Anda di halaman 1dari 14

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti yaitu meningkatkan

keterampilan sosial melalui teknik bermain peran bagi anak autis. Maka

jenis penelitian yang peniliti gunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen yang berbentuk Single

Subjek Research (SSR). Eksperimen merupakan suatu metode penelitian

yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang

lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2015:109). Rosnow dan

Rosenthal (dalam Juang Sunanto 2005 : 54) menyatakan bahwa desain

penelitian eksperimen secara garis besar dibedakan menjadi dua kelompok

yaitu desain kelompok (group design) dan desain subjek tunggal (single

subject design). Desain kelompok memfokuskan pada data yang berasal

dari kelompok individu, sedangkan desain subyek tunggal memfokuskan

pada data individu sebagai sampel penelitian”. Oleh karena itu penelitian

subyek tunggal sering digunakan dalam penelitian modifikasi perilaku.

Pada penelitian subjek tunggal ini, desain yang peniliti gunakan adalah

desain A1 - B - A2.

Desain A1 - B - A2 ini menunjukkan adaya hubungan sebab akibat

antara variabel bebas dan variabel terikat. Prosedur pelaksanaan desain A 1

- B – A2 menurut Sunanto (2005:59), mula-mula target behavior diukur

secara kontinyu pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu

kemudian dilanjutkan pada kondisi itervensi (B), setelah itu pengukuran


pada kondisi baseline yang kedua (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol

untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan

adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat.

Jika terdapat perubahan perilaku sasaran setelah diberikan intervensi,

maka dinyatakan bahwa perubahan tersebut dikarenakan adanya pengaruh

dari intervensi (B) yang diberikan. Berikut adalah gambaran dari prosedur

desain A1-B-A2 secara umum:

A1 B A2

Baseline Intervensi Baseline

Gambar 3.1. Prosedur Desain A 1- B - A2

Pada penelitian ini, kondisi baseline (A1) merupakan kondisi awal

anak sebelum diberikan perlakuan yaitu dengan mengukur perilaku subjek

sacara berulang-ulang samapi diperolah hasil yang stabil dan konsisten,

yakni dengan melihat keterampilan sosial anak. Kemudian dilanjutkan

dengan fase B atau kondisi intervensi. Kondisi intervensi ini merupakan

kondisi pemberian perilaku kepada subjek dan dilakukan evaluasi terhadap

hasilnya. Setelah itu dilakukan lagi pegukuran terhadap anak tanpa

diberikan intervensi ( A2 ¿. Kondisi baseline ( A2) ini dimaksudkan untuk

melihat adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel

terikat, apakah intervensi yang diberikan pada kondisi B memberikan


perubahan target behavior artinya terjadi peningkatan keterampilan sosial

anak autis. Data tersebut diperoleh melalui pengamatan mengenai

keterampilan sosial anak autis dilingkungan sekolah.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel merupakan istilah dasar dalam penelitian eksperimen termasuk

penelitian dengan subyek tunggal. Sunanto (2005:12) menyatakan bahwa

variabel merupakan suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu yang

diamati dalam penelitian. Pada penelitian ini ada dua variabel yaitu

variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel terikat (target behavior)

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian subjek tunggal ini

adalah keterampilan sosial.

2. Variabel bebas (intervensi)

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian subjek tunggal ini

adalah pembelajaran dengan menggunakan Teknik Bermain Peran.

C. Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional variabel juga disebut sebagai batasan dari

variabel-variabel yang diteliti. Supaya tidak terjadi kesalahpahaman

tentang judul penelitian ini, perlu diberi batasan penelitian tentang istilah-
istilah terkandung dalam judul penelitian. Adapun definisi operasional

variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Keterampilan Sosial

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan sosial.

Keterampilan sosial merupakan kemampuan seorang individu untuk

bekerjasama, melakukan interaksi dengan lingkungannya, dimana

keterampilan sosial ini sangat mempengaruhi keberadaan seseorang

dalam kehidupan sosial dan agar seseorang tersebut diakui dalam

lingkungan sosialnya. Adapun target behavior dalam dalam penelitian

ini adalah tingkat keterampilan sosial anak autis pada sekolah dasar

melalui teknik bermain peran, dimana keterampilan tersebut diukur

menggunakan persentase.

