Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh
perusahaan baik itu perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya
untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya atau sebagai kegiatan
manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar.
Menurut AMA (Asosiasi Pemasaran Amerika) yang dikutip oleh Kotler
dan Keller (2016:27) definisi pemasaran adalah sebagai berikut :
”Marketing is activity, set of intitutions, and processes for creating,
communicating, delivering, and exchanging offerings that have value for
customers, clients, partners, and society at large”.
Arti dari definisi tersebut, pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan
serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan,
menghantarkan dan memberikan nilai pelanggan yang unggul.
Sedangkan menurut Gitosudarmo (2014:17) mengemukakan bahwa:
“pasar dalam pengertian pemasaran merupakan orang-orang ataupun
organisasi yang mempunyai kebutuhan akan produk yang kita pasarkan,
dan mereka itu memiliki daya beli yang cukup guna memenuhi kebutuhan
mereka itu”.
Berdasarkan dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa pemasaran
merupakan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan,
menghantarkan dan memberikan nilai suatu produk atau jasa kepada
konsumennya.
2.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran
Pengertian manajemen pemasaran menurut Sofjan Assauri (2013:12)
adalah sebagai berikut:
“kegiatan menganalisis, merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan
program-program yang disusun dalam pembentukan, pembangunan, dan
pemeliharaan keuntungan dari pertukaran/ transaksi melalui sasaran pasar

12
13

dengan harapan untuk mencapai tujuan organisasi (perusahaan) dalam


jangka panjang”
Sedangkan menurut Menurut Kotler dan Keller (2016:27) adalah sebagai
berikut :
“Marketing management as the art and science of choosing target markets
and getting, keeping, and growing customers through creating, delivering,
and communicating superior customer value.”
Arti dari definisi tersebut, manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu
memilih pasar sasaran dan mendapatkan, mempertahankan, serta
meningkatkan jumlah pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan,
dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul
Berdasarkan dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa manajemen
pemasaran adalah kegiatan memilih pasar sasaran dan mendapatkan,
mempertahankan, serta meningkatkan jumlah pelanggan dengan menciptakan,
menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul
menganalisis, merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan program-program
pemasaran demi meningkatkan jumlah pelanggan dengan mengkomunikasikan
nilai pelanggan.
2.1.2 Pengertian Bauran Pemasaran
Di dalam ruang lingkup pemasaran terdapat apa yang dinamakan dengan
bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran merupakan serangkaian
variabel pemasaran yang harus dikuasai dan dipahami oleh perusahaan untuk
dapat mencapai tujuan perusahaan. Untuk lebih jelasnya mengenai definisi bauran
pemasaran, berikut definisi dari ahli pemasaran yaitu :
Pengertian bauran pemasaran menurut menurut Benyamin Molan
(2012:23), dapat diartikan sebagai berikut:
“perangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar
tujuan pemasarannya”.
Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2014:76) mendefinisikan
sebagai berikut :
14

“The marketing mixis the set of tactical marketing tools that the firm
blends to produce the response it wants in the target market.”
Artinya marketig mix adalah sebuah alat pemasaran yang taktis bagi
perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dalam pasar
sasaran.
Dan menurut Sunyoto (2013:60), menyatakan bahwa :
“marketing mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang
merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel yang dapat dikendalikan
oleh perusahaan untuk memengaruhi reaksi para pembeli atau konsumen.
Variabel atau kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan dikoordinasikan
oleh perusahaan seefektif mungkin dalam melakukan tugas pemasarannya.
Dengan demikian perusahaan tidak hanya sekedar memiliki kombinasi
kegiatan yang terbaik saja, tetapi dapat mengkoordinasikan berbagai
variabel marketing mix tersebut untuk melaksanakan program pemasaran
secara efektif. Keempat unsur marketing mix adalah strategi produk,
stretegi harga, strategi distribusi, dan stretegi promosi.”
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa bauran
pemasaran merupakan suatu merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang
merupakan inti dari sistem pemasaran dan dikendalikan demi mencapai tanggapan
yang baik sebagai sasaran pasar yang tepat.
Berikut ini adalah elemen-elemen bauran pemasaran atau marketing mix
menurut Kotler dan Armstrong (2014:76) ada empat variabel dalam kegiatan
bauran pemasaran yaitu:
1. Product
Product means the goods-and-services combination the company offers to
the target market.
Maksud dari definisi tersebut adalah suatu yang dapat ditawarkan ke pasar
untuk mendapatkan perhatian, agar produk yang dijual mau dibeli,
digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu keinginan atau
kebutuhan 24 konsumen.
2. Price
15

