Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“EVOLUSI TEORI MANAJEMEN”

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah
Manajemen

Dosen Pengampu :
Pusvita Indria Mei Susilowati, S.E., M.S.A. Ak,

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Laila Rahmi (1910313220072)
2. Nayla Cahaya Cantika (1910313320025)
3. Ratu Kumala Sari (1910313220089)
4. Yoananda Syarafina (1910313220028)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT., yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Evolusi Teori Manajemen” untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah Manajemen.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mengalami beberapa kendala.
Namun, atas bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Kami selaku tim penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Pusvita Indria Mei Susilowati, S.E., M.S.A. Ak, selaku dosen
pengampu mata kuliah Manajemen.

2. Teman-teman kelas D (4) Program Studi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi


dan Bisnis, Universitas Lambung Mangkurat.

3. Seluruh keluarga kami yang tercinta.

4. Semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungannya kepada


kami.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami perlukan demi
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, Februari 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
2.1 Pemikiran Awal Teori Manajemen.............................................3
2.2 Pentingnya Teori Manajemen......................................................3
2.3 Evolusi Teori Manajemen...........................................................4
2.3.1 Teori Manajemen Ilmiah....................................................5
2.3.2 Teori Organisasi Klasik......................................................7
2.3.3 Aliran Hubungan Manusiawi.............................................10
2.3.4 Aliran Manajemen Modern................................................11
2.4 Perkembangan Mutakhir Ilmu Manajemen.................................12
2.4.1 Pendekatan Sistem..............................................................12
2.4.2 Pendekatan Kontingensi.....................................................14
2.4.3 Memasuki Era Keterlibatan Dinamis.................................16
BAB III PENUTUP......................................................................................18
3.1 Kesimpulan..................................................................................18
3.2 Saran............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata manajemen barangkali lebih dikenal melalui kata manajer, yaitu
orang yang melakukan kegiatan manajemen. Manajer dikenal karena gajinya
atau penghasilannya yang selangit atau kehidupan glamornya dan tentunya
kisah kesuksesan mereka mengelola perusahaan. Beberapa contoh nama
manajer barangkali bisa disebutkan, seperti Steve Jobs (pendiri Apple), Bill
Gates (pendiri Microsoft), William Esner (Walt Disney), atau Lou Getsner
(IBM). Dari Indonesia, ada Tanri Abeng atau Dahlan Iskan (Jawa Pos). Di
samping nama-nama yang disebutkan, masih banyak orang lain yang pada
dasarnya melakukan pekerjaan yang sama dengan mereka. Orang-orang
tersebut mungkin di sekeliling kita dan kita temui dalam kehidupan
seharihari. Orang-orang tersebut antara lain adalah bos atau atasan kita, ketua
kelompok diskusi, ketua RT, pemilik toko di depan rumah kita, pemilik
pabrik, dan lainnya. Mereka pada dasarnya melakukan pekerjaan yang sama
dengan nama-nama besar yang disebutkan sebelumnya, yaitu mengelola
organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Pekerjaan manajemen dan manajer
ada di mana-mana. Manajemen bisa membuat kehidupan kita lebih baik.
Karena itu, manajemen sangat penting untuk mendorong kemakmuran
masyarakat.
Seiringnya berkembangnya zaman, profesi manajemen membutuhkan
yang namanya teori manajemen. Kerja sama antara teoretisi manajemen dan
praktisi manajemen dapat membuahkan hasil yang mengagumkan. Sebagai
contoh, Henry Ford, pendiri mobil Ford yang terkenal dengan model T,
mengambil ide produksi mobil secara massal dari Frederick W. Taylor, ahli
manajemen yang dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah. Mobil Ford pada
tahun 1920 atau 1930-an merupakan salah satu mobil paling sukses dalam
sejarah permobilan. Kegiatan belajar ini akan membicarakan perkembangan
teori manajemen.

