Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah
Manajemen
Dosen Pengampu :
Pusvita Indria Mei Susilowati, S.E., M.S.A. Ak,
Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Laila Rahmi (1910313220072)
2. Nayla Cahaya Cantika (1910313320025)
3. Ratu Kumala Sari (1910313220089)
4. Yoananda Syarafina (1910313220028)
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT., yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Evolusi Teori Manajemen” untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah Manajemen.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mengalami beberapa kendala.
Namun, atas bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Kami selaku tim penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Pusvita Indria Mei Susilowati, S.E., M.S.A. Ak, selaku dosen
pengampu mata kuliah Manajemen.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
2.1 Pemikiran Awal Teori Manajemen.............................................3
2.2 Pentingnya Teori Manajemen......................................................3
2.3 Evolusi Teori Manajemen...........................................................4
2.3.1 Teori Manajemen Ilmiah....................................................5
2.3.2 Teori Organisasi Klasik......................................................7
2.3.3 Aliran Hubungan Manusiawi.............................................10
2.3.4 Aliran Manajemen Modern................................................11
2.4 Perkembangan Mutakhir Ilmu Manajemen.................................12
2.4.1 Pendekatan Sistem..............................................................12
2.4.2 Pendekatan Kontingensi.....................................................14
2.4.3 Memasuki Era Keterlibatan Dinamis.................................16
BAB III PENUTUP......................................................................................18
3.1 Kesimpulan..................................................................................18
3.2 Saran............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa kita mesti
membutuhkan teori? Pertanyaan semacam itu sering kali muncul, terutama
dari mereka yang sudah berkecimpung lama dalam dunia praktik. Tanpa teori,
mereka sudah mencapai sukses. Teori bahkan terkesan membuat seseorang
menjadi lambat kerjanya. Teori membuat seseorang menjadi seorang filsuf,
yang lebih suka berpikir dibandingkan bekerja. Mereka bekerja di dunia
fantasi, bukan dunia riil. Begitulah kira-kira argumentasi mereka yang
mempertanyakan manfaat teori.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
manajemen. Setiap ahli memberikan pandangan yang berbeda tentang batasan
manajemen, karena itu tidak mudah memberi arti yang universal yang dapat
diterima semua orang. Namun demikian, dari pikiran-pikiran ahli tentang
definisi manajemen kebanyakan menyatakan bahwa manajemen merupakan
suatu proses mendayagunakan orang dan sumber lainnya untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Teori manajemen memberikan kemudahan dalam menentukan hal-hal
yang harus dikerjakan untuk dapat secara efektif menjadi seorang manajer.
Manajer yang memanajemeni otoritasnya tanpa menggunakan teori dan
prinsip, dan aktivitasnya berjalan hanya berdasarkan intuisi, firasat, dan
harapan, maka hasilnya tidak akan memberikan kepuasan kepada berbagai
pihak.
4
Dalam bab ini akan dibicarakan tiga aliran pemikiran manajemen
yang ada: aliran klasik (yang akan dibagi menjadi dua aliran, manajemen
ilmiah dan teori organisasi klasik), aliran hubungan manusiawi (sering
disebut aliran neoklasik), dan aliran manajemen modern.
5
Sedangkan mekanisme dan teknik-teknik yang
dikembangkan Taylor untuk melaksanakan prinsip-prinsip dasar
diatas, antara lain studi gerak dan waktu, pengawasan fungsional
(fungsional foremanship), sistem upah per-potong diferensial,
prinsip pengecualian, kartu instruksi, pembelian dengan
spesifikasi, dan standardisasi pekerjaan, peralatan serta tenaga
kerja. Manfaat yang didapat dari pengembangan teknik-teknik
manajemen ilmiah ini tampak pada perkembangan teknik-teknik
riset operasi, simulasi, otomatisasi dan sebagainya dalam
memecahkan masalah-masalah manajemen.
