Tesis
MAGISTER MANAJEMEN
Oleh
NPM 0621011066
ABSTRAK
Oleh
Penilaian atau pengukuran kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang
penting dalam menilai suatu perusahaan, karena hasil dari pengukuran kinerja
Bagi investor dan calon investor, suatu perusahaan dianggap baik apabila tingkat
jumlah modal yang telah diinvestasikannya atau dengan kata lain memiliki nilai
Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), Price to Earning Ratio (PER),
dan lainnya hanya mengukur tingkat pengembalian yang diterima terhadap modal
Pada tahun 1989, Stern Stewart & Co mengembangkan metode baru guna
mengukur kinerja perusahaan yang dikenal dengan Economic Value Adde (EVA).
Konsep dari metode EVA sederhana, yaitu suatu perusahaan dikatakan dapat
apakah telah memberikan nilai tambah bagi para investor atau sebaliknya
periode 2003 – 2009, diketahui selama kurun waktu tersebut TELKOM selalu
menghasilkan nilai EVA yang positif dengan kecenderungan yang meningkat dari
nilai EVA pada tahun 2004, 2005, dan 2008 tidak mengindikasikan kinerja yang
buruk karena masih berada dalam daerah positif, lebih jauh penurunan tersebut
ABSTRAC
By
company because the result will depict the health condition of company's
financial, which later will be applied by company management, investor and also
For investor and investor candidate, a company thought well of if rate of return
yielded by the company exceeds risk of the capitals which has been invested or in
Earning Ratio (PER) and other, only measures rate of return received to legal
In the year 1989, Stern Stewart & Co. developed new method to measure
The concept from EVA’s method simple, that is a company is told able to increase
the prosperity of the its shareholders if company’s rate of return bigger than its
capital charges.
performance during time line 2003 - 2009 by using EVA method. Thereby, from
range of time, has the company given added value to all investor or on the
method for time line 2003-2009 known, during the range of time TELKOM always
yields positive EVA value with trend increasing from year to year. This thing
shareholder. The decline of the EVA value in the year 2004, 2005, and 2008
doesn't indicate that the company has bad performance because the EVA value
still staying in positive area, farther the decline has caused by the external factor
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 16 Mei 1974, anak ketujuh dari tujuh
bersaudara pasangan H. Imran Siregar Alm dan Hj. Siti Amsyah Nasution Alm.
Jakarta lulus tahun 1987, Sekolah Menengah Pertama 10 PGRI lulus tahun 1990,
Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Jakarta lulus tahun 1993, Program Diploma 3
Sejak tahun 1997, penulis bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Departemen
ini adalah pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang sebagai tenaga
Penulis telah dikaruniai tiga orang putri bernama Melodi Akita Siregar, Nada
Anggita Siregar, dan Tsamara Syauqina Siregar, hasil dari pernikahan dengan
Kupersembahkan kepada :
“yang tercinta alm Mama dan papa yang telah mencurahkan kasih sayangnya sepanjang
hidupnya kepadaku semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada
mereka serta kepada istri dan anak-anakku yang selalu mendoakan, mengiringi langkahku
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
Periode 2003 – 2009”. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-
Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dari banyak
pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan rasa
Rinaldi Bursan selaku pembimbing kedua dalam penyusunan tesis ini yang
penuh sehingga tesis ini dapat memberikan pengalaman berharga bagi penulis.
yang telah memberikan didikan dan bimbingan kepada penulis selama masa
studi.
9
4. Semua staf akademik, staf administrasi, dan staf perpustakaan yang bertugas
Lampung.
Siregar, Nada Anggita Siregar, Tsamara Syauqina Siregar) yang telah banyak
Akhir kata, penulis mengharapkan kritik dan saran yang berguna untuk perbaikan
tesis ini, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
I. PENDAHULUAN
investor sebagai penyedia dana. Untuk menutupi risiko yang harus ditanggung
harus lebih tinggi sehingga mampu menutupi risiko yang ditanggung. Pada saat
perdagangan, namun juga dalam pasar modal, jika tidak maka akan ditinggalkan
lagi.
on Asset (ROA), Price to Earning Ratio (PER), Residual Income (RI), dan lain-
data akuntansi yang telah terdistorsi oleh nilai buku (historical cost) serta metode-
Salah satu teknik untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan yang dapat
mengatasi masalah tersebut di atas adalah Economic Value Added (EVA) yang
dikembangkan pada tahun 1989 oleh Stern Stewart & Co. Konsep dari metode
dari biaya kapitalnya. Hal ini dapat diindikasikan dengan positifnya nilai dari
menyediakan layanan telepon tidak bergerak kabel (fixed wireline) dan telepon
tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), layanan telepon selular, data dan internet,
jaringan dan interkoneksi, baik secara langsung maupun melalui anak perusahaan.
juta pelanggan, yang terdiri dari 8,4 juta pelanggan telepon tidak bergerak kabel,
15,1 juta pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel, dan 81,6 juta pelanggan
perusahaan milik negara (BUMN) juga merupakan perusahaan milik publik, baik
lokal maupun asing dimana dalam hal ini pemerintah dan masyarakat selaku
investor selalu menginginkan adanya imbal hasil yang sepadan dengan modal
yang telah ditanamkan sehingga manajemen TELKOM dituntut untuk dapat terus
manajemen TELKOM telah bekerja dengan baik serta memberikan nilai tambah
yang terus meningkat bagi para investor baik jika dibandingkan dengan biaya
2003 - 2009”.
tingkat return yang maksimum pada tingkat risiko tertentu. Alat untuk mengukur
kinerja keuangan perusahaan yang selama ini selalu digunakan dan dijadikan satu-
satunya ukuran untuk menilai kinerja perusahaan selama ini yaitu rasio keuangan
memiliki banyak kelemahan dan tidak dapat memberikan gambaran yang tepat
Oleh karena itu diperlukan ukuran alternatif yang dapat memberikan gambaran
yang lebih tepat mengenai kinerja keuangan perusahaan utamanya bagi para
dan jumlah modal yang diinvestasikan untuk menentukan pengaruhnya pada nilai
pemegang saham.
banyak kelemahan dan tidak dapat memberikan gambaran yang tepat bagi
investor apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah secara ekonomis atas
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka permasalahan utama yang akan dibahas
Beberapa manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian antara lain adalah :
1. Untuk Manajemen:
ini.
