Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan................................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................................3

A. Tinjauan Pustaka....................................................................................................3

B. Kerangka Pemikiran...............................................................................................6

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................7

A. Tahap Analisis dan Studi Literatur.........................................................................7

B. Tahap Desain/Perancangan Sistem.........................................................................7

C. Tahap Pembuatan dan Perakitan Sistem Elektronik...............................................8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................9

A. Alat Jendela Otomatis Penyandang Disabilitas......................................................9

B. Prosedur Pengoperasian..................................................................................…..10

C. Persiapan Alat......................................................................................................10

D. Persiapan Software...............................................................................................11

E. Perancangan Alat..................................................................................................11

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................12

A. Kesimpulan..........................................................................................................12

B. Saran....................................................................................................................13

1
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PESERTA....................................................................15

17

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran.......................................................................................6


Gambar 1.2 Perancangan Sistem........................................................................................7
Gambar 2.1 Perakitan Sistem Elektronik...........................................................................8
Gambar 2.2 Perancangan Alat..........................................................................................11

3
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jendela merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu bangunan yang
berfungsi sebagai keluar masuk udara dan cahaya ke dalam rumah sehingga mencapai
kenyamanan termal yang optimal. (Albet, dkk,.2014:8). Cara kerja jendela untuk
membuka dan menutup adalah dengan cara bantuan tangan manual. Namun sampai saat
ini, khususnya kaum difabel merasakan kesulitan dalam melakukan pengoperasian kerja
dari jendela. Penyandang tuna netra, sangat kesulitan dalam menentukan waktu siang dan
malam sehingga tidak bisa mengetahui kapan waktu yang tepat untuk membuka atau
menutup jendela rumah. Tuna daksa, sangat kesulitan untuk melakukan pekerjaan rumah
dan bergerak ke tempat-tempat tertentu sehingga tidak bisa membuka atau menutup
jendela rumah dengan cara manual seperti biasanya. Penyandang disabilitas lainnya juga
kesulitan dalam melakukan kesigapan menutup atau membuka jendela jika tiba-tiba
mendung atau cuaca ekstrem.

Jendela sangatlah penting pada suatu bangunanan rumah sebagai sirkulasi udara
maupun sebagai masuknya cahaya. Sirkulasi udara dan cahaya sangatlah dibutuhkan pada
suatu bangunan rumah karena akan menciptakan kenyamanan, mengeluarkan polusi
rumah, menghilangkan kepengapan rumah, dan masalah kesehatan lainnya. Menjawab
pentingnya manfaat jendela bagi suatu rumah inovasi teknologi terbarukan dilakukan agar
menjawab permasalahan-permasalahan terkait kesulitan penggunaan manual dari jendela.
Inovasi tersebut adalah adanya jendela otomatis berbasis sensor cahaya. Penelitian
sebelumnya yang dilkukan oleh Albet dkk., 2014 juga telah dilakukan yaitu berjudul
“Pembuatan Jendela Otomatis Menggunakan Sensor Cahaya”. Kelebihan penelitan
sebelumnya tersebut adalah inovasi teknologi tersebut bisa berjalan semestinya yaitu
jendela dapat membuka dan menutup secara otomatis mengikuti terang atau gelapnya
langit. Akan tetapi, penelitian tersebut memiliki kekurangan sehingga perlu diteliti lebih
lanjut yaitu, kekuatan dan kecepatan motor DC ketika menarik beban sangat lambat
sehingga menutup dan membuka jendela secara otomatis tersebut kurang optimal
digunakan serta kurangnya ketepatan sensor cahaya dalam menerima suatu cahaya atau
intesitas cahaya.
2

Solusi dari kelemahan penelitian sebelumnya, penelitian yang kami lakukan


adalah menggunakan konsep sistem 4 komponen yaitu sensor cahaya, mikrokontoller
ATMEGA 16, Motor Servo, dan aliran listrik sebagai sumber energi serta untuk
pengkodean dapat dilakukan dengan menggunakan laptop atau komputer yang terinstall
software CV AVR yang sesuai dan optimal, sehingga penggunaan jendela otomatis
menggunakan sensor cahaya ini penggunaannya lebih cepat dan tepat dalam membuka
dan menutup jendela sesuai cahaya yang diterima dan tentunya sangat memudahkan bagi
penyandang difabel dalam pengoperasian jendela rumah.