2. Frank dan Lillian Gilbreth (1868-1924 dan 1878-1972)
Kontributor utama kedua dalam aliran manajemen
ilmiah adalah pasangan suami isteri Frank Bunker Gilbreth dan
Lillian Gillbreth. Frank Gilbreth, seorang pelopor pengembangan
studi gerak dan waktu, menciptakan berbagai teknik manajemen
yang diilhami Taylor. Dia sangat tertarik terhadap masalah
efisiensi, terutama untuk menemukan “cara terbaik pengerjaan
suatu tugas”
Sedangkan Lillian Gilbreth lebih tertarik pada aspek-
aspek manusia dalam kerja, seperti seleksi, penempatan dan
latihan personalia. Dia mengemukakan gagasannya dalam
bukunya yang berjudul The Psychology of Management. Baginya,
manajemen ilmiah mempunyai satu tujuan akhir: membantu para
karyawan mencapai seluruh potensinya sebagai mahluk hidup.
3. Henry L. Gantt (1861-1919)
Seperti Taylor, Henry L. Gantt mengemukakan
gagasan-gagasan, seperti kerjasama yang saling menguntungkan
antara tenaga kerja dan manajemen, seleksi ilmiah tenaga kerja,
sistem insentif (bonus) untuk merangsang produktivitas, dan
penggunaan instruksi-instruksi kerja yang terperinci.
4. Harrington Emerson (1853-1931)
6
Pemborosan dan ketidak-efisienan adalah masalah-
masalah yang dilihat Emerson sebagai penyakit sistem industri.
Oleh sebab itu Emerson mengemukakan 12 (dua belas) prinsip-
prinsip efisiensi yang sangat terkenal, yang secara ringkas adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan-tujuan dirumuskan dengan jelas.
2. Kegiatan yang dilakukan masuk akal.
3. Adanya staf yang cakap.
4. Disiplin.
5. Balas jasa yang adil.
6. Laporan-laporan yang terpercaya, segera, akurat dan ajeg –
sistem informasi dan akuntansi.
7. Pemberian perintah – perencanaan dan pengurutan kerja.
8. Adanya standar-standar dan skedul-skedul – metode dan waktu
setiap kegiatan.
9. Kondisi yang distandardisasi.
10. Operasi yang distandardisasi.
11. Instruksi-instruksi praktis tertulis yang standar.
12. Balas jasa efisiensi – rencana insentif.
7
Disamping itu Fayol juga mengemukakan empat belas
prinsip manajemen yang secara ringkas adalah sebagai berikut:
1. Pembagian kerja – adanya spesialisasi akan meningkatkan
efisiensi pelaksanaan kerja.
2. Wewenang – hak untuk memberi perintah dan dipatuhi.
3. Disiplin – harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan
dan tujuan-tujuan organisasi.
4. Kesatuan perintah – setiap karyawan hanya menerima
instruksi tentang kegiatan tertentu dari hanya seorang atasan.
5. Kesatuan pengarahan – operasi-operasi dalam organisasi yang
mempunyai tujuan yang sama harus diarahkan oleh seorang
manajer dengan penggunaan satu rencana.
6. Meletakkan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan
umum – kepentingan perseorangan harus tunduk pada
kepentingan organisasi.
7. Balas jasa – kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan
harus adil baik bagi karyawan maupun pemilik.
8. Sentralisasi – adanya keseimbangan yang tepat antara
sentralisasi dan desentralisasi.
9. Rantai skalar (garis wewenang) – garis wewenang dan
perintah yang jelas.
10. Order – bahan-bahan (material) dan orang-orang harus ada
pada tempat dan waktu yang tepat. Terutama orang-orang
hendaknya ditempatkan pada posisi-posisi atau pekerjaan-
pekerjaan yang paling cocok untuk mereka.
11. Keadilan – harus ada kesamaan perlakuan dalam
organisasi.
12. Stabilitas staf organisasi – tingkat perputaran tenaga kerja
yang tinggi tidak baik bagi pelaksanaan fungsi-fungsi
organisasi.
8
13. Inisiatif – bawahan harus diberi kebebasan untuk
menjalankan dan menyelesaikan rencananya, walaupun
beberapa kesalahan mungkin terjadi.
14. Esprit de Corps (semangat korps) – “kesatuan adalah
kekuatan”, pelaksanaan operasi organisasi perlu memiliki dari
para anggota yang tercermin pada semangat korps.
