Kementrian Kesehatan RI. Manajement Pelayanan. Bina Kesehatan gizi. Jakarta.2013.
16. Sofiyana, A., Himawan, A. B., dan Soeharto, B. P. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Sikap, dan Perilaku Suami terhadap Deteksi Dini Kehamilan Risiko Tinggi di
Keluarahan Bandarharjo, Semarang Utara 2017. Semarang: Eprints Undip. 2018.
17. Kemenkes. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS-KIA). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
18. Widarta G.D, Muhammad A.C.L, Sulistyono A., Purnomo W. Deteksi Dini Risiko Ibu
Hamil dengan Kartu Skor Poedji Rochjati dan Pencegahan Faktor Empat Terlambat.
Surabaya: Majalah Obstetri & Ginekologi. Vol 23, no. 1, Januari-April. 2015, pp:
28-32.
19. Zaenab, Siti Noor. Sistem Rujukan dan Pengembangan Manual Rujukan KIA. Diakses
28 Juli 2020 melalui http://kesehatan-ibuanak.net/
20. Kemenkes. 2014. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Gavi
21. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
2014;
B. Analisis Situasi
1. Kunjungan Ibu Hamil K4
Tabel 1. Indikator Kunjungan Ibu Hamil K-4
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Kunjungan 100% 1607 1607 1536 95,58 95,58
ibu hamil
K-4
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Kunjungan ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan
yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada trimester pertama, satu kali pada
trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga umur kehamilan. Pelayanan
antenatal dikatakan berkualitas apabila memenuhi 10 T, meliputi:
1) Pengukuran berat badan
2) Pengukuran tekanan darah
3) Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
5) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6) Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi
7) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet
8) Tes laboratorium
9) Tatalaksana/penanganan kasus
10) Temu wicara (konseling)
Indikator ini memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan
tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga
kesehatan.
Persentase kunjungan ibu hamil K-4 didapatkan dari rumus sebagai berikut:
Jumlah ibu hamil yang memperoleh
pelayanan antenatal K-4 sesuai standar
Kunjungan ibu di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
= x 100%
hamil K-4 Jumlah seluruh ibu hamil di wilayah dan pada
kurun waktu yang sama
b. Target 1 tahun kunjungan ibu hamil K-4 pada tahun 2019 yang ditentukan oleh
Puskesmas Mlonggo sebesar 100%. Adapun target kunjungan ibu hamil K-4
menurut Rencana Strategis tahun 2019 sebesar 80%, sedangkan yang ditetapkan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara pada tahun 2019 sebesar 94,5%.
c. Sasaran 1 tahun ibu hamil per tahun 2019 didapatkan dari rumus estimasi berikut:
Jumlah sasaran ibu hamil = 1,1 x jumlah lahir hidup
Jumlah lahir hidup = CBR x jumlah penduduk
Keterangan:
- 1,1 adalah konstanta untuk menghitung ibu hamil
- CBR (Crude Birth Rate)
- Jumlah sasaran 1 tahun ibu hamil didapatkan sebesar 1607
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 1536 ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal K-4.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 1536
Cakupan = = ×100 %=95,58 %
sasaranbulan berjalan 1607
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 95,58%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator kunjungan ibu hamil K-4 belum
mencapai target.
g. Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, setiap ibu
hamil dianjurkan untuk melakukan kunjungan pelayanan antenatal minimal 4 kali.
Kunjungan pelayanan antenatal dilakukan 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada
trimester 2, dan 2 kali pada trimester 3. Apabila pada tahun 2019 terdapat ibu
hamil yang belum memasuki trimester 3, maka ibu hamil tersebut belum dapat
melakukan kunjungan K-4. Pencapaian kinerja pada indikator ini masih belum
memenuhi target, kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
kesadaran ibu hamil terhadap pentingnya kunjungan antenatal lengkap. Selain itu,
bisa juga disebabkan karena perbedaan distribusi kehamilan dalam satu tahun.