B. Rumusan Masalah:
1. Bagaimana Konsep Jendela Otomatis Penyandang Disabilitas?
2. Bagaimana Prosedur Pengoperasian Jendela Otomatis Penyandang Disabilitas?
3. Apa saja Persiapan Alat Perancangan Jendela Otomatis Penyandang Disabilitas?
4. Apa Software yang digunakan dalam Perancangan Jendela Otomatis Penyandang
Disabilitas?
5. Bagaimana Perancangan Alat Jendela Otomatis Penyandang Disabilitas?

C. Tujuan Pembahasan:
1. Memahami konsep jendela otomatis penyandang disabilitas
2. Mengetahui prosedur pengoperasian jendela otomatis penyandang disabilitas
3. Mengetahui persiapan alat perancangan jendela otomatis penyandang disabilitas
4. Mengetahui software yang digunakan dalam perancangan jendela otomatis
penyandang disabilitas.
5. Memahami proses perancangan alat jendela otomatis penyandang disabilitas.
3

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1) Jendela
Jendela merupakan bagian dari unsur rumah dan bangunan yang merupakan
bukaan ruang pada dinding ruangan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), jendela adalah lubang yang dapat diberi tutup dan berfungsi sebagai tempat
keluar masuknya udara. Dalam penggunaannya jendela difungsikan sebagai bagian
bangunan yang dapat memasukan cahaya alami sekaligus sirkulasi udara dari dalam
dan luar ruangan. Pada perkembangannya, jendela memiliki fungsi lain berdasarkan
nilai keindahan, keamanan, kenyamanan, ataupun nilai ekonomisnya.
Dalam perencanaan bangunan, fungsi jendela sebagai tempat masuknya
cahaya alami dimaksudkan untuk memperoleh pencahayaan ruang yang memadai.
Dengan pencahayaan yang sesuai, maka diperoleh kenyamanan ruangan akan
didapatkan dan tidak terkesan sempit. Selain itu, sirkulasi udara pada jendela bukaan
bisa mempengaruhi suhu ruangan. Hal ini dapat disesuaikan untuk mendapatkan
kenyamanan termal yang sesuai untuk kondisi ruangan tertentu.
Jendela dapat dibedakan berdasarkan jumlah daun, jenis daun, dan teknik
bukaannya. Berdasarkan jumlah daunnya, terdapat jendela berdaun tunggal dan
jendela berdaun ganda. Kemudian, berdasarkan jenis daunnya, jendela dibedakan
menjadi jendela ram kaca, jendela krepyak, jendela nako, dan kaca mati (tidak
memiliki daun). Jendela berdasarkan teknik bukaannya dibedakan menjadi jendela
putar (arah horisontal maupun vertical), jendela geser (atas-bawah ataupun kanan-
kiri), bukaan gantung (sisi bawah atau atas), dan bukaan arah samping. Ratna, S.
(2019). Menggambar Rencana & Detil. [Unggahan Blog]. Diakses dari
https://slideplayer.info/slide/16552510/.
Dengan banyaknya tipe jendela tersebut, penulis akan menggunakan jendela
ram kaca daun tunggal dengan teknik bukaan putar arah horisontal. Alasan penulis
karena pada masa ini jendela tersebut merupakan tipe yang mudah digunakan. Selain
itu, besar bukaan jendela dapat diatur dan disesuaikan dengan kondisi ruangan
sehingga kenyamanan termal dapat dicapai meskipun terjadi perubahan cuaca.
4