19
perusahaan.
2. Untuk investor :
perusahaan.
kekayaan kepada para pemegang saham, baik pemegang saham publik maupun
investasi itu.
20
Pertanyaannya, benchmark (acuan) apa yang bisa dipakai oleh investor bahwa
lain?
sebagai berikut:
1. Investor selalu menginginkan imbal hasil yang sepadan atas modal yang
ditanamkannya.
tradisional yang ada hasil yang didapat belum dapat memberikan gambaran
yang tepat atas kinerja perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi
investor.
fokus penilaian yang digunakan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu
perusahaan bisa memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya
memaksimalkan ukuran-ukuran akuntansi seperti laba bersih atau laba per saham
Laporan keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik waktu
tertentu maupun operasinya selama suatu periode di masa lalu. Akan tetapi, nilai
sebenarnya dari laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan tersebut
depan. Dari sudut pandang investor, meramalkan masa depan adalah hakikat dari
kondisi di masa depan maupun sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan
perusahaan, kita dapat memberikan suatu dasar keputusan. Analisis ini dapat
mengungkapkan hubungan yang menyatakan kondisi dan tren yang sering tidak
terlihat atau tidak diperhatikan dalam pemeriksaan komponen tersendiri dari rasio
Aktiva likuid (liquid asset) adalah aktiva yang diperdagangkan dalam suatu
pasar yang aktif sehingga akibatnya dapat dengan cepat diubah menjadi kas
dengan harga pasar yang berlaku, dan posisi likuiditas sebuah perusahaan akan
utangnya pada saat jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau beberapa tahun
tentang likuiditas adalah rasio lancar (current ratio) yang dihitung dengan membagi
pertanyaan “apakah jumlah total dari tiap-tiap jenis aktiva seperti yang
dilaporkan di dalam neraca terlihat wajar, terlalu tinggi, atau terlalu rendah jika
perputaran dari seluruh aktiva perusahaan, rasio ini dihitung dengan cara
baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Berikut beberapa rasio yang
1. Rasio total utang terhadap aktiva, umumnya disebut sebagai rasio utang (debt
ratio), akan mengukur persentase dari dana yang diberikan oleh para kreditor,
cara membagi laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga.
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang
menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada
1. Margin laba atas penjualan (profit margin on sales), yang dihitung dengan
membagi laba bersih dengan penjualan, akan menunjukkan laba per nilai
rupiah penjualan.
2. Tingkat pengembalian total aktiva (return on total assets – ROA), rasio antara
laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian total aktiva
Rasio nilai pasar (market value ratio) akan menghubungkan harga saham
perusahaan pada laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Rasio-rasio ini
25
oleh para investor tentang kinerja masa lalu dan prospek perusahaan di masa
mendatang.
Rasio nilai pasar yang digunakan secara umum yaitu rasio harga/laba (price
earning ratio-PE) yang menunjukkan berapa banyak jumlah uang yang rela
dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap rupiah laba yang
dilaporkan.
Alat analisis yang dikenal sebagai Economic Value Added (EVA) pertama kali
dikembangkan oleh perusahaan konsultan Stern dan Stewart pada tahun 1989.
Konsep ini diperkenalkan melalui bukunya yang sangat terkenal yaitu “The Quest
for Value” yang selanjutnya menjadi salah satu pedoman utama bagi
penulis dalam melakukan perhitungan nilai EVA pada tesis ini. Investasi yang
dilakukan oleh perusahaan banyak sekali yang hanya mengejar penjualan agar
hasil positif. Tetapi NPV yang positif tersebut belum memberikan nilai
disebut sebagai alat pengukur hasil yang diperoleh perusahaan atas tindakan
Struktur mendasar dari EVA menurut Joel M. Stern sebenarnya sama dengan
bernilai nol jika tingkat pengembalian operasi perusahaan sama dengan tingkat
merupakan biaya modal yang mencakup hutang dan ekuitas (Ehrbar, Al., 1998 :
xi).
Para ekonom sering menyebut EVA sebagai economic profit. Hal ini dikarenakan
EVA merupakan keuntungan yang masih ada setelah dikurangi dengan biaya
2001 : 15). EVA merupakan metode pengukuran keuntungan sebenarnya dari suatu
EVA tidak hanya digunakan sebagai pengukur kinerja saja, namun digunakan
terendah hingga tingkat puncak (Ehrbar, Al., 1998 : 1). Ini disebabkan EVA
EVA tersebut (Stern, Joel M. & Shiely, John S., 2001: 203).
akuntansi tradisional seperti laba pada aset (ROA) karena EVA mengukur laba
dollar dalam tahun tertentu diatas tingkat minimal yang diperlukan untuk
mengkompensasi investor atas risiko pada investasi modal. Sistem EVA yang
mengubah nilai buku akuntansi dalam pengukuran yang lebih akurat dari dana
berisiko yang disebut nilai buku ekonomis sebagai bagian dari perhitungan EVA
dan untuk menghitung besarnya laba yang sebenarnya diperoleh oleh perusahaan.
dan cadangan ekuivalen ekuitas (equity equivalent reserve) ke laba operasi setelah
pajak yang akan membuat nilai buku modal berubah menjadi nilai modal yang
sebenarnya dimiliki oleh perusahaan, dan NOPAT akan menjadi lebih akurat dalam
accrual ke cash accounting, menuju perspektif pemegang saham secara lebih realistis
pajak yang benar-benar dibayar. Deferred taxes pada dasarnya tidak pernah
ada.
2. LIFO Reserve
LIFO dan FIFO. Metode LIFO menilai persediaan berdasarkan nilai historisnya
sehingga tidak mencerminkan nilai yang berlaku pada saat laporan keuangan
mendekati nilai pasar pada saat laporan dibuat. Menambahkan LIFO reserve
benar-benar terjadi.
29
principle dalam akuntansi terpenuhi. Pada dasarnya nilai goodwill dari tahun
ke tahun tidak berkurang. Karena itu, akumulasi amortisasi goodwill ini akan
akumulasi dari goodwill ke dalam ekuivalen ekuitas dan amortisasi per periode
ke dalam NOPAT, maka aliran kas yang sebenarnya akan terlihat jelas.
