Anda di halaman 1dari 49

COVID-19

Pengembangan Komunikasi dan Pesan Risiko

Tim Pengulas:
dr. Aziza Ariyani, SpPK
dr. Asep Purnama, SpPD-FINASIM
dr. Rima Melati, MKK, SpAk, SpOk
Dr. dr. Rita Kusriastuti, MSc
Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, M.Kes, FISPH, FISCM
dr. Yohanes Agus Sudarmanto, MKes

Dikembangkan dengan hibah dari Project HOPE.


Copyright © Brown University, 2020. Dirilis di bawah
Creative Commons license Attribution-NonCommercial-
NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0
Tujuan

1. Memahami prinsip-prinsip komunikasi risiko dan penyampaian pesan kesehatan


masyarakat dalam upaya pencegahan dan respon terhadap wabah.
2. Mengenal pedoman dan pendekatan komunikasi dan penyampaian pesan untuk
memberi informasi kepada publik, dan menyoroti apa saja yang dapat digunakan
dalam situasi wabah COVID-19, beserta media yang tersedia.
3. Mengidentifikasi dan menerapkan strategi Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan
Masyarakat (KRPM) menurut WHO, Gugus Tugas, serta Kementrian Kesehatan untuk
respon terhadap COVID-19 di berbagai situasi (yaitu di situasi tanpa kasus, dengan
beberapa kasus, dan dengan banyak kasus).
Tujuan

4. Mengetahui cara mengakses informasi terbaru wabah COVID-19 secara


Global, Regional, dan Nasional, serta sumber daya yang dirancang untuk
membantu memberikan komunikasi dan pesan kesehatan masyarakat yang
memadai.
5. Menyadari dampak stigma dalam wabah COVID-19 dan pendekatan untuk
mengurangi terjadinya stigma selama penyampaian komunikasi dan pesan
kesehatan masyarakat.
Prinsip
Komunikasi Risiko
5

Pendahuluan

Apakah yang dimaksud dengan


komunikasi risiko?
• Pertukaran informasi yang dinamis
antara para ahli dan orang-orang yang
menghadapi risiko kesehatan atau
kesejahteraan.
6

Pendahuluan
Mengapa Komunikasi Risiko itu penting ?
• Memungkinkan individu untuk membuat keputusan yang tepat sebagai tindakan
protektif dan preventif.
• Mengurangi kesalahpahaman, membangun kepercayaan dalam menanggapi risiko
kesehatan.
• Meningkatkan kemungkinan bahwa saran kesehatan akan diikuti oleh publik.
• Menyelaraskan persepsi risiko di masyarakat dengan didukung oleh bukti ilmiah.

Komunikasi risiko yang efektif melindungi kesehatan individu, serta meminimalisir


dampak sosial dan gangguan ekonomi.
7

Prinsip-prinsip dalam Komunikasi Risiko


Elemen Penting dalam Komunikasi Risiko yang Efektif
Rekomendasi berlandaskan pada bukti-bukti yang
ada tentang bagaimana praktik komunikasi risiko
yang baik selama keadaan darurat kesehatan
masyarakat, seperti COVID-19, termasuk di
dalamnya elemen-elemen penting berikut:
• Identifikasi pemangku kepentingan utama
• Membangun kepercayaan
• Menyampaikan pesan yang efektif
• Menangkal hoax
• Menumbuhkan pemberdayaan masyarakat
• Integrasi sistem kesehatan dan tanggap
darurat
8

Pemangku Kepentingan Utama

Pihak yang bertanggung jawab dalam memimpin komunikasi risiko:


• Pejabat daerah dan pemerintah.
• Petugas kesehatan dan manajemen rumah sakit.
• Organisasi non-pemerintah (LSM) dan organisasi masyarakat.
• Tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat.
• Kelompok kepentingan tertentu, seperti industri travel atau pariwisata.
9