2) Sensor Cahaya
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sensor diartikan
sebagai elemen yang mengubah sinyal fisik menjadi sinyal elektronik yang
dibutuhkan komputer. Sementara itu, sensor cahaya merupakan alat elektonik yang
digunakan untuk mengubah besaran cahaya menjadi besaran listrik. Dalam
perubahan intensitas cahaya, komponen elektronika pada sensor cahaya dapat
memberikan perubahan besaran elektrik. Karena hal tersebut, sensor cahaya biasa
digunakan dalam rangkaian elektronik yang berkaitan dengan intensitas cahaya.
Sensor cahaya dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu sensor cahaya tipe
fotovoltaik dan sensor cahaya tipe fotokonduktif. Sensor cahaya tipe fotovoltaik
merupakan sensor yang mengubah besaran cahaya langsung menjadi besaran listrik
apabila menerima intesitas cahaya. Contoh sensor cahaya tipe ini adalah sel surya.
Sementara itu, sensor cahaya tipe fotokonduktif memberikan sebuah perubahan
resistansi sesuai dengan intensitas cahaya yang diterimanya. Contohnya adalah LDR
(Light Depending Resistor), Photo Transistor, dan Photo Dioda. (2014, Desember
15). Diakses pada 18 April 2021 dari halaman web: http://zonaelektro.net/sensor-
cahaya/.
LDR (Light Depending Resistor) merupakan sensor cahaya yang paling
umum digunakan dalam sebuah rangkaian elektronika. Hal ini dikarenakan sensor
cahaya LDR merupakan jenis resistor yang peka terhadap cahaya. Nilai resistansinya
akan berubah-ubah sesuai dengan intensitas cahaya yang diterimanya. LDR dibuat
dari semikonduktor beresistensi tinggi yang tidak dilindungi dari cahaya. Ketika
cahaya yang mengenainya memiliki frekuensi yang cukup tinggi, foton yang diserap
oleh semikonduktor akan mengakibatkan elektron memiliki energi yang cukup untuk
meloncat ke pita konduksi. Elektron bebas yang dihasilkan dan pasangan lubangnya
akan mengalirkan listrik, sehingga menurunkan resistansinya (Muhammad Albet,
dkk. 2014: 11).
Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu laju recovery dan respon
spectral. Laju recovery adalah suatu ukuran praktis mengenai kenaikan nilai
resistansi dalam rentang waktu tertentu. Hal ini merupakan suatu ukuran ketika LDR
mengalami pergantian intensitas cahaya dari terang ke gelap ataupun sebaliknya
dengan nilai yang ditulis dalam K/detik. Sementara itu, respon spectral diartikan
bahwa LDR tidak memiliki sensitivitas yang sama terhadap setiap gelombang
cahaya yang jatuh atau warna (Muhammad Albet, dkk. 2014: 11).
5

Sensor cahaya LDR biasanya digunakan sebagai alat bantu pada lampu
penerangan jalan. Ketika siang hari, dengan intensitas cahaya tinggi, lampu
penerangan jalan tidak akan menyala. Sebaliknya ketika malam hari, lampu
penerangan jalan akan menyala karena intensitas cahaya yang di terima sensor
cahaya rendah. Untuk itu, penulis memilih menggunakan sensor cahaya LDR untuk
membantu pembuatan jendela otomatis bagi penyandang disabilitas.

3) Disabilitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diasabilitas merupakan
kondisi (seperti sakit atau cidera) yang merusak atau membatasi kemampuan mental
ataupun fisik seseorang. Berdasarkan UU No.8 Tahun 2016 (dalam Dini Widinarsih,
2019: 138) Pasal 1 ayat 1 penyandang disabilitas didefinisikan sebagai, “setiap orang
yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam
jangka waktu yang lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat
mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif
dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.”
Penyandang disabilitas dibagi menjadi penyandang disabilitas fisik,
penyandang disabilitas intelektual, penyandang disabilias mental, dan/atau
penyandang disabilitas sensorik. Masing-masing ragam penyandang disabilitas
tersebut didefinisikan sebagai berikut:
1. Penyandang disabilitas fisik, merupakan suatu kondisi terganggunya fungsi
gerak, dikarenakan amputasi, lumpuh layuh atau kaku, paraplegi, celebral palsy
(CP), akibat stroke, akibat kusta, dan orang kecil.
2. Penyandang disabilitas intelektual, merupakan suatu kondisi terganggunya
fungsi pikir karena tingkat kecerdasan di bawah rata-rata seperti lambat belajar,
down syndrome, dan sejenisnya.
3. Penyandang disabilitas mental, merupakan suatu kondisi terganggunya fungsi
pikir, emosi, dan perilaku seperti psikososial (contohnya bipolar, depresi, dan
gangguan kepribadian) dan disabilitas perkembangan yang berpengaruh terhadap
kemampuan interaksi sosial (contohnya autis dan hiperaktif).
4. Penyandang disabilitas sensorik, merupakan suatu kondisi terganggunya fungsi
salah satu panca indra seperti tuna rungu, tuna wicara, dan tuna netra.
6