4. Unrecorded Goodwill
dengan nilai pasar dan saham. Goodwill tidak dapat tercatat semuanya jika
menggunakan teknik pooling of interest, karena dengan teknik ini biaya yang
tercatat oleh pihak pembeli adalah nilai buku akuntansi dari penjual. Untuk
5. Intangible
yaitu dengan menghilangkan laba atau rugi yang bukan berasal dari
30
dalam modal.
benar-benar menyatakan arus kas yang ada, misalnya bad debt reserve,
Penyesuaian dalam EVA yang tersebut di atas dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut
ini:
Tabel 2. 1.
Beberapa penyesuaian dalam EVA
Dimana:
Dimana :
2001, 54). Dalam konsep EVA, NOPAT terlebih dahulu disesuaikan dengan
Tabel 2.2
Perhitungan NOPAT
Laba bersih
Perubahan ekuivalen ekuitas
──────────────────── +
Laba bersih yang disesuaikan
Bunga hutang setelah pajak
──────────────────── +
NOPAT
Sumber : EVA and VBM, S.David Young & Stephen F.O’Byrne
32
yang diharapkan investor dari investasi lain dengan risiko serupa (Young, 2001 :
161). Perhitungan cost of capital sangatlah penting bagi perusahaan dimana biaya
kepuasan kepada investor dalam suatu level risiko tertentu. Apabila pendapatan
perusahaan tetap sama dengan biaya modal, maka harga sahamnya diperkirakan
pendek, hutang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham) yang diproporsikan
terhadap nilai pasar di dalam struktur modal perusahaan (Young, 2001, 43). Cost
Dimana :
pendekatan dalam melakukan perhitungan biaya ekuitas, antara lain adalah Model
Penetapan Aktiva Modal (CAPM), Pendekatan Imbal Hasil Obligasi Plus Premi
Risiko, dan Pendekatan Imbal Hasil Dividen Plus Tingkat Pertumbuhan, atau
yang menurut Young (2001 : 185) “selama belum ada model yang lebih baik
secara konsep maupun praktis maka CAPM terus digunakan dalam menghitung
umum seperti saham dan obligasi, dan pada kesepakatan pinjaman dan
4. Investor tidak membayar pajak atas imbal hasil dan juga tidak terdapat biaya
perusahaan itu sendiri dalam bentuk equity, tetapi juga dari luar perusahaan dalam
bentuk debt. Komponen dari cost of debt adalah tingkat bunga yang harus
dibayarkan oleh perusahaan atas obligasi yang dikeluarkan maupun oleh pinjaman
yang diterima perusahaan. Tidak semua hutang mengandung bunga, jadi biaya
Adanya hutang oleh perusahaan menyebabkan pajak yang dibayarkan lebih kecil,
karena beban bunga merupakan tax deductible expense. Cost of debt adalah beban
bunga setelah dikurangi penghematan pajak yang didapat oleh perusahaan akibat
hutang yang mengandung bunga baik jangka pendek maupun jangka panjang dan
kewajiban jangka panjang lainnya yang telah disesuaikan (Young, 2001: 54). Cara
Tabel 2.3
Perhitungan Invested Capital
Jumlah Ekuitas
Perubahan Ekuivalen Ekuitas
──────────────────── +
Jumlah Ekuitas Disesuaikan
Jumlah hutang yang mengandung bunga
──────────────────── +
Invested Capital
Sumber : EVA and VBM, S.David Young & Stephen F.O’Byrne
36
semua unsur yang terkait dengan penciptaan nilai. EVA dihasilkan dari selisih
(spread) antara tingkat pengembalian dari modal r dengan biaya dari modal c*
yang kemudian dikalikan dengan nilai buku ekonomis dari modal yang digunakan
EVA = ( r – c* ) X capital
Meskipun disuatu jenis usaha terdapat banyak hal dimana orang dapat menciptakan
nilai, pada dasarnya hal-hal tersebut dapat dikelompokkan ke dalam salah satu dari
tiga kategori yang dapat diukur dengan peningkatan EVA dimana, EVA akan
1. Tingkat pengembalian yang diperoleh dari modal yang ada meningkat, yang
Hanya dengan cara-cara tersebutlah nilai dapat diciptakan, dan EVA telah
EVA merupakan sisa laba, atau laba operasi dikurangi biaya dari modal yang
perusahaan dituntut oleh para investor untuk dapat menggunakan modal yang
Berdasarkan hal tersebut di atas maka ada beberapa strategi yang harus dilakukan
1. Konsep EVA memperhitungkan beban biaya modal yang timbul sebagai akibat
dari investasi yang dilakukan oleh perusahaan, yang mencakup biaya modal atas
utang dan biaya modal atas ekuitas. Dengan demikian, maka penghitungan nilai
2. Menurut Stern Steward terdapat sekitar 120 distorsi potensial GAAP. Untuk
dari satu divisi pada suatu perusahaan atau dari perusahaan secara keseluruhan.
Secara teori EVA dapat dihitung jika diketahui NOPAT, yaitu komponen laba
4. Tidak mengurangi minat para manajer untuk melakukan investasi, dalam hal ini
R&D, karena dana tersebut akan dikapitalisasi dan masuk ke dalam neraca
yaitu :
2. EVA tidak mampu melakukan kontrol terhadap perbedaan ukuran antar divisi-
divisi yang ada pada suatu perusahaan. Hal ini mengakibatkan divisi yang besar
39
pada suatu perusahaan akan cenderung memiliki nilai EVA yang akan lebih
4. EVA memiliki orientasi yang bersifat jangka pendek, sehingga tujuan dari
dengan usaha pencapaian pekerjaan tidak berjalan dengan baik. Sebagai contoh,
jika seorang manajer berhasil menjalankan sebuah ide yang inovatif pada masa
sekarang, namun benefit dan pendapatan akan tetap dicatat pada tahun-tahun
mendatang, sehingga nilai EVA yang diperoleh saat ini menjadi relatif kecil.
promosi jabatan.
