Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan langkah terakhir dari suatu pengamatan yang


bertujuan untuk mengetahui apakah ada kesenjangan antara teori yang ada
pada BAB II dengan gambaran kasus nyata yang tertuang pada BAB III serta
alasan-alasan mengapa kesenjangan tersebut terjadi. Pendokumentasian
asuhan kebidanan dituangkan dalam bentuk SOAP, yang berpedoman pada pola
pikir Manajemen Kebidanan Varney.

A. Antenatal Care (ANC)


Ny “L” umur 23 tahun, alamat Pohdana, Gerung Utara, hamil Kedua dan
tidak pernah keguguran. Selama melakukan asuhan kebidanan pada Ny “L”
dari kunjungan awal sampai kunjungan keempat didapatkan data obyektif
yaitu keadaan ibu baik, TTV normal, pemeriksaan fisik dan obstetri normal.
Pada kunjungan ANC pertama tanggal 27 Februari 2020 ditemukan
masalah pada ibu yaitu ibu mengalami sakit pinggang, ibu dianjurkan dapat
duduk dikursi yang memiliki sandaran dan kaki ibu sejajar, atau pada saat
tidur ibu dengan miring kiri. Serta berat badan ibu 51 kg, tinggi badan 155
cm, tekanan darah 110/70 mmHg, lingkar lengan 23 cm, TFU 23 cm, puki,
preskep, belum masuk PAP, PBBJ 2.015 gram, DJJ 140 x/menit, imunisasi
TT tidak pernah dilakukan, ibu mengkonsumai tablet Fe, tes laboratorium
belum dilakukan dan konseling terhadap kebutuhan ibu sudah dilakukan.
Saat kunjungan ANC kedua pada tanggal 13 Maret 2020, tidak ditemukan
masalah pada ibu dan berat badan ibu 52 kg, tekanan darah 110/80 mmHg,
TFU 30 cm, puki, preskep dan kepala sudah masuk PAP, PBBJ 2.736 gram,
DJJ 140x/menit, Hb 11.3 gr%, dan kebutuhan konseling terhadap ibu sudah
dilakukan.
Kunjungan ANC ke tiga pada tanggal 20 Maret 2020. Ibu tidak memiliki
keluhan, dan tekanan darah ibu 120/80, TFU 33 cm, puka, preskep dan
kepala sudah masuk PAP, PBBJ 3.255 gram, DJJ 144 x/menit. Ibu dalam
keadaan baik dan tidak ada kekhawatiran-kekhawatiran khusus.
Kunjungan ANC ke empat pada tanggal 28 Maret 2020. Ibu tidak memiliki
keluhan, dan tekanan darah ibu 110/80, TFU 33 cm, puka, preskep dan
kepala sudah masuk PAP, PBBJ 3.255 gram, DJJ 144 x/menit. Ibu dalam

160
keadaan baik dan tidak ada kekhawatiran-kekhawatiran khusus. Akan tetapi
pada kunjungan ke empat ini ada kendala dikarenakan adanya Covid-19
yang tidak memungkinkan untuk kunjungan secara langsung dan kunjungan
dilakukan via handphone.
Pelayanan kebidanan antenatal dengan standar 10T telah dilakukan
semuanya. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.
Berdasarkan data subyektif, dalam pengkajian awal ibu hamil dari
kunjungan ANC I, II, III, dan IV tidak ditemukan masalah atau keluhan yang
membutuhkan penanganan segera.
Pertambahan berat badan ibu sejak awal kehamilan sampai kunjungan
antenatal keempat adalah 8 kg. Berdasarkan manuaba 2010, kenaikan berat
badan rata-rata ibu hamil antara 6,5 kg sampai 13 kg. Menurut teori Depkes
R 2009, pada Ny.L telah dilaukan 10 T dari kunjungan I sampai IV telah
berlangsung. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek.

