Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI IMPLEMENTASI KONSEP WATERFRONT CITY

KOTA KUPANG

Amos Setiadi
Program Studi Arsitektur, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jl. Babasari No. 44, Yogyakarta 55281
Email: amos.setiadi@uajy.ac.id

Abstract
Title: Implementation Strategy Of Waterfront Concept In Kupang City

The vision of development of Kupang City is to develop is as the Centre of National Activities with
sustainable waterfront city concept. It intends to solve problems resulting from the development of
Kupang City seashore areas by orienting the development to establish seashore areas as the front gate
of the city and avoiding construction of settlement building on riparian zones and seashore areas.bThe
relevance of this vision is discussed using qualitative descriptive method based on data of the areas'
profiles. The discussion concludes that Kupang City needs Detail Planning on Priority Areas' Spatial
for riparian zones and seashore areas with development concept.

Keywords: waterfront, sustainable, seashore, development concept

Pendahuluan Kupang adalah (RTRW Kota Kupang,


2011):
Wilayah Kupang berkembang sejak abad  Sebelah Utara: berbatasan dengan
XV, ditandai dengan kedatangan Teluk Kupang;
Portugis dan VOC. Pada tanggal 29  Sebelah Selatan: berbatasan dengan
Desember 1645 Portugis membangun Kecamatan Kupang Barat dan
benteng kecil di Kupang. Pada tahun Kecamatan Nekamese Kabupaten
1653 VOC merebut benteng tersebut dan Kupang;
diberi nama Fort Concordia. Benteng  Sebelah Timur: berbatasan dengan
tersebut terletak di dekat muara sungai Kecamatan Kupang Tengah dan
Kupang (Depdikbud, 1983/1984). Kota Kecamatan Taebenu Kabupaten
Kupang berkembang selama 6 abad dan Kupang;
mengalami perkembangan bentuk dari  Sebelah Barat: berbatasan dengan
masa ke masa. Saat ini, Kota Kupang Kecamatan Kupang Barat,
secara administratif terdiri dari 6 Kabupaten Kupang dan Selat
Kecamatan dan 51 Kelurahan, dengan Semau.
luas wilayah 260,12 Km², terdiri dari
wilayah darat 165,33 Km² dan wilayah
laut 94,79 Km². Batas administrasi Kota

1
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. 3, Nomor 1, Desember 2018
ISSN 2541-0598; E-ISSN 2541-1217

Gambar 1. Peta rencana pola ruang kota Kupang


Sumber: RTRW kota Kupang, 2011

Berdasarkan kebijakan Tata Ruang bahwa Kota Kupang mengemban fungsi


(Gambar 1), sistem pusat pelayanan pengembangan Regional dan diarahkan
Kota Kupang dibagi dalam 3 Pusat memiliki fungsi-fungsi pengembangan
Pelayanan Kota (PPK), 7 Bagian sebagai berikut:
Wilayah Kota (BWK), dan 17 Pusat a. Simpul utama kegiatan ekspor-
Kegiatan Lingkungan (PKL). PPK Kota impor (pintu gerbang menuju
Kupang meliputi PPK Kawasan kawasan internasional);
Perkantoran Gubernur NTT, PPK Kota b. Pusat kegiatan industri dan jasa
Lama, dan PPK Kota Baru. skala nasional atau melayani
beberapa provinsi;
Permasalahan pengembangan kota c. Simpul utama transportasi skala
Kupang nasional atau melayani beberapa
Kota Kupang sebagai Ibukota Provinsi provinsi.
Nusa Tenggara Timur memiliki fungsi Dalam kebijakan pengembangan
pengembangan wilayah dalam konteks kawasan andalan, Kota Kupang
Regional maupun Nasional. Hal tersebut termasuk salah satu kawasan andalan di
tertuang dalam kebijakan Tata Ruang Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan
Wilayah Nasional (RTRWN) yang kegiatan utama adalah sektor industri,
menetapkan Kota Kupang sebagai salah pariwisata, dan perikanan laut. Dengan
satu Pusat Kegiatan Nasional (PKN) memperhatikan kondisi dan potensi
yang terletak di wilayah Indonesia wilayah dalam RTRW Kota Kupang,
bagian Timur. Hal ini menujukkan