Di Indonesia, UU No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat mengandung


berbagai hak terkait penyandang disabilitas. Hak-hak tersebut diantaranya dalam
bidang-bidang pendidikan, ketenagakerjaan, kesetaraan dalam pembangunan dan
dalam menikmati hasil pembangunan, aksesibilitas, rehabilitasi dan kesejahteraan
sosial, serta pengembangan bakat dan kehidupan sosial secara setara. Selanjutnya
berdasarkan UU No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan, memberikan aturan agar
setiap bangunan harus menyediakan fasilitas atau infrastruktur untuk penyandang
disabilitas, kecuali perumahan pribadi. (Irwanto, dkk 2010: 18-19)
Namun, penulis merasa bahwa implementasi dari undang-undang tersebut
belum dilaksanakan secara menyeluruh. Masih banyak dijumpai fasilitas publik yang
tidak ramah untuk penyandang disabilitas. Selain itu, tidak adanya undang-undang
yang mengatur mengenai fasilitas atau infrastruktur penyandang disabilitas untuk
rumah tinggal, mengakibatkan mereka sangat tergantung dengan orang lain ketika
melaksanakan pekerjaan rumah. Pada suatu kondisi, dimungkinkan orang-orang
penyandang disabilitas akan tinggal sendiri di rumahnya. Dalam proses pemenuhan
kebutuhan dasar, para penyandang tersebut mungkin dapat memnuhinya, tetapi
dalam hal kenyamanan termal dan pencahayaan ruangan, mereka kurang
memperhatikannya. Akibatnya ruangan di dalam rumah menjadi gelap dan lembab
sehingga berpotensi menimbulkan penyakit lainnya. Untuk itu, penulis berencana
untuk membuat suatu konsep jendela ramah disabilitas guna memenuhi kebutuhan
dalam hal kenyamanan termal dan pencahayaan.

B. Kerangka Pemikiran

BAB III
(Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran)
7

METODE DAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahapan yang disesuaikan dengan


mengikuti model Linear Sequential Model (LSM) yang mempunyai 4 tahapan yaitu
tahap analisis dan studi literatur, desain/perancangan sistem, perkaitan sistem
elektronik, dan pengujian. Kegiatan yang dilakukan dalam setiap tahapan dijelaskan
sebagai berikut:

A. Tahap Analisis dan Studi Literatur


Dalam tahap ini, kami telah melakukan analisa dan studi literatur yang
dilakukan dengan menganalisis informasi online terpercaya dan penelitian terkait
yang membahas mengenai keterbatasan mobilitas para penyandang disabilitas pada
kegiatan sehari hari. (Nur Milati, dkk 2019: 49) dalam jurnalnya mengatakan bahwa
penyandang tunanetra masih belum atau susah untuk melakukan kegiatan (orientasi
mobilitas) disaat turun hujan. Hal ini membuat mereka memilih untuk menghentikan
kegiatan atau meminta bantuan. Proses dari perakitan dan pembuatan alat juga
memerlukan studi literatur seperti membaca jurnal online dan menganalisis
penelitian terkait.

B. Tahap Desain/Perancangan Sistem


Dalam proses perancangan sistem,kami akan merancang cara kerja dari
jendela otomatis agar dapat berfungsi maksimal dengan komponen penyusun yang
digunakan. Secara garis besar sistem hanya terdiri dari 4 komponen yaitu sensor
cahaya, mikrokontroller ATMEGA 16, Motor Servo, dan aliran listrik sebagai
sumber energi.
8

Setelah melakukan rancangan desain kemudian melakukan tahap


pengkodean yang diterjemahkan menjadi program yang dapat memproses data input
berupa sinyal cahaya dari
(Gambar 1.2 Perancangan Sistem)
sensor kedalam
mikrokontroller.
Sehingga hasil output berupa gerakan motor servo dapat membuka jendela.
Pengkodean dapat dilakukan dengan menggunakan laptop atau komputer yang telah
terinstall software CV AVR.

