Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI DUSUN JAMBE RT/RW 05/02 DESA SIDODADI KECAMATAN

CANDI KABUPATEN SIDOARJO

EKA SULISTYOWATI

NIM: 201804006

Kelompok 2

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO

TAHUN AJARAN 2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktek keperawatan

dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta

memelihara kesehatan penduduk. Komunitas merupakan suatu kelompok

yang didalamnya setiap anggota disatukan oleh persamaan visi dan misi serta

tujuan. Dalam ruang lingkup, komunitas masuk kedalam konteks komunitas

organisasi dimana individu yang bersama-sama melalui suatu hirarki pangkat

dan pembagian kerja berusaha mencapai tujuan tertentu. (Rogers dan Rogers

dalam Moss dan Tubs, 2005).

Komunitas merupakan sekelompok individu yang tinggal pada wilayah

tertentu, memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat dan relatif sama, serta

interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan (Wahit, 2007).

Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subjek dan objek

pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu

dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatan dan

mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu;

keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan

menerapakan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai

salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai


potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus

dicapai, maka mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Bina

Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto melaksanakan Program Praktek Komunitas

di Dusun Jambe RT05 RW02 Sidodadi Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

dengan menggunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga, kelompok

dan masyarakat.

Pendekatan secara kelompok dilakukan dengan cara pembentukan

kelompok kerja kesehatan (Pokjakes). Pendekatan masyarakat dilakukan

melalui kerjasama yang baik dengan instansi terkait, Pokjakes dan seluruh

komponen dusun untuk mengikut sertakan warga dalam upaya pencegahan

dan peningkatan kesehatan. Masyarakat yang dimotori oleh Pokjakes

diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang terjadi di wilayahnya,

membuat keputusan tindakan kesehatan bagi anggota keluarga atau

masyarakatnya, mampu memberikan perawatan, menciptakan lingkungan

yang sehat serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Selain itu, selama proses Praktik DIII Keperawatan di komunitas,

mahasiswa mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang

tersedia untuk bekerja sama dengan komunitas dalam merancang,

melaksanakan dan mengevaluasi perubahan kemunitas dengan penerapan

proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas. Untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Dusun Jambe RT 05 diperlukan

kerja sama antara masyarakat dengan tenaga kesehatan sehingga perlu

diadakan Praktik Keperawatan Komunitas dan Keluarga di Dusun Jambe RT


05 periode 08 Februari – 18 Februari 2021. Sebagai langkah awal

dikarenakan adanya pandemic COVID-19 maka penulis hanya melakukan

Pengkajian pada Ketua RT dan perwakilan Kader yang bertujuan sebagai

perkenalan antara mahasiswa dengan Ketua RT dan Kader Dusun Jambe RT

05 dan menggali masalah kesehatan yang ada di masyarakat Dusun Jambe RT

05. Pendekatan dilakukan dengan cara penyuluhan dan pemberian HE sesuai

dengan masalah kesehatan yang ada di Dusun Jambe RT 05 melalalui Grup

WA baik karang taruna maupun ibu PKK Dusun Jambe RT 05 RW 02

Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

Setelah dilakukan pengkajian dengan Ketua RT dan perwakilan Kader

Dusun Jambe selanjutnya dilakukan analisa data dan rumusan masalah yang

sudah ditemukan melalui pengkajian dengan ketua RT dan Kader Dusun

Jambe RT 05 melalui Grup WA. Selanjutnya dilakukan perencanaan

keperawatan dengan membuat video penyuluhan sesuai dengan masalah

utama saat dilakukan pengkajian dan analisa data sesuai dengan masalah

kesehatan yang muncul pada saat dilakukan pengkajian dengan Ketua RT dan

perwakilan Kader Dusun Jambe RT 05 dan membuat video penyuluhan

terkait dengan masalah COVID-19 yang saat ini sedang dialami oleh seluruh

masyarakat Indonesia selanjutnya video tersebuat akan penulis share melalui

Grup Whatshap Karang taruna maupun Grup Ketua RT Dusun Jambe RT 05

RW 02 Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, kemudian di implementasikan

bersama-sama dengan warga masyarakat, karang taruna melalui Grup

Whatshapp. Kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan bertujuan agar


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga meningkatkan

kepedulian masyarakat tentang kesehatan dan menurunkan angka kesakitan

warga masyarakat. Harapan yang ada, masyarakat akan mandiri dalam upaya

meningkatkan status kesehatannya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan pengalaman dalam praktik komunitas

program studi DIII Keperawatan, mahasiswa mampu menerapkan asuhan

keperawatan komunitas pada setiap area pelayanan keperawatan di

komunitas dengan pendekatan proses keperawatan komunitas dan

pengorganisasian komunitas.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan program praktik DIII Keperawatan

keperawatan komunitas, mahasiswa mampu:

1. Melakukan pengkajian kesehatan di masyarakat tentang masalah

kesehatan masyarakat tingkat dasar.

2. Melakukan analisa sesuai dengan hasil pengkajian untuk

menentukan prioritas masalah keperawatan pada masyarakat yang

beresiko tinggi dengan benar sesuai hasil analisa. Serta

merumuskan diagnosa keperawatan pada masyarakat dengan benar

sesuai dengan prioritas masalah berdasarkan analisa dan

menentukan scoring untuk menentukan masalah yang prioritas.


3. Menentukan rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada

di masyarakat

4. Melakukan tindakan dengan benar berdasarkan rencana yang di

tentukan kepada masyarakat

5. Melakukan evaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan

1.3 Manfaat

1.3.1 Untuk Mahasiswa

1. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata

kepada masyarakat.

2. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan

keperawatan komunitas

3. Meningkatkan kemampuan menganalisa masalah kesehatan

masyarakat

4. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan

hubungan interpersonal.

1.3.2 Untuk Masyarakat

1. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif

dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

2. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan

menyadari masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian

masalah kesehatan yang di alami masyarakat.

3. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan

mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.


1.3.3 Untuk Pendidikan

1. Salah satu referensi dalam menunjang pembelajaran program

studi D3 keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina

Sehat PPNI Kab. Mojokerto.

2. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan

model praktek keperawatan komunitas selanjutnya.

1.3.4 Untuk Tenaga Kesehatan

1. Upaya menyiapkan tenaga kesehatan yang profesional, berpotensi

secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.

2. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas

sehingga mampu mengembangkannya.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Keperawatan Komunitas

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu

tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta

mempunyai minta dan interest yang sama. Komjunitas adalah kelompok

dari masyarakat yang tinggal disuatu lokasi yang sama dengan dibawah

pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka

tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest [ CITATION

Riy07 \l 1057 ]

Perawatan kesehatan menurut Ruth B. Freeman (2010) adalah

sebagai suatu lapangan khusus di bidang kesehatan, keterampilan

hubungan antar manusia dan keterampilan terorganisasi diterapkan

dalam hubungan yang serasi kepada keterampilan anggota profesi

kesehatan lain dan kepada tenaga sosial demi untuk memelihara

kesehatan masyarakat. Oleh karenanya perawatan kesehatan masyarakat

ditujukan kepada individu-individu, keluarga, kelompok-kelompok

yang mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan penduduk,

peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan,

koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan

dalam pendekatan yang menyeluruh terhadap keluarga, kelompok dan

masyarakat.