2
Amos Setiadi,
Strategi Implementasi Konsep Waterfront City Kota Kupang

permasalahan pengembangan tata struktur jaringan utama kota;


ruang Kota Kupang antara lain: h. Sebaran penduduk tidak merata,
a. Pengembangan potensi pesisir cenderung terpusat di kawasan pusat
pantai belum optimal. Wilayah kota, dimana kepadatan tertinggi di
pesisir pantai Kota Kupang kecamatan Oebobo;
memiliki potensi untuk i. Belum optimalnya pembangunan
dikembangkan baik potensi Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota
perikanan maupun potensi wisata; seperti taman kota, jalur hijau, hutan
b. Perkembangan pembangunan kota dan ruang terbuka hijau
kawasan pesisir kota belum lainnya, serta masalah RTH kota
berorientasi pada pembangunan mengalami alih fungsi menjadi
yang menempatkan kawasan pantai kawasan terbangun;
sebagai bagian muka kota, tetapi j. Alih fungsi kawasan sempadan
sebagai bagian belakang kota; sungai dan sempadan pantai menjadi
c. Ketersediaan air bersih di wilayah kegiatan permukiman;
kota terutama saat musim kemarau k. Tumpang tindih pemanfaatan ruang
selalu menjadi masalah bagi pada kawasan konservasi antara
masyarakat. Penyediaan air bersih kegiatan pertambangan dan kegiatan
kota tergantung ketersediaan air konservasi.
sumur dan sebagian embung dan
dam;
d. Perkembangan kawasan industri Metode dan Landasan Teori
Tenau di Kecamatan Alak belum
dilakukan secara optimal baik dari Kota Kupang masa depan tidak lepas
segi penataan kawasan maupun dari Kupang masa lalu. Kajian relevansi
penyediaan fasilitas pendukung Konsep Waterfront City di Kota Kupang
kawasan industri; tidak dapat dilepaskan dari Penelusuran
e. Pembangunan sarana dan prasarana Perkembangan Bentuk dan Keruangan
transportasi perkotaan seperti Kota Kupang dari masa ke masa. Maka
prasarana jalan, terminal, sistem kajian ini menggunakan metode
perparkiran, sarana pejalan kaki, dan deskriptif kualitatif dengan berdasar
angkutan umum kota belum pada data sekunder baik kebijakan
optimal; penataan ruang kota Kupang yang saat
f. Pembangunan sarana dan prasarana ini masih berlaku dan dokumen terkait
kota seperti drainase dan sistem sejarah kota Kupang. Perkembangan
pembuangan air limbah kota belum bentuk kota sebagai formasi sebuah
optimal dan cenderung objek bentuk kota secara luas merupakan
menimbulkan pencemaran terhadap penataan atau formasi keadaan kota
air tanah dalam dan mata air yang sebagai objek dan sistem yang dapat
selama ini merupakan sumber air diselidiki secara struktural, fungsional,
utama; dan visual (Zahnd, 1999). Tiga unsur
g. Sebaran permukiman cenderung perkembangan bentuk kota yaitu: 1)
tidak mengikuti perencanaan yang unsur-unsur penggunaan lahan, 2) pola-
ada melainkan berkembang pola jalan, dan 3) tipe-tipe bangunan
mengikuti pusat kegiatan kota dan (Smailes, 1955). Perkembangan bentuk

3
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. 3, Nomor 1, Desember 2018
ISSN 2541-0598; E-ISSN 2541-1217