1
Pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa kita mesti
membutuhkan teori? Pertanyaan semacam itu sering kali muncul, terutama
dari mereka yang sudah berkecimpung lama dalam dunia praktik. Tanpa teori,
mereka sudah mencapai sukses. Teori bahkan terkesan membuat seseorang
menjadi lambat kerjanya. Teori membuat seseorang menjadi seorang filsuf,
yang lebih suka berpikir dibandingkan bekerja. Mereka bekerja di dunia
fantasi, bukan dunia riil. Begitulah kira-kira argumentasi mereka yang
mempertanyakan manfaat teori.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pemikiran awal mengenai teori manajemen?
2. Apa pentingnya mempelajari teori manajemen?
3. Bagaimana tahapan evolusi teori manajemen berdasarkan aliran pemikiran
manajemen dari para ahli?
4. Bagaimana perkembangan mutakhir ilmu manajemen berdasarkan
pendekatan sistem, pendekatan kontingensi dan memasuki era keterlibatan
dinamis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai pemikiran awal teori manajemen
secara lebih luas dan rinci.
2. Menjelaskan mengenai pentingnya mempelajari teori manajemen.
3. Menjelaskan mengenai evolusi teori manajemen dan aliran ilmu
manajemen.
4. Menjelaskan mengenai perkembangan mutakhir ilmu manajemen
berdasarkan pendekatan sistem, pendekatan kontingensi dan memasuki era
keterlibatan dinamis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemikiran Awal Teori Manajemen


Sebelum abad ke-20, terjadi 2 peristiwa penting dalam ilmu
manajemen. Peristiwa pertama terjaid pada tahun 1776, ketika Adam Smith
menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam
bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh
organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan
ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan
industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan
sepuluh orang perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000
peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri
menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka
mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa
pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan meningkatnya
keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, menghemat waktu yang
terbuang dalam pergantian tugas, dan menciptakan mesin dan penemuan lain
yang dapat menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu
manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai
dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat
pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus
yang disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika
itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan
permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas
kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga
ilmu manajemen mulai dikembangkan oleh para ahli.

2.2 Pentingnya Teori Manajemen


Setiap organisasi memiliki aktivitas-aktivitas pekerjaan tertentu dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Salah satu aktivitas tersebut adalah

3
manajemen. Setiap ahli memberikan pandangan yang berbeda tentang batasan
manajemen, karena itu tidak mudah memberi arti yang universal yang dapat
diterima semua orang. Namun demikian, dari pikiran-pikiran ahli tentang
definisi manajemen kebanyakan menyatakan bahwa manajemen merupakan
suatu proses mendayagunakan orang dan sumber lainnya untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Teori manajemen memberikan kemudahan dalam menentukan hal-hal
yang harus dikerjakan untuk dapat secara efektif menjadi seorang manajer.
Manajer yang memanajemeni otoritasnya tanpa menggunakan teori dan
prinsip, dan aktivitasnya berjalan hanya berdasarkan intuisi, firasat, dan
harapan, maka hasilnya tidak akan memberikan kepuasan kepada berbagai
pihak.

2.3 Evolusi Teori Manajemen

Periode Waktu Aliran Manajemen Kontributor


Frederick W. Taylor
Frank dan Lillian Gilbreth
1870-1930 Manajemen Ilmiah
Henry Gantt
Harington Emerson
Henri Fayol
Jame D. Mooney
1900-1940 Teori Organisasi Klasik Mary Parker Follett
Herbert Simon
Chester I. Banard
Hawthorne Studies
Elton Mayo
1930-1940 Hubungan Manusiawi
Fritz Roethlisberger
Hugo Munsterberg
Abraham Maslow Chris
Argyris, Douglas
McGregor, Edgar Schien,
David McCleland, Robert
Blake & Jane Mouton,
1940-sekarang Manajemen Modern
Ernest Dale, Peter
Drucker, dan sebagainya,
serta ahli-ahli operation
research (management
science)

4
Dalam bab ini akan dibicarakan tiga aliran pemikiran manajemen
yang ada: aliran klasik (yang akan dibagi menjadi dua aliran, manajemen
ilmiah dan teori organisasi klasik), aliran hubungan manusiawi (sering
disebut aliran neoklasik), dan aliran manajemen modern.