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang


mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang

merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,

dengan norma dan nilai yang telah melembaga [ CITATION Sum06 \l

1033 ], Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil,

kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia,

kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain

sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat

petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing

dan sebagainya [CITATION Mub09 \l 1033 ].

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang

merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat

(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif

serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara

berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan

rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada

individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh

melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan

fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri

dalam upaya kesehatan[CITATION Mub09 \l 1033 ].

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan

keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan

berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan

klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah

seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi


keperawatan [ CITATION Wah10 \l 1033 ].

Dari berbagai sumber dapat disimpulkan keperawatan komunitas

adalah pelayanan keperawatan professional yang ditujukan pada

masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya

pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan

penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai

mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2.2 Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas

Tujuan dan fungsi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut

[ CITATION Eli07 \l 1033 ]:

1. Tujuan Keperawatan Komunitas

Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk

pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-

upaya sebagai berikut:

a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap

individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks

komunitas.

b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat

(health general community) dengan mempertimbangkan

permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat

memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:


1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami

2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan

masalah tersebut

3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan

4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi

5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka

hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan

dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).

2. Fungsi Keperawatan Komunitas

a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan

ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam

memecahkan masalah klien.

b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal

sesuai dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.

c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan

pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien

serta melibatkan peran serta masyarakat.

d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan

dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga

mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada

akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan

[CITATION Mub09 \l 1033 ].

2.3 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut


[ CITATION Eli07 \l 1033 ]:

1. Proses kelompok (group process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya

setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor

pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi,

penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya.

Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar

masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering

mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya

penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika

masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak

akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu,

maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah

kesehatan melalui proses kelompok.

2. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses

transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula

seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi

adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau

masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan

menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun

WHO yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental


dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun secara

sosial.

3. Kerjasama (Partnership)

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman

bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama

sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan

keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di

dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih

cepat.

4. Pemberdayaan (Empowerment)

Pemberdaan adalah strategi intervensi keperawatan yang

dapat dilaksakanakan dalam pemberian asuhan keperawatan

komunitas. Strategi pemberdayaan dilakukan dengan upaya

meningkatkan kontrol dalam pengambilan keputusan untuk

menyelesaikan masalah kesehatan pada level individu, keluarga,

komunitas, dan masyarakat. Strategi ini merupakan bentuk

melibatkan masyarakat secara aktif dimana masyarakat sebagai

subjek dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.

Strategi pemberdayaan dapat digunakan perawat komunitas dalam

membantu masyarakt mengembangkan keterampilan danlam

menyelesaikan masalah, menciptakan jejaring, negosiasi, lobbying,

dan mendapatkan informasi kesehatan.

2.4 Pusat Kesehatan Komunitas


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan

sebagai berikut [CITATION Mub09 \l 1033 ].

1. Sekolah atau Kampus

Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan

pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan

seks. Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan

perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan

kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat

juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya

bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.

2. Lingkungan kesehatan kerja

Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan

bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut.

Asuhan keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawata

menjalankan program yang bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan

mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja

b. Menurunkan resiko penyakit akibat kerja

c. Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja

d. Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, dan pendidikan kesehatan.

e. Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan

memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan

[CITATION Mub09 \l 1033 ]


3. Lembaga perawatan kesehatan di rumah

Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus

yang dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang

komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah

misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care,

home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki

kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan

percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang

kompeten.

4. Lingkungan kesehatan kerja lain

Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat

bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi.

Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama

dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan, penelitian, di

wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu,

dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk

memberikan perawatan yang berkualitas [CITATION Mub09 \l

1033 ].

2.5 Bentuk-Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat

Bentuk-bentuk pendekatan dan partisipasi masyarakat yaitu sebagai

berikut:

Posyandu yaitu pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal

dengan posyandu. Secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat

kegiatan dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan


KB dan Kesehatan. Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai

wahana kegiatan keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat kelurahan

atau desa, yang melakukan kegiatan-kegiatan seperti:

a. Kesehatan ibu dan anak

b. KB

c. Imunisasi

d. Peningkatan gizi

e. Penanggulangan diare

f. Sanitasi dasar

g. Penyediaan obat esensial [ CITATION Sut03 \l 1033 ]

Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini

bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi

masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah

pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Posyandu

dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya

di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah

mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan

upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis

ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak.

Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan

masyarakat dalam menunjang upaya mempertahankan dan

meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui

peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu

[ CITATION Sut03 \l 1033 ].


Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk:

a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR

c. Mempercepat penerimaan NKKBS

d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang peningkatan

kemampuan hidup sehat

e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk

berdasarkan letak geografi

f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam

rangka alih teknologi untuk swakelola usaha kesehatan masyarakat.

Menurut Nasru effendi (2000), untuk menjalankan kegiatan

Posyandu dilakukan dengan sistem 5 meja, yaitu:

1. Meja I

a. Pendaftaran

b. Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS

(Pasangan Usia Subur)

2. Meja II

Penimbangan Balita dan ibu hamil

3. Meja III

Pengisian KMS

4. Meja IV

a. Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan

resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB


b. Penyuluhan kesehatan

c. Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan,

Kondom

5. Meja V

a. Pemberian iminisasi

b. Pemeriksaan Kehamilan

c. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan

d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.

Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi:

1) Kesehatan ibu dan anak :

a. Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)

b. Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada

bulan Februarii dan Agustus)

c. PMT

d. Imunisasi.

e. Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau

kesehatan balita melalui pertambahan berat badan setiap

bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada

kartu KMS setiap bulan.

2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.

3) Pemberian Oralit dan pengobatan.

4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai

permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV


dengan materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil. Keberhasilan

Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.

Menurut Nasrul effendi (2000), untuk meja I sampai meja

IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V

dilaksanakan oleh petugas kesehatan seperti dokter, bidan,

perawat, juru imunisasi. Tetapi dilapangan yang kita temukan dari

meja 1 sampai meja 5 dilakukan oleh semua perawat puskesmas,

hanya di beberapa posyandu yang kader kesehatannya berperan

aktif. Pendidikan dan pelatihan kader selama ini hanya sebatas

wacana saja di masyarakat. Kader seharusnya lebih aktif

berpatisipasi dalam kegiatan Posyandu. Keadaan seperti ini masih

perlu perhatian khusus untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

2.6 Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan

Kesehatan Utama

Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang

merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat

dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk

meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan

menekankan kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam

melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak melupakan

tindakan kuratif dan rehabilitatif sehinggadiharapkan masyarakat

mampu mengenal, mengambil keputusan dalam memelihara

kesehatannya [CITATION Mub09 \l 1033 ].


Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu

sebagai klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan

komunitas terdiri dari individu dan masyarakat. Berdasarkan pada

model pendekatan totalitas individu dari Neuman [ CITATION

And06 \l 1033 ]untuk melihat masalah pasien, model komunitas

sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan batasan

keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan

masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya

menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi

pelayanan kesehatan primer yang menjadi landasannya.

Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut:

1. Tingkat individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila

individu tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat

akan memberikan asuhan keperawatan pada individu tersebut.

Pelayanan pada tingkat individu dapat dilaksanakan pada rumah

atau puskesmas, meliputi penderita yang memerlukan pelayanan

tindak lanjut yang tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di

rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko tinggi seperti

penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian individu

yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan seperti

ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.

2. Tingkat keluarga

Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan


keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada

keluarga yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga

dengan resiko tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi

rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit

menular dan kronis. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit

utama masyarakat dan lembaga yang menyakut kehidupan

masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga tetap juaga berperan

sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan

anggotanya.

3. Tingkat komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat

dilakukan dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas

didalam suatu wilayah kerjapuskesmas. Pelayanan ditingkat

masyarakat dibatasi oleh wilayah atau masyarakat yang

mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan, pekerjaan,

pendidikan dan sebagainya.

Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan

memandang komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi

keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu primer,

sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok dengan

kerja sama lintas sektoral dan lintas program. Pelayanan yang

diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan

komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri

dari tiga tingkat yaitu:


a. Pencegahan Primer

Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada

penghentian penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan

primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara umum

dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum

mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun

kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan

spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik

misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu

memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil,

penyuluhan gizi bayi dan balita.

b. Pencegahan Sekunder

Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk mendeteksi

penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-

kegiatan yang mengurangi faktor resiko

diklasifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya

memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan

secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.

c. Pencegahan Tersier

Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada

seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang

yang mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi

sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan

fisik pada penderita patah tulang.


Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan

kegiatan, berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas

dan pengorganisasian masyarakat [CITATION Mub09 \l

1033 ] :

1) Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan

pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh

lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap

kesehatan masyarakat dan memberikan prioritas pada

strategi pada pencegahan penyakit dan peningkatan

kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada

paradigma keperawatan secar umum dengan empat

komponen dasar yaitu manusia, kesehatan, lingkungan dan

keperawatan.

2) Pengorganisasian Masyarakat

Tiga model pengorganisasian masyarakat meliputi

peran serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan

sosial melalui birokrasi pemerintah (social developmant)

dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu (social action)

[CITATION Mub09 \l 1033 ]

Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat

dilakukan melalui tahapan berikut:

a) Tahap persiapan
Dilakukan dengan memilih area atau daerah

yang menjadi prioritas, menentukan cara untuk

berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan

bekerjasama dengan masyarakat.

b) Tahap pengorganisasian

Dengan persiapan pembentukan kelompok dan

penyesuaian dengan pola yang ada dimasyarakat

dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan.

c) Tahap pendidikan dan pelatihan

Melalui kegiatanpertemuan teratur dengan

kelompok masyarakat melalui pengkajian, membuat

pelayanan keperawatan langsung pada individu,

keluarga dan masyarakat.

d) Tahap formasi kepemimpinan

Memberikan dukungan latihan dan

mengembangkan keterampialan yang mengikuti

perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan

pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.

e) Tahap koordinasi

Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya

memandirikan masyarakat.

f) Tahap akhir

Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi

dan pemberian umpan balik dan masing-masing


evaluasi untuk perbaikan untuk kegiatan kelompok

kesehatan kerja selanjutnya.

2.7 Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus

keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu

kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral

dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga,

kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit

(mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif

melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif

dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir

bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah

kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-

masalah yang mereka miliki dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat meningkatkan

fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan dapat

diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya

[ CITATION Cah09 \l 1033 ]. Menjamin keterjangkauan pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja

dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan.

Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara

konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan

pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko

tinggi [ CITATION Wah10 \l 1033 ].


Perawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan

komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses

keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan

masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas

secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai

dengan pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian,

diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi [ CITATION

Eli07 \l 1033 ]. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan

masyarakat, metode yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai

suatu pendekatan dengan menggunakan pengkajian model CAP

(Community As a Partner).

Model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu

roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian

komunitas terdiri dari:

1. Inti komunitas (the community core)

2. Subsistem komunitas (the community subsystems)

3. Persepsi (perception)

Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat

yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan

masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan

kesehatannya.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara

lengkap dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan


dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh

masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang

menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial

ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.

Pengumpulan Data

Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain:

a. Inti (Core) meliputi: Data demografi kelompok atau komunitas

yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,

pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat

timbulnya kelompok atau komunitas.

b. Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara

lain:

1) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi,

bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor

bagi penduduk

2) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan

yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

masyarakat

3) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan

keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa

nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat

keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin

4) Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan,

apakah cukup menunjang, sehingga memudahkan


masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang

termasuk kesehatan

5) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan

deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang

terjadi

6) Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat

dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan

pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit

7) Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat

secara keseluruhan, apakah pendapatan yang terima

sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR) atau

sebaliknya

8) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja

dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat

a) Jenis data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data

subjektif dan data objektif [CITATION Mub09 \l 1033 ]:

(1)Data subjektif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah

yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok,

dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung

melalui lisan.

(2)Data objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,

pengamatan dan pengukuran.

(3)Sumber data

(a) Data primer

Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari

individu,keluarga, kelompok, masyarakat

berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.

(b) Data sekunder

Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat

dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat

kesehatan pasien atau medical record.

b) Cara pengumpulan data

a. Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa

Tanya jawab

b. Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca

indra

c. Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada

tubuh individu

c) Pengelolaan data

a. Klasifikasi data atau kategorisasi data

b. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan

telly

c. Tabulasi data

d. Interpretasi data
c. Persepsi

Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit

balita masih acuh, mungkin dipegaruhi rendahnya tingkat

pendidikan masyarakat ataupun kurangnya pengetahuan

kesehatan mengenai suatu penyakit.

2. Analisa data

Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan

data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat

diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh

masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah

keperawatan.

a. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan

dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat

sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan.

b. Prioritas Masalah

Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki

kebutuhan Abraham H Maslow:

1) Keadaan yang mengancam kehidupan

2) Keadaan yang mengancam kesehatan

3) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

3. Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah

kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnosa


keperawatan komunitas akan memeberikan gambaran tentang

masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang

mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi

komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan

dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau

penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S)

[CITATION Mub09 \l 1033 ]

a. Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari

keadaan normal yang seharusnya terjadi.

b. Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang

dapat memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.

c. Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah

yang terjadi.