kota memiliki tiga komponen dalam Pembentukan Kotamadya Daerah


mencermati kondisi fisik kawasan. Tingkat II Kupang. Setelah kota Kupang
Komponen tersebut ditinjau dari berstatus Kotamadya, struktur
penggunaan lahan kawasan yang perkembangan fisik jalan di kawasan
mencerminkan aktivitas kawasan, pola kota lama bertambah dengan dibukanya
sirkulasi atau pola jaringan jalan yang jalan-jalan lingkungan baru karena
menghubungkan antar kawasan, dan munculnya beberapa permukiman
pola bangunan beserta fungsinya masyarakat
(Soetomo, 2009). Perkembangan bentuk Berdasarkan arahan kebijakan Nasional
kota pada aspek keruangan dilihat dari dan Provinsi Nusa Tenggara Timur serta
ciri-ciri atau karakteristik wujud isu-isu pengembangan Tata Ruang Kota
keruangan kota dan faktor-faktor yang Kupang, kebijakan penataan ruang yang
mempengaruhinya (Yunus, 2000). Oleh diperlukan meliputi:
sebab itu diperlukan penelusuran sejarah a. Pengembangan Struktur Tata Ruang
(Surakhmad, 1999), supaya dapat Kota Kupang:
menemukenali kategori waterfront city  Peningkatan akses pelayanan
yang relevan untuk Kota Kupang. sarana dan prasarana perkotaan
Kategori waterfront city dalam kajian ini yang lebih merata dan
berdasarkan teori Breen (1996). berhierarki pada setiap jenjang
pusat-pusat pelayanan kota,
mulai dari pusat kota, sub pusat
Tinjauan dan Pembahasan kota dan pusat lingkungan;
 Peningkatan kualitas dan
Relevansi konsep waterfront city di Kota jangkauan pelayanan jaringan
Kupang dibahas melalui dialog antara prasarana transportasi,
dokumen keruangan (spasial planning) telekomunikasi, listrik,
dan kondisi empiris tanpa meninggalkan sumberdaya air, sistem
aspek kesejarahan. Dari aspek sejarah, penyediaan air bersih, sistem
pertumbuhan Kota Kupang diawal abad pengelolaan air limbah, sistem
ke XIX meliputi area kawasan kota lama persampahan, sistem drainase,
yang mencakup daerah sekitar benteng penyediaan dan pemanfaatan
sampai area sekitar pelabuhan teluk prasarana dan sarana pejalan
Kupang. Pertumbuhan penduduk di luar kaki, jalur evakuasi bencana,
kawasan kota lama meningkat dan dan penyediaan dan
membutuhkan perluasan kawasan pemanfaatan prasarana dan
permukiman ke arah Timur, Barat dan sarana perkotaan lainnya.
Selatan kawasan kota lama. Pada tanggal b. Pengembangan pola pemanfaatan
6 Februari 1946, Kota Kupang menjadi ruang Kota Kupang:
daerah Swapraja Kupang. Pada tanggal  Pemeliharaan kelestarian fungsi
21 Oktober 1946 menjadi Timor Elland lingkungan hidup pada kawasan
Federatie (Dewan Raja-Raja Timor). lindung;
Pada tahun 1978 ditingkatkan statusnya  Pencegahan dampak negatif
menjadi Kota Administratif dengan kegiatan yang dapat
disahkannya Rancangan Undang- menimbulkan kerusakan
Undang Nomor 5 Tahun 1996 tentang lingkungan hidup;