2.3.1 Teori Manajamen Ilmiah


Aliran manajemen ilmiah (scientific management) ditandai
kontribusi-kontribusi dari Frederick W. Taylor, Frank dan Lillian
Gilbreth, Henry L. Gantt, dan Harrington Emerson, yang akan
diuraikan satu persatu.
1. Frederick W. Taylor (1856-1915)
Manajemen ilmiah mula-mula dikembangkan oleh
Frederick Winslow Taylor sekitar tahun 1900-an. Karena
karyanya tersebut, Taylor disebut sebagai “bapak manajemen
ilmiah”. Dalam buku-buku literatur, manajemen ilmiah sering
diartikan berbeda. Arti pertama, manajemen ilmiah merupakan
penerapan metode ilmiah pada studi, analisa, dan pemecahan
masalah-masalah organisasi. Sedangkan arti kedua, manajemen
ilmiah adalah seperangkat mekanisme-mekanisme atau teknik-
teknik untuk meningkatkan efisiensi kerja organisasi.
Taylor telah memberikan prinsip-prinsip dasar (filsafat)
penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen, dan
mengembangkan sejumlah teknik-tekniknya untuk mencapai
efisiensi. Empat prinsip dasar tersebut adalah:
1. Pengembangan metode-metode ilmiah dalam manajemen,
agar, sebagai contoh metode yang paling baik untuk
pelaksanaan setiap pekerjaan dapat ditentukan.
2. Seleksi ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan dapat
diberikan tanggung jawab atas sesuatu tugas sesuai dengan
kemampuannya.
3. Pendidikan dan pengembangan ilmiah para karyawan.
4. Kerjasama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.

5
Sedangkan mekanisme dan teknik-teknik yang
dikembangkan Taylor untuk melaksanakan prinsip-prinsip dasar
diatas, antara lain studi gerak dan waktu, pengawasan fungsional
(fungsional foremanship), sistem upah per-potong diferensial,
prinsip pengecualian, kartu instruksi, pembelian dengan
spesifikasi, dan standardisasi pekerjaan, peralatan serta tenaga
kerja. Manfaat yang didapat dari pengembangan teknik-teknik
manajemen ilmiah ini tampak pada perkembangan teknik-teknik
riset operasi, simulasi, otomatisasi dan sebagainya dalam
memecahkan masalah-masalah manajemen.
2. Frank dan Lillian Gilbreth (1868-1924 dan 1878-1972)
Kontributor utama kedua dalam aliran manajemen
ilmiah adalah pasangan suami isteri Frank Bunker Gilbreth dan
Lillian Gillbreth. Frank Gilbreth, seorang pelopor pengembangan
studi gerak dan waktu, menciptakan berbagai teknik manajemen
yang diilhami Taylor. Dia sangat tertarik terhadap masalah
efisiensi, terutama untuk menemukan “cara terbaik pengerjaan
suatu tugas”
Sedangkan Lillian Gilbreth lebih tertarik pada aspek-
aspek manusia dalam kerja, seperti seleksi, penempatan dan
latihan personalia. Dia mengemukakan gagasannya dalam
bukunya yang berjudul The Psychology of Management. Baginya,
manajemen ilmiah mempunyai satu tujuan akhir: membantu para
karyawan mencapai seluruh potensinya sebagai mahluk hidup.
3. Henry L. Gantt (1861-1919)
Seperti Taylor, Henry L. Gantt mengemukakan
gagasan-gagasan, seperti kerjasama yang saling menguntungkan
antara tenaga kerja dan manajemen, seleksi ilmiah tenaga kerja,
sistem insentif (bonus) untuk merangsang produktivitas, dan
penggunaan instruksi-instruksi kerja yang terperinci.
4. Harrington Emerson (1853-1931)

