Anda di halaman 1dari 3

1.

Rintisan Pembentukkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Penghormatan


Hak Asasi Manusia (HAM)

A. Sejarah Singkat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)


Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diadopsi dan ditandatangani pada
26 Juni 1945 siap untuk ditegakkan. Piagam tersebut sebelumnya ditandatangani pada
Konferensi San Fransisco oleh perwakilan lebih dari 50 negara. Pada 24 Oktober 1945, PBB
pun resmi didirikan. PBB lahir atas kebutuhan untuk menengahi konflik yang terjadi di dunia
internasional lewat jalur negosiasi. Adanya Perang Dunia II mendorong Inggris, Amerika
Serikat (AS), dan Uni Soviet merumuskan Deklarasi PBB pada Januari 1942. Deklarasi
tersebut ditandatangani oleh 26 negara untuk menekan Jerman, Italia, dan Jepang yang
menjadi pelaku perang.
Deklarasi akhirnya dilanjutkan dengan perumusan Piagam PBB pada konferensi di
San Fransisco yang diselenggarakan 25 April 1945. Konferensi ini dipimpin Presiden AS
Franklin Roosevelt, PM Inggris Winston Churchill, dan pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin.
Konferensi dihadiri 50 negara dari berbagai benua. Konferensi meletakkan dasar pendirian
sebuah organisasi internasional. Tujuan didirikannya organisasi pun dirumuskan sebagai
berikut:
1. Menyelamatkan generasi masa depan dari perang.
2. Menegaskan kembali iman dalam hak asasi manusia.
3. Membangun penghormatan terhadap perjanjian internasional.
4. Mempromosikan kemajuan sosial dan standar hidup yang lebih baik.
Dua tujuan lain dalam piagam tersebut adalah untuk menghormati prinsip-prinsip
persamaan hak dan penentuan nasib sebagai bangsa merdeka. Tujuan awal adalah untuk
mencegah negara-negara kecil menjadi sasaran penjajahan raksasa komunis pascaperang.
Sekarang setelah perang berlalu, negosiasi dan memelihara perdamaian dunia adalah
tanggung jawab utama Dewan Keamanan PBB.