Sasaran Edukasi Kesehatan


Sasaran audien yang akan menerima pesan Carilah informasi terkini yang tepat
komunikasi risiko: tentang #coronavirus
• Masyarakat luas
otoritas kesehatan di tempat anda (Kemenkes)
• Pasien dan anggota keluarganya
• Petugas kesehatan
• Wisatawan
• Unit komunikasi publik dari jajaran pemerintah
dan swasta (public relation)
• Individu -> berpikir positif (mental health) hoax
• Kelompok risiko tinggi, seperti usia lanjut, orang
dengan penyakit penyerta, orang yang baru
bepergian dari daerah dengan zona merah
(dalam negeri maupun luar negeri)
10

Membangun Kepercayaan
Faktor komunikasi risiko yang dapat membangun
kepercayaan:

Untuk para penyedia layanan perawatan • Transparansi informasi.


untuk lansia • Penyebaran informasi dini dan berkelanjutan.
Ulangi informasi kapanpun dibutuhkan • Menyampaikan berita yang sudah diakui secara ilmiah
Instruksi harus disampaikan dengan jelas, dan informasi yang belum pasti secara ilmiah, mengingat
singkat, padat, sopan, dan dengan penuh ini penyakit baru.
kesabaran • Melibatkan populasi yang berisiko dan terdampak.
• Mendengar anjuran dari masyarakat dan mendorong
terjadinya dialog.
• Ketersediaan layanan yang fungsional dan mudah
diakses yang terkait dengan ancaman kesehatan
masyarakat.
11

Pesan yang Efektif


Formulasi elemen komunikasi risiko untuk
meningkatkan keberhasilan penyampaian pesan:

• Bahasa yang mudah dipahami, menghindari istilah


teknis. Kalau perlu menggunakan Bahasa daerah
setempat
• Konsistensi isi pesan, khususnya antar berbagai
sumber informasi.
• Informasi yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan
target audiens.
• Mendorong tindakan spesifik yang dapat dilakukan
masyarakat untuk melindungi kesehatan masing-
masing.
• Penyebaran informasi menggunakan berbagai
media yang ada, termasuk media sosial.
12

Menangkal Hoax
• Dalam keadaan darurat kesehatan masyarakat, terdapat banyak sumber informasi
yang belum tentu semuanya akurat.
• Strategi harus dicanangkan untuk melacak hoax agar dapat ditanggapi sebagaimana
mestinya.

Sebagai contoh dalam menanggapi COVID-19, tim teknis komunikasi risiko dan tim
media sosial Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berkolaborasi melakukan hal-hal
berikut:
• Mengidentifikasi hoax paling umum yang berpotensi berbahaya, seperti tindakan
pencegahan atau penyembuhan yang salah.
• Menyangkal hoax yang ada dengan informasi berdasarkan pada bukti nyata .
• Menyebarkan informasi secara luas melalui media sosial (termasuk Twitter, Facebook,
Instagram, LinkedIn, Pinterest) dan situs web organisasi.
13

Menangkal Hoax: Contoh lainnya?


Apakah benar Apakah memakai
Tidak. Minyak wijen tidak
bahwa memakan dapat membunuh virus corona wijen dapat
bawang putih baru. menghalangi
Bawang putih adalah dapat membantu Terdapat beberapa disinfektan masuknya virus
makanan sehat yang mencegah infeksi kimia yang dapat membunuh
corona baru (2019-
memiliki sifat-sifat 2019-nCoV di permukaan
virus corona yang benda, di antaranya nCoV) ke dalam
antimikroba/ baru (2019-nCoV)? disinfektan dengan bahan tubuh?
Namun, belum ada dasar pemutih/klorin, pelarut
bukti dari wabah saat eter, etanol 75%, asam
perasetat, dan kloroform.
ini bahwa memakan Namun, disinfektan di atas
bawang putih dapat sedikit atau sama sekali tidak
melindungi diri dari efektif membunuh virus jika
viru corona baru ini Anda mengaplikasikannya
pada kulit atau bawah hidung.
(2019-nCoV) Bahkan dapat berbahaya bagi
kulit.
14

