Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TUGAS

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN


KHUSUS

OLEH

NAMA : ELLEN BACHRI


NIM : 837 297 252
KELAS : II – A
JURUSAN : PGSD
SEMESTER : 2 (dua)
TUGAS MATA KULIAH : PENGANTAR PEND.ABK
KODE MATA KULIAH : MKDK 4007
DOSEN : BADERI, S.Pd

PROGRAM STUDI S1 PGSD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ – UT SAMARINDA
2018
LAPORAN TUGAS
ANAK DENGAN GANGGUAN TUNAGRAHITA

OLEH

NAMA : ARBIATI
NIM : 837 297 252
KELAS : II – A
JURUSAN : PGSD
SEMESTER : 2 (dua)
TUGAS MATA KULIAH : PENGANTAR PEND.ABK
KODE MATA KULIAH : MKDK 4007
DOSEN : BADERI, S.Pd

PROGRAM STUDI S1 PGSD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ – UT SAMARINDA
2018
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 1

C. Profil Siswa dengan Orang Tua 2

1. Identitas Siswa 2

2. Identitas Orang Tua 2

BAB II PENANGANAN OLEH GURU

A. Kesulitan yang Dihadapi 3

B. Solusi Penanganannya 3

C. Alat Bantu / Media yang Diperlukan 3

BAB III DAMPAK KELAINAN

A. Dampak Terhadap Anak 5

B. Dampak Terhadap Orang Tua 5

C. Dampak Terhadap Masyarakat 6

BAB IV PENUTUP 7

LAMPIRAN 8
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak tunagrahita merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus, anak
tunagrahita sedang mengalami gangguan dalam perkembangan mental. Gangguan
tersebut diakibatkan karena tingkat kecerdasan yang rendah, anak tunagrahita sedang
memiliki intelegensi 30-50. Menurut Moh. Efendi (2009:90): Anak tunagrahita sedang
(mampu latih) adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya
sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak mampu
didik. Gangguan perkembangan tersebut akan berpengaruh terhadap aspek
kehidupannya.
Anak tunagrahita mengalami keterbatasan dalam perilaku adaptif seperti
berhubungan dengan orang lain dan terwujud selama periode perkembangan. Istilah
perilaku adaptif diartikan sebagai kemampuan perkembangan. Istilah perilaku adaptif
diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam memikul tanggung jawab sosial menurut
ukuran norma sosial tertentu dan bersifat kondisi sesuai dengan tahap perkembangannya.
Anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam memahami dan mengartikan norma
lingkungan. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penyesuaian diri dengan
lingkungan, tidak mampu memikirkan hal yang abstrak dan yang berbelit- belit. Di sisi
lain anak tunagrahita dalam kesehariannya merupakan bagian dari anggota masyarakat
dan selalu dituntut dapat berprilaku sesuai dengan normanorma yang berlaku
dilingkungannya. Kondisi tersebut mengakibatkan anak tunagrahita mendapat label
tertentu dari masyarakat seperti; anak gila, anak stress, anak bodoh dan lain-lain.

B. TUJUAN
1. Dapat memberikan pandangan positif pada masyarakat bagaimana karakteristik dari
anak tunagrahita.
2. Kita juga dapat mengetahui kesulitan dan dapat menggolongkan karakter mereka
masing-masing sesuai dengan kebutuhan yang mereka perlukan.
3. Memberi kontribusi kepada para calon-calon pendidik maupun guru-guru ABK
dalam memahami karakteristik terutama karakter anak tunagrahita.
4. Kita dapat mengetahui dampak karakter anak tunagrahita bagi anak itu sendiri, bagi
orang tua nya dan juga bagi lingkungan masyarakatnya.

C. PROFIL SISWA DAN ORANG TUA SISWA


1. IDENTITAS SISWA

Nama Siswa : Irfan


Tempat,Tanggal Lahir : Surya Bhakti, 27 Desember 2001
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Dusun Surya Bhakti RT. 20
Usia : 16 Tahun
Kelas : V (lima)
Sekolah : SD Negeri 025 Loa Janan
Nama Guru SD : Arbiati, S.Pd
Agama : Islam
Tinggal : Bersama dengan kedua orang tua
Keadaan Rumah : Baik
Tinggi Badan : 145 cm
Berat Badan : 60 kg
Hoby : Bermain