Price is the amount of money customers must pay to obtain the product.
Ford calculates suggested retail prices that its dealers might charge for
each Escape.
Maksud dari definisi tersebut adalah sejumlah nilai yang ditukarkan
konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau
jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar
menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama
terhadap semua pembeli.
3. Place
Place includes company activities that make the product available to
target consumers.
Maksud dari definisi tersebut adalah tempat meliputi segala aktivitas
perusahaan dalam membuat produk yang akan tersedia untuk konsumen
sasaran. Tempat dapat dikatakan sebagai salah satu aspek penting dalam
proses distribusi. Dala m melakukan distribusi selalin melibatkan produsen
secara langsung, melainkan akan melibatkan pula pengecer dan distributor.
4. Promotion
Promotion refers to activities that communicate the merits of the product
and persuade target customers to buy it.
Maksud dari definisi tersebut adalah aktivitas yang digunakan untuk
mengkomunikasikan informasi mengenai produk yang akan dijual kepada
25 konsumen potensial. Selain untuk mengkomunikasikan informasi
mengenai suatu produk, promosi juga digunakan sebagai sarana untuk
membujuk dan mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk.
2.2 Harga
Menurut Hasan (2013:521) berpendapat bahwa:
“Harga adalah segala bentuk biaya moneter yang dikorbankan oleh
konsumen untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan sejumlah
kombinasi dari barang beserta pelayanan dari suatu produk”.
Sedangkan menurut Laksana dalam Oktaviani (2014:16) berpendapt
bahwa:
16

“Pengertian harga merupakan jumlah uang yang diperlukan sebagai


penukar berbagai kombinasi produk”
Selanjutnya menurut Kotler dan Armstrong (2012: 314) harga adalah
"Jumlah uang yang dibebankan untuk suatu produk atau layanan, jumlah
dari nilai yang ditukar pelanggan untuk kepentingan memiliki atau
menggunakan produk atau layanan".
Berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai harga dapat ditujukan
bahwa harga merupakan segala bentuk biaya moneter yang dikorbankan oleh
konsumen untuk memperoleh atau menggunakan suatu produk atau jasa.
2.2.1 Tujuan Harga
Tujuan penetepan harga menurut Situmorang (2015:163), yaitu:
1. Tujuan berorientasi pada laba
Tujuan ini mengandung makna bahwa perusahaan akan mengabaikan
harga para pesaing. Pilihan ini cocok dalam tiga kondisi yaitu, tidak ada
pesaing, perusahaan beroperasi pada kapasitas maksimum, harga bukan
lagi merupakan atribut yang penting bagi pembeli.
2. Tujuan berorientasi pada volume
Tujuan ini dilandaskan pada strategi mengalahkan atau mengalahkan
pesaing. Pada tujuan ini perusahaan akan melihat harga yang dipatok oleh
kompoetitor kemudian menetapkan harga diatas atau dibawahnya.
3. Tujuan berorientasi pada citra (Image)
Dalam tujuan ini, perusahaan berusaha menghindari persaingan dengan
jalan melakukan diferensiasi produk atau melayani pasar khusus. Biasanya
perusahaan memilik value tinggi akan menetapkan premium pricing.
4. Tujuan Stabilisasi harga
Tujuan ini dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk
mempertahankan hubungan yang stabil antara harga satu perusahaan dan
harga pemimpin industri.
5. Tujuan-tujuan lainnya.
17

Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,


mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau
menghindari campur tangan pemerintah.
2.2.2 Peranan Harga
Harga mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pemasaran produk
dan kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Amstrong (2012:242) Peranan itu
adalah sebagai berikut:
1. Harga adalah satu faktor penentu jumlah permintaan produk dipasar.
Dalam kehidupan sehari-hari permintaan produk dapat bersifat elastic atau
tidak elastic terhadap perubahan harga. Permintaan dapat dikatakan elastic
terhadap harga apabila permintaan berubah setiap kali harga turun atau
bahkan naik. Sedangkan harga dikatakan tidak elastic apabila permintaan
tidal berubah karena adanya perubahan harga itu sendiri.
2. Termasuk dalam kategori produk yang elastic terhadap perubahan harga
adalah barang atau jasa yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan
sekunder, misalnya barang atau jasa yang dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan sekunder, misalnya barang atau jasa rekreasi hiburan dan
barang atau jasa kebutuhan rumah tangga oleh karena itu sifat kebutuhan
akan barang atau jasa tidak mendesak apabila terjadi kenaikan harga
sehingga konsumen akan menunda, mengurangi atau menghentikannya.
3. Harga menentukan jumlah hasil penjualan dan keutungan. Hasil penjualan
produk yang diterima perusahaan setiap masa tertentu sama dengan jumlah
satuan yang terjual kali harga persatuan produk. Sedangkan keuntungan
yang diperoleh setiap masa tertentu sama dengan hasil penjualan yang
dikurangi jumlah biaya yang ditanggung perusahaan dalam masa yang
sama.
4. Harga dapat mempengaruhi segmen pasar yang dapat ditembus perusahaan
melebarkan sayap pemasaran produk dengan memasuki segmen pasar lain
yang belum digarap sebelumnya dapat menambah jumlah keuntungan.
Salah satu segmen pasar yang digunakan sebesar sasaran untuk
melebarkan jangkauan pemasaran adalah segmen pasar tingkat bawah.
18

5. Harga dan strategi harga mempengaruhi keberhasilan distribusi produk.


Harga persatuan produk, struktur potongan harga dan syarat pembayaran
mempunyai peranan penting terhadap ketersediaan produk, dimana harga
tersebut harus kompetitif dalam arti tidak terlalu besar perbedaanya
dengan harga produk saingan yang sama atau setara.
2.2.3 Strategi Penetapan Harga
Menurut Sukirno (2012:226) beberapa strategi harga dalam marketing
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Marketing Skimming
Produk baru pada awalnya ditawarkan dengan harga premium.
Tujuannya adalah untuk menutup biaya secepatnya.
2. Penetration Princing
Penentuan harga produk yang relative murah dengan tujuan
memperluas pangsa pasar. Pendekatan ini sesuai jika pasar bersifat
elastis.

3. Prestige and Economy Princing


Strategi yang menaikkan harga barang dan jasa diatas harga rata-rata
economy pricing dengan menurunkan harga barang dan jasa dibawah
rata-rata.
4. Multiple Princing
Strategi ini merupakan diskon kuantitas. Harga yang lebih murah
dikenakan jika kuantitas produk atau service yang dibeli semakin
banyak.
2.2.4 Dimensi Harga
Menurut Kotler dan Armstrong (2014:278) ada 4 (empat) indicator yang
mencirikan harga yaitu:
1. Keterjangkauan harga
2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
19

3. Daya saing harga


4. Kesesuaian harga dengan manfaat
2.3 Merek (Brand)
Pengertian merek menurut Sangadji dan Sopiah (2013:322) menyatakan
bahwa:
“Merek adalah sebagai sebuah simbol dan indikator kualitas dari sebuah
produk”.
Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (2009), merek merupakan:
“Sesuatu yang dibeli oleh konsumen, memiliki nilai dan indentitas dari
semuanya, yang dimaksudkan untuk mengindentifikasi barang atau jasa
penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari
barang atau jasa pesaing.”
Berdasarkan dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa merek
merupakan pembeda atau identitas yang memiliki nilai yang akan dirasakan oleh
konsumen atas sebuah produk.
2.3.1 Karakteristik Merek
Sebuah perusahaan pasti memberikan sebuah merek dengan berbagai
strategi dalam membuatnya demi membuat produknya terkenal di pasaran dan
mampu mengambil perhatian calon konsumennya untuk memilih merek dari
produk tersebut.
Menurut Rangkuty (2008: 37) karakteristik merek adalah sebagai berikut:
1. Nama merek harus mudah diucapkan, dikenal, dan diingat.
2. Nama merek harus mudah terbedakan, artinya harus spesifik dan
khusus.
3. Nama merek harus mudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa
asing.
4. Nama merek harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan dan
mendapat perlindungan hukum.
Suatu merek yang baik harus dapat memenuhi beberapa karakteristik
tersebut, meskipun pada kenyataannya tidak semua merek tersebut dapat
memenuhi karakteristik tersebut. Tetapi bagi perusahaan yang ingin memiliki
20