5. Perhitungan EVA dilakukan hanya berdasarkan hasil akhir dari suatu proses.
EVA tidak melihat akar permasalahan dan inefisiensi yang disebabkan oleh
aktivitas.
keuangan serta pengukuran kinerja dengan metode economic value added (EVA) di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kelebihan utama pengukuran kinerja dengan
atas hutang dan ekuitas serta EVA merupakan pengukuran kinerja yang dapat
Untuk menghitung dan menganalisis nilai EVA TELKOM terdapat tiga tahapan
yang harus dilakukan sesuai yang tergambar dalam alur berikut ini :
INPUT
Laporan Keuangan perusahaan periode 2003 – 2009
Tingkat suku bunga SBI periode 2003 – 2009
Nilai Beta Saham perusahaan periode 2003 – 2009
Country Risk Premium menurut A. Damodaran
PROSES
Menghitung Invested Capital
Menghitung NOPAT
Menghitung Cost of Capital (Cost of Debt & Cost of Equity)
Menghitung Weighted Averaged Cost of Capital
Menghitung EVA
Melakukan analisis atas nilai EVA yang diperoleh
OUTPUT
Hasil perhitungan EVA perusahaan periode 2003 – 2009
Analisis kinerja perusahaan berdasarkan EVA periode 2003 -2009
42
Data yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah data sekunder yang
laporan keuangan yang telah diaudit dan laporan tahunan untuk periode 2003 –
2009 dan untuk data harga saham diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia
(BEI) . Untuk data Beta Saham perusahaan diperoleh dari website Damodaran
diperoleh dari website Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id, serta data Country Risk
http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/.
Proses dalam mengolah data untuk memperoleh nilai EVA bisa dirinci sebagai
berikut :
Nilai EVA diperoleh dari selisih antara Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
dengan tingkat biaya modal yang telah dikalikan dengan total modal (capital
43
berikut :
komponen hutang yang mengandung bunga yang datanya berasal dari laporan
faktor pajak dimana tingkat pajak yang digunakan adalah sebesar 30%.
44
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) selama periode 2003 -- 2009.
Untuk pencarian nilai beta, penulis mengambil data dari website Damodaran
untuk periode 2003 – 2009. Sementara untuk nilai market risk premium (rm-rf)
pembiayaan yang digunakan perusahaan, yaitu gabungan antara biaya modal atas
Dimana :
Sebelum melakukan analisis atas nilai EVA yang telah dihasilkan, terlebih dahulu
akan dilakukan analisis secara umum atas hasil yang didapat dari proses
Biaya Ekuitas serta Biaya Modal Rata-rata Tertimbang untuk tahun 2003 – 2009.
Berikutnya penulis akan menganalisis secara detail faktor-faktor dominan apa saja
yang menjadi penyebab meningkatnya atau menurunnya nilai EVA pada tahun
2003 – 2009 baik dari segi strategi bisnis maupun aksi korporasi (corporate
yang ada serta bagaimana perbandingan nilai EVA tersebut dari tahun ke tahun.
46
penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang pesat telah mendorong
regulasi baru yang berlaku mulai bulan September 2000, yang dimaksudkan untuk
menciptakan peluang bagi aliansi strategis dengan mitra asing dan memfasilitasi
telepon tidak bergerak nirkabel) diperkirakan hanya sebesar 14,9% dan penetrasi
prabayar.
yang bergerak dibidang ekspedisi surat menyurat untuk domestik dan jasa layanan
telegraph Internasional. Jasa telepon mulai ada di Indonesia pada tahun 1882,
hingga tahun 1906 bentuk perusahaan adalah swasta tetapi telah mendapatkan izin
48
dari pemerintah selama 25 tahun. Pada tahun 1906 pemerintah kolonial Belanda
telekomunikasi di Indonesia.
Pada tahun 1961, sebagian besar dari layanan ini dialihkan kepada perusahaan milik
1965 ke dalam dua Perusahaan milik Negara, yaitu PN Pos dan Giro, dan PN
Pada tahun 1991, status Perumtel berubah menjadi perseroan terbatas milik negara
lebih dikenal dengan TELKOM. Sebelum tahun 1995, operasi bisnis TELKOM
dibagi ke dalam duabelas wilayah operasi, yang dikenal sebagai "Witel". Setiap
Witel memiliki struktur manajemen yang bertanggung jawab atas seluruh aspek
Pada tahun 1995, duabelas Witel TELKOM diubah menjadi tujuh divisi regional
(Divisi I Sumatera; Divisi II Jakarta; Divisi III Jabar; Divisi IV Jateng dan DIY
49
Kerja Sama Operasi (KSO) dengan mengalihkan hak untuk mengoperasikan lima
dari tujuh divisi regional (Divisi Regional I, III, IV, VI dan VII) kepada
yang telah ditetapkan dan pada akhir periode kesepakatan, mengalihkan fasilitas
besarnya telah disepakati. Pendapatan dari KSO akan dibagi antara TELKOM
TELKOM tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (keduanya
telah melebur menjadi Bursa Efek Indonesia pada Desember 2007), dan saham
TELKOM dalam bentuk ADS tercatat di NYSE dan LSE. Selain itu saham
TELKOM juga terdaftar di bursa efek Tokyo dalam bentuk Public Offering
Without Listing. TELKOM saat ini merupakan salah satu perusahaan dengan
Rp 190.512 miliar per 31 Desember 2009. Pemerintah memiliki hak 52,47% dari
memegang saham Dwiwarna TELKOM, yang memiliki hak suara khusus dan hak
terpadu dan lengkap dengan kualitas terbaik dan harga kompetitif serta menjadi
properti.
Secara umum, organisasi TELKOM pada tahun 2009 terdiri dari Dewan
Komisaris, Direksi dan Unit Bisnis. Dewan Komisaris terdiri dari Komisaris
Komite Audit, Komite Nominasi dan Remunerasi, serta Komite Evaluasi dan
yang terdiri dari Direktur Utama (CEO), Direktur Network & Solution, Direktur
Direktur Human Capital & General Affairs, Direktur Information & Supply (CIO)
Produk dan layanan TELKOMGroup berjumlah lebih dari 200 jenis yang
nirkabel, telepon selular, data & internet, dan jaringan & interkoneksi.
Untuk memperoleh nilai EVA suatu perusahaan, ada beberapa tahap perhitungan
yang harus dilakukan. Uraian dari tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut :
Modal perusahaan untuk tahun 2003 – 2009 selalu mengalami kenaikan dari tahun
ke tahun, hingga pada akhir tahun 2009 modal perusahaan meningkat menjadi Rp.