2. IDENTITAS ORANG TUA SISWA

Nama Ayah : Baco Makka


Umur : 48 Tahun (1970)
Pend.terakhir : SD
Nama Ibu : Isalmah
Umur : 39 Tahun (1979)
Pend.terakhir : SD
Pekerjaan Ayah : Petani
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Dusun Surya Bhakti RT 020
BAB II

PENANGANAN OLEH GURU

A. KESULITAN YANG DIHADAPI


Irfan termasuk anak tunagrahita sedang artinya mampu latih dengan IQ 30 - 50
(imbesil). Irfan termasuk anak tunagrahita sedang yang memiliki masalah penyesuaian
yang serius. Di sekolah irfan anak yang pendiam, tidak terlalu mau berkomunikasi
dengan teman sebanyanya. Jika ditanya oleh guru, irfan hanya diam dan bahkan berlari
menjauh karena tidak suka dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
guru. Bila sedang bermain, berlari kesana kemari, irfan sangat senang, bahkan
mengeluarkan suara walau hanya berupa teriakan-teriakan. Tidak terlalu suka dengan
suasana yang ramai. Dalam kesehariannya, irfan termasuk anak yang ceria tetapi
pendiam. Jika disuruh buang sampah atau menghapus tulisan di papan tulis, irfan selalu
menurut dan paham dengan instruksi/perintah guru. Dalam akademik, irfan sangat jauh
tertinggal dengan teman nya di kelas. Menulis bisa, membaca masih belum mau
mengeluarkan suaranya, bahkan membeo pun tidak mau. Dalam mengerjakan tugas di
sekolah irfan belum bisa, masih terus dilatih dan dibimbing dalam hal kepercayaan
dirinya.

B. SOLUSI PENANGANAN NYA


Berdasarkan kemampuan intelektualnya, irfan tergolong tunagrahita sedang dengan
tingkat kecerdasan IQ 30 – 50. Berdasarkan kemampuan akademik nya irfan termasuk
anak tunagrahita yang mampu latih. Dari wawancara dengan orang tua (ibu), perlakuan
yang diberikan ke irfan cukup baik dalam pola asuh kedua orang tua nya, cukup kasih
sayang dan perhatian terlebih dalam hal akademik nya. Di sekolah guru harus selalu
memberi dukungan, suport, dan dorongan agar irfan terus terpacu kepercayaan diri nya.
Selalu mendukung hal-hal yang irfan sukai. Untuk masalah pelajaran atau komunikasi,
irfan masih terus dilatih agar bisa mengikuti pelajaran di sekolah. Peranan guru
pendamping bagi irfan memang sangat dibutuhkan. Bimbingan khusus juga diperlukan
untuk lebih memperkuat rasa percaya dirinya.

C. ALAT BANTU / MEDIA YANG DIPERLUKAN


Alat bantu / media yang diperlukan untuk irfan dalam kesulitan nya menerima
pelajaran dikelas memang sangat minim. Bantuan pemerintah terhadap anak tunagrahita
di sdn 025 loajanan termasuk kurang sekali. Kurangnya sarana dan prasarana dalam
menunjang belajar mengajar anak seperti irfan sangat kurang memadai. Alat bantu agar
irfan dapat menerima pelajaran sesuai dengan kebutuhan nya sangat tidak relevan.
Selama ini guru memberikan pelajaran sama dengan anak normal lainnya yang berada
dikelas tersebut. Guru terkesan memaksa irfan dalam menerima pelajaran yang bahkan
dia tidak paham. Mau tidak mau guru harus memberikan pelajaran yang sesuai dengan
kurikulum yang ada, yang artinya irfan dipaksa agar menerima pelajaran yang diberikan
walaupun dia tidak paham/mengerti.
Untuk komunikasi, guru selalu mengadakan komunikasi dua arah dengan
irfan,walaupun irfan pun selalu tidak mau menjawabnya dan bahkan lari menjauh dari
guru. Hal tersebut selalu guru lakukan, seperti menanya kabar nya tiap hari di kelas
sesudah guru masuk kelas, menanyakan apa-apa saja yang dia lakukan dirumah,
menanyakan keadaan orang tua nya dan lain-lain, guna agar irfan merasa dirinya akan
selalu mendapat perhatian yang cukup dari guru disekolah dan agar irfan tidak merasa
dia diperlakukan berbeda dengan teman-temannya dikelas.
BAB III

DAMPAK KELAINAN

A. DAMPAK TERHADAP ANAK

Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan mental,


jauh di bawah rata- rata. Gejalanya tak hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit
mengerjakan tugas-tugas akademik. Ini karena perkembangan otak dan fungsi sarafnya
tidak sempurna. Anak-anak seperti ini lahir dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika
dikandung, asupan gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi.
Dalam hubungan kesebayaan, seperti halnya anak kecil, anak tunagrahita menolak
anak yang lain. Tetapi setelah bertambah umur mereka mengadakan kontak dan
melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat kerja sama. Berbeda dengan anak normal,
anak tunagrahita jarang diterima, sering ditolak oleh kelompok, serta jarang menyadari
posisi diri dalam kelompok.