Daftar Diagnosa Keperawatan Komunitas:

Rumusan diagnosis
Sasaran Domain Kelas Kode
keperawatan
Komunitas Domain 1: Kelas 1: 00168 Gaya hidup monoton

Promosi kesadaran

Kesehatan kesehatan
Kelas 2: 00257 Sindrom kelemahan
(NANDA)
Manajemen lansia

kesehatan 00231 Risiko sindrom

kelemahan lansia

00215 Defisiensi kesehatan


komunitas

00188 Perilaku kesehatan

cenderung beresiko

00099 Ketidakefektifan

pemeliharaan

00078 kesehatan

Ketidakefektifan

manajemen kesehatan

00162 diri

Kesiapan

meningkatkan

manajemen kesehatan

00080 diri

Ketidakefektifan

manajemen regimen

terapiutik keluarga

Manajemen 10029684 Krisis kesehatan akut

perawatan

(ICNP)
Promosi 10023452 Ketidakmampuan

kesehatan mempertahankan

(ICNP) performa kesehatan

10022234 Penyalahgunaan
alkohol

10022425 Penyalahgunaan obat-

obatan

10028187 Perilaku seksual efektif

10022592 Ketidakmampuan

memanajemen regimen

diet

10022603 Ketidakmampuan

memanajemen regimen

latihan

10000918 Ketidakmampuan

mempertahankan

kesehatan

10022585 Defisit pengetahuan

tentang latihan

10022939 Kurang pengetahun

tentang regimen diet

10029991 Kurang pengetahuan

tentang perilaku

seksual

10022140 Ketidaksiapan

meningkatkan

keamanan

10001274 Masalah perilaku


seksual

10032386 Risiko terjadinya

penyakit
10032355
Risiko cidera

lingkungan
10022247
Penyalahgunaan rokok

Manajemen 10029286 Kurang pengetahuan

perawatan tentang penyakit

jangka

panjang

(ICNP)
Manajemen 10029744 Kekerasan pada anak

risiko 10029825 Kekerasan lansia

(ICNP) Keamanan lingkungan

10029856 yang efektif

Risiko kekerasan

10032289 Risiko kekerasan anak

10032301 Risiko pengabaian anak

10033489 Risiko kekerasan lansia

10032340 Risiko pengabaian

10033489 lansia

10015122 Risiko jatuh

10033436 Risiko pengabaian


4. Perencanaan/Intervensi

Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi

masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan yang sudahditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan

intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah [CITATION

Mub09 \l 1033 ]:

Diagnosa
NOC NIC
Data
Keperawatan
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan komunitas: Perilaku Hidup Bersih Sehat
Observasi: 00188 Perilaku Prevensi Primer Prevensi Primer

 Banyak Anak-anak sering kesehatan 1632 Perilaku patuh: aktivitas yang 4350 Manajemen Perilaku

mandi disungai cenderung disarankan 4360 Memodifikasi perilaku

 Beberapa keluarga berisiko 1602 Perilaku promkes 5510 Pendidikan Pasien: Pendidikan

diketahui tidak 1606 Partisipasi dalam keputusan perawatan kesehatan

menggunakan air bersih kesehatan 5515 Peningkatan Kesadaran kesehatan

Angket: 1634 Perilaku skrinning kesehatan pribadi


Yang dirasakan dalam 1805 Pengetahuan perilaku kesehatan

melakukan tindakan 1823 Pengetahuan promosi kesehatan

 65% kemampuan 1855 Pengetahuan gaya hidup sehat

penduduk kelurahan

menyebutkan tidak tahu Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder

mengenai hal yang harus 1608 Kontrol gejala 4470 Terapi perilaku

dilakukan agar dapat 1625 Perilaku berhenti merokok 4490 Bantuan modifikasi diri

hidup sehat 1902 Kontrol resiko Bantuan pengetahuan merokok

 52% kemampuan 1924 Kontrol resiko proses infeksi

penduduk dalam 1906 Kontrol resiko pengetahuan tembakau

mencegah atau merawat 1908 Deteksi resiko

anggota keluarganya 1910 Keamanan lingkungan rumah

untuk menerapkan PHBS

belum benar Prevensi Tersier Prevensi Tersier


 68% masyarakat tidak 1504 Dukungan sosial 8500 Peningkatan sistem dukungan

melakukan cuci tangan 221108 Penggunaan sumber yang ada di 8700 Pengembangan kesehatan

sebelum makan komunitas masyarakat

 42% warga menyatakan

bahwa tidak ada

perbedaan makan dengan

cuci tangan terlebih

dahulu atau tidak

 59% hambatan

pencegahan karena tidak

ada sanksi

 33% dari 800 KK

merokok dalam rumah

 Angka bebas jentik


dirumah tangga 58%,

42% positif jentik

 Penyuluhan belum

dilakukan pada beberapa

sekolah yang dekat

dengan puskesmas

 Masyarakat tidak biasa

berolahraga rutin
5. Pelaksanaan/Implementasi

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan

keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen

keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam

hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat

[CITATION Mub09 \l 1033 ]. Perawat bertanggung jawab dalam

melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang bersifat

[ CITATION Eff98 \l 1033 ] yaitu:

a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit

b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup

sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan

c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan

penyakit

d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya

kebutuhan komunitas

6. Penilaian/Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan

antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.

Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan

tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan

tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah

ditentukan atau dirumuskan sebelumnya [CITATION Mub09 \l 1033 ] .


Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah sebagai berikut :

a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan

intervens

b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi

keperawatan

c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit


BAB 3

PELAKSANAAN ASUHAN KEPERWATAN KOMUNITAS DI DUSUN

JAMBE RT/RW 05/02 DESA SIDODADI KECAMATAN CANDI

KABUPATEN SIDOARJO

Kegiatan praktik keperawatan komunitas ini dilakukan pada tanggal 08

Juni 2020 sampai 18 Juli 2020. Asuhan keperawatan komunitas yang telah

dilaksanakan oleh Mahasiswa DIII Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI

Mojokerto di Dusun jambe rt/rw 05/02 desa sidodadi kecamatan candi kabupaten

sidoarjo. Praktik tersebut dilakukan untuk mengaplikasikan konsep keperawatan

dan kesehatan dalam tatanan nyata kepada masyarakat sehingga upaya mencetak

tenaga perawat professional sesuai dengan kompetensinya dapat tercapai.

Kegiatan tersebut menggunakan proses keperawatan sebagai modal

pendekatan yang bersifat ilmiah, yaitu pengkajian, perumusan masalah,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut kami uraiakan ikhtisar asuhan

kepera watan komunitas yang telah kami lakukan.