4
Amos Setiadi,
Strategi Implementasi Konsep Waterfront City Kota Kupang

 Peningkatan keterpaduan dan maksud dari visi tersebut adalah sebagai


keterkaitan antar kegiatan berikut:
budidaya; a. Pusat Pertumbuhan Nasional di
 Pengendalian perkembangan Nusa Tenggara Timur mengandung
kegiatan budidaya agar tidak arti bahwa pengembangan konsep
melampaui daya dukung dan tata ruang Kota Kupang berorientasi
daya tampung lingkungan. pada terbentuknya kota Kupang
c. Pengembangan kawasan strategis yang modern yang menjadi pintu
Kota Kupang: masuk bagi arus orang, barang dan
 Pelestarian dan peningkatan jasa (ekspor-impor) serta sebagai
fungsi dan daya dukung pendukung Pusat Pelayanan
lingkungan hidup untuk Kawasan Timur Indonesia dengan
mempertahankan dan berbagai kelengkapan fasilitas
meningkatkan keseimbangan perkotaannya. Sehingga pada
ekosistem, melestarikan akhirnya Kota Kupang layak
keanekaragaman hayati, menjadi salah satu Pusat Kegiatan
mempertahankan dan Nasional (PKN) di Indonesia;
meningkatkan fungsi b. Kota Pantai mengandung arti bahwa
perlindungan kawasan, pengembangan konsep tata ruang
melestarikan keunikan bentang Kota Kupang berorientasi
alam; mengoptimalkan potensi pantai dan
 Pengembangan dan peningkatan laut yang merupakan halaman depan
fungsi kawasan dalam Kota Kupang bagi kepentingan
pengembangan perekonomian pembangunan ekonomi, sosial
kota dan wilayah yang budaya dan lingkungan dengan tetap
produktif, efisien, dan mampu menjaga aspek kelestariannya;
bersaing dalam perekonomian c. Modern mengandung arti bahwa
regional, nasional dan wilayah Kota Kupang akan menjadi
internasional. kawasan perkotaan yang terus
Penetapan visi penataan ruang kota berkembang, maju, dan mampu
Kupang tidak terlepas dari arahan mensejajarkan diri dengan identitas
kebijakan Nasional yang menetapkan fisik, cara hidup masyarakat dan
Kota Kupang sebagai salah satu Pusat kelengkapan fasilitas dengan kota-
Kegiatan Nasional (PKN) di wilayah kota besar;
Timur Indonesia, khususnya Provinsi d. Berkelanjutan mengandung arti
Nusa Tenggara Timur dan bahwa wilayah Kota Kupang akan
memperhatikan kondisi dan potensi menjadi kota yang layak huni bagi
wilayah, ekonomi, sosial budaya serta masyarakatnya dalam jangka
lingkungan. Maka visi penataan ruang panjang, dengan menerapkan
kota Kupang adalah Terwujudnya Kota pembangunan kota berkelanjutan
Kupang Sebagai Pusat Kegiatan (sustainable urban development)
Nasional (PKN) di Nusa Tenggara baik secara sosial, ekonomi dan
Timur yang berorientasi Kota Pantai, lingkungan.
Modern dan Berkelanjutan. Adapun Dengan berpijak pada visi tersebut, misi
dan tema penataan ruang wilayah Kota

5
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. 3, Nomor 1, Desember 2018
ISSN 2541-0598; E-ISSN 2541-1217

Kupang adalah menjadikan Kota pelayanan yang ada dengan


Kupang sebagai Kota Tepi Air melengkapi sarana dan
(waterfront city) yang berfungsi sebagai: prasarana sesuai skala
 Pusat pemerintahan skala lokal dan pelayanan, seperti fasilitas
regional; kesehatan, fasilitas pendidikan,
 Pusat perdagangan dan jasa skala fasilitas keagamaan, fasilitas
regional dan internasional; taman dan olahraga, dan
 Pusat pariwisata skala regional dan fasilitas lainnya;
internasional yang berwawasan  Menetapkan dan
lingkungan; mengembangkan pusat
 Pusat industri yang berorientasi pelayanan baru pada kawasan
pasar regional dan internasional; bagian Utara yang mendukung
 Pusat permukiman yang konsep waterfront city
berwawasan lingkungan; berdasarkan keseimbangan
 Pusat pendidikan tinggi skala lokal lingkungan dan keberlanjutan;
dan regional.  Mendorong pusat-pusat
Tujuan pengembangan wilayah Kota pelayanan kota lebih kompetitif
Kupang masa depan disusun dengan dan lebih efektif dalam
memperhatikan visi, misi dan tema pengembangan wilayah kota
penataan ruang wilayah. Maka tujuan dan sekitarnya;
pengembangan tata ruang wilayah Kota  Mengendalikan perkembangan
Kupang adalah mewujudkan Kota kawasan sesuai dengan fungsi
Kupang sebagai pusat kegiatan nasional dan batasan pengembangan.
dengan konsep waterfront city yang b. Peningkatan kualitas dan jangkauan
berkelanjutan. Kebijakan Penetapan pelayanan jaringan sarana dan
Struktur Ruang Kota Kupang, meliputi : prasarana transportasi,
(1). Peningkatan sistem pelayanan telekomunikasi, energi, sumber daya
kegiatan kota yang merata dan air, serta infrastruktur perkotaan
berhierarki yang membentuk secara terpadu dan merata serta
waterfront city mendukung waterfront city,
(2). Peningkatan kualitas dan jangkauan meliputi:
pelayanan jaringan sarana dan  Meningkatkan kualitas jaringan
prasarana transportasi, jalan dan mewujudkan
telekomunikasi, energi, sumber daya keterpaduan pelayanan
air, serta infrastruktur perkotaan transportasi darat, laut dan
secara terpadu dan merata serta udara, sehingga dapat
mendukung waterfront city. mendukung pengembangan
Kebijakan tersebut memerlukan strategi konsep waterfront city;
pencapaian. Strategi pencapaian yang  Mengembangkan sistem
diperlukan meliputi: angkutan umum yang terdiri
a. Peningkatan sistem pelayanan atas angkutan umum dalam
kegiatan kota yang merata dan kota, antar kota dan kabupaten;
berhierarki yang membentuk  Mendorong pengembangan
waterfront city, meliputi: prasarana telekomunikasi pada
 Meningkatkan peran pusat kawasan-kawasan yang belum