Akibatnya hasil kegiatan yang terhitung seolah-olah kurang dari sasaran yang
diharapkan. Untuk memastikan hal tersebut, diperlukan data lebih lanjut mengenai
distribusi usia kehamilan ibu hamil pada wilayah kerja puskesmas Mlonggo.
b. Target 1 tahun pertolongan bersalin oleh tenaga kesehatan pada tahun 2019 yang
ditentukan oleh Puskesmas Mlonggo sebesar 100%. Hal ini sesuai dengan target
pertolongan bersalin di fasilitas kesehatan yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Jepara pada tahun 2019.
c. Sasaran 1 tahun ibu bersalin per tahun 2019 didapatkan dari rumus estimasi
berikut:
Jumlah sasaran ibu bersalin = 1,05 x jumlah lahir hidup
Jumlah lahir hidup = CBR x jumlah penduduk
Keterangan:
- 1,05 adalah konstanta untuk menghitung jumlah ibu bersalin
- CBR (Crude Birth Rate)
- Jumlah lahir hidup dalam 1 tahun diketahui 1.461
- Jumlah sasaran 1 tahun ibu bersalin didapatkan sebesar 1.534
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 1.459 ibu hamil yang
mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 1459
Cakupan = = ×100 %=95,11 %
sasaranbulan berjalan 1534
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 95,11%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator kunjungan ibu hamil K-4 belum
mencapai target.
g. Dalam rangka menjamin ibu bersalin mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar, sejak tahun 2015 setiap ibu bersalin diharapkan melakukan persalinan
dengan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten di fasilitas pelayanan
kesehatan. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019
menetapkan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
Kesehatan. Pencapaian kinerja pada indikator ini masih belum memenuhi target
kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya
bersalin di fasilitas kesehatan dibantu oleh tenaga kesehatan. Tingkat aksesibilitas
menuju ke puskesmas juga dapat mempengaruhi indikator ini. Meskipun diketahui
jarak puskesmas dengan desa terjauh masih dalam batas 5 km, diperlukan data
lebih lanjut mengenai ketersediaan sarana transportasi. Selain itu, belum
tercapainya target dapat dikarenakan beberapa pelayanan yang tidak dilaporkan
dari jaringan fasilitas pelayanan kesehatan swasta ke puskesmas atau ibu bersalin
mendapatkan pelayanan di luar wilayah kerja puskesmas.
b. Target 1 tahun pelayanan nifas KF-1 pada tahun 2019 yang ditentukan oleh
Puskesmas Mlonggo sebesar 100%.
c. Sasaran 1 tahun ibu nifas per tahun 2019 didapatkan dari rumus estimasi berikut:
Jumlah sasaran ibu nifas = jumlah sasaran ibu bersalin
Jumlah sasaran ibu bersalin = 1,05 x jumlah lahir hidup
Jumlah lahir hidup = CBR x jumlah penduduk
Keterangan:
- 1,05 adalah konstanta untuk menghitung ibu nifas
- CBR (Crude Birth Rate)
- Jumlah lahir hidup dalam 1 tahun diketahui 1.461
- Jumlah sasaran 1 tahun ibu nifas didapatkan sebesar 1.534
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 1458 ibu nifas yang
mendapatkan pelayanan nifas KF-1.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 1458
Cakupan = = ×100 %=95,05 %
sasaranbulan berjalan 1534
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 95,05%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator pelayanan nifas KF-1 belum mencapai
target.
g. Pelayanan kesehatan bagi ibu dalam masa nifas dilakukan untuk membantu proses
ibu pemulihan, penjelasan mengenai perawatan pada tali pusat, deteksi dini
kejadian abnormal masa nifas, penanganan dan rujukan terhadap kejadian tak
diinginkan yang bisa terjadi, kesehatan secara umum, kebersihan individu,
kebutuhan gizi, perawatan bayi, pemberian ASI, imunisasi, dan KB. Pencapaian
kinerja pada indikator ini masih belum memenuhi target kemungkinan disebabkan
karena kurangnya penyuluhan yang mencakup pemaparan terkait pentingnya
melakukan kunjungan pelayanan nifas lengkap. Hal ini juga dapat berpengaruh
terhadap keberhasilan pencapaian indikator kematian maternal, mengingat
penyebab kematian maternal seperti perdarahan dan infeksi dapat terjadi pada
masa nifas.