Menangkal Hoax (Gugus Tugas)

https://covid19.go.id/p/hoax-buster
15

Pemberdayaan Masyarakat
• Identifikasi tokoh masyarakat.
• Bina hubungan dengan tokoh masyarakat
tersebut melalui tindakan kolaboratif,
termasuk di antaranya:
• Perencanaan, desain, dan pengembangan
intervensi.
• Penyebaran informasi.
• Mengadakan pelatihan, pencegahan, dan
tindakan.
• Keterlibatan tokoh masyarakat dalam
memastikan intervensi, sebagai berikut:
• Sesuai dengan makna dan budaya setempat.
• Kolaboratif dan milik masyarakat.
16

Pemberdayaan Masyarakat
New Normal
Diperlukan adanya koordinasi antara tempat kerja dengan pemerintah daerah
dalam penanganan COVID-19, dengan peran nya masing-masing.
• Rumah Sakit/Fasyankes
a. Memberikan pelayanan kesehatan bagi pesien terkena COVID-19.
b. Melakukan komunikasi risiko termasuk penyebarluasan informasi tentang
COVID-19.

• Pekerja: Wajib menerapkan Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dalam


rangka melindungi diri dan keluarganya dari penularan COVID-19.

Keputusan Menteri Kesehatan RI HK.01.07/MENKES/328/2020


17

Pemberdayaan Masyarakat
New Normal
Sosialisasi dan Edukasi pekerja mengenai
COVID-19
Dilakukan secara intensif untuk memberi
pemahaman terkait pandemi COVID-19,
sehingga pekerja mendapatkan
pengetahuan untuk melakukan tindakan
preventif dan promotif secara mandiri guna
mencegah penularan penyakit, serta
mengurangi kecemasan berlebihan akibat
informasi tidak benar.

Keputusan Menteri Kesehatan RI HK.01.07/MENKES/328/2020


18

Pemberdayaan Masyarakat
New Normal
Materi edukasi yang dapat diberikan:
a) Penyebab COVID-19 dan cara pencegahannya.
b) Mengenali gejala awal penyakit dan tindakan yang harus dilakukan saat gejala timbul.
c) Praktek PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) seperti praktek mencuci tangan yang benar, etika batuk.
d) Alur pelaporan dan pemeriksaan bila didapatkan kecurigaan.
e) Metode edukasi yang dapat dilakukan: pemasangan banner, pamphlet, majalah dinding, dll di area
strategis yang mudah dilihat setiap pekerja seperti di pintu masuk, area makan/kantin, area
istirahat, tangga serta media audio & video yang disiarkan secara berulang. SMS/whatsapp blast ke
semua pekerja secara berkala untuk mengingatkan.

*Materi komunikasi risiko untuk fasyankes: https://covid19.go.id/edukasi/materi-edukasi/materi-


komunikasi-risiko-untuk-fasilitas-pelayanan-kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan RI HK.01.07/MENKES/328/2020


19

Integrasi Sistem Kesehatan dan Tanggap Darurat


Komunikasi risiko perlu berjalan dalam sistem kesehatan yang sudah ada selama masa darurat kesehatan
masyarakat, sehingga komunikasi risiko harus diintegrasikan sejak dini dalam sistem kesehatan.
Rekomendasi untuk pengintegrasian komunikasi risiko ke dalam sistem tanggap darurat:
• Komunikasi risiko harus menjadi peran strategis yang ditentukan dalam perencanaan pencegahan
darurat dan ketika membentuk kepemimpinan tim respon
• Mengembangkan sistem informasi dengan membangun jaringan dengan pemangku kepentingan dan
organisasi terkait melampaui batas-batas geografis dan disiplin ilmu
• Mengadakan persiapan dan pelatihan personil secara berkala dan fokus pada koordinasi dengan
semua pemangku kepentingan yang terlibat
• Pastikan terdapat alokasi anggaran yang berkelanjutan dari sumber pendanaan untuk pencegahan
dan tanggap darurat (BPJS, APBN/APBD, CSR, Donatur)
Kesiapan dan Respon
Komunikasi Risiko dan
Pemberdayaan Masyarakat
(KRPM) terhadap COVID-19
21

Pendahuluan

WHO dan Gugus Tugas Percepatan dan Penanggulangan COVID-19 di


Indonesia telah mengembangkan pedoman yang dapat ditindaklanjuti untuk
kesiapan dan tanggapan Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan Masyarakat
(KRPM) terhadap COVID-19.