6
Amos Setiadi,
Strategi Implementasi Konsep Waterfront City Kota Kupang

terlayani dan wilayah Kebijakan terkait pengembangan


pengembangan baru; kawasan budidaya Kota Kupang,
 Meningkatkan jaringan energi meliputi:
untuk memanfaatkan energi a. perwujudan dan peningkatan
terbarukan dan tidak terbarukan keterpaduan dan keterkaitan antar
serta mengembangkan sumber kegiatan budidaya;
energi teknologi tepat guna; b. pengendalian perkembangan
 Mendorong pengembangan kegiatan budidaya agar tidak
sistem pelayanan sumberdaya melampaui daya dukung dan daya
air bagi pemenuhan kebutuhan tampung lingkungan;
pelayanan air bersih dengan c. pengembangan dan penataan
tetap memperhatikan upaya kawasan pesisir pantai dalam rangka
konservasi tanah dan air; perwujudan waterfront city yang
 Meningkatkan pelayanan berkelanjutan.
jaringan air bersih sehingga Konsep waterfront city dapat terkait
menjangkau seluruh bagian dengan eksistensi sungai dan mata
wilayah kota; airainnya(embung). Sungai di Kota
 Mendorong pengembangan Kupang terdiri atas: Sungai Liliba,
sistem pengelolaan air limbah Sungai Dendeng, dan Sungai Merdeka
secara terpadu yang yang merupakan bagian dari
memperhatikan aspek kesehatan pengembangan wilayah Sungai
lingkungan; Noelmina sebagai Wilayah Sungai
 Meningkatkan pelayanan sistem Lintas Negara. Rencana terkait
pengelolaan persampahan mulai pengembangan wilayah sungai di Kota
dari sumber sampah hingga Kupang, meliputi:
Tempat Pemrosesan Akhir a. Sempadan Sungai Liliba di luar
(TPA) di seluruh wilayah kota kawasan permukiman, serta
dengan memperhatikan aspek sempadan Sungai Liliba di dalam
kelestarian lingkungan dan daya kawasan permukiman;
dukung lingkungan; b. Pemanfaatan aliran Sungai Liliba
 Meningkatkan pengembangan dan Sungai Dendeng untuk
sistem drainase yang dapat melayani irigasi pertanian,
menghindari genangan air di pengendali banjir, dan kegiatan
wilayah kota; pariwisata;
 Mendorong penyediaan dan c. Pemanfaatan sungai Merdeka untuk
pemanfaatan prasarana dan pengendalian banjir,
sarana pejalan kaki pada ruang d. Pembangunan Bendungan Kolhua di
sisi jalan, sisi air, kawasan kelurahan Kolhua;
perdagangan, perkantoran, dan e. Pembangunan Bendung Naikolan di
ruang terbuka hijau; kelurahan Naikolan;
 Mendorong penyediaan jalur f. Peningkatan kapasitas Bendung
evakuasi bencana dan tempat Sungai Dendeng di kelurahan
penampungan baik dalam skala Fontein;
kota, kawasan maupun g. Pembangunan Embung Bimoku di
lingkungan. kelurahan Lasiana, Embung Alak di