keunggulan bersaing, mereka akan berusaha untuk memenuhi kriteria – kriteria


tersebut agar tujuan dari penggunaan merek tersebut dapat tercapai.
2.3.2 Manfaat merek
Menurut Sangadji dan Sopiah (2013:324) mengemukakan manfaat
merek, bagi pembeli maupun penjual, yaitu :
1. Merek membantu para pembeli mengidentifikasi produk-produk
tertentu yang mereka sukai atau tidak mereka sukai, yang pada
gilirannya akan membantu pembelian produk-produk yang memenuhi
kebutuhan mereka dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk
membeli produk tersebut;
2. Merek membantu para pembeli melakukan evaluasi, terutama ketka
mereka tidak mampu menilai ciri-ciri sebuah produk. Dengan
demikian, merek dapat melambangkan tingkat mutu tertentu bagi
pembeli.
3. Merek dapat menawarkan imbalan psikologis yang berasal dari
kepemilikan sebuah merek yang merupakan simbol status.
2.3.3 Citra Merek
Citra merek merupakan serangkaian asosiasi (persepsi) yang ada dalam
benak konsumen terhadap suatu merek, biasanya terorganisasi menjadi suatu
makna. Hubungan terhadap suatu merek akan semakin kuat jika didasarkan pada
pengalaman dan mendapat banyak informasi.
Menurut Simamora dalam Sangadji dan Sopiah (2013:327)
mengemukakan sebagai berikut :
“Citra merek adalah seperangkat asosiasi unik yang ingin diciptakan atau
dipelihara oleh pemasar. Asosiasi-asosiasi itu menyatakan apa
sesungguhnya merek dan apa yang dijanjikan kepada konsumen.”
Selanjutnya menurut Kotler dan Armstrong (2014:233) menyatakan
bahwa:
“The set of belief held about a particular brand is known as brand image”.
Yang artinya kutipan pada halaman sebelumnya adalah sekumpulan
keyakinan terhadap suatu merek disebut citra merek.
21

Sedangkan menurut Ferrinadewi dalam Fransisca Paramitasari Musay


(2013) menyatakan:
“Brand image adalah persepsi tentang merek yang merupakan refleksi
memori konsumen akan asosiasinya pada merek tersebut.”
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas menurut para ahli, dapat
disimpulkan bahwa brand image (citra merek) merupakan persepsi tentang merek
yang merupakan sebuah refleksi dari memori konsumen.
2.3.3.1 Dimensi Citra Merek
Menurut Kotler dan Keller dalam Andreas Christian Johnny (2017:22)
faktor – faktor yang membentuk citra merek adalah :
1. Kekuatan asosiasi merek (strength on brand association)
Tergantung pada bagaimana informasi masuk ke dalam ingatan
konsumen dan bagaimana informasi tersebut bertahan sebagai bagian
dari brand image.

2. Keuntungan asosiasi merek (favourability of brand asscociation)


Kesuksesan sebuah proses pemasaran sering tergantung pada proses
terciptanya asosiasi merek yang menguntungkan, dimana konsumen
dapat percaya pada atribut yang diberikan mereka dapat memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen.
3. Keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand association)
Suatu merek harus memiliki keunggulan bersaing yang menjadi alasan
bagi konsumen untuk memilih merek tertentu. Keunikan asosiasi
merek dapat berdasarkan atribut produk, fungsi produk atau citra yang
berada di benak konsumen.
Sedagkan menurut Aaker yang dialihbahasakan oleh Andreas Christian
Johnny (2017:21) faktor – faktor yang menjadi indikator citra merek, adalah:
1. Atribut produk (product attributes)
22