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Komplikasi kebidanan ditangani adalah komplikasi yang terjadi pada ibu hamil,
bersalin, dan nifas yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tingkat
pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah
Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK).
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu hamil
bersalin dan nifas dengan komplikasi.
Persentase komplikasi kebidanan yang ditangani didapatkan dari rumus berikut:
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapat
Komplikasi
penanganan di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
kebidanan = x 100%
Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di wilayah
ditangani
dan pada kurun waktu yang sama
b. Target 1 tahun komplikasi kebidanan ditangani pada tahun 2019 yang ditentukan
oleh Puskesmas Mlonggo sebesar 100%.
c. Sasaran 1 tahun komplikasi kebidanan yang ditangani per tahun 2019 didapatkan
dari rumus estimasi berikut:
Jumlah komplikasi kebidanan = 20% x jumlah sasaran ibu hamil
Jumlah sasaran ibu hamil = 1,1 x jumlah lahir hidup
Jumlah lahir hidup = CBR x jumlah penduduk
Keterangan:
- 1,1 adalah konstanta untuk menghitung ibu hamil
- CBR (Crude Birth Rate)
- Jumlah sasaran ibu hamil didapatkan 1.607
- Jumlah komplikasi kebidanan didapatkan sebesar 321 kasus
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 347 kasus komplikasi
kebidanan yang ditangani.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 347
Cakupan = = ×100 %=108,10 %
sasaranbulan berjalan 321
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 108,10%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator komplikasi kebidanan yang ditangani
telah melebihi target.
g. Pencapaian kinerja pada indikator ini telah melebihi 100% bermakna bahwa
semua ibu hamil dengan komplikasi yang datang ke sarana kesehatan atau
ditemukan oleh tenaga kesehatan telah ditangani seluruhnya. Meskipun begitu,
diperlukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui latar belakang penemuan kasus
yang melebihi sasaran, misalnya karena angka kejadian komplikasi kebidanan
yang melebihi estimasi sehingga diperlukan upaya pencegahan komplikasi
kebidanan.
Penjelasan:
a. Definisi operasional
Cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh tenaga kesehatan adalah cakupan ibu hamil
dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh tenaga kesehatan di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Persentase deteksi dini risiko tinggi oleh tenaga kesehatan didapatkan dari rumus
berikut:
Jumlah ibu hamil risiko tinggi yang ditemukan
Cakupan
tenaga kesehatan di suatu wilayah pada kurun
Deteksi Dini
waktu tertentu
Risiko Tinggi = x 100%
20% x jumlah sasaran ibu hamil di wilayah dan
oleh Tenaga
pada kurun waktu yang sama
Kesehatan
b. Target 1 tahun cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh tenaga kesehatan pada tahun
2019 yang ditentukan oleh Puskesmas Mlonggo sebesar 100%.
c. Sasaran 1 tahun cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh tenaga kesehatan per tahun
2019 didapatkan dari rumus estimasi berikut:
b. Target 1 tahun cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh masyarakat pada tahun 2019
yang ditentukan oleh Puskesmas Mlonggo sebesar 100%.
c. Sasaran 1 tahun cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh masyarakat per tahun 2019
didapatkan berdasarkan rumus estimasi sebagai berikut:
Jumlah ibu hamil risiko tinggi dideteksi masyarakat = 10% x jumlah ibu hamil
Keterangan:
- Jumlah ibu hamil diketahui 1.607
- Jumlah deteksi dini risiko tinggi oleh masyarakat didapatkan sebesar 161
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 233 kasus risiko tinggi
yang dideteksi dini oleh masyarakat.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 233
Cakupan = = ×100 %=144,72 %
sasaranbulan berjalan 161
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 144,72%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator cakupan deteksi dini risiko tinggi oleh
masyarakat telah melebihi target.
g. Pencapaian kinerja pada indikator ini telah melebihi 100% bermakna bahwa
semua ibu hamil berisiko tinggi telah dideteksi dini oleh masyarakat. Meskipun
begitu, diperlukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui latar belakang penemuan
kasus risiko tinggi yang melebihi sasaran. Masyarakat juga perlu diedukasi jika
menemukan ibu hamil yang berisiko tinggi harus segera dibawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Indikator ini juga dapat berpengaruh terhadap angka
kematian maternal, terlebih jika penanganan tidak segera dilakukan.