KRPM memberikan panduan untuk tiga situasi wabah :


• Daerah yang mempersiapkan kemungkinan adanya pasien COVID-19.
• Daerah dimana terindentifikasi sejumlah pasien COVID-19 dengan
jumlah yang terbatas.
• Daerah dengan banyak pasien COVID-19.
Komunikasi
Risiko dan Pada Daerah dengan
Pemberdayaan Kemungkinan Adanya
masyarakat Pasien COVID-19
(KRPM)
23

Untuk daerah yang mempersiapkan kemungkinan adanya pasien COVID-19

1. Mempersiapkan Sistem Komunikasi Risiko:


• Menilai kapasitas komunikasi di daerah tersebut termasuk personil dan sumber daya
dan membentuk tim KRPM (juru bicara) untuk gugus tugas COVID-19.
• Meninjau rencana KRPM yang ada, termasuk langkah-langkah aktivasi dan
implementasi, serta pembaruan sesuai kebutuhan untuk pencegahan dan penanganan
COVID-19.
• Memastikan persetujuan pemerintah daerah atas rencana KRPM dan menyepakati
prosedur untuk memungkinkan penyebaran informasi secara tepat waktu selama
wabah COVID-19.
• Mempersiapkan anggaran rencana KRPM, atau memperbarui anggaran rencana KRPM
saat ini, untuk persiapan penanganan COVID-19.
24

Untuk daerah yang mempersiapkan kemungkinan adanya pasien COVID-19

2. Koordinasi internal dan dengan mitra:


• Pilih mitra untuk membentuk tim respon KRPM multi-sektoral, termasuk di dalamnya
lembaga pemerintah (misalnya kementerian perhubungan dan pariwisata), organisasi non-
pemerintah, organisasi profesi, tokoh masyarakat, petugas SIRS/IT Rumah Sakit, dan
menilai kapasitas komunikasi para mitra.
• Mengembangkan peran dan tanggung jawab komunikasi, idealnya menggunakan standar
operasional prosedur (SOP), termasuk :
• Mitra mana yang akan berbicara terlebih dahulu tentang masalah yang spesifik.
• Mitra mana yang akan memimpin saat berkomunikasi dengan audiens tertentu.
• Bagaimana pesan akan diselaraskan di antara mitra-mitra.
• Identifikasi target audien rencana KRPM dan media terkait yang akan digunakan.
25

Untuk daerah yang mempersiapkan kemungkinan adanya pasien COVID-19

VIRUS MENYEBAR MELALUI 3. Komunikasi Publik:


DROPLET
• Membangun hubungan kerja yang baik
dengan media.
• Identifikasi media komunikasi alternative,
tokoh yang berpengaruh, dan influencer
terpercaya yang diperlukan untuk
menjangkau target audien dan secara
proaktif membangun komunikasi.
• Persiapkan tim KRPM untuk
mengkomunikasikan kasus pertama
dengan membuat contoh komunikasi.
26

Untuk daerah yang mempersiapkan kemungkinan adanya pasien COVID-19

4. Pemberdayaan Masyarakat:
• Identifikasi target audien dan pahami
kekhawatiran dan perilaku mereka, termasuk
siapa yang mereka percayai dan cara mereka
memperoleh informasi.
• Melibatkan masyarakat melalui berbagai
modalitas, seperti media sosial dan radio,
untuk menyebarluaskan informasi dan
menjawab berbagai pertanyaan.
• Mengantisipasi populasi khusus dengan
kebutuhan tertentu, seperti orang-orang
disabilitas atau buta huruf.
27