3.1 Tahap Pengkajian

3.1.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Pengkajian Hasil
A. Inti komunitas 1. Tidak terkaji

1. Sejarah 2. Dalam satu tahun terakhir

Terjadinya wilayah, terdapat 6 angka kelahiran,

perkembangan angka keluarga yang

2. Vital statistik: meninggal dalam 1 tahun ini


angka kelahiran, angka kematian, terdapat 2 keluarga dan

angka kesakitan angka kesakitan dalam

3. Data demografi: masyarakat ada hipertensi

Jenis kelamin, status perkawinan, dengan 3 keluarga, asam

suku, tipe keluarga, status urat 5 keluarga, stroke 1

perkawinan keluarga, ISPA 18 keluarga,

4. Nilai, kepercayaan dan religi: diare 11 keluarga, DBD 2

nilai dan kepercayaan masyarakat, keluarga.

agama dan pelaksanaan ibadah 3. Terdapat laki-laki 126

(47,3%) dan perempuan

140 (52,6%), suku jawa

(100%), dan terdapat 47

keluarga

4. Agama yang dianut

mayoritas islam dan terdapat

1 musholah
B. Subsistem 1. Lingkungan fisik :

1. Lingkungan fisik a. Batas Wilayah Dusun

- Lokasi dan batas desa Jambe Sebelah Barat: Dusun

- Cuaca/musim Lebo kecamatan sidoarjo,

- Kondisi tanah, air, udara Batas Wilayah Dusun Jambe

(kualitas dan kuantitas) Sebelah Timur: Dusun

- Perumahan Sepande kecamatan candi,

- Lingkungan terbuka Batas Wilayah Dusun Jambe


- Binatang dan tumbuh – Sebelah Utara: Dusun suko

tumbuhan kecamatan sidoarjo, Batas

- Sampah dan pengelolaannya Wilayah Dusun Jambe

- Saluran Pembuangan Air Sebelah Selatan: Dusun

limbah (SPAL) jambangan kecamatan candi

- Orang-orang/kebiasaan b. Musim pada dusun Jambe rt

masyarakat 05 beberapa bulan ini hujan

2. Pendidikan tetapi tidak pernah banjir.

- Tingkat pendidikan penduduk c. Kondisi tanah di dusun

- Tipe/macam sekolah yg Jambe rt 05 yaitu datar,

tersedia didlm/diluar masy penyediaan air 8 keluarga

- Adakah layanan Kesehatan PDAM, 39 keluarga sumur

sekolah (UKS) gali.

3. Sistem Politik dan Pemerintahan d. Perumahan di dusun Jambe

- Sistem pemerintahan umum rt 05 47 keluarga milik

- Manajemen masyarakat : sendiri

sistem pemilihan pemimpin, e. Tidak terkaji

perkumpulan di masyarakat, PJ f. Binatang dan tumbuh-

kesehatan masyarakat tumbuhan ada 18 lalat, 6

- Bagaimana peraturan tikus, 5 kucing, 18

pemerintah terhadap komunitas nyammuk, dan beberapa

4. Keamanan dan Transportasi sayuran

- Sarana transportasi : pribadi g. Cara pembuangan sampah di


dan umum dsn.jambe rt 05 dibakar 15

- Sarana dan fasilitas keamanan keluarga, disungai 1,

5. Pelayanan Kesehatan dan Sosial diangkut petugas 43

- Jenis yankes & sosial yang ada keluarga

- Sumber-sumber yang dapat h. Saluran pembuangan air

digunakan limbah yaitu di GOT/

- Karakteristik jasa pemakai Selokan

pelayanan i. Kebiasaan masyarakat yaitu

- Statistik kunjungan pelayanan hidup rukun

- Apakah pelayanan dapat 2. Pendidikan :

diterima secara adekuat? a. Tingkat pendididkan di

6. Komunikasi dusun jambe rt 05 yaitu,

- Diamana penduduk sering tidak sekolah 40 (18%), SD

berkumpul 68 (25,5%), SMP 112

- Bagaimana informasi (42,1%), SMA 36 (14%),

dikomunikasikan Perguruan Tinggi (10%).

(formal/informal) b. SD, SMP, SMA, Perguruan

7. Ekonomi Tinggi

- Jenis pekerjaan c. Layanan kesehatan sekolah

- Tingkat pengangguran (UKS) ada

- Home industry atau pabrik 3. Sistem politik dan

yang ada di sekitar masyarakat pemerintah : tidak terkaji

- Pengaruh ekonomi thd kes 4. Keamanan dan Transportasi


masy a. Sarana transportasi : pribadi

- % anggota masy yg hidup dan umum yaitu ada sepeda

digaris kemiskinan motor, mobil, mikrolet

8. Rekreasi b. Sarana dan fasilitas

- Macam, tempat, bayaran, yang keamanan yaitu ada

menggunakan, fasilitas rekreasi poskamling 2 di dusun

jambe rt 05

5. Pelayanan Kesehatan dan

Sosial :

a. Jenis yanses dan social yang

ada yaitu, rumah sakit 11

(23,4%) keluarga,

puskesmas 17 (36,1%),

bidan desa 12 (25,5%),

posyandu 7 (14,8%)

b. Sumber informasi yang

dapat digunakan seperti TV

25 (53,1%), internet 4

(0,9%), penyeluruhan 12

(13,3%)

c. tidak terkaji

d. tidak terkaji

e. iya
6. komunikasi :

a. di rumah pak RT atau pak

RW

b. informasi yang

dikomunikasikan yaitu

formal

7. ekonomi :

a. jenis pekerjaan yaitu ada

petani/berkebun 61 (22,9%),

wiraswasta 190 (71%), IRT

10 (3,7%). PNS/TNI/POLRI

3 (1,1%)

b. Tingkat pengangguran pada

dusun jambe RT 05 yaitu 2

(0,7%)

c. Tidak ada

d. Menurut pak RT Dusun

jambe, Jika ekonomi

masyarakat terpuruk akan

membuat kebutuhan sehari

hari tidak tercukupi seperti

berkurangnya asupan 4 sehat

5 sempurnanya. Maka dari


itu kesehatan masyarakat

sangat berpengaruh.

e. Tidak terkaji

8. Tidak terkaji
C. Persepsi 1. Prasaan yang dirasakan oleh

- Bagaiamana perasaan orang-orang warga dusun jambe RT 05

tentang komunitasnya? adalah pembakaran sampah

- Masalah yang terjadi?, kekuatan yang membuat beberapa

dan kelemahannya orang terganggu atau tidak

nyaman

2. Masalah yang terjadi oleh

warga dusun jambe RT 05

adalah asap. Karena

minimnya ventilasi udara

pada 18 rumah menjadikan

minimnya udara segar

masuk kedalam rumah

tersebut yang jika ada

pembakaran sampah atau

bau sampah menyengat bisa

menyebabkan masuk

kedalam rumah dan sulit

untuk keluar lagi karena

minimnya ventilasi udara


yang ada, jika ventilasi

udaranya banyak memang

asap dan bau tetap masuk

kerumah namun cuma

sebentar karena akan keluar

dari ventilasi udara yang ada

di rumah tersebut sehingga

yang terkena dampaknya

bias terganggu pada sistim

pernafasan
3.1.2 Hasil Pengumpulan data

1. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Je nis Kelamin

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis

Kelamin Di Dusun jambe rt/rw 05/02 desa sidodadi

kecamatan candi kabupaten sidoarjo

No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Laki-Laki 126 47,3%
2. Perempuan 140 52,6%
Jumlah 266 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 140 penduduk

(52,6%)

2. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Umur

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Umur Di

Dusun jambe rt/rw 05/02 desa sidodadi kecamatan candi


kabupaten sidoarjo

No Umur Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Balita (0-5 Tahun) 15 5,6%
2. AUS (6-11 Tahun) 8 3,1%
3. Remaja (12-25 Tahun) 16 6%
4. Dewasa (26-55 Tahun) 202 76%
5. Lansia (56->65 Tahun) 25 9,3%
Jumlah 266 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir setengah

penduduk berusia 26-55 tahun dengan kategori dewasa sebanyak 202

penduduk (76%).

3. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Agama

Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama Di

Dusun jambe rt/rw 05/02 desa sidodadi kecamatan candi

kabupaten sidoarjo

No Agama Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Islam 266 100%
2. Non Islam 0 0%
Jumlah 266 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa seluruh penduduk

memeluk agama Islam sebanyak 266 (100%).

4. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Di Dusun jambe rt/rw 05/02 desa sidodadi

kecamatan candi kabupaten sidoarjo

No Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Tidak Sekolah 40 18%
2. SD 68 25,5%
3. SMP 112 42,1%
4. SMA 36 14%
5. Perguruan Tinggi 10 0,4%
Jumlah 266 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir setengah

penduduk berpendidikan SMP sebanyak 112 (42,1%).

5. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Di Dusun jambe rt/rw 05/02 desa sidodadi kecamatan

candi kabupaten sidoarjo

No Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Tidak Bekerja 2 0,7%
2. Petani/Pekebun 61 22,9%
3. Wiraswasta 190 71,4%
4. IRT 10 3,7%
5. PNS/TNI/POLRI 3 1,1%
Jumlah 266 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir setengah

penduduk berkerja sebagai Petani/Pekebun sebanyak 190 (71,4%).

6. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan

Tabel 3.6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pemanfaatan

Pelayanan Kesehatan Setiap KK di Dusun jambe rt/rw

05/02 desa sidodadi kecamatan candi kabupaten sidoarjo

No Penkes Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Ke Rumah Sakit 11 23,4%
2. Ke Puskesmas 17 36,1%
3. Dokter 0 0%
4. Bidan Desa 12 25,5%
5. Posyandu 7 14,8%
Jumlah 47 100%
Sumber: Data Primer 2020

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa hampir sebagian KK

yang memanfaatkan pelayanan kesehatan bidan desa yaitu sebanyak

34KK (75,6%)

7. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Keaktifan Dalam Berolahraga

Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Keaktifan

Dalam Berolahraga Di Dusun jambe rt/rw 05/02 desa

sidodadi kecamatan candi kabupaten sidoarjo

No Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Ya 49 18,4%
2. Tidak 217 81,6%
Jumlah 266 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

penduduk tidak aktif dalam kegiatan berolahraga sebanyak 217

penduduk (81,6%).

8. Karakteristik Kesehatan Lingkungan berdasarkan Pemanfaatan

Pekarangan

Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Kesehatan Lingkungan

berdasarkan Pemanfaatan Pekarangan Di Dusun jambe

rt/rw 05/02 desa sidodadi kecamatan candi kabupaten

sidoarjo

No Pemanfaatan Pekarangan Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Ditanami Pohon/Bunga 10 21,2%
2. Ditanami Toga 2 4,4%
3. Lahan Ternak 29 64,5%
4. Dibiarkan 6 13,3%
Jumlah 45 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

penduduk memanfaatkan lahan kosong dengan lahan ternak atau

semacam kandang sapi sebanyak 29KK (64,5%).

1. Karakteristik Kesehatan Lingkungan berdasarkan Pengurasan Tempat

Penampungan Air

Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Kesehatan Lingkungan

berdasarkan Pengurasan Tempat Penampungan Air Di

Dusun jambe rt/rw 05/02 desa sidodadi kecamatan candi

kabupaten sidoarjo

Pengurasan Tempat
No Frekuensi (f) Prosentase (%)
Penampungan Air
1. >3 Hari 39 82,9%
2. <3 Hari 0 0%
3. Tidak Pernah 8 17,8%
Jumlah 47 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

penduduk menguras tempat penampungan air >3 Hari sebanyak 37 KK

(82,2%).

2. Karakteristik Kesehatan Lingkungan Berdasarkan Jenis Pembuangan

Air Limbah

Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Kesehatan Lingkungan

Berdasarkan Jenis Pembuangan Air Limbah Di Dusun

jambe rt/rw 05/02 desa sidodadi kecamatan candi


kabupaten sidoarjo

Jenis Pembuangan Air


No Frekuensi (f) Prosentase (%)
Limbah
1. Got/Selokan 47 100%
2. Bak Penampungan 0 0%
3. Sungai 0 0%
4. Di Buang Sembarangan 0 0%
Jumlah 47 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar KK

membuang air limbah di got/selokan sebesar 47 KK (100%).

3. Karakteristik Kesehatan Lingkungan Berdasarkan Cara Pembuangan

Sampah

Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Kesehatan Lingkungan

Berdasarkan Cara Pembuangan Sampah Di Dusun

jambe rt/rw 05/02 desa sidodadi kecamatan candi

kabupaten sidoarjo

No Cara Pembuangan Sampah Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Dibakar 15 31,9%
2. Ditimbun 0 0%
3. Di Sungai 1 2,12%
4. Di tempat sampah 31 65,9%
Jumlah 47 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar KK

membuang sampah dengan cara dibakar yaitu sebanyak 15KK

(93,7%).

4. Karakteristik KIA berdasarkan Keaktifan Mengikuti Posyandu Balita

Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi KIA berdasarkan Keaktifan


Mengikuti Posyandu Balita Di Dusun jambe rt/rw 05/02

desa sidodadi kecamatan candi kabupaten sidoarjo

Keaktifan Mengikuti
No Frekuensi (f) Prosentase (%)
Posyandu Balita
1. Ya 15 100%
2. Tidak 0 %
Jumlah 15 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya

balita aktif mengikuti posyandu balita sebesar 15 balita (100%).

5. Karakteristik KIA Berdasarkan Masalah Kesehatan Balita Dalam 6

Bulan Terakhir

Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi KIA Berdasarkan Masalah

Kesehatan Balita Dalam 6 Bulan Terakhir Di Dusun

jambe rt/rw 05/02 desa sidodadi kecamatan candi

kabupaten sidoarjo

No Masalah Kesehatan Balita Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. ISPA 12 80%
2. Diare 3 20%
3. DBD 0 0%
4. Kejang Demam 0 0%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa masalah kesehatan

tertinggi pada balita selama 6 bulan terakhir yakni ISPA dengan angka

kejadian sebesar 12 (80%).

