Medicus Darussalam

Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 1 No. 1 2018 www.medicus-darussalam.com

Perdarahan Subarakhnoid Traumatik

Traumatic Subarachnoid Hemorrhage

Dwi Asep Rianto Fani

Dokter Spesialis Neurologi Pada RS Bakti Timah Propinsi Bangka Belitung

Abstrak
Pendarahan Subarakhnoid pada cedera kepala merupakan kasus yang sering terjadi. Penting untuk melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat pada kasus-kasus tersebut yang kemudian didukung oleh pemeriksaan
penunjang berupa CT scan kepala atau jika diperlukan dapat dilakukan MRI kepala. Terjadinya vasospasme patut
mendapatkan perhatian selama perawatan pasien. Prognosis bergantung pada derajat cedera kepala, volume dan
distribusi perdarahan
Kata kunci : subarakhnoid, traumatik

Abstract
Subarachnoid bleeding in head injury is a frequent case. It is important to carry out careful history taking and
axamination of these cases which are then supported by investigation in the form of a head CT scan or if nesessery
an MRI of the head can be done. The occurrence of vasospasm deserves attention during patient care. Prognosis
depends on the degree of head injury, volume and distribution of bleeding

Keyword : subarachnoid, traumatic

PENDAHULUAN yang dirawat menduduki peringkat pertama

Perdarahan subaraknoid merupakan
salah satu komplikasi primer cedera kepala.
Penyebab cedera kepala secara epidemiologi
sangat bervariasi.1,2 Hampir setengahnya
penyebab cedera kepala yaitu kecelakaan
kendaraan bermotor dan sekitar 20 – 35%
disebabkan karena terjatuh. Angka kejadian
perdarahan subaraknoid traumatika semakin
meningkat pada kasus cedera kepala.
Data dari studi HIT II melaporkan angka
kejadian perdarahan subaraknoid traumatika
sekitar 33%, sama halnya data dari American
Traumatic Coma Data Bank melaporkan
angka kejadian perdarahan subaraknoid
sekitar 40% dari seluruh kejadian cedera
kepala. Di Indonesia sendiri, data dari RSCM
Jakarta melaporkan penderita trauma kepala
8 Ikatan Alumni Kedokteran Unsyiah
penyakit neurologis melebihi penyakit
serebrovaskular. Dari kepustakaan terdapat
berbagai mekanisme terjadinya cedera pada
pembuluh darah intrakranial yang
disebabkan oleh keadaan trauma kepala.3,4
Akselerasi angular yang merupakan
kombinasi akselerasi translasional dan
rotasional adalah bentuk proses cedera akibat
gaya kelembaman (inertial forces) yang
paling sering. Prognosis pada pasien dengan
perdarahan subarachnoid traumatika sangat
bergantung pada klasifikasi keparahan cedera
kepala, volume perdarahan dan distribusi
perdarahan subarakhnoid.5,6
Medicus Darussalam
Jurnal Ilmiah Kedokteran
LAPORAN KASUS
Seorang laki – laki usia 32 tahun
dirawat di bagian neurologi dikarenakan
mengalami penurunan kesadaran setelah
terjatuh dari ketinggian (sekitar 4 meter)
lebih kurang 2 jam sebelum masuk rumah
sakit, dengan posisi kepala penderita
terlebih dahulu membentur lantai. Sebelum
mengalami penurunan kesadaran, penderita
mengeluhkan nyeri kepala, mual dan
muntah frekuensi lebih kurang 3 kali setelah
terjatuh dari ketinggian. Riwayat darah
tinggi tidak ada, riwayat kencing manis
tidak ada, riwayat dada berdebar – debar
dan sesak nafas saat serangan tidak ada,
riwayat stroke sebelumnya tidak ada,
riwayat trauma kepala sebelumnya tidak
ada, riwayat sakit jantung tidak ada. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
somnolen (GCS : E3M5V4), tekanan darah
140/90 mmHg, nadi 80 kali/menit,
pernafasan 20 kali/menit, suhu 36,8 oC.
Pada pemeriksaan klinis neurologis
didapatkan gejala rangsang meningeal yaitu
kaku kuduk (+), kernig sign (+), lasseque
sign (+), neck sign (+), symphysis sign (+).
Pada pemeriksaan penunjang CT scan
kepala non kontras tampak lesi hiperdens
mengisi sulkus di regio parietal kiri yang
menunjukkan suatu perdarahan
subaraknoid.
DISKUSI
Keluhan utama pasien pada saat
datang adalah penurunan kesadaran yang
terjadi setelah penderita terjatuh dari
ketinggian. Penurunan kesadaran terjadi
lebih kurang 2 jam setelah penderita terjatuh
berupa mengantuk dan orientasi yang
buruk. Sebelumnya penderita mengeluh
nyeri kepala dan mual disertai muntah