2. Teknik Bermain Peran

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik bermain peran.

Melalui teknik bermain peran, maka diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan sosial anak autis di sekolah dasar.

D. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, yang menjadi subyek tunggal penelitian adalah

seorang anak dengan Gangguan Pendengaran yang berinisial X, dengan

jenis kelamin laki-laki dan berumur 9 tahun. Saat ini anak sedang

menduduki bangku kelas III/B SLB Restu Ibu Bukittinggi. Anak memiliki

perbendaharaan kata yang terbatas, sehingga dalam kesehariaanya anak

kurang berinteraksi dengan anak-anak lainnya.


Dari pengamatan yang dilakukan, siswa berinisial X menggunakan

alat bantu dengar dalam kesehariannya, anak menggunakan bahasa isyarat

ibu, anak kurang memfungsikan alat bicara (mulut) ketika berinteraksi,

perbendaharaan kata anak masih sangat sedikit dan anak cenderung

menunjuk apa yang ia inginkan.

E. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB Restu Ibu Bukittinggi, sekolah

ini merupakan tempat anak sekolah. Penelitian ini diberikan kepada satu

orang anak yang duduk dikelas III/B SDLB. Penelitian dilakukan dikelas

diluar jam pembelajaran.

F. Tahapan Intervensi

Tahap-tahap intervensi media kata bergambar yang telah

dimodifikasi berdasarkan pendapat Calhoun (dalam Huda, 2014:86-87)

adalah sebagai berikut:

1. Peneliti memastikan anak untuk siap memulai pembelajaran atau

belum.

2. Peneliti membimbing anak untuk berdo’a sebelum melakukan

kegiatan.

3. Peneliti memilih sebuah gambar dengan ukuran ±60 x 70 cm.

4. Anak diminta untuk menemukan atau mengidentifikasi apa yang

dilihatnya pada gambar tersebut.

5. Anak menandai bagian-bagian gambar telah diidentifikasi tadi, pada

gambar tersebut peneliti menggambar sebuah garis merentang dari


objek gambar kekata, mengucapkan kata dan mengejanya serta

menunjuk setiap huruf dengan jarinya.

6. Anak menuliskan kata secara mandiri berdasarkan gambar tanpa

melihat tulisan yang ada pada kata. (untuk mengamati pemahaman

anak terhadap kata yang telah dipelajari).

G. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui observasi,

wawancara dan tes. Data dikumpulkan lansung oleh peneliti melalui

observasi yang bertujuan untuk melihat secara lansung keterampilan

sosial anak autis. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara terhadap

guru kelas mengenai bagaimana keseharian anak autis dalam

lingkungan sosialnya disekolah, setelah itu hasil dari penelitian ini

dimasukkan kedalam format pengumpulan data.

Kemudian Tes yang diberikan bertujuan untuk mengetahui

bagaimana perkembangan keterampilan sosial anak autis dilingkungan

sekolah sebelum diberikan intervensi, dan tes juga diberikan dalam

melakukan evaluasi setelah diberikan intervensi. Evaluasi ini

dilakukan dengan tes perbuatan, yaitu meningkatkan keterampilan

sosial anak autis di sekolah dasar. Selain tes, peneliti juga

menggunakan study dokumentasi untuk mendukung pengumpulan data

peneliti dan sebagai bukti dari peningkatan keterampilan sosial anak

autis.
2. Alat pengumpulan data

Alat atau instrumen yang digunakan adalah peneliti lansung

melakukan tes dan lansung mengumpulkan data, baik pada saat

baseline maupun setelah diberikan perlakuan (intervensi).

Peneliti mengukur kemampuan awal (baseline) anak dalam

pembendaharaan kata dengan kriteria target behavior menggunakan

persentase, yakninya dengan membandingkan tingkat perkembangan

keterampilan sosial anak terhadap banyaknya kemungkinan poin

keterampilan sosial yang harus dikuasai anak, kemudian dikalikan

seratus persen.