Keterangan:
- 1,1 adalah konstanta untuk menghitung ibu hamil
- Jumlah lahir hidup dalam 1 tahun diketahui 1461
- Jumlah sasaran 1 tahun ibu hamil didapatkan sebesar 1607
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 347 kasus risti maternal
yang dirujuk.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 347
Cakupan = = ×100 %=21,59 %
sasaranbulan berjalan 1607
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 21,59%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator cakupan rujukan kasus risti maternal
belum mencapai target.
g. Pencapaian kinerja pada indikator ini belum memenuhi 100% kemungkinan
disebabkan karena kurangnya pelatihan kepada tenaga kesehatan dalam
melakukan rujukan risti maternal. Kehamilan risiko tinggi adalah suatu kondisi
kehamilan yang memiliki risiko lebih besar yang dapat mengakibatkan terjadinya
penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan. Kehamilan yang
termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu kehamilan yang dipengaruhi oleh 4T (4
Terlalu), antara lain terlalu tua (kehamilan >35 tahun), terlalu muda (kehamilan <
20 tahun), terlalu sering (ibu melahirkan > 3 kali), dan jarak melahirkan terlalu
dekat 2 tahun) dimana kehamilan ini banyak menimbulkan komplikasi sehingga
perlu dilakukan perujukan dimana pada saat perujukan, terkadang terjadi 3 T
dimana Tiga Terlambat (3T), yaitu terlambat memutuskan untuk mencari
pertolongan baik secara individu/keluarga/keduanya, terlambat mencapai fasilitas
pelayanan kesehatan, dan terlambat mendapatkan pelayanan yang adekuat.
Berdasarkan data puskesmas, jarak puskesmas dengan rumah sakit kabupaten
cukup terjangkau, namun diperlukan data lebih lanjut mengenai ketersediaan
transportasi yang dapat digunakan oleh pasien. Selain itu, belum tercapainya target
dapat disebabkan karena beberapa kasus rujukan tidak dilaporkan oleh fasilitas
kesehatan swasta ke puskesmas atau ibu hamil mendapatkan pelayanan di luar
wilayah kerja puskesmas.
9. Cakupan P4K
Tabel 9. Indikator Cakupan P4K
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Cakupan 100% 1607 1607 1601 99,63 99,63
P4K
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) adalah suatu
kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif
suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan
penggunaan kontrasepsi pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai
media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Persentase P4K didapatkan berdasarkan rumus berikut:
Jumlah ibu hamil yang melakukan P4K
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
Cakupan P4K = x 100%
Jumlah ibu hamil di wilayah dan pada kurun
waktu yang sama
b. Target 1 tahun cakupan P4K pada tahun 2019 yang ditentukan oleh Puskesmas
Mlonggo sebesar 100% sesuai target cakupan P4K pada Rencana Strategis 2019.
c. Sasaran 1 tahun cakupan P4K per tahun 2019 didapatkan dari rumus estimasi
sebagai berikut:
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dengan kadar hemoglobin di bawah 11gr
% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr% pada trimester 2.
b. Target 1 tahun cakupan kunjungan neonatus lengkap (KN3) pada tahun 2019 yang
ditentukan oleh Puskesmas Mlonggo sebesar 100%.
c. Sasaran 1 tahun cakupan kunjungan neonatus lengkap (KN3) per tahun 2019
didapatkan berdasarkan rumus estimasi sebagai berikut
b. Target 1 tahun cakupan kunjungan pada tahun 2019 yang ditentukan oleh
Puskesmas Mlonggo sebesar 100%. Adapun target kunjungan bayi yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara pada tahun 2019 sebesar 99%.