7
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. 3, Nomor 1, Desember 2018
ISSN 2541-0598; E-ISSN 2541-1217

Kelurahan Alak, Embung Naioni di perkembangan kawasan kota lama


Kelurahan Naioni dan Embung menjadi pusat perdagangan. Kemudian
Fatukoa di Kelurahan Fatukoa. perkembangan permukiman kawasan
Pada saat ini, perkembangan kawasan kota lama yang sudah mempunyai batas-
kota khususnya area pantai (teluk) batas wilayah yang jelas. Namun pola
Kupang menjadi kawasan pusat ruang di BWK I yang ditetapkan kurang
perdagangan. Area pemukiman di mengakomodasi kriteria waterfront city.
kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan Kawasan sempadan pantai masih
perdagangan yang diatur dalam didominasi kawasan budidaya. Ruang
pembagian Wilayah Kota (BWK). Terbuka Hijau pada kawasan sempadan
Dermaga lama teluk Kupang yang pantai kurang dari 30% (lihat table 1).
awalnya sebagai akses laut bagi kegiatan View ke arah pantai kurang karena
perdagangan kini sudah tidak tertutup oleh area permukiman (A), hotel
difungsikan lagi karena pemerintah (C) dan perdagangan (B) (lihat gambar 2
sudah membuat pelabuhan baru yang dan 4).
terletak di Tenau Kupang. Dibandingkan
dengan periode sebelumnya, perubahan
pada saat ini terlihat pesat seperti

Gambar 2. Kondisi kawasan budidaya di BWK I kota Kupang


Sumber: RTRW kota Kupang, 2011

8
Amos Setiadi,
Strategi Implementasi Konsep Waterfront City Kota Kupang

Pola ruang di BWK II yang ditetapkan publik ke arah pantai yang baik melalui
lebih mengakomodasi kriteria waterfront jalan kolektor sekunder yang membujur
city. Sempadan pantai dimanfaatkan sepanjang pesisir pantai (lihat gambar 3
sebagai zona pariwisata dan rekreasi (A), dan 5).
hutan mangrove dan kawasan konservasi
(B). Fungsi tersebut memberi akses

Gambar 2. Kondisi kawasan budidaya di BWK II kota Kupang


Sumber: RTRW kota Kupang, 2011

Keberadaan RTH Kota merupakan salah konsep waterfront city. Berikut


satu elemen penting kota menuju ketersediaan RTH Kota Kupang dari
perwujudan ekologisentrime pada berbagai jenis peruntukan (lihat table 1):

9
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. 3, Nomor 1, Desember 2018
ISSN 2541-0598; E-ISSN 2541-1217

Tabel 1. Rencana RTH kota Kupang


Luas Luas Prosentase
JENIS PERUNTUKAN
(Km) (Ha) (%)
Sempadan Sungai & Pantai 1.915.181,00 191,52 7.2
RTH (Ruang Terbuka Hijau) 7.317.474,00 731,75 4.42
Agropolitan 17.469.047,00 1.746,90 10.55
Konservasi 5.777.645,00 577,76 3.49
Resapan Air 9.085.769,00 908,58 5.49
LOR (Lapangan Olahraga) 187.303,00 18,73 0.11
Hutan Kota 514.432,00 51,44 0.31
Bendungan Kolhua 1.897.214,00 189,72 1.15
Hutan Penelitian 21.666,00 2,17 0.01
Hutan Lindung 2.809.499,00 280,95 1.7
Taman Kota 15.591,00 1,56 0.01
Rencana Alung -alun Kota 15.620,00 1,56 0.01
Bumi Perkemahan 1.493.125,00 149,31 0.9
Pariwisata 1.482.173,00 148,22 0.9
Gua Monyet 6.292,00 0,63 0
TPU (Tempat Pemakaman Umum) 274.765,00 27,48 0.17
TMP (Taman Makam Pahlawan) 5.696,00 0,57 0
Manggrove 1.083.064,00 108,31 0.65
Tambak 12.056,00 1,21 0.01
Buffer 1.157.269,00 115,73 0.7
Embung 269.033,00 26,90 0.16
Mata Air 855,00 0,09 0
Total RTH 37.94