H. Teknik analisis data

Menurut Sunanto (2005:93) analisis data merupakan “tahap akhir

sebelum penarikan kesimpulan”. Data dianalisis menggunakan teknik

analisis visual grafik, yaitu memindahkan data kedalam grafik kemudian

data tersebut dianalisis berdasarkan komponen-komponen pada setiap fase

baseline ( A1) dan intervensi (B), baseline ( A2) dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Analisis Dalam Kondisi

Analisis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data dalam

grafik masing-masing kondisi, dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Menentukan panjang kondisi


Panjang kondisi merupakan banyaknya data point dalam

suatu kondisi. Banyaknya data point dalam suatu kondisi

tergantung pada permasalahan penelitian yang ada serta perlakuan

yang diberikan kepada subjek penelitian. Panjang kondisi baseline

umumnya 3 atau 5 point, namun ini masih dipertimbangkan

tingkat kestabilan datanya, apabila data sudah mencapai 3 atau 5

data poin namun belum stabil, maka harus dilanjutkan sampai

stabil.

b. Menentukan Kecenderungan Arah

Kecenderungan arah pada suatu grafik dalam sebuah

penelitian sangatlah menentukan, karena hal ini dapat memberikan

gambaran tentang bagaimana perkembangan kemampuan dalam

penelitian tersebut. Adapun cara untuk menentukan arah

kecenderungan grafik adalah:

1) Metode freehand adalah pengamatan yang dilakukan secara

lansung terhadap data poin pada suatu kondisi kemudian

menarik garis lurus yang membagi data point menjadi dua

bagian.

2) Metode split-middle adalah kecenderungan arah grafik

ditentukan berdasarkan nilai tengah (median) dari data point

ordinalnya.

c. Menentukan Kecenderungan Kestabilan (Trend Stability)


Kecenderungan kestabilan dapat dihitung dengan langkah

sebagai berikut:

1) Menentukan kecenderungan kestabilan (trend stability)

dengan menggunakan kriteria stabilitas 15% dengan

perhitungan:

Rentang stabilitas = Skor Tertinggi x kriteria


2) Menghitung mean levelstabilitas
yaitu skor dijumlahkan dan dibagi

dengan banyak data point, seperti rumus berikut ini:

jumla h skor yang ada


Mean level=¿banyak data ¿

3) Menentukan batas atas yaitu mean level + 0,5 x rentang

stabilitas.

4) Menentukan batas bawah, mean level – 0,5 x rentang

stabilitas.

5) Menentukan persentase stabilitas yaitu jika % stabilitas

terletak diantara 85% - 90% maka kecenderungan

dikatakan stabil, sementara persentase stabilitas dibawah

85% dikatakan tidak stabil.

6) Persentase stabilitas dapat ditentukan dengan rumus:

persentase stabilitas=¿banyak data point yang ada dalam rentang


banyak data poin ¿ x 100%

Jika persentase stabil terletak antara 85% - 90%, maka

kecenderungan dikatakan stabil. Sedangkan jika dibawah

persentase, dikatakan tidak stabil.


d. Menentukan Kecenderungan Jejak Data

Dalam menentukan data path within trend hampir sama

dengan arah kecenderungan, yaitu dimasukkan hasil yang sam

seperti kecenderungan arah. Apakah meningkat (+), menurun (-)

atau mendatar (=) dengan sumbu X.

e. Menentukan Level Stabilitas dan Rentang

Menentukan stabilitas (level stabilitas) menunjukkan

derajat variasi atau besar kecilnya rentang pada kelompok data

tertentu. Jika rentang datanya kecil atau tingkat variasinya rendah

maka data dikatakan stabil, sedangkan dibawah itu dikatakan tidak

stabil. Untuk menentukan rentang dan tingkat stabilitas yaitu

dengan cara menentukan rata-rata tingkat yang dilakukan dengan

cara menjumlahkan nilai seluruh titik data dan membaginya

dengan menggunakan trend stability criterion envelope disekitar

rata-rata (bagian atas dan bagian bawah). Range ditentukan

ditentukan dengan mengidentifikasi titik data pada ordinat dari

ordinat yang paling rendah dan nilai ordinat yang paling tinggi

dengan rumus:

Jumlah titik data dalam range


Jumlahtitik total data x 100 %=% stabiitas

f. Menentukan Level Perubahan


Menentukan level perubahan atau level change yang menunjukkan

berapa besar terjadinya perubahan data dalam suatu kondisi. Cara

menghitungnya adalah sebagai berikut:

1. Menentukan berapa besar data point (skor) pertama dan

terakhir dalam suatu kondisi.