52
84.431 milyar yang berarti telah meningkat sebesar 104% dibanding akhir tahun
2003. Rata-rata kenaikan adalah sebesar 13,15% per tahun. Faktor dominan yang
meningkatnya jumlah ekuitas dari tahun ke tahun yang berasal dari jumlah laba
Struktur modal TELKOM dari tahun 2003 hingga tahun 2009 mengalami
ekuitas dari 45% : 55% menjadi 30% : 70%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
TELKOM yang cukup tinggi dalam rentang waktu 2003 – 2009 yaitu rata-rata
mencapai 20% per tahun. Namun jika dilihat dari karakteristik TELKOM yang
yang masih luas untuk dikembangkan, maka sangat memungkinkan untuk lebih
TELKOM yang membutuhkan dana yang besar serta adanya manfaat pajak yang
Tabel 4.1
Perhitungan Modal TELKOM
(dalam jutaan rupiah)
year 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Debt :
Short-term bank loan 37.642 1.101.633 173.800 687.990 573.669 46.000 43.850
Current maturities of LTL 3.443.516 2.300.822 2.226.925 4.675.409 4.830.809 7.054.233 7.629.295
LTL net - of current maturities 11.834.517 13.213.864 11.332.468 10.249.038 10.595.319 13.240.900 14.565.742
Total Debt 15.315.675 16.616.319 13.733.193 15.612.437 15.999.797 20.341.133 22.238.887
Minority Interest 3.708.155 4.938.432 6.305.193 8.187.087 9.304.762 9.683.780 10.933.347
Shareholder's equity 17.312.877 18.128.036 23.292.401 28.068.689 33.748.579 34.314.071 38.989.747
Adjustments :
Deferred tax liabilities 3.546.770 2.927.567 2.391.810 2.665.397 3.034.100 2.904.873 3.343.201
Acc.goodwill amortization 973.704 1.846.034 2.764.187 3.708.590 4.758.067 6.324.335 7.570.659
Bad debt reserve 489.436 531.302 690.070 786.474 1.111.438 1.213.099 1.283.067
Inventory obsolescence 40.489 54.733 48.347 48.098 54.701 64.849 72.174
Equity Equivalent 5.050.399 5.359.636 5.894.414 7.208.559 8.958.306 10.507.156 12.269.101
Adjusted Common Equity 22.363.276 23.487.672 29.186.815 35.277.248 42.706.885 44.821.227 51.258.848
Gambar 4.1
Modal TELKOM Tahun 2003 – 2009
90.000
80.000
70.000
60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
-
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
54
NOPAT perusahaan untuk tahun 2003 – 2009 secara umum selalu mengalami
peningkatan kecuali untuk tahun 2008 dimana terdapat penurunan yang signifikan
Dalam dua tahun terakhir terjadi perlambatan pertumbuhan dari Laba Bersih
TELKOM dimana pada tahun 2003 – 2007 pendapatan usaha bisa tumbuh rata-
rata sebesar 23,45%, namun pada tahun 2009 hanya tumbuh sebesar 6,4% bahkan
di tahun 2008 pertumbuhannya hanya sebesar 2,1%. Ada beberapa faktor dominan
krisis.
55
Tabel 4.2
Income Available to Common 7.590.705 8.570.869 11.057.537 14.953.678 17.667.830 14.673.113 15.976.212
Incr. deferred taxes 463.604 (619.203) (535.757) 273.587 368.703 (129.227) 438.328
Goodwill Amortization 785.714 872.330 918.153 944.403 1.049.477 1.566.268 1.246.324
Incr. in bad debt reserve (37.806) 41.866 158.768 96.404 324.964 101.661 69.968
Incr. in inventory obsolescence
reserve (13.306) 14.244 (6.386) (249) 6.603 10.148 7.325
Increase in Equity Equivalent 1.198.206 309.237 534.778 1.314.145 1.749.747 1.548.850 1.761.945
Gambar 4.2
NOPAT TELKOM Tahun 2003 – 2009
16.000
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
-
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
56
Biaya modal atas hutang TELKOM diperoleh dari perbandingan antara beban
bunga dengan total hutang yang mengandung bunga setelah dikurangi dengan
unsur pajak. Perhitungan Biaya Modal atas Hutang TELKOM untuk tahun 2003 –
Tabel 4.3
Biaya Modal atas Hutang TELKOM
t = 30%
year debt interest Interest (1-t) r d
Dari gambar 4.3 di atas terlihat bahwa tidak ada perubahan yang signifikan pada
biaya modal atas hutang TELKOM untuk tahun 2003 – 2009 yang cenderung
stabil dimana berkisar antara 5,35% sampai dengan 6,32%. Rata-rata biaya modal
untuk 7 (tujuh) tahun adalah 5,92%. Biaya modal atas hutang TELKOM yang
tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 6,32%, sedang yang terendah
Jumlah hutang yang digunakan oleh TELKOM dari tahun 2003 – 2009 rata-rata
mengalami kenaikan sebesar 6,92% dimana kenaikan tertinggi terjadi pada tahun
2008 dengan kenaikan sebesar 27,13% atau Rp. 4.341 milyar sedangkan yang
57
terendah pada tahun 2005 dengan penurunan jumlah hutang sebesar 17,35% atau
Gambar 4.3
Biaya Modal atas Hutang TELKOM
rd
6,40%
6,20%
6,00%
5,80%
5,60%
5,40%
5,20%
5,00%
4,80%
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Untuk menghitung biaya modal atas saham TELKOM digunakan metode Capital
re = rf + β (rm ─ rf)
Dimana :
Tabel berikut menyajikan hasil perhitungan Biaya Modal atas Saham PT Telkom dengan
Tabel 4.4
Biaya Modal atas saham TELKOM
Gambar 4.4
Biaya Modal atas Saham TELKOM
re
25,00%
20,00%
15,00%
10,00%
5,00%
0,00%
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Biaya modal atas saham TELKOM tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar
22,90% yang disebabkan dari tingginya nilai beta saham perusahaan (sangat volatile)
dibandingkan indeks pasar saham, dimana pada tahun 2005 nilai saham perusahaan
meningkat sebesar 22,3% menjadi Rp.5.900 per lembar saham dibandingkan dengan
59
tingkat pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta
sebesar 16,2% . Sedangkan biaya modal saham TELKOM yang terendah terjadi
ditahun 2009 yaitu sebesar 9,54%. Rata-rata biaya modal atas saham TELKOM
Jika dibandingkan antara Cost of Equity TELKOM dengan Cost of Debt-nya maka