6. Karakteristik KIA Berdasarkan Pemberian Asi Eksklusif

Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi KIA Berdasarkan Pemberian Asi


Ekslutif Di Dusun jambe rt/rw 05/02 desa sidodadi

kecamatan candi kabupaten sidoarjo

No Ibu Hamil Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Ya 10 66,6%
2. Tidak 5 33,4%
Total 15 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa ibu yang memiliki

balita memberikan ASI ekslusif yaitu sebanyak 10 ibu (66,6%)

7. Karakteristik KIA Berdasarkan Jumlah Ibu Hamil

Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi KIA Berdasarkan Jumlah Ibu

Hamil Di Dusun jambe rt/rw 05/02 desa sidodadi

kecamatan candi kabupaten sidoarjo

No Ibu Hamil Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Ada 0 0%
2. Tidak Ada 0 0%
Total 0 0%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa tidak ada KK yang

memiliki ibu hamil.

8. Karakteristik KIA Berdasarkan Penggunaan KB

Tabel 3.16 Distribusi Frekuensi KIA Berdasarkan Penggunaan

KB Di Dusun jambe rt/rw 05/02 desa sidodadi

kecamatan candi kabupaten sidoarjo

No KB Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. IUD 4 29,7%
2. Suntik 0 0%
3. Implant 0 0%
4. Pil 2 4,2%
5. Tidak KB 41 87,2%
Total 47 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden menggunakan tidak KB sebesar 41 kk (87,2) Karakteristik

17. Remaja Berdasarkan Keaktifan Remaja Dalam Kegiatan Remaja

Tabel 3.17 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Keaktifan

Remaja Dalam Kegiatan Remaja Di Dusun jambe rt/rw

05/02 desa sidodadi kecamatan candi kabupaten sidoarjo

No Kegiatan Remaja Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Ya 16 100%
2. Tidak 0 100%
Total 16 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa seluruhnya remaja

aktif dalam kegiatan remaja sebesar 16 remaja (100%).

9. Karakteristik Remaja Berdasarkan Masalah Kesehatan Remaja

Tabel 3.18 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Masalah

Kesehatan Remaja Di Dusun jambe rt/rw 05/02 desa

sidodadi kecamatan candi kabupaten sidoarjo

No Kegiatan Remaja Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Merokok 12 75%
2. Alkohol 0 0%
3. Pergaulan Bebas 0 0%
4. Tidak Ada Masalah 4 25%
Total 16 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa masalah kesehatan

pada remaja di Dusun Balong Rejo RT 012 paling banyak yaitu


Merokok sebanyak 12 Remaja (75%)

10. Karakteristik Remaja Berdasarkan Pengetahuan Tentang Penyakit

Menular Seksual

Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan

Pengetahuan Tentang Penyakit Menular Seksual Di

Dusun jambe rt/rw 05/02 desa sidodadi kecamatan candi

kabupaten sidoarjo

No Kegiatan Remaja Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Ya 0 0%
2. Tidak 47 100%
Total 47 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya

remaja tidak mengetahui tentang penyakit menular seksual sebesar 47

remaja (100%).

11. Karakteristik Lansia berdasarkan Masalah Kesehatan Lansia

Tabel 3.20 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Jumlah

Lansia Di Dusun jambe rt/rw 05/02 desa sidodadi

kecamatan candi kabupaten sidoarjo

No Lansia Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Hipertensi 3 27,2%
2. Diabetes Mellitus 0 0%
3. Asam Urat 5 45,5%
4. Cholesterol 0 0%
5. Stroke 1 9%
6. Tidak ada masalah 2 18,1%
Total 11 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa masalah kesehatan


tertinggi yakni Asam Urat sebesar 14 Lansia (56%).

12. Karakteristik Lansia berdasarkan Keaktifan Mengikuti Posyandu

Lansia

Tabel 3.21 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Keaktifan

Mengikuti Posyandu Lansia Di Dusun jambe rt/rw 05/02

desa sidodadi kecamatan candi kabupaten sidoarjo

Keaktifan Mengikuti
No Frekuensi (f) Prosentase (%)
Posyandu Lansia
1. Ya 0 0%
2. Tidak 25 100%
Jumlah 25 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya

lansia tidak aktif mengikuti posyandu lansia sebesar 25 lansia (100%).

13. Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah

Tabel 3.22 Distribusi Frekuensi Masalah Kesehatan Anak Usia

Sekolah Di Dusun jambe rt/rw 05/02 desa sidodadi

kecamatan candi kabupaten sidoarjo

No Masalah Kesehatan AUS Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. ISPA 18 6,7%
2. Diare 11 4,1%
3. Demam Berdarah 2 0%
4. Tidak Ada Masalah 1 0%
Total 32 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa masalah kesehatan

tertingi pada usia anak sekolah yakni ISPA sebesar 4 Anak (50%)

14. Informasi Kesehatan Yang Didapat Warga


Tabel 3.23 Distribusi Frekuensi Informasi Kesehatan Yang

Didapat Warga Di Dusun jambe rt/rw 05/02 desa

sidodadi kecamatan candi kabupaten sidoarjo

No Jenis Informasi Kesehatan Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. TV 25 53,1%
2. Internet 4 0,9%
3. Koran/Majalah 0 0%
4. Penyuluhan 12 26,7%
5. Tidak Ada 6 13,3%
Total 47 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir setengah

warga mendapat informasi kesehatan dari media TV sebesar 25 KK

(53,1%) dan sangat sedikit warga yang mendapat informasi kesehatan

melalui penyuluhan kesehatan sebesar 12 (26,7%).

3.1.3 analisa data

No Data Diagnosa

Keperawatan
1 Hasil angket: Perilaku

- Masalah Kesehatan pada balita dan anak usia kesehatan

sekolah selama 6 bulan terakhir di Dusun cenderung

Jambe RT 05 yaitu ISPA sebanyak 12 Balita beresiko

(80%) dan anak sekolah 4 anak (50%) terjadinya

Hasil winshield survey: peningkatan

- Pola hidup yang kurang terjaga seperti sering penyakit infeksi

dikasih minuman es , makanan sembarangan saluran

dan karakteristik lingkungan pemukiman pernafasan pada


penduduk khususnya di RT 05 RW 02 dengan anak (ISPA) di

SPAL yang kurang baik Dusun jambe rt

Hasil wawancara: 05 rw 02

- Hasil pengkajian dengan kader desa sidodadi

mengatakan bahwa balita dan anak usia

sekolah mengalami batuk pilek dalam 6 bulan

terakhir ini.