6
Pemborosan dan ketidak-efisienan adalah masalah-
masalah yang dilihat Emerson sebagai penyakit sistem industri.
Oleh sebab itu Emerson mengemukakan 12 (dua belas) prinsip-
prinsip efisiensi yang sangat terkenal, yang secara ringkas adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan-tujuan dirumuskan dengan jelas.
2. Kegiatan yang dilakukan masuk akal.
3. Adanya staf yang cakap.
4. Disiplin.
5. Balas jasa yang adil.
6. Laporan-laporan yang terpercaya, segera, akurat dan ajeg –
sistem informasi dan akuntansi.
7. Pemberian perintah – perencanaan dan pengurutan kerja.
8. Adanya standar-standar dan skedul-skedul – metode dan waktu
setiap kegiatan.
9. Kondisi yang distandardisasi.
10. Operasi yang distandardisasi.
11. Instruksi-instruksi praktis tertulis yang standar.
12. Balas jasa efisiensi – rencana insentif.

2.3.2 Teori Organisasi Klasik


1. Henri Fayol (1841-1925)
Henri Fayol, seorang industrialis Perancis,
mengemukakan teori dan teknik-teknik administrasi sebagai
pedoman bagi pengelolaan organisasi-organisasi yang kompleks
dalam bukunya yang terkenal, Administration Industrielle et
Generale (Administrasi Industri dan Umum). Dalam teori
administrasinya Fayol memerinci manajemen menjadi lima unsur,
yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah,
pengkoordinasian dan pengawasan. Pembagian kegiata
manajemen (administrasi) atas fungsi-fungsi ini dikenal sebagai
fungsionalisme Fayol.

7
Disamping itu Fayol juga mengemukakan empat belas
prinsip manajemen yang secara ringkas adalah sebagai berikut:
1. Pembagian kerja – adanya spesialisasi akan meningkatkan
efisiensi pelaksanaan kerja.
2. Wewenang – hak untuk memberi perintah dan dipatuhi.
3. Disiplin – harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan
dan tujuan-tujuan organisasi.
4. Kesatuan perintah – setiap karyawan hanya menerima
instruksi tentang kegiatan tertentu dari hanya seorang atasan.
5. Kesatuan pengarahan – operasi-operasi dalam organisasi yang
mempunyai tujuan yang sama harus diarahkan oleh seorang
manajer dengan penggunaan satu rencana.
6. Meletakkan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan
umum – kepentingan perseorangan harus tunduk pada
kepentingan organisasi.
7. Balas jasa – kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan
harus adil baik bagi karyawan maupun pemilik.
8. Sentralisasi – adanya keseimbangan yang tepat antara
sentralisasi dan desentralisasi.
9. Rantai skalar (garis wewenang) – garis wewenang dan
perintah yang jelas.
10. Order – bahan-bahan (material) dan orang-orang harus ada
pada tempat dan waktu yang tepat. Terutama orang-orang
hendaknya ditempatkan pada posisi-posisi atau pekerjaan-
pekerjaan yang paling cocok untuk mereka.
11. Keadilan – harus ada kesamaan perlakuan dalam
organisasi.
12. Stabilitas staf organisasi – tingkat perputaran tenaga kerja
yang tinggi tidak baik bagi pelaksanaan fungsi-fungsi
organisasi.