Sebuah brand dapat memunculkan sejumlah atribut produk tertentu


dalam pikiran konsumen, yang meningkatkanya pada karakteristik
brand tersebut.
2. Manfaat konsumen (consumer benefits)
Sebuah brand harus bisa memberikan suatu value tersendiri bagi
konsistensinya yang akan dilihat oleh konsumen sebagai benefits yang
diperolehnya ketika ia membeli atau mengkonsumsi produk tersebut.
Maanfaat kosumen (consumer benefits) terdiri dari:
a) Manfaat fungsional (functional benefits)
Merupakan serangkaian keuntungan yang didapatkan karena
produk dapat melaksanakan fungsi utamanya.
b) Manfaat emosional (emotional benefits)
Merupakan serangkaian keuntungan yang didapatkan karena
produk dapat memberikan perasaan yang positif kepada
konsumen.
c) Manfaat eksperesi diri (self expressive benefits)
Merupakan serangkaian keuntungan yang didapatkan ketika
sebuah merek dianggap bisa mewakili ekspresi pribadi seseorang.
d) Kepribadian merek (brand personality)
Kepribadian merek (brand personality) dapat didefinisikan
sebagai perangkat karakter personal yang akan diasosiasikan oleh
konsumen terhadap sebuah merek tertentu.
e) Citra pengguna (user imagery)
Citra pengguna (user imagery) dapat didefinisikan sebagai
serangkaian karakteristik manusia yang diasosiasikan dengan ciri
– ciri tipikal dari konsumen yang menggunakan atau
mengkonsumsi merek ini.
f) Asosiasi organisasi (organizational assosciations)
Konsumen seringkali menguhubungkan produk yang dibelinya
dengan kredibilitas perusahaan yang membuatnya. Hal ini yang
23

kemudian mempengaruhi persepsinya terhadap sebuah merek


yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
g) Hubungan pelanggan merek (brand customer relationship)
Sebuah merek harus bisa menciptakan hubungan dengan
konsumennya.
2.4 Niat beli
Niat beli merupakan keinginan atau hasrat yang ada dalam benak seseorang
untuk membeli suatu produk yang ditawarkan. Munculnya niat beli karena dipicu
oleh rangsangan atau dorongan yang berasal dari dalam diri konsumen sebelum
memutuskan untuk melakukan pembelian suatu produk atau jasa.
Menurut Durianto (2013:58), mengungkapkan bahwa niat beli adalah :
“Niat beli adalah keinginan untuk memiliki produk, niat beli akan timbul
apabila seseorang konsumen sudah terpengaruh terhadap mutu dan kualitas
dari suatu produk, informasi seputar produk, ex : harga, cara membeli dan
kelemahan serta keunggulan produk dibandingkan merek lain.”
Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2012) menyatakan bahwa niat
beli adalah:
“perilaku pelanggan yang muncul sebagai respons terhadap objek yang
menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian”.
Selanjutnya menurut Shiffman dan Kanuk (2010), mengemukakan
bahwa niat beli adalah suatu keputusan sebagai pilihan suatu tindakan dari dua
atau lebih pilihan alternatif.
Maka dari beberapa pendapat diatas mengenai niat beli, dapat dikatakan
bahwa niat beli adalah keinginan yang muncul sebagai respons terhadap objek
yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian.
2.4.1 Niat Beli Ulang
Menurut Suryani (2008:131) mngemukakan bahwa niat beli ulang yaitu:
“melakukan pembelian secara teratur (pembelian ulang) adalah pelanggan
yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau lebih
secara teratur”.
Menurut Peter dan Olson (2000:110) mengemukakan bahwa:
24

“konsumen melakukan pembelian ulang karena adanya suatu dorongan dan


perilaku membeli secara berulang yang dapat menumbuhkan suatu loyalitas
terhadap apa yang dirasakan sesuai untuk dirinya. Jadi, minat beli ulang
dapat disimpulkan sebagai suatu kecenderungan untuk melakukan
pembelian ulang, serta memperoleh respon positif atas tindakan masa lalu”
Maka dari beberapa pendapat diatas mengenai niat beli ulang , dapat
dikatakan bahwa niat beli ulang adalah keinginan yang muncul sebagai respons
terhadap objek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan
pembelian lebih dari satu kali terhadap suatu produk yang sama.
2.4.1.1 Indikator Niat Beli Ulang
Menurut Ferdinand dikutip kembali oleh Basrah dan Samsul (2012:7)
terdapat empat dimensi minat beli ulang yaitu:
1. Minat transaksional – kecenderungan konsumen untuk selalu membeli ulang
produk yang telah dikonsumsinya.
2. Minat referensial – kesediaan konsumen untuk merekomendasikan produk
yang telah dikonsumsinya kepada orang lain.
3. Minat preferensial – perilaku konsumen yang menjadikan produk yang telah
dikonsumsinya sebagai pilihan utama.
4. Minat eksploratif – keinginan konsumen untuk selalu mencari informasi
mengenai produk yang diminatinya
2.5 Penelitian Terdahulu
Untuk mendukung kajian teori dari isi penelitian ini, penulis memasukan
beberapa jurnal sebagai bahan referensi bagi penulis. Jurnal yang dipilih adalah
berdasarkan variabel – variabel yang diteliti, yaitu harga dan citra merek sebagai
variabel independen, dan niat beli sebagai variabel dependen.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ruri Putri Utami, Hendra
Saputra (2017), yang berjudul “Pengaruh Harga dan Kualitas produk Terhadap
Minat Beli Sayuran Organik di Pasar Sambas Medan” , hasil ini menunjukkan
bahwa pengaruh antara harga dan kualitas produk terhadap minat beli secara
simultan pada Pasar Sambas sebesar 94,1% sedangkan sisanya 5,9% dijelaskan
oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian ini. Sejalan dengan penelitian
25