c. Sasaran 1 tahun cakupan kunjungan bayi per tahun 2019 didapatkan dari rumus
estimasi berikut:
b. Target 1 tahun cakupan neonatus dan komplikasi yang ditangani pada tahun 2019
yang ditentukan oleh Puskesmas Mlonggo sebesar 100%.
c. Sasaran 1 tahun cakupan neonatus dan komplikasi yang ditangani per tahun 2019
didapatkan berdasarkan rumus estimasi sebagai berikut:
Jumlah neonatus dengan komplikasi = 15% x jumlah sasaran bayi
Jumlah sasaran bayi = CBR x jumlah penduduk
Keterangan:
- CBR (Crude Birth Rate)
- Jumlah sasaran bayi didapatkan 1.461
- Jumlah neonatus dengan komplikasi didapatkan 219 kasus
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 220 neonatus dan
komplikasi yang ditangani.
e. Persentase cakupan didapatkan berdasarkan rumus:
hasil kegiatan bulan berjalan 220
Cakupan = = ×100 %=100,46 %
sasaranbulan berjalan 219
f. Persentase pencapaian kinerja dihitung dengan membandingkan cakupan dengan
target. Persentase pencapaian kinerja didapatkan sebesar 100,46%, sedangkan
targetnya sebesar 100%, sehingga indikator cakupan neonatus dan komplikasi
yang ditangani melebihi target.
g. Pencapaian kinerja pada indikator ini telah mencapai lebih dari 100%,
menunjukkan bahwa kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani
kasus-kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai
dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
sudah baik. Namun, perlu dilakukan analisis lebih lanjut yang melatarbelakangi
lebih banyaknya komplikasi neonatus yang ditemukan daripada estimasi. Dengan
mengetahui hal tersebut, dapat dilakukan upaya pencegahan untuk menekan
kejadian komplikasi pada neonatus.
17. Persentase Penanganan Kasus KTPA yang Ditemukan
Tabel 13. Indikator Persentase Penanganan Kasus KTPA yang Ditemukan
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
Persentase 100% 0 0 5 - -
Penanganan
Kasus KTPA
yang
Ditemukan
Penjelasan:
a. Definisi Operasional:
Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak (KTPA) adalah tindak kekerasan
yang menimbulkan penderitaan fisik, mental, maupun seksual bagi perempuan
atau anak sebagai korbannya.
b. Target 1 tahun persentase penanganan kasus KTPA yang ditemukan pada tahun
2019 yang ditentukan oleh Puskesmas Mlonggo sebesar 100%, sesuai dengan
target penanganan kasus KTPA menurut Laporan Kinerja Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tahun 2019.
c. Sasaran 1 tahun persentase penanganan kasus KTPA yang ditemukan per tahun
2019 sebanyak 0 kasus sehingga cakupan dan pencapaian kinerja tidak ada.
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 5 kasus KTPA yang
ditemukan sehingga belum mencapai target yaitu 0 kasus.
e. Pencapaian kinerja pada indikator ini masih kurang kemungkinan disebabkan
karena rendahnya tingkat pengetahuan dan kepedulian masyarakat sebagai
penengah. Oleh karena itu diperlukan penyuluhan dengan pendekatan sekolah
ataupun tokoh masyarakat setempat.
Sasaran Hasil
Nama Target 1 Sasaran Cakupan Pencapaian
Bulan Kegiatan
Indikator Tahun 1 Tahun (%) Kinerja (%)
Berjalan Bulan
Berjalan
Kematian 10 bayi 0 0 4 - -
Bayi
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada bayi usia 0-11 bulan (termasuk
neonatal).
Angka kematian bayi didapatkan berdasarkan rumus:
Angka kematian Jumlah kematian bayi
= x 1000
bayi Jumlah kelahiran hidup
b. Target 1 tahun kematian bayi pada tahun 2019 yang ditentukan oleh Puskesmas
Mlonggo tidak lebih dari 10 bayi. Adapun target angka kematian bayi yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara pada tahun 2019 sebanyak
5.30 per 1000 kelahiran hidup.
c. Sasaran 1 tahun kematian bayi per tahun 2019 sebanyak 0 kasus sehingga cakupan
dan pencapaian kinerja tidak ada.