8
13. Inisiatif – bawahan harus diberi kebebasan untuk
menjalankan dan menyelesaikan rencananya, walaupun
beberapa kesalahan mungkin terjadi.
14. Esprit de Corps (semangat korps) – “kesatuan adalah
kekuatan”, pelaksanaan operasi organisasi perlu memiliki dari
para anggota yang tercermin pada semangat korps.
2. James D. Mooney
Mooney, eksekutif General Motors, mengkategorikan
prinsip-prinsip dasar manajemen tertentu. Dia mendefinisikan
organisasi sebagai sekelompok, dua atau lebih, orang yang
bergabung untuk tujuan tertentu. Menurut Mooney, untuk
merancang organisasi perlu diperhatikan empat kaidah dasar,
yaitu:
1. Koordinasi - syarat-syarat adanya koordinasi meliputi
wewenang, saling melayani, doktrin (perumusan tujuan) dan
disiplin.
2. Prinsip Skalar - proses scalar mempunyai prinsip, prospek dan
pengaruh sendiri yang tercermin dari kepemimpinan, delegasi
dan definisi fungsional.
3. Prinsip Fungsional - adanya fungsionalisme bermacam-
macam tugas yang berbeda.
4. Prinsip Staf - kejelasan perbedaan antara staf dan lini.
3. Mary Parker Follett (1868-1933)
Follett dan Barnard bertindak sebagai “jembatan”
antara teori klasik dan hubungan manusiawi, karena pemikiran
mereka berdasarkan kerangka klasik, tetapi memperkenalkan
beberapa unsur-unsur baru tentang aspek-aspek hubungan
manusiawi.
Follett adalah ahli ilmu pengetahuan sosial pertama
yang menerapkan psikologi pada perusahaan, industri dan
pemerintah. Dia memberikan sumbangan besar dalam bidang
manajemen melalui aplikasi praktik ilmu-ilmu social dan

9
administrasi perusahaan. Dia menulis panjang lebar tentang
kreatifitas, kerjasama antara manajer dan bawahan, koordinasi
dan pemecahan konflik. Follett percaya bahwa konflik dapat
dibuat konstruktif dengan penggunaan proses integrasi dimana
orang-orang yang terlibat mencari jalan pemecahan bersama
perbedaan-perbedaan diantara mereka. Dia juga menguraikan
suatu pola organisasi yang ideal di mana manajer mencapai
koordinasi melalui komunikasi yang terkendali dengan para
karyawan.

4. Chaster I. Barnard (1886-1961)


Chester Barnard, presiden perusahaan Bell Telephone
di New Jersey, menulis bermacam-macam subyek manajemen
dalam bukunya The Functions of the Executive yang ditulis pada
tahun 1938. Dia memandang organisasi sebagai sistem kegiatan
yang diarahkan pada tujuan. Fungsi-fungsi utama manajemen,
menurut pandangan Barnard, adalah perumusan tujuan dan
pengadaan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan.
Barnard menekankan pentingnya peralatan komunikasi
untuk pencapaian tujuan kelompok. Dia juga mengemukakan
teori penerimaan pada wewenang. Menurut teorinya, bawahan
akan menerima perintah hanya bila mereka memahami dan
mampu serta berkeinginan untuk menuruti atasan. Barnard adalah
pelopor dalam penggunaan “pendekatan sistem” untuk
pengelolaan organisasi.

2.3.3 Aliran Hubungan Manusiawi


Aliran hubungan manusiawi (perilaku manusia dan
neoklasik) muncul karena ketidak puasan bahwa yang dikemukakan
pendekatan klasik tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi
dan keharmonisan kerja. Para manajer masih menghadapi kesulitan-