dengan frekuensi lebih kurang 3 kali.
Kondisi ini mengarah ke suatu adanya lesi
intrakranial yang disebabkan oleh suatu
cedera kepala.
Pada pemeriksaan kesadaran
menggunakan skala koma glasglow,
Ikatan Alumni Kedokteran Unsyiah
VOL. 1, NO 1, NOVEMBER 2018
didapatkan penderita mengalami penurunan
kesadaran dengan GCS 12 (E3M5V4). Dari
hasil pemeriksaan gejala rangsang
meningeal (GRM) didapatkan hasil positif
pada pemeriksaan kaku kuduk, kernig sign,
lasseque sign, neck sign, symphisis sign.
Sementara pada pemeriksaan klinis
neurologis tidak dijumpai kelainan pada
nervus kranialis. Pada pemeriksaan fungsi
motorik tidak didapatkan suatu kelainan
anggota gerak.
Dari pemeriksaan penunjang CT
scan kepala non kontras didapatkan suatu
perdarahan yang mengisi sulkus pada regio
parietal sinistra dan tidak didapatkan tanda-
tanda fraktur tulang kalvaria.
Gambar 1. CT Scan kepala non kontras
pasien
Berdasarkan temuan – temuan yang
didapatkan, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan penurunan kesadaran dan GRM
yang positif pada penderita ini merupakan
kontusio cerebri dengan suatu
subarachnoid hemorrhage yang
diakibatkan oleh suatu trauma kepala. Pada
pemeriksaan dengan skala Hunt & Hess
Grading of SAH didapatkan skala III yaitu
penurunan kesadaran berupa mengantuk
disertai defisit fokal yaitu gejala rangsang
meningeal positif.
Terapi yang diberikan sesuai dengan
pedoman tatalaksana pada perdarahan
subaraknoid yaitu pemberian asam
traneksamat 4x1 gram selama 5 hari untuk
9
Medicus Darussalam
Jurnal Ilmiah Kedokteran
mencegah perdarahan lebih lanjut dan
pemberian nimodipin mulai dari onset hari-
1 hingga hari ke-21 untuk mencegah
komplikasi dari perdarahan subaraknoid
yaitu vasospasme.
Pada pasien ini dilakukan
pemeriksaan Trans Cranial Doppler (TCD)
untuk mengevaluasi apakah terdapat
vasospasme yang merupakan salah satu
komplikasi dari perdarahan subaraknoid.
Hasil dari pemeriksaan TCD adalah normal;
tidak didapatkan vasospasme. Setelah
pemberian terapi selama 21 hari, pasien
pulang dengan perbaikan kesadaran dan
tanpa defisit neurologis.
KESIMPULAN
Perdarahan subaraknoid traumatika
merupakan salah satu komplikasi akibat
dari cedera kepala yang ringan hingga berat.
Dalam menegakkan diagnosis perdarahan
subaraknoid traumatika ini secara
anamnesis ataupun klinis dapat timbul
kesulitan terutama pada kasus cedera kepala
ringan terutama yang tidak menimbulkan
gejala klinis yang khas seperti keadaan
iritasi pada meningen.
Oleh karenanya perlunya
pemeriksaan penunjang radioimajing untuk
membantu mendiagnosis perdarahan
subaraknoid traumatika, dalam hal ini CT
scan kepala menjadi penting bagi klinisi
karena berkaitan dengan penatalaksanaan
selanjutnya seperti pemberian nimodipine
untuk mencegah komplikasi yaitu
10
VOL. 1, NO 1, NOVEMBER 2018
vasospasme yang dapat memperburuk
luaran pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Connolly E, Rabinstein A, Carhuapoma J,
Derdeyn C, Dion J, Higashida R et al. Guidelines
for the Management of Aneurysmal
Subarachnoid Hemorrhage: A Guideline for
Healthcare Professionals From the American
Heart Association/American Stroke Association.
Stroke. 2012;43(6):1711-1737.
2. Suarez J, Tarr R, Selman W. Aneurysmal
Subarachnoid Hemorrhage. New England
Journal of Medicine. 2006;354(4):387-396.
3. Perdossi, Penatalaksanaan Perdarahan
Subarachnoid dalam Guideline Stroke 2007
(edisi revisi). Perdossi (kelompokstudi). 2007.
Hal 37-45.
4. Jager R, Saunders D. Cranial and intracranial
pathology (2):cerebrovascular disease and
nontraumatic intracranial hemorrhage.
In:Grainger RG, Allison D, Adam A, Dixon AK,
editor. Grainger & Allison’s diagnostic
radiology: a textbook of medical imaging. 4th
edition. London.
5. Gruenthal M. Subarachnoid hemorrhage. In:
Ferri FF, editor. Ferri's clinical advisor 2004:
instant diagnosis and treatment. 6th edition.
United States of America: Mosby, Inc; 2004.
hal.575.
6. Bernstein RA. Cerebrovascular disease:
hemorrhagic stroke. In: Brust JCM, editor.
Current diagnosis & treatment in neurology.
United States of America: The McGraw-Hill
Companies, Inc; 2007. hal. 136-7.
Ikatan Alumni Kedokteran Unsyiah