Gambar 4. 1 dan 2 kondisi kawasan pantai


Sumber: Foto oleh Meldi, 2018

10
Amos Setiadi,
Strategi Implementasi Konsep Waterfront City Kota Kupang

 Tata bangunan berciri budaya


setempat pada fasilitas sosial
dan bangunan komersial;
 Mempertahankan golongan
ekonomi lemah dalam aktivitas
ekonomi di kawasan pantai.
b. Kawasan Budaya, Pendidikan dan
Lingkungan Hidup (cultural,
education and environmental
waterfront) di BWK II.
 Memanfaatkan potensi alam
pantai untuk kegiatan budaya
dan konservasi;
 Menekankan kebersihan
lingkungan dan suplai air bersih
 Menyadarkan masyarakat
tentang kekayaan alam tepi
pantai yang perlu dilestarikan
dan diteliti;
 Budaya masyarakat perlu
dilestarikan, dipadukan dengan
pengelolaan lingkungan,
Gambar 5. Atas dan bawah kondisi kawasan didukung kesadaran untuk
pantai melindungi lingkungan dan
Sumber: Foto oleh Meldi, 2018 dijadikan wahana pendidikan
keberagaman biota laut,
mangrove;
Kesimpulan dan Saran  Pemanfaatan ruang kawasan
sesuai spesifikasi kawasan
Berdasarkan tinjauan dan analisis
(kegiatan ritual, budaya, pusat
kebijakan spasial dan kondisi empiris
penelitian)
fisik Kota Kupang, maka untuk
 Perlu pengendalian fungsi dan
memperkuat konsep waterfront city Kota
pemanfaatan air/badan air.
Kupang diperlukan penguatan sebagai
c. Kawasan permukiman (residential
berikut:
waterfront) di BWK I.
a. Pada Area Komersial (commercial
 Meningkatkan keserasian ruang
waterfront) di BWK I.
terbuka hijau privat dan ruang
 Memanfaatkan potensi kawasan
terbuka hijau publik;
pantai sebagai tempat bekerja,
 Memperhatikan budaya lokal
belanja dan rekreasi (wisata);
pada tata bangunan;
 Menciptakan kegiatan atraksi
 Permukiman pesisir pantai
yang menarik dan lingkungan
perlu penataan/perbaikan untuk
pantai yang nyaman dikunjungi;
meningkatkan kualitas
lingkungan, disesuaikan dengan
sumber daya sekitar. Hasil

11
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. 3, Nomor 1, Desember 2018
ISSN 2541-0598; E-ISSN 2541-1217

budidaya perikanan dapat Yunus, Hadi Sabari. (2000). Struktur


menjadi atraksi wisata; Tata Ruang Kota. Yogyakarta,
 Revitalisasi permukiman pesisir Penerbit Pustaka Pelajar.
pantai, penataan utilitas air
bersih, sanitasi, drainasi,
persampahan, dermaga wisata
 Penataan akses publik ke badan
air, pengaturan pengambilan air
tanah, reklamasi, penghijauan
sempadan pantai
d. Kawasan wisata (recreational
waterfront) di BWK II
 Pembangunan disepanjang badan
air perlu memperhatikan
kecukupan RTH;
 Pesisir pantai sebagai penunjang
wisata peraian;
 Arsitektur lokal sebagai daya
tarik.

Daftar Pustaka
Breen, Ann and Dick Rigby. (1996). The
New Waterfront: a Worldwide
Urban Success Story. Great Britain:
Thames and Hudson.
Depdikbud. (1983/1984). Sejarah Sosial
Kota Kupang. Daerah Nusa
Tenggara Timur.
Markus, Zahnd. (1999). Perancangan
Kota Secara Terpadu.
Yogyakarta, Kanisius.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Kupang. (2011).
Smailes, R.J. (1995). Some Reflection on
the Geographical Description and
Analysis of Townscape. In the
Institute of British Geographer
Transaction and Paper.
Soetomo, S. (2009). Urbanisasi dan
Morfologi. Yogyakarta, Graha Ilmu.
Winarno Surakhmad. (1994). Pengantar
Penelitian Ilmiah. Bandung, Tarsito.

12

Anda mungkin juga menyukai