B. Penghormatan Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia lahir sebagai penghormatan terhadap individu. Setiap orang
memiliki kedudukan, hak, dan kesempatan yang sama dalam setiap hal. Di Indonesia terdapat
Pasal 27-34 dalam Undang Undang Dasar Negara Indonesia yang mengatur tentang hak asasi
manusia. Tepat pada 71 tahun yang lalu, Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
mendeklarasikan Universal Declaration of Human Right. Bertempat di Palais de Chaillot,
Paris, melalui General Assembly Revolution 217A (III), deklarasi berisi tentang hak yang
tidak dapat diganggu gugat dan dicabut oleh siapapun terkait hak sebagai manusia.
Perjalanan hak asasi manusia hingga ditetapkan untuk dijunjung tinggi oleh siapapun bukan
merupakan hal yang singkat. Dilansir humanright.com, pasukan Raja Cyrus the Greath, raja
Persia Kuno, berhasil menaklukkan kota Babylon pada tahun 539 SM. Penaklukan tersebut
membawa kemajuan besar bagi peradaban manusia. Ia membebaskan para budak dan tidak
hanya itu, Raja Cyrus membebaskan setiap orang untuk memilih agama sesuai apa yang
mereka inginkan. Membangun persamaan ras pun ia lakukan demi kesetaraan harkat dan
martabat manusia. Keputusan-keputusannya tersebut dicatat dan dituliskan dalam sebuah
prasasti berbentuk silinder tanah liat. Dekrit tersebut ditulis dalam bahasa Akkadia dan
menggunakan aksara runcing disebut sebagai Cyrus Cylinder.
Catatan sejarah tersebut kini diakui sebagai piagam hak asasi manusia pertama di
dunia. Selain itu, Cyrus Cylinder diterjemahkan ke dalam enam bahasa resmi Perserikatan
Bangsa-Bangsa dan ketentuannya paralel dengan empat Artikel pertama Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia. Keempat artikel pertama tersebut adalah hak hidup, kemerdekaan dan
keamanan badan, pengakuan atas kepribadian, dan memperoleh pengakuan yang sama
dengan orang lain menurut hukum dan mendapatkan jaminan hukum dalam perkara pidana.
Gagasan Cyrus Cylinder menjadi titik awal dan menyebar dengan cepat menuju India,
Yunani, dan Roma. Dokumen yang menyatakan hak-hak individu seperti Magna Carta
(1215), Petisi Hak (1628), Konstitusi AS (1787), Deklarasi Prancis tentang Hak-Hak
Manusia dan Warga Negara (1789), dan US Bill of Right (1791) adalah dekrit tertulis dari
dokumen HAM masa kini. “Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menjadi Magna Carta
pertama secara internasional dan diakui oleh seluruh dunia” ungkap Eleanor Roosevelt, ketua
Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa saat deklarasi PPB diadakan,
dikutip dari activesustainability.com. Peringatan resmi Hak Asasi Manusia pada tanggal 10
Desember dimulai pada tahun 1950. Semua terjadi setelah Dewan PBB mengundang semua
negara dan organisasi untuk memperingatinya. Rancangan perangko untuk memperingati hari
Hak Asasi Manusia dikeluarkan oleh UN Postal Administration pada tahun 1952.
2. Peran Perserikatan Bangsa-Bangsa Di Tengah Dan Di Antara Negara Yang
Berdaulat
Dalam kasus ini PBB melalui badan peradilannya telah berhasil mencegah
terjadinya konflik antara Jerman dan Italia. PBB sebagai organisasi internasional tentu
mempunyai tujuan yang dapat kita lihat di dalam Pasal 1 Piagam PBB yaitu sebagai
berikut:
a. Menciptakan perdamaian dan keamanan internasional.
b. Memajukan hubungan persahabatan antar bangsa berdasarkan asas-asas persamaan
hak, hak menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri urusan dalam Negara lain.
c. Mewujudkan kerjasama internasional dalam memecahkan persoalan internasioanal di
bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, dan kemanusiaan.
d. Menjadikan PBB sebagai pusat usaha dalam merealisasikan tujuannya.
Untuk mencapai tujuannya tersebut, asas-asas yang digunakan sebagaiman yang
terumus di dalam Pasal 2 Piagam PBB, yaitu sebagai berikut PBB didirikan atas dasar
persamaan kedaulatan dari semua anggota, semua anggota dengan etiket baik harus
melaksanakan kewajiban yang telah disetujui sesuai dengan ketentuan Piagam PBB ini,
semua anggota PBB dalam menyelesaikan sengketa internasional dilakukan dengan cara
damai. Dalam melaksanakan hubungan internasional, semua anggota menjauhkan diri
dari segala macam bentuk kekerasan yang bertentangan dengan tujuan PBB.
Penyelesaian sengketa Jerman dan Italia yang diselesaikan PBB melalui badan
peradilannya Mahkamah Internasional merupakan salah satu peran PBB dalam menjaga
dan memelihara keamanan dan perdamaian yang juga telah berhasil menyelesaikan
sengketa antara Indonesia dan Belanda (masalah Irian Barat).
Kompetensi Mahkamah Internasional Sebagai Badan Peradilan Utama PBB
menunjukkan kemandiriannya sebagai suatu organ atau badan pengadilan. Kekuatan
mengikat keputusan Mahkamah Internasional dalam memutus sengketa internasional
berdasarkan kerangka PBB hanya mempunyai kekuatan mengikat terhadap pihak-pihak
yang bersengketa. Selain itu dalam memutus suatu sengketa internasional, Mahkamah
mendasarkan atas ketentuan hukum internasional atau berdasar kepantasan dan kebaikan
bila pihak-pihak yang bersengketa menyetujuinya. Dan dalam hal ini PBB berperan aktif
di dalam mencegah terjadinya tindak kekerasan antara Jerman dan Italia di dalam
menyelesaikan sengketa tersebut.
PBB sebagai organisasi internasional dengan legitimasi yang bersumber dari
keanggotaan yang bersifat universal, hendaknya selalu menjadi forum penanganan
berbagai tantangan dan krisis global yang semakin kompleks di masa mendatang.
Reformasi PBB khususnya Dewan Keamanan agar lebih mencerminkan kondisi politik
dunia saat ini penting dimajukan agar upaya ini dapat efektif dan memiliki nilai
legitimasi. Indonesia akan terus berada di garis depan dalam memajukan peranan PBB
mengatasi krisis global dan pada saat yang sama menyerukan perlunya reformasi PBB.

Anda mungkin juga menyukai