C. Tahap Pembuatan dan Perakitan Sistem Elektronik


Sistem elektronik yang digunakan dalam pembuatan jendela otomatis ini
meliputi sensor cahaya, mikrokontroller, dan motor servo.

(Gambar 2.1 Perakitan Sistem Elektronik)


9

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Alat Jendela Otomatis Untuk Penyandang Disabilitas


Setelah melakukan analisis dengan mencari informasi melalui jurnal
penelitian, para penyandang disabilitas memang merasa kesulitan melakukan
mobilitas pada saat turun hujan (Nur Milati, dkk 2019: 50). Selain itu mereka juga
kerap menemukan pintu atau jendela yang terlalu berat untuk dibuka atau ditutup
karena terkendala dengan fisik mereka (Didi Tarsidi 2011:203).

Jendela otomatis ini bekerja untuk membuka dan menutup jendela, ketika
sensor cahaya menangkap cahaya terang maka sensor akan mengirimkan sinyal
kepada mikrokontroller. Selanjutnya mikrokontroller akan mengolah data dan akan
memberikan output berupa perintah menggerakkan motor servo untuk membuka
jendela. Begitu juga apabila sensor cahaya menangkap cahaya gelap maka sensor
cahaya akan mengirimkan data kepada mikrokontroller. Selanjutnya mikrokontroller
akan memberikan output berupa menggerakkan motor servo untuk menutup jendela.

B. Prosedur Pengoperasian
Alat ini dioprasikan secara otomatis. Alat ini bekerja ketika sensor cahaya
menangkap cahaya terang maka secara otomatis jendela akan terbuka dengan
pergerakan motor servo. Sebaliknya, jika sensor cahaya menangkap cahaya gelap
maka jendela akan tertutup.

Jendela otomatis ini juga dapat di tutup secara manual, dengan menekan
tombol normal pada rangkaian. Fitur ini digunakan apabila pemilik rumah hendak
menutup jendela pada siang hari. Prosedur ini tentu sangat mudah dilakukan oleh
penyandang disabilitas.
10

C. Persiapan Alat
Alat yang perlu disiapkan dalam pembuatan jendela otomatis ini berupa alat
ukur, tang, obeng, solder, gunting, timah dan alat pendukung lainnya. Berikut uraian
dari alat-alat yang digunakan dalam pembuatan jendela otomatis:

1) Alat ukur
Alat ukur yang digunakan adalah multimeter yang berfungsi untuk mengukur
bahan dan komponen yang ada pada rangkaian alat.
2) Tang
Tang berfungsi untuk memotong kaki dan pin pada komponen dan bahan ketika
proses perangkaian alat.
3) Obeng
Obeng berfungsi untuk memasang baut atau mur yang digunakan untuk
memasang komponen pada rangkaian.
4) Gunting
Gunting pada pekerjaan ini digunakan untuk memotong kabel yang digunakan
dalam rangkaian.
5) Solder
Solder berfungsi untuk membakar timah pada saat proses penyolderan.
Penyolderan dilakukan pada komponen diatas papan pcb.
6) Timah
Timah digunakan untuk menempelkan komponen diatas papan pcb.

D. Persiapan Sofware
Perangkat lunak yang perlu disiapkan dalam perancangan jendela otomatis
ini meliputi sistem operasi, perangkat lunak pengolah data, dan bahasa
pemrograman. Sistem operasi yang digunakan bisa memakai Microsoft windows 10.
Bahasa pemrograman dapat memakai Bahasa Pemrograman Basic Bastom AVR. Dan
untuk peragkat lunak pengolah data dapat menggunakan CV AVR atau Arduino.
11

E. Perancangan Alat
Perancangan alat dilakukan dengan memilih jenis jendela dan bukaannya.
Lalu menentukan peletakan sensor cahaya, dan motor servo agar dapat berfungsi
dengan baik. Berikut disajikan penampang rencana alat:

(Gambar 2.2 Perancangan Alat)