Untuk daerah yang mempersiapkan kemungkinan adanya pasien COVID-19

5. Mengatasi ketidakpastian dan persepsi serta


mengelola informasi yang salah
Arus laporan berita wabah yang tiba-tiba • Tim mempersiapkan untuk mengkomunikasikan kasus
dan terus menerus dapat menimbulkan COVID-19 sebelum semua informasi diketahui publik.
keresahan di masyarakat. • Buat sebuah sistem untuk memantau persepsi publik,
seperti mengumpulkan umpan balik dari para petugas
Kumpulkan FAKTA; bukan rumor dan dan memantau media sosial, dan merespon informasi
informasi yang salah. Fakta dapat yang salah.
membantu meminimalisir ketakutan 6. Pembangunan kapasitas
massa.
• Tentukan pelatihan apa yang akan dibutuhkan oleh
petugas KRPM.
• Identifikasi kapasitas layanan untuk merujuk pasien
COVID-19 (daftar FKTP/FKRTL dan Laboratorium).
Komunikasi
Risiko dan Pada Daerah dimana
Pemberdayaan terdapat Pasien COVID-19
masyarakat dengan Jumlah Terbatas
(KRPM)
29

Untuk daerah dengan jumlah pasien COVID-19 terbatas

1. Sistem komunikasi risiko


• Aktifkan rencana KRPM, dengan informasi yang mencerminkan situasi saat ini, dengan
memanfaatkan juru bicara yang sudah diidentifikasi.
• Pantau respon KRPM dan identifikasi faktor-faktor yang dapat menahan penyebaran informasi
atau yang menimbulkan kebingungan public.

2. Koordinasi internal dan dengan mitra


• Membuat prosedur standar untuk berkoordinasi dengan kegiatan KRPM di antara tim respon
multi-sektoral.
• Menetapkan tanggung jawab individu untuk komunikasi di dalam dan di antara masing-masing
lembaga terkait , serta komunikasi kepada publik.
• Berkoordinasi untuk menyiapkan pesan untuk memastikan konsistensi informasi yang
disebarluaskan.
30

Untuk daerah dengan jumlah pasien COVID-19 terbatas

3. Komunikasi publik
• Mengumumkan kasus COVID-19 pertama secara lebih awal, dan memberikan informasi
terbaru untuk mencerminkan penilaian risiko dan analisis persepsi risiko.
• Memberikan informasi secara tepat waktu meskipun tidak lengkap, dan menjelaskan hal-hal
apa saja yang belum dapat dipastikan.
• Menggunakan saluran komunikasi yang terpercaya dan efektif termasuk influencer publik
dan petugas kesehatan,sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi terbaru.
31

Untuk daerah dengan jumlah pasien COVID-19 terbatas

4. Pemberdayaan masyarakat
• Mendorong perilaku perlindungan kesehatan dan memantau adanya potensi hambatan
dalam melaksanakan perilaku tersebut.

• Memastikan komunikasi disampaikan sesuai dengan tingkat literasi masyarakat dan


diterjemahkan ke dalam bahasa yang sesuai.
• Mengembangkan segmen-segmen multimedia singkat yang menyajikan informasi penting
untuk disebarluaskan secara online dan melalui TV.
32

Untuk daerah dengan jumlah pasien COVID-19 terbatas

5. Mengatasi ketidakpastian dan persepsi serta mengelola informasi yang salah


• Komunikasikan apa saja yang tidak diketahui dan jelaskan hal-hal apa saja yang belum dapat
dipastikan.
• Pemantauan aktif terhadap hoax, dengan upaya untuk menentukan penyebab yang
mendasarinya.
• Pengawasan terhadap kekhawatiran masyarakat dan perubahan strategi KRPM selanjutnya.