2. James D. Mooney
Mooney, eksekutif General Motors, mengkategorikan
prinsip-prinsip dasar manajemen tertentu. Dia mendefinisikan
organisasi sebagai sekelompok, dua atau lebih, orang yang
bergabung untuk tujuan tertentu. Menurut Mooney, untuk
merancang organisasi perlu diperhatikan empat kaidah dasar,
yaitu:
1. Koordinasi - syarat-syarat adanya koordinasi meliputi
wewenang, saling melayani, doktrin (perumusan tujuan) dan
disiplin.
2. Prinsip Skalar - proses scalar mempunyai prinsip, prospek dan
pengaruh sendiri yang tercermin dari kepemimpinan, delegasi
dan definisi fungsional.
3. Prinsip Fungsional - adanya fungsionalisme bermacam-
macam tugas yang berbeda.
4. Prinsip Staf - kejelasan perbedaan antara staf dan lini.
3. Mary Parker Follett (1868-1933)
Follett dan Barnard bertindak sebagai “jembatan”
antara teori klasik dan hubungan manusiawi, karena pemikiran
mereka berdasarkan kerangka klasik, tetapi memperkenalkan
beberapa unsur-unsur baru tentang aspek-aspek hubungan
manusiawi.
Follett adalah ahli ilmu pengetahuan sosial pertama
yang menerapkan psikologi pada perusahaan, industri dan
pemerintah. Dia memberikan sumbangan besar dalam bidang
manajemen melalui aplikasi praktik ilmu-ilmu social dan
9
administrasi perusahaan. Dia menulis panjang lebar tentang
kreatifitas, kerjasama antara manajer dan bawahan, koordinasi
dan pemecahan konflik. Follett percaya bahwa konflik dapat
dibuat konstruktif dengan penggunaan proses integrasi dimana
orang-orang yang terlibat mencari jalan pemecahan bersama
perbedaan-perbedaan diantara mereka. Dia juga menguraikan
suatu pola organisasi yang ideal di mana manajer mencapai
koordinasi melalui komunikasi yang terkendali dengan para
karyawan.
10
kesulitan dan frustasi karena karyawan tidak selalu mengikuti pola-
pola perilaku yang rasional. Sehingga pembahasan “sisi perilaku
manusia” dalam organisasi menjadi penting. Beberapa ahli mencoba
melengkapi teori organisasi klasik dengan pandangan sosiologi dan
psikologi.
1. Hugo Munsterberg (1863-1916)
Hugo Munsterberg hidup pada tahun 1863-1916 dan
telah memberikan kontribusi yang besar dalam aplikasi psikologi
guna membantu terwujudnya tujuan produktivitas sebagaimana
diharapakan oleh manajer lain. Dalam bukunya, Psychology and
Industrial Efficiency, dikemukakan bahwa peningkatan
produktivitas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Menemukan orang yang terbaik atau (bawahan yang kualitas
mentalnya terbaik untuk pekerjaan tersebut).
2. Menciptakan pekerjaan yang baik (kondisi psikologis yang
ideal untuk mencapai produktivitas secara maksimum).
3. Menggunakan pengaruh psikologi yang disebut pengaruh yang
paling mungkin (the best possible effect) untuk memotivasi
para bawahan.
2. Elton Mayo (1880-1949)
Berpendapat bahwa para pekerja akan bekerja lebih
keras, apabila mereka yakin bahwa manajemen memikirkan
kesejahteraan mereka. Mayo mengusulkan perlunya pelatihan
yang mendalam tentang psikologi, sosiologi dan antropologi serta
metode penelitian yang canggih.
11
kuantitatif (operation research dan management science atau
manajemen operasi).