B. Intranatal Care (INC)


Pada kasus Ny “Y” pertolongan persalinan dilakukan di Polindes Gerung
Utara, pada tanggal 05 April 2020. Ibu memasuki kala I sejak tanggal 05
April 2020 pukul 17.00 wita di Polindes Gerung Utara dengan awal
pembukaan 4 cm dan ada his yang sedang yaitu 3 x 10 menit lamanya 35
detik, Pada 3 jam 0 menit berikutnya, yaitu pada pukul 20.00 wita
pembukaan lengkap dan pada pukul 20.35 wita Bayi lahir spontan, LBK,
langsung menangis (A-S : 7-9), jenis kelamin perempuan. Pukul 20.45 wita
plasenta lahir dengan lengkap. Dari kala IV hingga 2 jam postpartum
berjalan dengan normal.
Kala I fase laten sampai kala I fase aktif berlangsung selama 4 jam 45
menit dikarenakan power ibu yang kurang baik. Hal tersebut tidak sesuai
dengan teori (Prawirohardjo, 2018) yang menyatakan bahwa kala I pada
multipara berlangsung selama kira-kira 7 jam.
Kala II berlangsung selama 35 menit dikarenakan power ibu yang baik,
bayi lahir normal, langsung menangis (A-S=7-9). Hal initidak sesuai dengan
teoriyang dinyatakan oleh (JNPK-KR, 2009) dalam buku Asuhan Persalinan
Normal yang menyatakan Kala II berlangsung 1 jam pada multigravida.

161
Kala III lamanya 10 menit, plasenta lahir kesan lengkap, terdapat
robekan pada jalan lahir yaitu derajat I . Pada manajemen aktif kala III
penolong memberikan suntikan oxytocin pada ibu untuk merangsang
munculnya kontraksi pada uterus agar plasenta dapat lahir spontan,
melakukan peregangan tali pusat terkendali dan melakukan masase fundus
uteri segera setelah plasenta lahir. Asuhan yang diberikan telah sesuai
dengan teori yang dinyatakan oleh (JNPK-KR, 2009) dalam buku Asuhan
Persalinan Normal bahwa manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah
utama, yaitu pemberian oksitosin dalam satu menit pertama setelah bayi
lahir, melakukan peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri.
Kala IV berjalan dengan normal, pada 2 jam pospartum tekanan darah
100/70 mmHg, nadi 04 x/menit, suhu 36,5 °C, TFU 2 jari di bawah pusat,
kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong dan total perdarahan ± 80 cc.
Pemantauan kala IV dikatakan normal terlihat dari jumlah perdarahan yang
masih dalam batas normal sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh
(Sulistyawati, 2010) yang menyatakan perdarahan dianggap masih normal
bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.
Dari kala I sampai kala IV berlangsung selama 6 jam 30 menit, sesuai
dengan teori (Rukiyah, 2009) yang menyatakan bahwa kala I sampai kala IV
berlangsung selama 12 jam untuk multigravida.Jadi tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktek di lahan praktek.

C. Bayi Baru Lahir (BBL) (0-6 jam)


Bayi lahir dengan BB 3400 gram, PB 50cm, LIKA 35 cm, LIDA 35 cm,
LILA 12 cm dan langsung dilakukan IMD selama 1 jam dan berhasil, tidak
ditemukan adanya kelainan serta masalah lainnya. Untuk itu perawatan yang
diberikan juga sama seperti perawatan bayi normal pada umumnya. Selama
6 jam setelah persalinan tidak ditemukan sedikit masalah. Tidak ada hal yang
menyimpang dengan teori (Helen, Varney, 2007) yang menyatakan bahwa
BB normal 2500-4000 gr, LIKA normal 33-35 cm, LIDA normal 30-33 cm,
LILA normal 9-11 cm. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

D. Neonatal (6 jam- 28 hari)


Pada hari ke-1 (KN I) berat badan bayi masih 3400 gram seperti BB
lahir, tali pusat belum putus dan tali pusat kemerahan, tidak ikterus, tidak