6. Pembangunan kapasitas
• Memberikan panduan terbaru untuk semua anggota KRPM.
• Identifikasi dan latih staf tambahan.
Komunikasi
Risiko dan Pada Daerah dimana
Pemberdayaan terdapat Pasien COVID-19
masyarakat dengan Jumlah Banyak
(KRPM)
34

Untuk daerah dengan jumlah pasien COVID-19 banyak

1. Sistem komunikasi risiko


• Memperkuat kapasitas lonjakan tim multi-sektoral respon KRPM.
• Memastikan rencana KRPM dapat terus fleksibel, untuk menyesuaikan dengan kebutuhan
populasi yang terkena dampak.

2. Koordinasi internal dan dengan mitra


• Komunikasikan dan publikasikan materi secara bersama-sama jika perlu, untuk menghindari
panduan yang tidak konsisten.
• Diversifikasi jaringan, dengan memanfaatkan kekuatan mitra dan kapasitas jangkauannya, dan
bahan cross link yang sesuai untuk menyebarkan pesan kesehatan secara luas dan untuk
mencapai audien baru.
• Memperkuat keterlibatan dengan mitra untuk mendapatkan manfaat dari sumber daya
keuangan dan sumber daya manusia dari pihak lain.
35

Untuk daerah dengan jumlah


pasien COVID-19 banyak
3. Komunikasi publik:
• Identifikasi juru bicara yang akan menyampaikan pesan
yang spesifik sesuai dengan perannya di masyarakat,
jenis informasi yang ingin disampaikan, dan tingkat
keparahan situasi.
• Sebarkan informasi sesering mungkin, idealnya pada
waktu tertentu setiap hari, melalui jaringan yang
digunakan target audien.
• Pastikan bahwa masyarakat tahu di mana mereka dapat
mengakses informasi terbaru.
• Informasikan proses pengambilan keputusan dengan
masyarakat, sehingga adanya transparansi di balik
pengambilan keputusan.
• Gunakan media komunikasi yang beragam dalam
mengilustrasikan pesan penting dengan memasukkan
kisah, foto, dan video.
36

Untuk daerah dengan jumlah pasien COVID-19 banyak

4. Pemberdayaan Masyarakat:
• Pantau masyarakat yang terkena dampak,
serta identifikasi apa saja hambatan dalam
mengikuti panduan kesehatan
• Libatkan tokoh masyarakat terpercaya untuk
memfasilitasi dialog dengan masyarakat yang
terkena dampak
• Bangun komunikasi dua arah antara
masyarakat dan gugus tugas
• Jaga kepercayaan masyarakat dengan
mendengarkan persepsi dan pertanyaan
mereka, dan modifikasi rencana KRPM sesuai
kebutuhan
37

Untuk daerah dengan jumlah pasien COVID-19 banyak

5. Mengatasi ketidakpastian dan persepsi serta mengelola informasi yang salah


• Terus pantau media dan hotline kesehatan, tanyakan petugas kesehatan dan masyarakat,
libatkan tokoh masyarakat untuk menampung pertanyaan umum, kesalahpahaman, dan
informasi yang salah.
• Merumuskan pedoman berdasarkan persepsi dan kekhawatiran publik, dan menyebarluaskan
panduan melalui sejumlah jaringan informasi.

6. Pembangunan kapasitas
• Sediakan daftar terminologi dan panduan pesan yang telah disetujui untuk responden KRPM.
• Pelatihan penyegaran keterampilan saat ada metodologi dan kampanye baru.
• Rekrut dan latih para pemimpin, responden, dan juru bicara KRPM sesuai kebutuhan.
• Pantau prosesnya sehingga dapat dievaluasi.
Stigma Sosial
COVID-19
39

Informasi yang salah dan ‘infodemik’ terkait

Informasi yang salah (disengaja atau tidak) dapat


menyebabkan meluasnya kepanikan masyarakat
dan mempersulit sistem kesehatan.
Teknologi modern dan media sosial dapat
membuat penyebaran berita bohong jauh lebih
cepat dari teknologi yang pernah ada.
40