- Hasil dari wawancara dari ketua RT dan

beberapa ibu, pembuangan sampah di Dsn

Jambe RT 05 dengan cara dibakar yang

menyebabkan anak mengalami ISPA

Studi dokumentasi :

- Tidak ada studi dokumentasi

2 Hasil angket:
Ketidakefektifan
- menunjukkan bahwa remaja merokok
bersihan jalan
sebanyak 12 remaja dari total 16 remaja yang
nafas (Resiko
ada di Dsn Jambe RT 05 yaitu (70%)
terjadinya
Hasil winshield survey:
penyakit paru)
- kurangnya informasi remaja tentang bahaya
akibat
merokok bagi kesehatan tubuh
penyalahgunaan
Hasil wawancara:
merokok
- dari beberapa remaja di karang taruna di

dusun jambe RT 05 mengatakan


kebiasaannya merokok

Studi dokumentasi :

- Tidak ada studi dokumentasi

3 Hasil angket: Ketidakefektifan

- Berdasarkan pada data tabulasi didapatkan memelihara

lansia yang memiliki reumatik sebesar 5 kesehatan

lansia (45,5 %), hipertensi 3lansia (27.2%), beresiko terjadi

stroke 1 keluarga (9%), tidak ada masalah 2 mengalami

orang (18,1%) penurunan

- Seluruh lansia Dsn. Dsn Jambe RT 05 tidak derajat

pernah melakukan posyandu lansia kesehatan lansia

Hasil winshield survey: di Dsn.Jambe

- Keadaan lansia sekitar berumur 55-91 dengan RT 05 RW 02

11 orang di RT 05/RW 02 dusun jambe Sidodadi

Hasil wawancara: Kecamatan

- Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak Candi

dianjutkan untuk dikonsumsi khusus nya pada Kabupaten

lansia Sidoarjo

- Lansia mengunjungi puskesmas hanya ketika

sakit

Studi dokumentasi :

- Tidak ada studi dokumentasi


3.1.4 SKORING:

No Masalah kes Perhatian Point Tingkat Kemungkinan Total

Masyarakat prevalensi Bahaya untuk dikelola


1 Perilaku 3 4 4 3 144

kesehatan

cenderung

beresiko

terjadinya

peningkatan

penyakit infeksi

saluran

pernafasan pada

anak (ISPA) di

Dusun jambe rt

05 rw 02

sidodadi
2 4 4 4 3 192
Ketidakefektifa

n bersihan jalan

nafas (Resiko

terjadinya

penyakit paru)

akibat

penyalahgunaan
merokok

3 Ketidakefektifa 4 3 4 3 144

n memelihara

kesehatan

beresiko terjadi

mengalami

penurunan

derajat

kesehatan lansia

di Dsn.Jambe

RT 05 RW 02

Sidodadi

Kecamatan

Candi

Kabupaten

Sidoarjo
Keterangan: skore 1-4 (1:sangat rendah, 2: rendah, 3: cukup, 4: tinggi). Skor

dikalikan.

3.1.5 Diagnosa keperawatan

1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko terjadinya peningkatan penyakit

infeksi saluran pernafasan pada anak (ISPA) di Dusun jambe rt 05 rw 02

sidodadi

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Resiko terjadinya penyakit paru)


akibat penyalahgunaan merokok

3. Ketidakefektifan memelihara kesehatan beresiko terjadi mengalami

penurunan derajat kesehatan lansia di Dsn.Jambe RT 05 RW 02 Sidodadi

Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

3.1.6 rencana keperawatan

N DIAGNOSA NOC NIC

O KEP
1 Perilaku kesehatan Prevensi Primer: Prevensi Primer

cenderung 1. Pengetahuan

beresiko masyarakat 1. Berikan Pendidikan

terjadinya tentang penyakit Kesehatan tentang

peningkatan ISPA (proses penyakit ISPA

penyakit infeksi penyakit, 2. Berikan Pendidikan

saluran pernafasan perawatan- Kesehatan perilaku

pada anak (ISPA) pencegahan ISPA) hidup sehat yang tepat

di Dusun jambe rt 2. Pengetahuan seperti makan dan

05 rw 02 sidodadi keluarga dalam minum yang sehat

menjaga perilaku 3. Pembentukan proses

hidup sehat kelompok (pengajaran

kelompok): misal

Prevensi sekunder: Support Group

1. Deteksi factor 4. Ajarkan prosedur

resiko. dalam pencegahan-

2. Efektifitas perawatan ISPA dan


skrining perilaku hidup sehat

kesehatan

komunitas

3. Kepatuhan

perilaku sehat

4. Status kesehatan

balita dan anak

5. Keamanan dan Prevensi Sekunder

kesehatan serta 1. Identifikasi factor

perawatan resiko ISPA

lingkungan. 2. Modifikasi perilaku

3. Lakukan skrinning

kesehatan anak

4. Manajemen penyakit:

Berikan perawatan

kesehatan pada orang

tua dengan gejala

maupun berisiko
2 Prevensi Primer: Prevensi Primer
Ketidakefektifan
1. Pengetahuan 1. Berikan Pendidikan
bersihan jalan
remaja tentang Kesehatan tentang
nafas (Resiko
bahaya merokok bahaya merokok bagi
terjadinya
2. Pengetahuan tubuh
penyakit paru)
warga tentang 2. Berikan Pendidikan
perilaku hidup Kesehatan perilaku
akibat
sehat hidup sehat
penyalahgunaan
3. Pembentukan proses
merokok
Prevensi sekunder: kelompok (pengajaran

1. Deteksi factor kelompok): misal

resiko Support Group

2. Efektifitas skrinin 4. Simulasi: manajemen

g kasus

kesehatan remaja

3. Kepatuhan Prevensi Sekunder

perilaku sehat 1. Lakukan surveilance

Status kesehatan 2. Lakukan skrinning

remaja kesehatan remaja

3. Modifikasi perilaku

4. Manajemen bahaya

merokok: Berikan

perawatan kesehatan

pada remaja dengan

kebiasaan merokok

ataupun tidak
3 Ketidakefektifan Prevensi Primer: Prevensi Primer

memelihara 1. Pengetahuan lansia 1. Berikan Pendidikan

kesehatan tentang pentingnya Kesehatan tentang baik

beresiko terjadi menjaga kesehatan buruknya jika menjaga


mengalami di usia tua dan tidak menjaga

penurunan derajat 2. Pengetahuan lansia kesehatan di masa tua

kesehatan lansia tentang perilaku 2. Berikan Pendidikan

di Dsn.Jambe RT hidup sehat Kesehatan perilaku

05 RW 02 hidup sehat

Sidodadi Prevensi sekunder: 3. Pembentukan proses

Kecamatan Candi 1. Deteksi factor kelompok (pengajaran

Kabupaten resiko kelompok): misal

Sidoarjo 2. Efektifitas skrinin posyandu lansia,

g kesehatan lansia mengadakan senam

3. Kepatuhan lansia

perilaku sehat

4. Status kesehatan Prevensi Sekunder

lansia 1. Identifikasi factor resiko

penurunan kesehatan

lansia

2. Lakukan skrinning

kesehatan lansia

3. Modifikasi perilaku

Anda mungkin juga menyukai