Sph-Sistem Ekskresi
Sph-Sistem Ekskresi
Sph-Sistem Ekskresi
NIM : 432419016
Kelas : A- BIOLOGI
SISTEM EKSRESI
Ekskresi merupakan proses pembebasan sisa sisa metabolisme dari tubuh. Kelebihan
air, gas, garam-garam dan material organik (termasuk sisa metabolisme) di ekskresikan
keluar tetapi substansi yang untuk fungsi tubuh disimpan. Material yang dikeluarkan ini
biasanya terdapat dalam bentuk terlarut dan ekskresinya melalui suatu proses filterisasi
selektif.
Alat-alat tubuh yang berfungsi dalam hal ekskresi secara bersama-sama disebut sistem
ekskresi.Sistem ekresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah
tidak digunakan lagi oleh tubuh. seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam
urat.Zat hasil metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat
ekskresi. Alat ekskresi yang dimiliki oleh makhluk hidup berbeda-beda. Semakin tinggi
tingkatan mahluk hidup, semakin kompleks alat ekskresinya.
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme
pengaturan tekanan osmose. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan
konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu
banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel
akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang
zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup. Ginjal adalah organ ekskresi
penting manusia yang akan menyaring air kotoran-kotoran dalam darah untuk dibuang dalam
bentuk urin. Ginjal adalah organ yang sangat penting, kerusakan pada organ ini dapat
mengakibatkan kematian karena akumulasi racun-racun dalam tubuh manusia.
Ginjal manusia berkembang dari jaringan intermediate mesoderm dan mengalami tiga
tahapan perkembangan sebelum menjadi ginjal yang sempurna.
A. Tipe Protonefros
Ginjal tipe ini muncul pertama kali pada saat embrio, bentuknya bersegmen, dan
letaknya jauh ke arah rongga tubuh. Setiap unit memiliki satu nefrostoma yang bermuara ke
dalam selom, tidak memiliki glomerulus. Pada ikan dan amfibi hanya ada pada tingkat larva
dan hilang saat dewasa. Sedangkan pada reptilia, aves dan mamalia tampak sementara pada
embrio kemudian segera menghilang
B. Tipe Mesonefros
Ginjal tipe ini berkembang secara segmental di tengah rongga tubuh. Beberapa
nefrostoma bermuara ke dalam selom. Ekskresi dilakukan oleh glomerulus. Pada ikan dan
amfibi, ginjal tipe ini terus berfungsi hingga dewasa. Sedangkan pada reptil, aves dan
mamalia, ginjal ini timbul setelah protonefros dan berfungsi hanya selama fase embrio
kemudian menghilang, meskipun demikian, salurannya tetap ada dan berfungsi sebagai vas
deferes.
C. Tipe Metanefros
Ginjal tipe ini tidak bersegmen, tidak memiliki nefrostoma dan jumlah glomerulusnya
banyak. Ginjal ini dimiliki oleh reptil, aves dan mamalia dan berfungsi terus selama
hidupnya. Jadi, perbedaan mendasar dari ketiga tipe ginjal tersebut adalah SEGMEN yang
dimiliki, jumlah NEFROSTOMA dan jumlah GLOMERULUS
4. W.F. Ganong. 1995. Fisiologi Kedokteran, ed. Ke-14. Jakarta : EGC Kedokteran.
6. Syaifudin. 1997. Anatomi dan Fisiologi, ed. Ke-12. Jakarta: EGC Kedokteran.