terlihat Cost fo Equity TELKOM jauh lebih tinggi dibanding dengan Cost of Debt-
nya dengan selisih rata-rata selama periode 2003 – 2009 sebesar 11,35% lebih rendah
Cost of Debt-nya. Jika dilihat perkembangan dari tahun ke tahun Cost of Equity
tahun 2009 selisih dengan Cost of Debt-nya hanya 3,24% saja. Hal ini dapat
menunjukkan 2 (dua) hal yaitu ; pertama adalah bahwa Cost of Debt TELKOM
merupakan sumber modal yang lebih murah dibandingkan dengan Cost of Equity-nya
yaitu bahwa Cost of Equity TELKOM dalam tahun terakhir mulai mendekati Cost of
Setelah memperoleh biaya modal atas utang dan biaya modal atas saham maka
untuk mengetahui biaya modal TELKOM (Cost of Capital) digunakan rumus biaya
hutang setelah dikurangi unsur pajak dikalikan dengan porsi hutang ditambah
dengan biaya modal atas saham dikalikan dengan porsi ekuitas. (Tabel 4.5)
Dimana :
Biaya modal rata-rata tertimbang TELKOM yang tertinggi terjadi pada tahun 2005
yaitu sebesar 17,49% yang disebabkan oleh tingginya biaya modal atas saham
TELKOM (cost of equity) sedangkan yang terendah terjadi tahun 2009 yaitu sebesar
8,56%. Rata-rata biaya modal rata-rata tertimbang periode 2003-2009 adalah 13,40%
Tabel 4.5
Biaya Modal Rata-rata Tertimbang TELKOM
(dalam jutaan rupiah)
year 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Gambar 4.5
Biaya Modal Rata-rata Tertimbang TELKOM
rwacc
20,00%
18,00%
16,00%
14,00%
12,00%
10,00%
8,00%
6,00%
4,00%
2,00%
0,00%
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
berdasarkan rumus di atas maka nilai EVA TELKOM untuk periode 2003-2009
Tabel 4.6
Perhitungan Nilai EVA TELKOM
(dalam jutaan rupiah)
year 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Return on Invested Capital (ROIC) TELKOM diperoleh dari NOPAT yang dibagi
dengan Invested Capital awal tahun. Modal awal tahun digunakan karena
Nilai EVA diperoleh dari selisih antara Return on Invested Capital (ROIC)
Invested Capital-nya. Apabila hasil selisih tersebut positif dimana ROIC lebih
besar dari biaya modal rata-rata tertimbang, maka akan menghasilkan nilai EVA
yang positif juga. Dan sebaliknya, apabila hasil selisih tersebut negatif, maka nilai
Dari hasil perhitungan nilai EVA TELKOM untuk tahun 2003 – 2009, nilai EVA
yang dihasilkan setiap tahunnya selalu positif dan mempunyai tren atau
kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun kecuali di tahun 2008 terjadi
penurunan nilai EVA yang utamanya disebabkan krisis ekonomi dunia. Nilai
EVA yang tertinggi terjadi di tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 8.090,9 miliar,
sedangkan yang terendah sebesar 1.472,9 miliar terjadi tahun 2005. (Gambar 4.6)
63
Gambar 4.6
EVA TELKOM Tahun 2003 – 2009
Tahun
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
Apabila nilai EVA TELKOM periode 2003 sampai dengan 2009 dibandingkan
dengan Invested Capital-nya (Tabel 4.7) maka dapat terlihat bahwa rata-rata nilai
EVA dibanding Invested Capital adalah 8,73% dimana terendah terjadi di tahun
2005 sebesar 3,27% dan tertinggi terjadi di tahun 2007 sebesar 13,62%. Hal ini
Tabel 4.7
Persentase Nilai EVA TELKOM Dibanding Dengan Invested Capital-nya
(dalam jutaan rupiah)
year 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Dari hasil perhitungan EVA TELKOM di atas, diketahui bahwa TELKOM selalu
mencatatkan hasil yang positif dari tahun 2003-2009, dan sesuai dengan teori
disebutkan bahwa nilai EVA yang positip dapat dicapai apabila perusahan dapat
memenuhi 3 (tiga) kriteria, yaitu adanya pertumbuhan laba operasional yang lebih
biaya modalnya).
Berdasarkan data keuangan TELKOM tahun 2003-2009 dan hasil penelitian yang
telah dilakukan, positifnya nilai EVA TELKOM pada periode tersebut lebih
cenderung disebabkan oleh tindakan yang memenuhi kriteria pertama dan kedua
dimana perusahaan selalu melakukan efisiensi usaha atas modal yang ada,
kecuali yang terjadi di tahun 2005 yang disebabkan oleh adanya peraturan
Pada tahun 2003 TELKOM mencatat nilai EVA positif sebesar Rp. 3.027,0 miliar
TELKOM yang meningkat sebesar Rp.6.313,1 miliar atau tumbuh 30,3% menjadi
65
diinvestasikan pada tahun 2003 yang hanya sebesar 15,9% (Rp.35.696,8 miliar
tahun 2002, dan Rp. 41.387,1 miliar tahun 2003), hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan telah memberikan nilai tambah (value added) pada modal yang telah
usaha.
Adanya nilai tambah (value added) tersebut dipicu oleh adanya aksi korporasi
perusahaan yang sejalan dengan penciptaan nilai bagi perusahaan dimana return
yang dihasilkan lebih besar dari biaya modalnya dimana sesuai perhitungan
sebelumnya untuk tahun 2003 yaitu sebesar 8,48% (ROIC 23,12% - WACC
14,64%). Aksi korporasi yang dilakukan berupa akuisisi atas beberapa mitra usaha
sebesar Rp.2.504,8 miliar yang terdiri dari akuisisi atas 100% saham mitra
TELKOM pada Divre III yaitu PT Ariawest International (AWI) yang memberi
Disamping akuisisi pada tahun 2003 TELKOM juga mengeluarkan produk baru
berupa jasa telepon mobilitas terbatas dengan teknologi fixed wireless acces
yang memberikan kontribusi pada kenaikan pendapatan Fixed Lines di tahun 2003
Dari sisi strategi, pada tahun 2003 untuk mengurangi biaya modal (Cost of
kecil dari total biaya di depan, dan melunasi sisanya setelah satuan sambungan
perhitungan cost of capital yang telah dibuat terjadi penurunan yang signifikan
yakni sebesar 7,87% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 22,51% menjadi
Tahun 2004 TELKOM juga mencatat nilai EVA yang positif yaitu sebesar Rp.
