Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Ny.P DENGAN HIPERTENSI DI WISMA HIMAWARI


BALAI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
UNIT BUDI LUHUR YOGYAKARTA

Di Susun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh :
Kelompok II B

Di Susun Oleh :

Dewi Khoirunnissa

24.19.1300

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXIV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2020
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXIV

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Disahkan “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny.P


Dengan Hipertensi Di Wisma Himawari Balai Panti Sosial Tresna Werdha
Unit Budi Luhur Yogyakarta” Guna Memenuhi Tugas Individu Stase
Keperawatan Gerontik Program Studi Profesi Ners STIKes Surya Global
Yogyakarta Tahun 2020.

Yogyakarta, Maret 2020

Mahasiswa

Dewi Khoirunnissa

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Fitri Dian K, S. Kep., Ns., M. Kep) (Sumaryanti, AMK)


LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

A. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari
satu periode (Udjianti, 2016). Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg yang
terjadi pada seorang klien pada tiga kejadian terpisah (Ignatavicius, 1994
dalam Udjianti, 2016). Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah
sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg
(Muttaqin, 2015).
Menurut WHO, tekanan darah dianggap normal bila kurang dari 135/85
mmHg, sedangkan dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg, dan di
antara nilai tersebut dikatakan normal tinggi. Namun buat orang Indonesia,
banyak dokter berpendapat bahwa tekanan darah yang ideal adalah sekitar
110-120/80-90 mmHg (Adib, 2015). Hipertensi didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price & Wilson, 2017).

B. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu : (Price & Wilson, 2017).
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya seperti genetic, gaya hidup
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita
hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a) Genetik: respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
b) Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi
yangmengakibatkantekanan darah meningkat.
c) Stress Lingkungan.
d) Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua
sertapelabaran pembuluh darah.

C. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO (2003) dalam Yogiantoro (2016).
Kategori Sistolik (Atas) Diastolik (Bawah)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal tinggi (perbatasan ) 130-190 85-89
Stadium I Ringan 140-159 90-99
Stadium 2 Sedang 160-179 100-109
Stadium 3 Berat 180-209 110-119
Stadium 4 Sangat Berat  210  120

D. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina
seperti: perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah,
dan pada kasus berat edema pupil dapat terjadi (edema pada diskus optikus).
Gejala pada orang hipertensi biasanya menunjukkan gejala vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh system
organ yang bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala
yang sering menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai
respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan
tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak lagi mampu menahan
peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. (Price &
Wilson, 2017).
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi seperti nokturia
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen
urea darah (BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
mengakibatkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasi
sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegi) atau gangguan tajam
penglihatan. Tanda dan gejala:
1) Sakit kepala dan pusing
2) Nyeri kepala berputar
3) Rasa berat di tengkuk
4) Marah/emosi tidak stabil
5) Mata berkunang – kunang
6) Telinga berdengung
7) Sukar tidur
8) Kesemutan
9) Kesulitan bicara
10) Rasa mual / muntah

E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina
seperti: perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh
darah, dan pada kasus berat edema pupil dapat terjadi (edema pada diskus
optikus). Gejala pada orang hipertensi biasanya menunjukkan gejala
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh system organ yang bersangkutan. Penyakit arteri koroner
dengan angina adalah gejala yang sering menyertai hipertensi. Hipertrofi
ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat
dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila
jantung tidak lagi mampu menahan peningkatan beban kerja, maka dapat
terjadi gagal jantung kiri. (Price & Wilson, 2017).
F. Pathway

Kurang
Perubahan nutrisi Koping individu
pengetahuan
berlebih

Obesitas Stress Makanan berlemak Rokok, alkohol

Hormon natriuretik, Vasokonst


Insulin , plak pembuluh darah, Katekolamin aktifasi
hipervolemia, riksi
tahanan perifer berkurang saraf simpatis
penyempitan pembuluh rebound
darah tembakau

Penurunan tekanan arteri

Renin (ginjal)

Substrat renin (Protein Plasma) Angiotensin I

Convertinh enzim (paru)

A III Angiotensin II

Aldosteron Vasokonstriksi arteri perifer

Retensi Na dan H2O Nyeri/ sakit


kepala
Volume plasma

Tekanan darah

Penurunan curah
jantung

Suplai dan kebutuhan O2 tidak seimbang

Shock

Intoleransi Aktifitas
G. Data Penunjang
1) Hemoglobin / hematokritUntuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor – factor
resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. BUN : memberikan informasi
tentang perfusi ginjal.
2) Glukosa. Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
3) Kalsium serum. Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
4) Kolesterol dan trigliserid serum. Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiovaskuler).
5) Pemeriksaan tiroid. Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
dan hipertensi.
6) Asam urat. Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
7) IVP. Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
8) Foto dada. Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung
9) CT scan. Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
10) EKG. Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.