162
kejang, kepala tampak normal, BAB/BAK lancar dan bayi menyusu kuat.
Memberikan konseling tentang perawatan tali pusat yaitu tetap menjaga
kebersihan tali pusat bila kotor dibersihkan dengan air bersih kemudian
disabuni dan dikeringkan sampai benar-benar kering tanpa ditaburi ramuan
apapun.
Pada hari ke-6 (KN II) berat badan bayi mengalami peningkatan 100
gram menjadi 3500 gram, tali pusat sudah putus, tidak terlihat tanda-tanda
infeksi tidak kejang, kepala tampak normal, BAB/BAK lancar, dan bayi
menyusu kuat > 10 kali.
Pada hari ke-37 (KN III) berat badan bayi mengalami peningkatan 200
gram menjadi 3700 gram, tali pusat sudah putus, tidak kejang, kepala
tampak normal, BAB/BAK lancar, dan bayi menyusu kuat > 10 kali
Pada hari ke-1 (KN I)tidak terjadi penurunan berat badan pada bayi
yaitu sama seperti BB lahir yaitu 3400 gram, tidak terjadi penurunan berat
badan ini tidak sesuai dengan teori (Hellen Varney, 2007) yang menyatakan
pada 24 jam pertama (hari atau minggu pertama setelah kelahiran), berat
badan bayi akan mengalami penurunan sebanyak 5-10% karena
penyesuaian dengan lingkungan hidup yang baru. Namun pada hari ke-37
(KN III) terdapat kenaikan berat badan drastis, ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yakni kurang akuratnya alat (timbangan dan dacin) yang
digunakan pada saat penimbangan sewaktu lahir dan sewaktu kunjungan,
kurangnya ketelitian petugas dan frekuensi menyusui bayi. Pada
pemeriksaan lainnya didapatkan tali pusat sudah putus dan tidak ada tanda-
tanda infeksi, tidak ikterus, tidak kejang, kepala tampak normal, BAB/BAK
lancar dan menyusui kuat 10-12 kali.
Pada KN I, KN II dan KN III tidak ditemukan masalah, dankunjungan
dilakukan sudah sesuai dengan jadwal yaitu pada KN III dalam teori (Depkes
RI, 2009) yang menyatakan bahwa KN I 6-48 jam, KN II 3-7 hari, KN III 8-28
hari.
Jadi pada saat Kunjungan Neonatal tidak ditemukan kesenjangan antara
teori dengan praktek di lahan.

E. Postnatal Care (PNC)


Dalam masa nifas seluruhnya berjalan normal. Pada pemeriksaan fisik
semua hasil pemeriksaan normal. Saat kunjungan nifas pertama, yaitu nifas

163
hari pertama (24 jam PP), TD 110/80 mmHg, nadi 81 x/menit, suhu 36,4°C,
R 21 x/menit, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung
kemih kosong, lochea rubra, dan proses laktasi berjalan lancar.
Saat kunjungan nifas kedua, yaitu pada nifas hari ke-5, TD 120/80
mmHg, nadi 82 x/menit, suhu 36,6°C,TFU tidak teraba, kontraksi uterus baik,
kandung kemih kosong, lochea serosa, payudara bersih tidak ada tanda-
tanda infeksi, proses laktasi tetap berjalan lancar. Tidak terdapat
kesenjangan teori dengan praktek yaitu pelaksaan kunjungan nifas ke dua
dilakukan sesuai dengan teori (Depkes RI, panduan PWS KIA 2009) yaitu
pada hari ke 4 sampai 28 hari.
Pada saat kunjungan ketiga, yaitu pada nifas hari ke-28, TD 120/90
mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 36,4°C, TFU tidak teraba, kandung kemih
kosong, lochea alba,luka perineum sudah keringdan proses laktasi berjalan
lancar. Selain itu tidak ditemukan tanda bahaya masa nifas.
Dari masa nifas hari ke-1 sampai masa hari ke-28 semua berjalan
dengan baik sesuai dengan teori (Helen, Varney, 2007) yang menyatakan
bahwa segera setelah kelahiran TFU tetap terletak sejajar (1-2 ruas jari di
bawah) umbilikus selama 1 sampai 2 hari dan secara bertahap turun ke
dalam panggul sehingga tidak dapat dipalpasi lagi di atas simfisis pubis
setelah hari kesepuluh pascapartum.Jadi tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dengan praktek di lahan.

F. Keluarga Berencana (KB)


Dalam kasus ini pasien adalah sebagai keputusan akhir dalam memilih
alat kontrasepsei apa saja yang akan digunakan. Setelah kita melakukan
konseling mengenai alat kontrasepsi secara umum dan menjelaskan kembali
secara spesifik alat kontrasepsi apa yang cocok digunakan oleh pasien
berdasarkan data subjektif dan objektif yang kami dapatkan langsung dari
pasien. Namun kembali lagi kepada pasien untuk mengambil keputusan alat
kotrasepsi apa yang akan digunakan. Dan disini pasien saya setelah
diberikannya konseling mengenai alat kontrasepsi, pasien saya berdiskusi
dengan suaminya dalam mengambil keputusan. Pada akhirnya pasien saya
memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi
dikarenakan suami yang sedangbekerjadiluar daerah.

164

Anda mungkin juga menyukai