TELKOM yang meningkat sebesar Rp. 6.831,8 miliar atau tumbuh sebesar 25,2%
dengan pertumbuhan dari modal yang diinvestasikan pada tahun 2004 yang hanya
sebesar 8,8% (Rp.41.387,1 miliar tahun 2003, dan Rp.45.042,4 miliar tahun 2004)
Jika nilai EVA TELKOM tahun 2004 dibandingkan dengan nilai EVA TELKOM
tahun 2003 maka terjadi penurunan nilai EVA, namun jika dianalisis lebih dalam
67
faktor penyebab menurunnya nilai EVA TELKOM tahun 2004 berasal dari
terhadap Dolar AS dari Rp.8.440 per Dolar AS pada Desember 2003 menjadi
mengalami rugi selisih kurs tahun 2004 sebesar Rp.1.346,9 miliar yang
Adapun faktor dominan positifnya nilai EVA perusahaan di tahun 2004 adalah
adanya aksi korporasi perusahaan berupa akuisisi lanjutan yang memberikan nilai
tambah bagi perusahaan dimana tingkat kembalian yang dihasilkan lebih dari
biaya modal yang dikeluarkan yaitu sebesar 6,26% (ROIC 18,88% - WACC
TELKOM 2004 dengan total sebesar Rp. 4.377,2 miliar yang berasal dari akuisisi
telah diakusisi pada tahun sebelumnya sebesar Rp.2.176,8 miliar, dan terakhir
yang juga memberi kontribusi pendapatan usaha sebesar Rp.802,4 miliar untuk
tahun 2004.
Pada tahun 2004 TELKOM juga meluncurkan produk baru berupa layanan akses internet
kenaikan pendapatan data dan internet di tahun 2004 sebesar Rp. 1.700,2 miliar (tumbuh
54,7%).
Di tahun 2004, TELKOM disamping masih melanjutkan program “pay as you grow”
penerbitan hutang dan pembayaran kembali hutang. Program tersebut terbukti berhasil
dimana berdsarkan perhitungan biaya modal atas hutang (cost of debt) terjadi penurunan
Nilai EVA TELKOM pada tahun 2005 adalah sebesar Rp. 1.472,9 miliar yang
meskipun masih positip (memiliki nilai tambah) namun terdapat penurunan yang
perlengkapan Base Station System (BSS) milik TELKOM di wilayah Jakarta dan
Jawa Barat yang beroperasi pada frekuensi 1900 MHz dan merupakan bagian dari
sistem telepon tetap nirkabel TELKOM, tidak lagi dapat dipergunakan. Menyusul
unit penghasil kas yang terkait dengan aktiva jaringan tetap nirkabel ini, dan
mengakui kerugian penurunan nilai aktiva sebesar Rp. 616,8 miliar pada tahun
di Jakarta dan Jawa Barat yang meningkatkan biaya depresiasi sebesar Rp.159,0
miliar. Selain itu, TELKOM juga mengakui kerugian sehubungan dengan kontrak
69
yang tidak dapat dibatalkan atas pengadaan instalasi dan peralatan transmisi 1900
MHz di Jakarta dan Jawa Barat senilai Rp.79,4 miliar di tahun 2005. Kebijakan
segmen sambungan tetap yang terutama terdiri dari wireless local loop (WLL)
dan approach link yang beroperasi pada spektrum frekuensi tersebut tidak dapat
dapat digunakan. Oleh sebab itu, perusahaan telah mengubah sisa masa manfaat
Positifnya nilai EVA TELKOM pada tahun 2005 tersebut berasal dari hasil usaha
dan aksi korporasi yang melebihi biaya modal yang dikeluarkan (terdapat nilai
tambah) yaitu sebesar 3,27% (ROIC 20,76% - WACC 17,49%). Hal tersebut
pada tahun 2005 yang masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan modal
TELKOM yang tumbuh sebesar 9,3% (Rp.45.042,4 miliar tahun 2004, dan
Rp.49.225,2 miliar tahun 2005) yang berarti terjadi penambahan nilai pada
diperoleh dari hasil akuisisi mitra KSO TELKOM yaitu PT Mitra Global
Tahun 2006 nilai EVA TELKOM meningkat tajam menjadi Rp. 5.306,5 miliar
atau tumbuh sebesar 260% dibanding tahun sebelumnya. Ada 4 (empat) faktor
70
efisiensi biaya usaha dimana pertumbuhan biaya usaha tahun 2006 sebesar
20,56% lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 27,26%;
dan 4) adanya apresiasi dari Rp.9.830 per Dolar AS pada tanggal 31 Desember
2005 menjadi Rp.9.020 per Dolar AS pada tanggal 31 Desember 2006. Dengan
adanya apresiasi tersebut TELKOM membukukan laba selisih kurs atas pinjaman
Rp.1.353,1 miliar atau 261,8% dari rugi 516,8 miliar pada tahun 2005;
usaha TELKOM di tahun 2006 yang tumbuh sebesar 22,7%, yakni dari semula
Rp.41.807,2 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp.51.294,0 miliar pada tahun 2006.
Sedang faktor ketiga dan keempat menjadikan laba usaha TELKOM tumbuh
laba usaha tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan modal yang ditanamkan
pada tahun 2006 yang tumbuh sebesar 20,01% ( Rp. 49.225,2 miliar tahun 2005,
dan Rp. 59.076,8 miliar tahun 2006) yang berarti manajemen TELKOM telah
sahamnya.