10
kesulitan dan frustasi karena karyawan tidak selalu mengikuti pola-
pola perilaku yang rasional. Sehingga pembahasan “sisi perilaku
manusia” dalam organisasi menjadi penting. Beberapa ahli mencoba
melengkapi teori organisasi klasik dengan pandangan sosiologi dan
psikologi.
1. Hugo Munsterberg (1863-1916)
Hugo Munsterberg hidup pada tahun 1863-1916 dan
telah memberikan kontribusi yang besar dalam aplikasi psikologi
guna membantu terwujudnya tujuan produktivitas sebagaimana
diharapakan oleh manajer lain. Dalam bukunya, Psychology and
Industrial Efficiency, dikemukakan bahwa peningkatan
produktivitas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Menemukan orang yang terbaik atau (bawahan yang kualitas
mentalnya terbaik untuk pekerjaan tersebut).
2. Menciptakan pekerjaan yang baik (kondisi psikologis yang
ideal untuk mencapai produktivitas secara maksimum).
3. Menggunakan pengaruh psikologi yang disebut pengaruh yang
paling mungkin (the best possible effect) untuk memotivasi
para bawahan.
2. Elton Mayo (1880-1949)
Berpendapat bahwa para pekerja akan bekerja lebih
keras, apabila mereka yakin bahwa manajemen memikirkan
kesejahteraan mereka. Mayo mengusulkan perlunya pelatihan
yang mendalam tentang psikologi, sosiologi dan antropologi serta
metode penelitian yang canggih.

2.3.4 Aliran Manajemen Modern


Masa manajemen modern berkembang melalui dua jalur
yang berbeda. Jalur pertama merupakan perkembangan dari aliran
hubungan manusiawi yang dikenal perilaku organisasi, dan yang
lain dibangun atas dasar manajemen ilmiah, dikenal sebagai aliran

11
kuantitatif (operation research dan management science atau
manajemen operasi).
1. Teori Perilaku (behavioral theory)
Pandangan-pandangan umum dalam teori perilaku ini ditandai oleh
tiga tingkatan kelompok perilaku, yaitu:
1. Perilaku individu per individu
2. Perilaku antar kelompok-kelompok social
3. Perilaku antar kelompok social
2. Teori Kuantitatif (quantitative theory)
Teori kuantitatif memfokuskan perhitungan manajemen
berdasarkan perhitungan-perhitungan yang dapat
dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Dalam setiap pemecahan
masalah, masalahnya harus terlebih dahulu diketahui dengan
melakukan kegiatan-kegiatan riset ilmiah, riset operasional, teknik-
teknik ilmiah seperti kegiatan penganggaran modal, manajemen
aliran kas, pengembangan strategi produksi, perencanaan program,
pengembangan sumber daya manusia dan sebagainya.

2.4 Perkembangan Mutakhir Ilmu Manajemen


2.4.1 Pendekatan Sistem
Sistem adalah suatu susunan elemen-elemen atau bagian-
bagian berbeda yang terintegrasi, berkolerasi dan terstruktur dengan
urutan tertentu yang bekerjasama, saling berinteraksi dalam upaya
pencapaian tujuan. Sistem dapat merupakan sesuatu yang berwujud
maupun yang abstrak.
Sebuah sistem merupakan alat bagi organisasi untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Pendekatan sistem untuk
manajemen merupakan kunci untuk mengoordinasikan semua proses
di sebuah organisasi besar.
Karakter Sistem
Beberapa karakter sistem, antara lain:
1. Komponen sistem.

12
Ini terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan
bekerjasama membentuk satu kesatuan. Contohnya: manusia,
peralatan, dan lain sebagainya.
2. Batasan sistem.
Daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem lainnya atau
sistem dengan lingkungan luarnya. Dengan batasan ini sistem
dipandang sebagai suatu kesatuan.
3. Lingkungan luar sistem
Yang berada di luar ruang lingkup yang memengaruhi sistem yang
dapat menguntungkan dan merugikan.
4. Penghubung sistem.
Media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lainnya
melalui interface.
5. Masukan sistem.
Merupakan energy yang dimasukkan ke dalam sistem, yang dapat
merupakan maintenance input dan signal input. Maintenance input
adalah energy yang dimasukkan agar sistem dapat beroperasi,
contohnya komputer. Sedangkan signal input adalah energy yang
diproses menjadi output misalnya data.
6. Keluaran sistem (output)
Energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang
berguna, dimana contohnya adalah informasi dan sisa pembuangan
(misalnya, panas dari komputer). Ini dapat menjadi input bagi
subsistem lainnya suprasistem.
7. Pengolahan sistem.
Ini mengubah input menjadi output, dimana contohnya adalah
sistem akuntansi yang mengolah data transaksi menjadi laporan
yang sangat dibutuhkan oleh pihak manajemen.
8. Sasaran sistem.
Sistem tentu memiliki tujuan (goal) atau sasaran (objective), dan
menentukan input yang dibutuhkan dan output yang dihasilkan.