1. Teori Perilaku (behavioral theory)
Pandangan-pandangan umum dalam teori perilaku ini ditandai oleh
tiga tingkatan kelompok perilaku, yaitu:
1. Perilaku individu per individu
2. Perilaku antar kelompok-kelompok social
3. Perilaku antar kelompok social
2. Teori Kuantitatif (quantitative theory)
Teori kuantitatif memfokuskan perhitungan manajemen
berdasarkan perhitungan-perhitungan yang dapat
dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Dalam setiap pemecahan
masalah, masalahnya harus terlebih dahulu diketahui dengan
melakukan kegiatan-kegiatan riset ilmiah, riset operasional, teknik-
teknik ilmiah seperti kegiatan penganggaran modal, manajemen
aliran kas, pengembangan strategi produksi, perencanaan program,
pengembangan sumber daya manusia dan sebagainya.
12
Ini terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan
bekerjasama membentuk satu kesatuan. Contohnya: manusia,
peralatan, dan lain sebagainya.
2. Batasan sistem.
Daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem lainnya atau
sistem dengan lingkungan luarnya. Dengan batasan ini sistem
dipandang sebagai suatu kesatuan.
3. Lingkungan luar sistem
Yang berada di luar ruang lingkup yang memengaruhi sistem yang
dapat menguntungkan dan merugikan.
4. Penghubung sistem.
Media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lainnya
melalui interface.
5. Masukan sistem.
Merupakan energy yang dimasukkan ke dalam sistem, yang dapat
merupakan maintenance input dan signal input. Maintenance input
adalah energy yang dimasukkan agar sistem dapat beroperasi,
contohnya komputer. Sedangkan signal input adalah energy yang
diproses menjadi output misalnya data.
6. Keluaran sistem (output)
Energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang
berguna, dimana contohnya adalah informasi dan sisa pembuangan
(misalnya, panas dari komputer). Ini dapat menjadi input bagi
subsistem lainnya suprasistem.
7. Pengolahan sistem.
Ini mengubah input menjadi output, dimana contohnya adalah
sistem akuntansi yang mengolah data transaksi menjadi laporan
yang sangat dibutuhkan oleh pihak manajemen.
8. Sasaran sistem.
Sistem tentu memiliki tujuan (goal) atau sasaran (objective), dan
menentukan input yang dibutuhkan dan output yang dihasilkan.
13
2.4.2 Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi merupakan sebuah cara berpikir yang
komparatif (berdasarkan perbandingan) baru diantara teori-teori
manajemen yang telah dikenal. Manajemen kontingensi berupaya
untuk melangkah keluar dari prinsip-prinsip manajemen yang dapat
diterapkan dan menuju kondisi situasional. Salah seorang penulis
manejemen kontingensi yang bernama Fred Luthans menyatakan,
“pendekatan-pendekatan tradisional dalam bidang manajemen
tidaklah salah atau keliru, tetapi dewasa ini, mereka tidak lagi cocok
untuk digunakan. Terobosan baru terhadap teori dan praktik
manajemen dapat kta temukan pada pendekatan kontingensi”.
14
Menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang
dimiliki pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi
untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai
dari tugas-tugas mereka masing-masing.
2. Model tiga dimensi ini mengubungkan tiga kelompok gaya
kepemimpinan, yaitu:
a. Gaya dasar.
b. Gaya efektif dalam kesatuan.
c. Gaya tidak efektif.
Kelompok gaya dasar terdiri atas:
a. Separated (pemisah).
b. Decicated (pengabdi).
c. Related (penghubung).
d. Integrated (terpadu).
Kelompok gaya efektif terdiri atas:
a. Bureaucrat (biokrat).
b. Benevolent autocrat (otokrat bijaksana).
c. Developer (pengembang).
d. Exectutive (eksekutif).
Kelompok gaya tidak efektif terdiri atas:
a. Deserter (pelan).
b. Autocrat (otokrat).
c. Missionary (penganjur).
d. Compromiser (kompromis).
3. Kontinum (Robert Tanenbaum dan Warren Schmidt).
Kedua ahli ini menggambarkan gagasannya bahwa ada dua bidang
pengaruh yang ekstrem, yakni:
1. Bidang pengaruh pimpinan.
Pemimpin menggunakan otoritas dalam gaya kepemimpinannya.
2. Bidang pengaruh kebebasan bawahan.
Pemimpin menunjukkan gaya yang demokratis.