2. Kurangi data yang besar dengan yang kecil

3. Tentukan apakah selisihnya menunjukkan arah yang membaik

atau memburuk sesuai dengan tujuan san intervensi atau

pengajaran.

Rumus:

Level perubahan = data yang besar – data yang kecil


Sehingga level perubahan data dapat ditulis dalam bentuk tabel

dibawah ini:

Tabel 1. Level Perubahan Data

kondisi A B
Data yang besar- Data yang besar-
Level perubahan
data yang kecil data yang kecil

Format rangkuman komponen analisis visual grafik (visual

analisys grafik) data dalam kondisi dapat dilihat dalam tabel

berikut:
Tabel 2. Format Analisis Visual Grafik Dalam Kondisi

Kondisi A1 B A2
1. Panjang kondisi
2. Estimasi kecenderungan arah
3. Kecenderungan stabilitas
4. Jejak data
5. Level stabilitas rentang
6. Level perubahan

2. Analisis Antar Kondisi

Pada kegiatan menganalisis antar kondisi, data yang stabil harus

mendahului kondisi yang akan dianalisis karena jika data tidak stabil

maka akan mengalami kesulitan unutk menginterpretasikannya.

Disamping aspek stabilitas, ada tidaknya pengaruh treatment terhadap

variabel terikat tergantung pada aspek perubahan level dan besar

kecilnya overlape data yang terjadi diantara kondisi yang dianalisis.

Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data antar kondisi

sebagai berikut:

a. Menentukan variabel yang berubah

Menentukan jumlah variabel yang diubah pada data rekan variabel

yang diubah dari kondisi baseline (A) ke intervensi (B) adalah 1.

Dengan demikian format akan diisi sebagai berikut:

Perubahan kondisi B:A


(2:1)

b. Menentukan perubahan kecenderungan arah


Menentukan perubahan kecenderungan arah dengan mengambil

data pada analisis dalam kondisi diatas.

c. Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas, dengan melihat

kecenderungan stabilitas, dengan melihat kecenderungan stabilitas

pada baseline (A) dan intervensi (B) pada rangkuman analisis

dalam kondisi.

Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas


d. Menentukan level perubahan dengan cara:

1) Menentukan data poin pada kondisi baseline (A) pada sesi

terakhir dan sesi pertama pada intervensi (B).

2) Hitung selisih antara keduanya.

3) Catat apakah perubahan tersebut memabaik atau menurun.jika

tidak ada perubahan maka ditulis 0.

e. Menentukan persentase overlape data kondisi baseline dan

intervensi, dengan cara berikut:

1) Lihat kembali data pada kondisi baseline (A) dengan

intervensi (B) pada rentang kondisi (A).

2) Hitung berapa data point pada kondisi (B) yang berada pada

rentang kondisi (A).

3) Perolehan data dibagi dengan banyaknya data point dalam

kondisi (B), kemudian dikalikan dengan 100. Itulah yang

disebut dengan persentase overlape. Jika semakin kecil


persentase overlape maka semakin baik pengaruh intervensi

terhadap target behavior atau variabel terikat.

Setelah diketahui masing-masing komponen tersebut, maka

dimasukkan kedalam tabel rangkuman komponen analisis visual

grafik antar kondisi dibawah ini:

Tabel 3. Format Analisis Visual Grafik Antar Kondisi

Kondisi A : B : A1
3:2:1
1. Jumlah variabel yang berubah
2. Perubahan kecenderungan arah
3. Perubahan kecenderungan stabilitas
4. Level perubahan
5. Persentase overlape

I. Kriteria Pengujian Hipotesis

Kriteria pengujian hipotesis dapat disimpulkan dari pendapat

Sunanto (2005:116) bahwa jika semakin kecil persentase overlape

semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior dengan kriteria

hipotesis diterima, jika hasil analisis data dalam kondisi dan antar kondisi

memiliki estimasi kecenderungan arah, kecenderungan kestabilitasan,

jejak data dan perubahan level yang meningkat secara positif dan overlape

data pada analisis antar kondisi semakin kecil. Pada kondisi selain yang

disebutkan diatas maka hipotesis ditolak.

Anda mungkin juga menyukai