Informasi yang salah dan ‘infodemik’ terkait


Teori konspirasi dapat menghambat kolaborasi dan upaya global untuk
memperlambat pandemi
• “Coronavirus adalah senjata biologis buatan manusia dari fasilitas lab militer Wuhan”

Mitos / Kesalahpahaman
• Kebingungan antara coronavirus sebagai flu biasa yang umum atau sebagai coronavirus
yang baru.
• Apakah ... dapat melindungi saya dari coronavirus? (WHO)
• Menggosok kulit dengan minyak wijen
• Menghirup minyak aromaterapi untuk meningkatkan kekebalan tubuh
• Berkumur dengan obat kumur/makan bawang putih
41

Stigma Sosial COVID-19


Stigma sosial yang terkait dengan penyakit ini adalah kaitan negatif antara
sekelompok orang yang memiliki kesamaan karakteristik dengan penyakit
tertentu.
Stigma sosial dapat berakibat pada salah penafsiran terhadap sekelompok orang, termasuk:
• Streotip atau pelabelan
• Tindakan diskriminatif

COVID-19 telah menimbulkan stigma sosial yang signifikan karena berbagai alasan:
• COVID-19 adalah penyakit baru, sehingga masih sedikit yang kita ketahui tentang penyakit ini.
• Orang sering takut akan hal-hal yang kurang mereka pahami.
• Orang sering menghubungkan rasa takut mereka dengan "orang lain.”
42

Petugas kesehatan Sebarkan kisah-kisah penuh


Sebagian orang mungkin dikucilkan oleh harapan dan positif mengenai
keluarganya atau masyarakat setempat
akibat stigma atau ketakutan orang-orang di sekitar yang pernah
masyarakat. Hal ini dapat mempersulit terkena COVID-19. Misalnya, cerita
keadaan. tentang orang-orang yang telah
Jika memungkinkan, tetaplah pulih atau mendapat dukungan dari
berkomunikasi dengan orang- orang-orang terkasih dan mereka
orang yang Anda sayangi,
termasuk melalui media digital. berkenan membagikan kisahnya.
43

Dampak Stigma Sosial


Stigma sosial dapat merusak ikatan sosial dengan mengucilkan sekelompok orang.

Orang yang sering menghadapi stigma sosial akan:


• Menyembunyikan tanda-tanda penyakit untuk menghindari
diskriminasi.
• Menunda mencari perawatan kesehatan secara tepat waktu.
• Tidak mengadopsi perilaku sehat.
• Mendapatkan tekanan psikologi.

Perilaku ini mempersulit pengendalian wabah penyakit:


• Semakin banyak orang yang akan tertular penyakit ini.
• Kondisi pasien akan semakin berat walaupun mereka sudah
mendapat perawatan medis.
44

Pentingnya Pemilihan Kata


Kata-kata tertentu dapat memicu stereotip negatif,
merendahkan orang-orang yang terkena penyakit ini,
dan menyebarkan ketakutan.
• Hal ini dapat menciptakan situasi di mana orang-
orang tidak ingin dicek, dites dan dikarantina.

‘People-First’ Language (pemilihan kata


yang menghargai manusia), bahasa yang positif
harus digunakan.
• Terutama paling penting dalam media, karena
bahasa yang digunakan dalam media membentuk
wacana publik tentang suatu penyakit.
45

Pentingnya Pemilihan Kata


Contoh ‘People-First’ Language (menghargai manusia)
Hindari pemberian stigma terhadap suatu daerah atau
kelompok orang yang menggambarkan penyakit tertentu:
• LAKUKAN: membahas COVID-19
• JANGAN: membahas “Virus Wuhan”

Hindari deskripsi mengenai pasien yang tidak manusiawi :


• LAKUKAN: membicarakan pasien sebagai orang yang (mungkin)
terpapar COVID-19
• JANGAN: membicarakan pasien sebagai orang yang tertular atau
terduga COVID-19

Hindari menuduh orang lain:


• LAKUKAN: berbicara tentang orang yang tertular penyakit
• JANGAN: berbicara tentang orang yang menularkan penyakit
atau menularkan orang lain
46

Pentingnya Pemilihan Kata


Contoh ‘People-First’ Language (menghargai manusia)

Hindari menggunakan Bahasa yang sensasional dan hiperbola seperti:


• LAKUKAN: membicarakan tentang informasi medis yang akurat serta saran kesehatan yang resmi
• JANGAN: membicarakan tentang “wabah” atau peringatan tentang “kiamat”

Hindari menyertakan hal-hal negatif, dan sebaliknya fokuslah pada langkah-langkah yang
dapat dilakukan untuk menjaga diri sendiri dan orang terkasih:
• LAKUKAN: membicarakan tentang langkah-langkah pencegahan dan perawatannya
• JANGAN: membicarakan tentang jumlah yang sudah terinfeksi atau kematian yang baru
47

Melawan Stigma Sosial


Mendorong jurnalis untuk mematuhi kode etik jurnalisme, menggunakan ‘people-first‘
language, dan fokus pada metode pencegahan infeksi, gejala COVID-19, dan kapan harus
meminta perawatan kesehatan.
Melibatkan tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh agama sebagai pembawa pesan
positif dan dukungan terhadap kelompok yang terkena stigma.

Menginformasikan penyakit secara manusiawi:


• Memperbanyak cerita tentang penduduk setempat yang telah sembuh dari COVID-19.
• Menerapkan “kampanye kepahlawanan” guna menghargai petugas kesehatan.

Memastikan gambaran yang beragam terhadap suatu kelompok di dalam semua media
kampanye, menunjukkan beragam komunitas yang bekerja sama dalam memusnahkan
COVID-19.
48

• Komunikasi risiko yang efektif dapat membantu menyelamatkan nyawa dan meminimalkan
dampak sosial dan ekonomi dari suatu penyakit.
• Rekomendasi harus berdasarkan pada bukti yang ada mengenai bagaimana praktik
komunikasi risiko yang baik selama keadaan darurat kesehatan masyarakat.
• WHO, Kementerian Kesehatan, Gugus Tugas Percepatan Pengendalian COVID-19 Indonesia
telah mengembangkan panduan yang dapat ditindaklanjuti untuk komunikasi risiko dan
pemberdayaan masyarakat (KRPM) untuk COVID-19.
• Dengan menggunakan ‘people-first’ language, stigma sosial terhadap penyakit dapat
dihindari, dan dapat meningkatkan pencegahan dan pengendalian infeksi.

Rangkuman
Referensi

• Kementrian Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID 19). Maret
2020. Diakses pada: https://covid19.kemkes.go.id/download/REV-04_Pedoman_P2_COVID-19__27_Maret2020_TTD1.pdf
• Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020. Panduan Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) di
Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi. https://covid19.go.id/p/protokol/panduan-pencegahan-dan-
pengendalian-corona-virus-disease-2019-covid-19-di-tempat-kerja-perkantoran-dan-industri-dalam-mendukung-keberlangsungan-usaha-pada-situasi-pandemi
• Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Materi Edukasi. https://covid19.go.id/edukasi/masyarakat-umum?page=1
• WHO. Risk communication and community engagement (RCCE) readiness and response to the 2019 novel coronavirus (2019-nCoV): Interim guidance v2. Diakses pada:
https://www.who.int/publications-detail/risk-communication-and-community-engagement-readiness-and-initial-response-for-novel-coronaviruses-(-ncov)
• WHO. Communicating Risk in Public Health Emergencies. A WHO Guideline for Emergency Risk Communication (ERC) policy and practice. Diakses pada:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/259807/2/9789241550208-eng.pdf?ua=1
• WHO. 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV): Strategic Preparedness and Response Plan. Diakses pada: https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/srp-
04022020.pdf
• Social Stigma associated with COVID-19. Diakses pada: https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/covid19-stigma-guide.pdf

Anda mungkin juga menyukai