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 4 kasus kematian bayi
sehingga telah mencapai target yaitu tidak lebih dari 10 bayi.
e. Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk mencerminkan
keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat
sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tuanya tinggal dan sangat erat
kaitannya dengan status sosial orang tuanya. Kemajuan yang dicapai dalam bidang
pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan
tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian angka
kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi
yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan. Pencapaian
kinerja indikator ini telah mencapai target, menunjukkan bahwa efektivitas dan
kualitas pelayanan kesehatan untuk bayi sudah cukup bagus sehingga perlu
dipertahankan dan ditingkatkan lagi untuk menekan angka mortalitas pada bayi.
19. BBLR
Tabel 19. BBLR
Hasil
Sasaran
Nama Target 1 Sasaran Kegiatan Cakupan Pencapaian
Bulan
Indikator Tahun 1 Tahun Bulan (%) Kinerja (%)
Berjalan
Berjalan
BBLR 45 bayi 0 0 48 - -
Penjelasan:
a. Definisi Operasional
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.
b. Target 1 tahun jumlah BBLR pada tahun 2019 yang ditentukan oleh Puskesmas
Mlonggo tidak lebih dari 45 bayi. Adapun target jumlah menurut Rencana
Pembangunan Jangka Menengah tahun 2019 sebesar 8%.
c. Sasaran 1 tahun BBLR per tahun 2019 sebanyak 0 kasus sehingga cakupan dan
pencapaian kinerja tidak ada.
d. Berdasarkan data SPM Puskesmas Mlonggo, didapatkan 48 kasus BBLR sehingga
belum mencapai target yaitu tidak lebih dari 45 bayi.
e. Pencapaian kinerja pada indikator ini belum mencapai target, menunjukkan bahwa
tindakan pencegahan terjadinya BBLR masih kurang. Oleh karena itu diperlukan
upaya pencegahan dan pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengatasi BBLR
melalui pendidikan kesehatan, pengawasan dan pemantauan, pencegahan
hipotermia pada bayi, melakukan terapi tanpa biaya yang dapat dilakukan,
mengukur status gizi ibu hamil, melakukan perhitungan dan persiapan langkah–
langkah dalam kesehatan. Upaya-upaya tersebut disarankan untuk dapat dilakukan
oleh ibu secara langsung, ataupun para kader-kader kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Pencegahan BBLR merupakan tindakan yang sangat penting
karena bayi dengan BBLR mempunyai peluang lebih kecil untuk bertahan hidup
dan lebih rentan terhadap penyakit ketika dewasa. Menurut WHO, 60-80% AKB
yang terjadi disebabkan oleh BBLR.
C. Identifikasi Masalah
1. Daftar Masalah
Tabel 21. Daftar Masalah
No Program Permasalahan
1. Kunjungan ibu hamil K-4 Pencapaian kinerja 95,58%, belum
mencapai target yaitu 100%
2. Pertolongan bersalin oleh tenaga Pencapaian kinerja 95,11%, belum
kesehatan mencapai target yaitu 100%
3. Pelayanan nifas KF-1 Pencapaian kinerja 95,05%, belum
mencapai target yaitu 100%
4. Cakupan TT-2 ibu hamil Pencapaian kinerja 98,63%, belum
mencapai target yaitu 100%
5. Cakupan rujukan kasus risti Pencapaian kinerja 21,59%, belum
maternal mencapai target yaitu 100%
6. Cakupan P4K Pencapaian kinerja 99,63%, belum
mencapai target yaitu 100%
7. Kematian maternal Masih ditemukan 2 kasus, belum
mencapai target yaitu 0 kasus kematian
maternal
8. Persentase penanganan kasus Masih ditemukan 5 kasus, belum
KTPA yang ditemukan mencapai target yaitu 0 kasus KTPA
9. BBLR Ditemukan 48 kasus, belum mencapai
target yaitu 45 kasus BBLR
Keterangan:
- Propriety : kesesuaian
- Economic : ekonomi murah
- Acceptability : dapat diterima
- Resources Availability : tersedianya sumber
- Legality : legalitas terjamin
- Penilaian tidak :0
- Penilaian ya :1