12

BAB V
KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

Rancangan Jendela Otomatis Berbasis Sensor Cahaya Ramah Disabilitas


merupakan jendela otomatis yang dirancang khususnya untuk penyandang disabilitas
yang mengalami kesulitan dalam membuka dan menutup jendela dengan cara
manual seperti biasanya. Konsep dari jendela otomatis untuk penyandang disabilitas
ini menggunakan sensor cahaya dimana cahaya terang maka akan membuka,
sebaliknya jika cahaya gelap maka jendela akan menutup yang kemudian diteruskan
kepada mikrokontroller sehingga menggerakkan motor vervo untuk membuka atau
menutup jendela secara otomatis. Uniknya, jendela otomatis ini juga dapat
dioperasikan manual jika pemilik rumah akan berpergian dengan cara menekan
tombol normal pada rangkaian.

Terdapat beberapa peralatan dan persiapan software yang digunakan dalam


merancang jendela otomatis berbasis sensor cahaya ramah disabilitas ini. Persiapan
software yang harus dipersiapkan diantaranya adalah sistem operasi menggunakan
Microsoft windows 10, perangkat lunak pengolah data menggunakan CV AVR atau
Arduino , dan bahasa pemrograman menggunakan Basic Bastom AVR.

Dengan adanya temuan inovasi teknologi terbarukan rancangan jendela


otomatis berbasis sensor cahaya ramah disabilitas ini harapannya khususnya
penyandang disabilitas tidak mengalami kesulitan menentukan waktu untuk
membuka atau menutup jendela, tidak kesulitan untuk melakukan pekerjaan rumah
dan bergerak ke tempat-tempat tertentu sehingga tidak bisa membuka atau menutup
jendela rumah dengan cara manual seperti biasanya, dan tidak kesulitan dalam
melakukan kesigapan menutup atau membuka jendela jika tiba-tiba mendung atau
cuaca ekstrem.
13

B. Saran

Adapun saran dari penelitian ini sebagai berikut:


1. Perlu adanya analisis lebih lanjut terkait jendela otomatis tanpa menggunakan bantuan
tenaga listrik sehingga penggunaan jendela otomatis lebih efisien dan tetap bisa
dioperasikan dalam membuka dan menutup jendela secara otomatis jika terkendala
gangguan tenaga listrik
2. Perlu adanya pengembangan inovasi terkait jendela otomatis dengan menggunakan
remot sehingga jika pemilik rumah akan berpergian tidak perlu secara manual memencet
pada rangkaian rancangan jendela.
3. Perlu adanya sosialisasi terkait produk jendela otomatis sehingga produk inovasi
teknologi terbarukan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
14

DAFTAR PUSTAKA

Albet, M, dkk, 2014, ‘Pembuatan Jendela Otomatis Menggunakan Sensor


Cahaya’, Jurnal Media Infotama, 10(1).

Irwanto, Kasim, ER, Fransiska, A, Lusli, M, Okta, S 2010, ‘Analisis Situasi


Penyandang Disabilitas Di Indonesia: Sebuah Desk-Review’, Pusat Kajian
Disabilitas Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, Depok.

Dini Widinarsih 2019, ‘Penyandang Disabilitas Di Indonesia: Perkembangan Istilah Dan


Definisi’, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, vol. 20, no. 2, hh. 138.

Ratna S, 2019, ‘Menggambar Rencana Detil’, Slideplayer, 18 April 2021, <


https://slideplayer.info/slide/16552510/>

Tarsidi, D, 2011, ‘Kendala umum yang dihadapi penyandang disabilitas dalam


mengakses layanan publik. Jassi Anakku’, 10(2), 201-205.

Milati, N, 2019, ‘Intelegent Stick For Blind (Instisblind) Inovasi Alat Bantu Mobilitas
Pencegahan Kebisingan Hujan Untuk Meningkatkan Kemandirian Penyandang
Tunanetra. Jurnal Edukasi Elektro’, 3(1).

zonaelektro.net, 2014, Sensor Cahaya, Zona Elektro, diakses 18 April 2021,


<http://zonaelektro.net/sensor-cahaya/>

Anda mungkin juga menyukai