Stivani Tumilantouw (2016), yang berjudul “Pengaruh Citra Merek Terhadap


Niat Beli Konsumen Sabun Mandi Citra Di Grand Central Tomohon”, hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
Pengaruh Citra Merek Terhadap Minat Beli Konsumen Sabun Mandi Citra di
Grand Central Tomohon.
Selanjutnya jurnal yang ditulis Randi (2016), yang berjudul “Pengaruh
Citra Merek Terhadap Minat Beli Pada Makanan Fast Food Ayam Goreng”, hasil
penelitian mengemukakan bahwa citra merek mempunyai hubungan yang sangat
kuat terhadap minat beli Texas Chicken. Citra merek berpengaruh positif terhadap
minat beli, sehingga jika ada peningkatan terhadap citra merek Texas Chicken,
maka juga akan menimbulkan peningkatan terhadap minat beli untuk membeli
Texas Chicken.
Dalam jurnal Lili Salfina (2018) “Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk
dan Harga Terhadap Minat Beli Pakaian Anak-Anak Studi Kasus Toko Rizky dan
Afdal Pariaman”, hasil penelitian menyatakan harga berpengaruh positif terhadap
minat beli konsumen di toko Rizky dan Afdal. Penelitian ini juga sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ikanita (2012) dan Hesti (2015), yang
menyatakan bahwa variabel harga yang diterapkan oleh perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap minat beli konsumen.
Nining widianingsih (2017), “Pengaruh Citra Merek dan Harga terhadap
Minat Beli Sepeda Motor Honda Scoopy ESP (Survey pada pengunjung Dealer
Daya Motor Cabang Asia Afrika Bandung)”, Hasil penelitian menunjukan bahwa
variabel Citra Merek dan Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat
Beli. Besar Koefisien Determinasi (R2) adalah 62,2% yang artinya bahwa nilai
sebesar 62,2% Minat Beli di pengaruhi variabel independen, sedangkan sisanya
sebesar 37,8% dipengaruhi olah variabel lainnya.
Berdasarkan beberapa panelitian diatas maka dapat dikatakan bahwa harga
dan cittra merek berpengaruh baik secara parsial maupun simultan. dari beberapa
penelitian mengenai topik yang berkaitan dengan harga, citra merek dan niat beli,
maka yang membedakan penelitian ini dengan penelitian – penelitian sebelumnya
dari segi objek penelitian. Pada Penelitian ini, benar – benar original dan
26

menduplikat pada penelitian lainnya sehingga penelitian ini benar adanya


penelitian sendiri serta objek yang diambil adalah harga dan citra merek terhadap
niat konsumen untuk membeli produk Kacang Bermerek Dua Kelinci.
2.6 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor – faktor penting yang telah diketahui dalam
suatu masalah tertentu Kuncoro (2009:45). Faktor yang diteliti dalam penelitiian
ini terdiri dari tiga variabel penelitian yang akan dicapai oleh peneliti ini, yaitu
persepsi kualitas produk, citra merek dan niat beli ulang.
2.6.1 Pengaruh Harga Terhadap Niat Beli Ulang
Tingkatan harga merupakan faktor penting dalam meningkatkan minat beli
konsumen, karena secara langsung berkaitan dengan kemampuan konsumen
dalam membeli produk tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Aldaan
Faikar Annafik (2012) dengan judul penelitiannya “Analisis Pengaruh Kualitas
Produk, Harga, dan daya tarik iklan terhadap minat beli sepeda Motor yamaha
(studi kasus pada Konsumen Yamaha ss cabang Kedung Mundu Semarang)”
dengan hasil penelitiannya menunjukan bahwa variable independen dalam
penelitian ini berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu
minat beli selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Greg Joel (2014) dengan
judul penelitiannya “Pengaruh Motivasi, Harga, Dan Kualitas Produk Terhadap
Minat Beli Konsumen Sepeda Motor Matic Merek Yamaha Mio Di Kota
Manado” dengan hasil penelitiannya Hasil penelitian menunjukkan motivasi,
persepsi harga, dan kualitas produk secara simultan dan parsial berpengaruh
terhadap minat beli konsumen di Kota Manado.
Suatu harga dapat menjadi patokan kualitas suatu produk, dengan harga
yang mahal biasanya konsumen berfikir pasti produk yang diberikan memiliki
kualitas yang baik dan apabila harga yang ditawarkan murah konsumen masih
rmeragukan kualitas produknya, harga yang rendah atau harga yang terjangkau
menjadi pemicu untuk meningkatkan kinerja pemasaran (Ferdinand dalam
Faradiba 2013:1-2).
27