Tahun 2007 TELKOM berhasil mencetak nilai EVA tertinggi dalam lima tahun
terakhir yaitu Rp.8.046,3 miliar meningkat sebesar Rp.2.739,8 miliar atau tumbuh
71
dilihat dari sisi eksternal maupun internal. Faktor eksternal yang berpengaruh
indikator ekonomi makro diantaranya yaitu menurunnya rata-rata nilai suku bunga
SBI tahun 2007 untuk jangka waktu satu bulan sebesar 3,23% dari 11,83% pada
Desember 2006 menjadi 8,6% per Desember 2007 serta menurunnya premi risiko
atas portofolio pasar di Indonesia menjadi 4,5% di tahun 2007 yang berarti
menurun 0,75% dibanding tahun 2006. Hal tersebut menyebabkan turunnya biaya
modal atas saham (cost of equity) perusahaan menjadi 15,26% yang berarti turun
sebesar 5,39% dibanding tahun sebelumnya, serta berdampak pada turunnya biaya
Dari sisi internal perusahaan faktor yang menyebabkan positifnya nilai EVA
usaha TELKOM yang meningkat sebesar Rp. 8.146,0 miliar atau tumbuh 15,88%
dengan pertumbuhan modal yang diinvestasikan pada tahun 2007 yang tumbuh
sebesar 15,12% (Rp. 59.076,8 miliar tahun 2006 dan Rp. 68.011,4 miliar tahun
2007) maka terdapat adanya nilai tambah dari modal yang telah diinvestasikan.
Hal tersebut sesuai pula dengan perhitungan tingkat pengembalian atas modal
yang ditanamkan yang dikurang dengan cost of capital-nya yaitu sebesar 13,62%
dibanding pertumbuhan modal, positifnya nilai EVA TELKOM tahun 2007 dari
sisi internal juga disebabkan oleh adanya efisiensi pada beban usaha dimana
pertumbuhan beban usaha hanya meningkat sebesar Rp.3.266,5 miliar atau 11,0%
dari Rp.29.700,8 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp.32.967,3 miliar pada tahun
2007. Meskipun terjadi peningkatan jumlah beban usaha sebesar 11,0% di tahun
2007 namun kenaikan tersebut masih lebih rendah dibanding tahun 2006 yang
mencapai 20,6% yang berarti terdapat efisiensi dalam biaya usaha TELKOM
tahun 2007.
Tahun 2008 TELKOM mencatat nilai EVA sebesar Rp. 5.372,9 miliar yang
tumbuh 2,1% sebaliknya beban usaha tumbuh 16,43% serta beban lainnya tumbuh
127%. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terdapat 3 (tiga) faktor yang
perusahaan yaitu :
Krisis kredit, yang antara lain dipicu oleh masalah sub-prime mortgage di
TELKOM.
rentabilitas perusahaan.
EVA TELKOM tahun 2008 masih positif yang berarti masih ada nilai tambah
TELKOM sebesar Rp. 1.249,8 miliar menjadi Rp. 60.689,8 miliar atau tumbuh
masih dapat menutup beban usaha dan beban lain-lain yang meningkat karena
faktor eksternal perusahaan dan masih tetap dapat memperoleh laba bersih
besar pada NOPAT perusahaan, yang jika dibandingkan dengan modal TELKOM
menghasilkan angka 19,52% lebih besar 7,90% dibanding nilai WACC-nya. Hal
74
lain yang juga menyebabkan positifnya EVA TELKOM adalah tetap stabilnya dan
(WACC) TELKOM yang turun sebesar 1,19% menjadi 11,62%, dimana hal ini
Tahun 2009 TELKOM mencatat nilai EVA yang tertinggi dalam kurun waktu
2003 sampai dengan 2009 yaitu sebesar Rp. 8.090,9 miliar yang berarti tumbuh
sebesar 50,59% dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan nilai EVA yang luar
biasa tersebut disebabkan oleh beberapa faktor utama, antara lain yaitu :
Faktor ini menjadi faktor yang paling dominan penyebab tingginya EVA
TELKOM tahun 2009 karena terjadi penurunan sebesar 3,06% dibanding tahun
nilai WACC tersebut berasal dari penurunan nilai biaya modal atas saham (cost
of equity) dimana terjadi penurunan sebesar 4,89%. Hal tersebut terjadi karena
sedangkan beban usaha dan beban luar usaha tumbuh sebesar 16,43% dan
sebesar 6,44%, beban usaha dan beban luar usaha TELKOM hanya meningkat
sebesar 9,41% dan 10,03% maka manajemen secara langsung maupun tidak
langsung telah melakukan efisiensi atas beban yang dikeluarkannya baik beban
2.1. Kesimpulan
serta laporan keuangan perusahaan selama periode tahun 2003 sampai dengan
tahun 2009, serta berdasarkan hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan
pada BAB IV, maka kesimpulan yang yang dapat diperoleh adalah sebagai
berikut :
(EVA) secara keseluruhan sangat baik. Hal ini tercermin dari nilai EVA
EVA TELKOM yang tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp
8.390 miliar sedangkan yang terendah terjadi di tahun 2005 sebesar Rp. 1.473
miliar.
3. Penurunan nilai EVA baik yang terjadi pada tahun 2004, 2005 dan 2008 tidak
perekonomian dunia.
bagi shareholders-nya.
2.2. Saran
ekspansi usahanya.
dapat diberikan oleh perusahaan kepada investor maupun calon investor yang
investasi mereka.
78
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bennet, Stewart G., (1991). The Quest for Value : A Guide for Senior Managers.
United States of America : HarperCollins Publishers Inc.
Bodie, Zvi, et. al., (2005). Investments, 6th edition, Boston : Irwin/McGraw-Hill
Cordeiro, Jame J., Kent, D. Donald, Jr., (2001), American Business Review.
Ehrbar, Al (1998). EVA : The Real Key to Creating Wealth. Canada : John Wiley &
Sons, Inc.
Hawkins, David F., 1998, Corporate Financial Reporting and Analysis., USA :
Irwin/McGraw-Hill
Ross, Stephen A, et al. (2005), Corporate Finance., 7th edition, Singapore : McGraw-
Hill
Stern, Joel M. & Shiely, John S. (2001). The EVA Challenge : Implementing Value
Added Change in an Organization, Canada : John Wiley & Sons, Inc.
Tunggal, Amin W, (2008), Pengantar Konsep Economic Value Added (EVA) dan
Value Based Management (VAM), Jakarta : Harvarindo.
Tunggal, Amin W, (2008), Memahami Economic Value Added (EVA): Teori, Soal
dan Kasus, Jakarta : Harvarindo.
80
Wild, John J. et al,c(2007), Financial Statement Analysis. 9th edition. New York
: McGraw Hill / Irwin
Young, David S., & O’Byrne, Stephen F., (2001), EVA and Value Based
Management a Practical Guide to Implementation, New York : Mc Graw-Hill
Situs internet:
http://www.telkom.co.id/
http://www.bi.go.id/
http://www.bei.go.id/
http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/