13
2.4.2 Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi merupakan sebuah cara berpikir yang
komparatif (berdasarkan perbandingan) baru diantara teori-teori
manajemen yang telah dikenal. Manajemen kontingensi berupaya
untuk melangkah keluar dari prinsip-prinsip manajemen yang dapat
diterapkan dan menuju kondisi situasional. Salah seorang penulis
manejemen kontingensi yang bernama Fred Luthans menyatakan,
“pendekatan-pendekatan tradisional dalam bidang manajemen
tidaklah salah atau keliru, tetapi dewasa ini, mereka tidak lagi cocok
untuk digunakan. Terobosan baru terhadap teori dan praktik
manajemen dapat kta temukan pada pendekatan kontingensi”.

Penjelasan tentang pendekatan kontingensi yang disebutkan


di atas adalah model sebagai berikut:
1. Model kepemimpinan Friedler (1967) disebut sebagai model
kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi
pemimpin terhadap efektivitas kinerja kelompok bergantung pada
cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian
situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.
Menurut Friedler, ada 3 faktor utama yang memperngaruhi
keefektifan pemimpin.
Ketiga faktor itu adalah:
1. Hubungan antara pemimpin dan bawahan.
Menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan
disukai oleh bawahan, dan kemampuan bawahan untuk
mengikuti petunjuk pemimpin.
2. Struktur tugas.
Menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi
didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi
tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan
prosedur yang baku.
3. Kekuatan posisi.

14
Menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang
dimiliki pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi
untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai
dari tugas-tugas mereka masing-masing.
2. Model tiga dimensi ini mengubungkan tiga kelompok gaya
kepemimpinan, yaitu:
a. Gaya dasar.
b. Gaya efektif dalam kesatuan.
c. Gaya tidak efektif.
Kelompok gaya dasar terdiri atas:
a. Separated (pemisah).
b. Decicated (pengabdi).
c. Related (penghubung).
d. Integrated (terpadu).
Kelompok gaya efektif terdiri atas:
a. Bureaucrat (biokrat).
b. Benevolent autocrat (otokrat bijaksana).
c. Developer (pengembang).
d. Exectutive (eksekutif).
Kelompok gaya tidak efektif terdiri atas:
a. Deserter (pelan).
b. Autocrat (otokrat).
c. Missionary (penganjur).
d. Compromiser (kompromis).
3. Kontinum (Robert Tanenbaum dan Warren Schmidt).
Kedua ahli ini menggambarkan gagasannya bahwa ada dua bidang
pengaruh yang ekstrem, yakni:
1. Bidang pengaruh pimpinan.
Pemimpin menggunakan otoritas dalam gaya kepemimpinannya.
2. Bidang pengaruh kebebasan bawahan.
Pemimpin menunjukkan gaya yang demokratis.