15
2.4.3 Memasuki Era Keterlibatan Dinamis
Semua teori di bagian depan telah kita miliki pada akhir abad
kedua puluh dunia organisasi dan manajemen. Di sini teori-teori
tersebut dipraktekkan dengan latar belakang perubahan cepat dan
pemikiran ulang yang mendalam mengenai bagaimana manajemen
dan organisasi akan berevolusi dalam abad mendatang. Di jantung
pemikiran ulang ini, yang benar-benar terjadi dalam sejumlah cara
pada saat yang sama, terletak cara-cara baru berpikir mengenai
hubungan dan waktu.
Ketika batas-batas budaya dan bangsa menjadi kabur dan
teknologi komunikasi baru membuat kita dapat membayangkan dunia
sebagai “desa global”, cakupan hubungan internasional dan antar
budaya dengan cepat berkembang luas. Aktivitas organisasi naik
secara dramatik. Kecenderungan ini menandai menguatnya tingkat
dalam organisasi dan manajemen sekarang ini.
Untuk menekankan intensitas hubungan organisasional
modern dan intensitas tekanan waktu yang mengatur hubungan ini,
kami menamakan teori manajemen baru yang membi¬ngungkan ini
pendekatan keterlibatan dinamik (= dynamic engagement).
“Keterlibatan dinamik” adalah istilah yang kami ciptakan. Pada saat
teori sedang berubah, sering kali merupakan kebenaran bahwa hal
terakhir yang terjadi adalah seseorang memberi nama pada teori yang
baru itu. Kami menggunakan keterlibatan dinamik untuk menyalurkan
semangat dari pemikiran dan debat saat ini mengenai manajemen dan
organisasi. Kemung¬kinan besar dua puluh tahun yang akan datang,
tepat dalam kehidupan organisasional Anda, Anda akan menengok ke
belakang dan menamakan gerakan periode ini dengan nama lain.
Dinamik—kebalikan dari statik—mencerminkan perubahan,
pertumbuhan, dan akti¬vitas yang berkesinambungan; keterlibatan—
lawan dari pemisahan—mengandung arti keterlibatan intensif dengan
orang lain. Oleh karena itu kami berpendapat istilah keterlibatan
dinamik paling baik mengekspresikan cara penuh semangat dari para
16
manajer sukses masa kini memusatkan perhatian pada hubungan
manusiawi dan dengan cepat menyesuaikan pada kondisi yang
berubah sepanjang waktu.
Enam tema berbeda mengenai teori manajemen muncul di
bawah payung yang kami namakan keterlibatan dinamik. Untuk
menekankan kepentingan mereka pada pemahaman Anda mengenai
manajemen pada tahun 1990-an dan sesudahnya, serta untuk
menonjolkan perbedaan di antara mereka.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori manajemen yang baik dapat mendorong profesionalisme
manajemen karena manajemen merupakan ilmu dan seni. Teori dapat
digunakan untuk memprediksi kaitan antara beberapa fenomena. Dengan
demikian, hal itu bisa mengurangi praktik coba-coba dan dapat
mengefisienkan kerja manajer. Evolusi teori manajemen terjadi melalui
beberapa aliran, yaitu aliran klasik (yang akan dibagi menjadi dua aliran,
manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik), aliran hubungan manusiawi
(sering disebut aliran neoklasik), dan aliran manajemen modern. Dalam
perkembangan mutakhir ilmu manajemen, terdapat beberapa pendekatan yang
mempunyai subangan dan keterbatasan sendiri. Pendekatan integrative
berusaha menggabungkan pendekatan-pendekatan yang ada. Hal ini
dilakukan dengan melihat organisasi sebagai suatu sistem dan menggunakan
pendekatan yang ada secara situsional atau kontingensi.
3.2 Saran
Penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, sehingga masih
diperlukan tambahan perbaikan-perbaikan untuk menghasilkan makalah yang
lebih baik dan lengkap. Adapun saran dari penyusun adalah perlu adanya
perbaikan-perbaikan tambahan dari pembaca untuk kesempurnaan dalam
pebuatan makalah ini, selain itu pula hendaknya pembaca perlu mengetahui
evolusi dari teori manajemen.
18
DAFTAR PUSTAKA
19