B. DAMPAK TERHADAP ORANG TUA


Orang yang paling banyak menanggung beban akibat ketunagrahitaan adalah orang
tua dan keluarga anak tersebut. Oleh sebab itu dikatakan bahwa penanganan anak
tunagrahita merupakan resiko psikiatri keluarga. Keluarga anak tunagrahita berada dalam
resiko, mereka menghadapi resiko yang berat. Saudara-saudara anak tersebut pun
menghadapi hal-hal yang bersifat emosional.

Peranan orang tua dapat dikatakan sebagai orang yang memegang peranan penting
dalam perkembangan seseorang anak. Juga tidak terlepas terhadap pandangan orang tua
pada penyandang tunagrahita. Dengan demikian orang tua anak tunagrahita juga
mempunyai peran yang sama dengan orang tua pada umumnya. Namun bagi orang tua
yang memiliki anak tunagrahita umumnya mereka lebih membutuhkan perhatian yang
lebih ketat terhadap perkembangan anak tunagrahita. Hal ini diasumsikan karena anak
tunagrahita mempunyai perkembangan dan pertumbuhan yang jauh berbeda dengan anak
normal.
C. DAMPAK TERHADAP MASYARAKAT

Pada umumnya masyarakat kurang mengacuhkan anak tunagrahita, bahkan tidak


dapat membedakannya dari orang gila. Orang tua biasanya tidak memiliki gambaran
mengenai masa depan anaknya yang tunagrahita. Mereka tidak mengetahui layanan yang
dibutuhkan oleh anaknya yang tersedia di masyarakat. Saudara-saudaranya ketika
memasuki usia remaja menghadapi hal-hal yang menyangkut emosional kehadiran
saudaranya yang tunagrahita dirasakan sebagai beban baginya. Dilihat dari sudut
tertentu, baik juga seandainya anak tunagrahita dipisahkan di tempat-tempat
penampungan. Tetapi bila dilihat dari sudut lain, pemisahan seperti ini dapat pula
mengakibatkan ketegangan orang tua, terlebih bagi ibu yang sudah terlalu menyayangi
anaknya.
BAB IV

Bagi masyarakat awam, anak cacat adalah anak yang terlahir karena kutukan bagi
orang tuanya sehingga setiap orang tua yang mempunyai anak cacat (tuna) merasa malu dan
menyembunyikan anak tersebut. Akan tetapi, ada pula yang berpendapat bahwa anak cacat
adalah anak yang membawa keberuntungan. Masyarakat perlu lebih peduli terhadap anak-
anak berkebutuhan khusus sehingga mereka akan mendapat layanan pendidikan khusus untuk
mengembangkan potensinya secara optimal.
Anak yang ketunagrahitaanya sedang melakukan kegiatan bina diri khususnya untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri, misalnya dapat makan minum sendiri, berpakaian, kekamar
mandi sendiri, dan lain-ain. Dengan demikian, mereka akan sedikit menggantungkan dirinya
kepada orang tua yang sifatnya rutin (menanyam, menjelujur, menenun) dan membutuhkan
pengawasan. Dalam hal akademik mereka hanya mampu melakukannya dalam hal-hal yang
sifatnya sosial, seperti menulis namanya, alamatnya, nama orang tuanya.

Sebagai manusia yang mengalami keterbatasan dalam berfikir, maka remaja


tunagrahita akan banyak mengalami hambatan dalam setiap gerakan dan persoalan-persoalan
yang dihadapinya. Permasalahan akan bertambah runyam jika orang tua bersikap otoriter dan
tidak berusaha untuk memahami kemampuan remaja tunagrahita. Dalam kehidupan sehari-
hari remaja tunagrahita juga sama seperti remaja normal umumnya, namu mereka selalu
berkaitan dengan keterbatasan intelektual dalam bertindak . Berdasarkan sebab itu maka
orang tualah yang semestinya arif menghadapinya.

Anda mungkin juga menyukai