H. Penatalaksanaan Medis
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi Penanggulangan hipertensi secara
garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1) Diet :Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas : Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan
hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan
antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulakn intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

I. Pengkajian
a. Aktivitas
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrovaskuler, episode palpitasi.
2) Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,
kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian
kapiler mungkin lambat/ tertunda.
c. Integritas Ego
1) Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple (hubungan,keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
2) Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,
tangisan meledak,otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan
pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
1) Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,
lemak sertakolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini
(meningkat/turun), Riwayatpenggunaan diuretic
2) Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
f. Neurosensori
1) Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,
suboksipital (terjadi saatbangun dan menghilangkan secara
spontansetelah beberapa jam), Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur,epistakis).
2) Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses piker,penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakitkepala.
h. Pernafasan
1) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
2) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyinafas tambahan(krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
hipertensi adalah sebagai berikut:
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
2) Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
3) Gangguan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
adanya tahanan pembuluh darah.
4) Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output.

K. Intervensi Keperawatan
N
DIAGNOSA NOC NIC
O
1. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Cardiac Care
jantung b/d respon keperawatan 3x24 jam masalah 1. Evaluasi adanya nyeri dada
fisiologis otot penurunan curah jantung dapat ( intensitas,lokasi, durasi)
jantung, diatasi dengan criteria hasil: 2. Catat adanya disritmia jantung
peningkatan Vital Sign Status 3. Catat adanya tanda dan gejala
frekuensi, dilatasi,1. Tanda Vital dalam rentang normal penurunan cardiac putput
hipertrofi atau (Tekanan darah, Nadi, respirasi) 4. Monitor status kardiovaskuler
peningkatan isi Cardiac Pump Effectiveness 5. Monitor status pernafasan yang
sekuncup 1. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak menandakan gagal jantung
ada kelelahan 6. Monitor abdomen sebagai indicator
2. Tidak ada edema paru, perifer, dan penurunan perfusi
tidak ada asites 7. Monitor balance cairan
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain Management
berhubungan keperawatan 3x24 jam masalah 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan nyeri dapat diatasi dengan Kriteria komprehensif termasuk lokasi,
peningkatan hasil: karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
tekanan vaskuler Pain Level dan faktor presipitasi
serebral. Mampu mengontrol 2. Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan tehnik 3. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
nonfarmakologi untuk mengurangi 4. Kolaborasi pemberian analgetik
nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri
Comfort level
1. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
2. Tanda vital dalam rentang normal

3. Perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation Management


tidak efektif b/d keperawatan ..x24 jam masalah (Manajemen sensasi perifer)
menurunnya curah perfusi jaringan dapat diatasi dengan1. Monitor adanya daerah tertentu
jantung, criteria hasil: yang hanya peka terhadap
hipoksemia Circulation status panas/dingin/tajam/tumpul
jaringan, asidosis 1. Tekanan systole dandiastole dalam 2. Monitor adanya paretese
dan kemungkinan rentang yang diharapkan 3. Instruksikan keluarga untuk
thrombus atau 2. Tidak ada ortostatikhipertensi mengobservasi kulit jika ada lsi atau
emboli 3. Tidak ada tanda tanda peningkatan laserasi
tekanan intrakranial (tidak lebih dari4. Gunakan sarun tangan untuk
15 mmHg) proteksi
Tissue Prefusion : cerebral 5. Batasi gerakan pada kepala,
1. Berkomunikasi dengan jelas dan leher dan punggung
sesuai dengan kemampuan 6. Monitor kemampuan BAB
2. Menunjukkan perhatian, konsentrasi
7. Kolaborasi pemberian analgetik
dan orientasi 8. Monitor adanya tromboplebitis
3. Memproses informasi 9. Diskusikan menganai penyebab
4. Membuat keputusan dengan benar perubahan sensasi
4. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Energy Management
aktivitas b/d keperawatan ..x24 jam masalah 1. Observasi adanya pembatasan klien
fatigue perfusi jaringan dapat diatasi dengan dalam melakukan aktivitas
. criteria hasil: 2. Kaji adanya factor yang menyebabkan
Energy conservation kelelahan
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik 3. Monitor nutrisi dan sumber energi
tanpa disertai peningkatan tekanan tangadekuat
darah, nadi dan RR 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan
Self Care : ADLs fisik dan emosi secara berlebihan
1. Mampu melakukan aktivitas sehari Activity Therapy
hari (ADLs) secara mandiri 1. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
2. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
3. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
4. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
5. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
6. Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
7. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas

DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2016). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jntung,
dan Stroke. Yogyakarta: Dianloka Pustaka.
Azizah. L. K. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kementrian Kesehatan RI. (2016). Pusat Data dan Informasi Situasi Lanjut Usia
di Indonesia. Jakarta Selatan.
Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Marilynn E Doenges, dkk., 2010, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
Mubarak, Wahit Iqbal. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : Sagung Seto
Murwani, Arita. (2011). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I.
Yogyakarta
Muttaqin, A. (2015). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA International. (2017). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Alih Bahasa : Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S. Kp, M. App. Sc.
Jakarta : EGC
N. Richard. Mitchell. Et.al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins
dan Coutran. Jakarta : EGC.
Nugroho, Wahjudi. 2010. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
Price & Wilson. (2017). Patofisiologi. Ed.8. Jakarta. EGC.
Suharti., P. (2010). Teori Penuaan, Perubahan pada Sistem Tubuh dan
Implikasinya pada Lansia. Semarang : Universitas Diponegoro.
Udjianti, W.J. (2016). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
WHO. World Health Statistics 2015: World Health Organization; 2015

Anda mungkin juga menyukai