Menurut Annafik (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Harga


merupakan salah satu penentu pemilihan produk yang nantinya akan berpengaruh
terhadap minat pembelian. Harga seringkali dikaitkan dengan kualitas, konsumen
cenderung untuk menggunakan harga sebagai indikator kualitas atau kepuasan
potensial dari suatu produk.
2.6.2 Pengaruh Citra Merek Terhadap Niat Beli Ulang
Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:173) dalam As’alul Maghfiroh,
Zainul Arifin dan Sunarti (2016:135) menyatakan bahwa:
“Jika konsumen tidak mempunyai pengalaman dengan suatu produk,
merek cenderung untuk mempercayai merek yang disukai atau yang terkenal.”
Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (2008:174) dalam Fransisca
Paramitasari Musay (2013) mengatakan bahwa:
“Citra produk yang dirasa menyenangkan mempunyai peluang yang jauh
lebih baik untuk dibeli dari pada produk yang mempunyai citra tidak
menyenangkan atau netral”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konsumen akan lebih
mempercayai dan lebih niat untuk membeli produk pada merek yang dianggapnya
terkenal. Selain itu merek yang dirasa menyenangkan mempunyai peluang yang
jauh lebih baik untuk dibeli produknya, begitu pula dengan Kacang Dua Kelinci
yang memiliki beberapa penghargaan serta dianggap lebih unggul dan terkenal
dibandingkan Kacang Garuda sehingga seharusnya konsumen akan lebih berminat
untuk membeli produk tersebut.
2.6.3 Pengaruh Harga dan Citra Merek Terhadap Niat Beli Ulang
Menurut penelitian Nining widianingsih (2017), dengan judul “Pengaruh
Citra Merek dan Harga terhadap Minat Beli Sepeda Motor Honda Scoopy ESP
(Survey pada pengunjung Dealer Daya Motor Cabang Asia Afrika Bandung),
hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Citra Merek dan Harga berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Minat Beli. Besar Koefisien Determinasi (R2)
adalah 62,2% yang artinya bahwa nilai sebesar 62,2% Minat Beli di pengaruhi
variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 37,8% dipengaruhi olah variabel
lainnya.
28

2.7 Model Kerangka Pemikiran


Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen (X) yaitu harga
sebagai X1, citra merek sebagai X2, dan satu variabel dependent (Y) yaitu niat
beli ulang, sehingga penulis dirasa perlu membuat suatu model penelitian sebagai
berikut:

Harga (X1)

1. Keterjangkauan harga
2. Kesesuaian harga
dengan kualitas produk
3. Daya saing harga
4. Kesesuaian harga
dengan manfaat Niat Beli Ulang (Y)

1. Minat transaksional
2. Minat referensial
3. Minat preferensial
Citra Merek (X2)
4. Minat eksploratif
1. Kekuatan asosiasi merek
(strength of brand
association)
2. Keuntungan asosiasi merek
(favorability of brand
association)
3. Keunikan asosiasi merek
(uniqueness of brand
association)
Gambar 2.1
Paradigma Penelitian
29

2.8 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2014:159) menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Kebenaran dari hipotesis itu
harus dibuktikan melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis dapat merumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
H1 : Harga Kacang Dua Kelinci berpengaruh terhadap niat beli ulang.
H2 : Citra merek Kacang Dua Kelinci berpengaruh terhadap niat beli ulang.

Anda mungkin juga menyukai