15
2.4.3 Memasuki Era Keterlibatan Dinamis
Semua teori di bagian depan telah kita miliki pada akhir abad
kedua puluh dunia organisasi dan manajemen. Di sini teori-teori
tersebut dipraktekkan dengan latar belakang perubahan cepat dan
pemikiran ulang yang mendalam mengenai bagaimana manajemen
dan organisasi akan berevolusi dalam abad mendatang. Di jantung
pemikiran ulang ini, yang benar-benar terjadi dalam sejumlah cara
pada saat yang sama, terletak cara-cara baru berpikir mengenai
hubungan dan waktu.
Ketika batas-batas budaya dan bangsa menjadi kabur dan
teknologi komunikasi baru membuat kita dapat membayangkan dunia
sebagai “desa global”, cakupan hubungan internasional dan antar
budaya dengan cepat berkembang luas. Aktivitas organisasi naik
secara dramatik. Kecenderungan ini menandai menguatnya tingkat
dalam organisasi dan manajemen sekarang ini.
Untuk menekankan intensitas hubungan organisasional
modern dan intensitas tekanan waktu yang mengatur hubungan ini,
kami menamakan teori manajemen baru yang membi¬ngungkan ini
pendekatan keterlibatan dinamik (= dynamic engagement).
“Keterlibatan dinamik” adalah istilah yang kami ciptakan. Pada saat
teori sedang berubah, sering kali merupakan kebenaran bahwa hal
terakhir yang terjadi adalah seseorang memberi nama pada teori yang
baru itu. Kami menggunakan keterlibatan dinamik untuk menyalurkan
semangat dari pemikiran dan debat saat ini mengenai manajemen dan
organisasi. Kemung¬kinan besar dua puluh tahun yang akan datang,
tepat dalam kehidupan organisasional Anda, Anda akan menengok ke
belakang dan menamakan gerakan periode ini dengan nama lain.
Dinamik—kebalikan dari statik—mencerminkan perubahan,
pertumbuhan, dan akti¬vitas yang berkesinambungan; keterlibatan—
lawan dari pemisahan—mengandung arti keterlibatan intensif dengan
orang lain. Oleh karena itu kami berpendapat istilah keterlibatan
dinamik paling baik mengekspresikan cara penuh semangat dari para

16
manajer sukses masa kini memusatkan perhatian pada hubungan
manusiawi dan dengan cepat menyesuaikan pada kondisi yang
berubah sepanjang waktu.
Enam tema berbeda mengenai teori manajemen muncul di
bawah payung yang kami namakan keterlibatan dinamik. Untuk
menekankan kepentingan mereka pada pemahaman Anda mengenai
manajemen pada tahun 1990-an dan sesudahnya, serta untuk
menonjolkan perbedaan di antara mereka.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori manajemen yang baik dapat mendorong profesionalisme
manajemen karena manajemen merupakan ilmu dan seni. Teori dapat
digunakan untuk memprediksi kaitan antara beberapa fenomena. Dengan
demikian, hal itu bisa mengurangi praktik coba-coba dan dapat
mengefisienkan kerja manajer. Evolusi teori manajemen terjadi melalui
beberapa aliran, yaitu aliran klasik (yang akan dibagi menjadi dua aliran,
manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik), aliran hubungan manusiawi
(sering disebut aliran neoklasik), dan aliran manajemen modern. Dalam
perkembangan mutakhir ilmu manajemen, terdapat beberapa pendekatan yang
mempunyai subangan dan keterbatasan sendiri. Pendekatan integrative
berusaha menggabungkan pendekatan-pendekatan yang ada. Hal ini
dilakukan dengan melihat organisasi sebagai suatu sistem dan menggunakan
pendekatan yang ada secara situsional atau kontingensi.

3.2 Saran
Penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, sehingga masih
diperlukan tambahan perbaikan-perbaikan untuk menghasilkan makalah yang
lebih baik dan lengkap. Adapun saran dari penyusun adalah perlu adanya
perbaikan-perbaikan tambahan dari pembaca untuk kesempurnaan dalam
pebuatan makalah ini, selain itu pula hendaknya pembaca perlu mengetahui
evolusi dari teori manajemen.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ridhotullah, Subeki, Mohammad Jauhar. 2015. Pengantar Manajemen. Prestasi


Pustakaraya : Jakarta.
Handoko, T. Hani. 2016. Manajemen. BPFE-Yogyakarta : Yogyakarta.
Stoner, J.A.F., Freeman, R.E., Gildert, D.R. JR. 1996. Manajemen Edisi Bahasa
Indonesia. PT. Bhuana Ilmu Populer : Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai