Wahyu Meganiar Bella Amrulloh-Fst
Wahyu Meganiar Bella Amrulloh-Fst
Skripsi
Oleh:
v
ABSTRACT
The research area is in the Taan sector, Mamuju district, West Sulawesi.
This study aims to identify subsurface rocks based on the resulting 2-Dimensional
modeling. The method used is the geomagnetic method. The acquisition data is in
the form of a total magnetic field and then corrected using diurnal correction and
IGRF correction, then filtering is done in the form of upward continuation. The
upward continuation data at an altitude of 100 m shows a high magnetic anomaly
value on the east to west side of the study area with a value 67,96 nT to 279,99
nT. Modeling in the high magnetic anomaly zone is made 5 paths oriented
northwest-southeast and resulting in susceptibility values are 0,00018 emu to
0,000551 emu is phonolite rock, 0,000101 emu to 0,000151 emu is a
conglomerate rock and 0,000231 emu to 0,001151 emu is a vulcanic breccia rock.
From the modeling, phonolite and breccia are seen hitching on conglomerate rock.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
SWT, Tuhan pengatur semesta alam, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
pemilik hari kemudian, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat melaksanakan tugas akhir ini dan dapat menyelesaikan laporan
skripsi sebagai hasil dari penelitian yang telah penulis lakukan. Shalawat serta dan
memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si.) di program studi Fisika, Fakultas Sains
Skripsi ini tidaklah dapat terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu. Ucapan terima kasih penulis sampaikan setulus - tulusnya
doa di setiap waktu yang tiada henti kepada penulis dalam menyelesaikan
kuliahnya.
vii
2. Ayahanda Y. Armen dan kakak Alifia Zahra serta adik Bintang Chandra yang
BATAN.
5. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
7. Bapak Syaiful, Bapak Adhika dan Bapak Widodo, dan Karyawan bidang
Eksplorasi lainnya yang telah banyak membantu dan memberikan saran serta
8. Seluruh staf pengajar Prodi Fisika FST UIN Syarif Hidayatullah yang telah
membantu penulis.
melaksanakan perkuliahan terutama Ibu Elvi Erianti yaitu bibi dari penulis.
viii
11. Para sepupu yang menyemangati dan mendoakan penulis dalam mengerjakan
12. Tetangga rumah yang selalu mendoakan penulis agar cepat lulus.
13. Teman-teman Fisika’14 UIN Jakarta dan geofisika 2014, yang membuat hari-
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak
Semoga semuanya senantiasa mendapat rhido dan berkah dari Allah SWT.
kesempurnaan, maka dari itu penulis akan sangat berterima kasih atas saran dan
kritik yang membangun dari pembaca. Kritik serta saran yang membangun dari
bermanfaat.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..............................................................................................................v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
x
2.1.5 Induksi Magnetik ...............................................................................7
xi
4.2.1 Pemodelan Lintasan A-A’ ................................................................35
LAMPIRAN ..........................................................................................................46
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4 Peta intensitas magnet total bumi pada tahun 2015 ..........................15
Gambar 3.1 (a) rencana titik pengukuran data magnetik (b) titik ukur akuisisi
Gambar 3.2 (a) PPM G-856 sebagai base station dan (b) PPM G-857 sebagai
rover ....................................................................................................24
Gambar 4.1 Peta kontur intesitas medan magnetik hasil akuisisi data .................29
Gambar 4.3 (a) Peta hasil proses upward continuation dan (b) ilustrasi upward
Gambar 4.4 Peta kontur hasil Upward Continuation ketinggian 100 m ..............33
Gambar 4.5 Sayatan lintasan pada peta Upward 100 m dan peta geologi Taan ..34
xiii
Gambar 4.10 Pemodelan geologi bawah permukaan lintasan E-E’ .....................40
xiv
DAFTAR TABEL
xv
BAB I
PENDAHULUAN
keberagaman sumber daya alamnya. Semua kekayaan itu terhampar baik di atas
permukaan maupun terkandung dalam perut bumi, seperti sumber daya hutan dan
laut yang melimpah, air bersih serta potensi bahan galian tambang dan mineral.
Banyak wilayah di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam bawah
unsur mineral [1]. Komposisi batuan gunung api di Mamuju secara umum terdiri
Dengan potensi yang besar maka perlu dilakukan adanya eksplorasi agar
sumber daya alam tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk eksplorasi sumber daya bawah permukaan bumi lebih
1
merupakan bagian dari ilmu geosains atau ilmu yang mempelajari tentang bumi
bawah permukaan bumi antara lain metode geomagnetik, gravitasi, geolistrik, dan
mikroseismik [3].
Pada penelitian kali ini yang berlokasi di daerah Taan digunakan metode
pada suatu daerah penelitian. Proses dalam metode geomagnetik dapat diterapkan
kandungan mineral, struktur arkeologi, manifestasi minyak dan gas bumi, serta
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian tugas akhir
2
1.3 Batasan Masalah
permukaan.
Sulawesi Barat.
disiplin ilmu lainnya yang akan atau sedang melakukan penelitian di daerah
Penulisan laporan skripsi ini dibagi menjadi dua bagian, dimana bagian
pertama terdiri dari abstrak dan bagian kedua terdiri dari kata pengantar,
3
daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan dilanjutkan dengan laporan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan secara singkat mengenai latar belakang penelitian
Bab ini akan membahas dasar-dasar dari teori metode geomagnetik dan
konsep dari magnetik bumi, serta prinsip pengolahan data magnetik. Teori
pengolahan data.
Bab ini menjelaskan waktu dan tempat penelitian, peralatan dan bahan
Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data magnetik dan interpretasi data,
Pada bab ini disampaikan kesimpulan dari hasil akhir penelitian yang telah
dilakukan, serta saran yang dibuat dengan pemikiran agar dapat membantu para
pembaca.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Metode geomagnetik adalah salah satu metode dalam ilmu geofisika yang
melakukan eksplorasi pendahuluan minyak dan gas bumi, panas bumi, bahan
tambang dan mineral. Metode ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi proses
mineralisasi suatu mineral yang memiliki kontras suseptibilitas cukup tinggi [4].
Menurut hukum Coulomb, jika ada 2 muatan atau kutub yang berada
dalam jarak r, maka kedua muatan atau kutub tersebut jika sejenis akan tolak
menolak sedangkan jika berlawanan jenis akan tarik menarik. Gaya magnet yang
ditimbulkan oleh dua buah kutub yang terpisah pada jarak r dan memiliki muatan
⃑𝑭 = 𝟏 𝒎𝟏 𝒎𝟐
𝒓̂ (2.1)
𝝁𝟎 𝒓𝟐
Dimana:
5
𝐹 = gaya Coulomb (N)
𝑟̂ = vektor satuan
titik dalam ruang yang muncul dikarenakan adanya gaya antar kutub yang berada
persatuan kutub magnet [5]. Pernyataan tersebut dapat dituliskan secara matematis
⃑⃑ = 𝑭 = 𝒎𝟐𝟐 𝒓̂
⃑𝑯 (2.2)
𝒎 𝟏 𝝁𝒓
Dimana:
⃑
𝐻 = kuat medan magnet (A/m)
r = jarak (m)
𝑟̂ = vektor satuan
dimana dua kutub berkekuatan +𝑚 dan −𝑚 dipisahkan oleh panjang lengan (I),
⃑⃑⃑ = 𝑰𝒎𝒓̂𝟏
𝒎 (2.3)
6
Dimana:
𝑚
⃑⃑ = momen magnetik (m.C)
Jika suatu benda terinduksi oleh medan magnet H, maka besar intensitas
̂ = 𝒌. 𝑯
𝑴 ̂ (2.4)
kuat medan magnet bumi konstan, maka harga intensitas medan magnet hanya
⃑⃑ = 𝝁𝟎 (𝑯
𝑩 ⃑⃑⃑ + 𝑴
⃑⃑⃑ ) = 𝝁𝟎 ((𝟏 + 𝒌)𝑯
⃑⃑⃑ ) (2.5)
Wb/m2.
7
magnetik. Sifat ini mengontrol induksi magnetik pada suatu batuan maupun
Nilai suseptibilitas magnetik dalam ruang hampa sama dengan nol karena
(𝑘) pada batuan semakin besar apabila dijumpai semakin banyak mineral-mineral
8
Chalcopyrite 32
Sphalerite 60
Cassiterite 90
Siderite 100 – 310
Pyrite 4 – 420 130
Limonite 220
Rock salt -1
Arsenopyrite 240
Hematite 40 – 3000 550
Chromite 240 – 9400 600
Franklinite 36000
Pyrrhotite 100 – 500000 125000
Ilmenite 25000 – 300000 150000
Magnetite 100000 – 1600000 500000
Batuan jenis sedimen memiliki rata-rata nilai suseptibilitas yang lebih kecil
9
Granite 0 – 4000 200
Rhyolite 0 – 3000
Dolorite 100 – 3000 1400
Augite-syenite 2700 – 3600
Olivine-diabase 2000
Diabase 80 – 13000 4500
Porphyry 20 – 16700 5000
Gabbro 80 – 7200 6000
Basalts 20 – 14500 6000
Diorite 50 – 10000 7000
Pyroxenite 10500
Peridotite 7600 – 15600 13000
Andesite 13500
Av. acidic igneous 3 – 6530 650
Av. basic igneous 44 – 9710 2600
Bumi berlaku seperti sebuah magnet sferis yang sangat besar dengan suatu
medan magnet yang mengelilinginya. Medan itu dihasilkan oleh dipole magnet
yang berada pada pusat bumi. Sumbu dipole itu bergeser sekitar 110 dari sumbu
rotasi bumi, yang berarti kutub utara geografis bumi tidak terletak sama dengan
Medan magnet bumi tersusun dari tiga jenis medan magnetik berdasarkan
sumbernya, yakni medan magnet utama, medan magnet luar, dan medan magnet
anomali [5].
arus elektromagnetik yang berasal dari sirkulasi konveksi antara inti luar
10
dengan inti dalam bumi. Proses sirkulasi konveksi antara inti luar dan inti
sumber medan magnet utama Bumi. Medan magnet utama Bumi berubah-
aktivitas matahari. Sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik
medan ini tehadap waktu jauh lebih cepat. Beberapa sumber medan
11 tahun.
11
d) Badai magnet yang bersifat acak dan mempunyai jangkauan
nilai anomali magnetik berkisar puluhan hingga ribuan nano Tesla, namun
tidak jarang bahwa besar nilai anomali magnetik bisa mencapai lebih dari
1.000 nT. Sumber dari anomali magnetik tidaklah mencapai lebih dari 40
kedalaman tersebut.
diukur arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut antara lain
12
Gambar 2.1. Ilustrasi komponen magnetik Bumi [8]
Keterangan:
a) Inklinasi (I), yaitu sudut yang dibentuk antara medan magnetik total
13
b) Deklinasi (D), yaitu sudut yang dibentuk antara utara geografis bumi
dengan utara magnet bumi. Contoh dari peta deklinasi bumi dapat dilihat
60’N 60’N
45’ 45’
N N
30’N 30’N
15’N 15’N
0’ 0’
30’S 30’S
45’S 45’
S
60’S 60’S
70’S 70’S
c) Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada
bidang horizontal.
d) Intensitas Vertikal (Z), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang
vertikal.
e) Medan magnet total (B), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.
Peta intensitas medan magnetik total bumi dapat dilihat pada gambar 2.4.
14
Map developed by NOAA/NGDC & Cires
Main field total intensity (F) http://ngdc.noaa.gov/geomagWMM
Contour interval: 1000 nT Map reviewed by NGA and BGS
Mecrator Projection.
Published December 2014
Gambar 2.4. Peta intesitas magnetik total Bumi tahun 2015 [9]
Sifat kemagnetan batuan dapat diukur dari kemampuan batuan untuk dapat
ferromagnetik.
1. Diamagnetik
15
pembentuk batuan mempunyai kulit elektron berpasangan dan arah putaran
berlawanan dalam tiap pasangan. Jika mendapat medan magnet dari luar orbit,
elektron tersebut akan berpresisi yang menghasilkan medan magnet lemah yang
melawan medan magnet luar tadi. Bahan ini memiliki nilai suseptibilitas negatif
dan kecil serta tidak tergantung dari medan magnetik luar. Contoh batuan
2. Paramagnetik
Material paramagnetik terjadi akibat adanya satu atau lebih spin elektron
yang tidak berpasangan dan mengarah pada arah putaran yang sama. Jika terdapat
tetapi momen magnetik yang terbentuk terorientasi acak oleh agitasi termal, oleh
karena itu bahan tersebut memiliki nilai suseptibilitas kecil walaupun positif.
3. Ferromagnetik
bergantung terhadap temperatur. Terdapat banyak kulit elektron yang hanya diisi
oleh suatu elektron sehingga mudah terinduksi oleh medan luar. Keadaan ini
diperkuat lagi oleh adanya kelompok – kelompok bahan berputaran searah yang
membentuk dipole – dipole magnet (domain) mempunyai arah sama, apalagi jika
di dalam medan magnet luar. Contoh bahan ferromagnetik: besi, nikel, kobalt dan
a. Antiferromagnetik
16
Pada bahan antiferromagnetik domain-domain tadi menghasilkan dipole
harganya naik sampai dengan titik Currie kemudian turu lagi. Contohnya
adalah hematit.
b. Ferrimagnetik
tetapi jumlah dipole pada masing-masing arah tidak sama sehingga masih
lain-lain.
Pada saat akuisisi data di lapangan nilai yang terukur pada alat merupakan
data medan magnet total yang terdiri dari medan magnet utama bumi, medan
magnet luar berupa aktifitas matahari dan nilai medan magnet anomali. Nilai
koreksi yaitu berupa koreksi IGRF dan koreksi variasi harian (diurnal correction).
Perbedaan waktu pengukuran dan efek sinar matahari dalam satu hari
17
dimaksud harus mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran data medan
magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila
nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara
menambahkan nilai variasi harian yang terekam pada waktu tertentu terhadap data
medan magnetik yang akan dikoreksi dan sebaliknya, hal ini dapat dituliskan
dalam persamaan,
∆𝑯 = 𝑯𝒏 ± 𝑯𝑫 (2.7)
Dimana :
Medan magnet utama bumi adalah rata-rata nilai intensitas medan magnet
pada daerah pengukuran. Ketika medan magnet luar dapat dihilangkan dengan
koreksi variasi harian, maka koreksi IGRF dapat digunakan untuk menghilangkan
merupakan model umum spherical harmonic medan magnet bumi dan telah
disetujui secara internasional yang diperbarui setiap 5 tahun sekali. Nilai dari
koreksi IGRF ini didapatkan dari kalkulator medan magnet di website NOAA
18
Magnetic Field
Model Used : IGRF 2
0
Latitude : 2.9012384 S
0
Longitude : 118.91621 S
Elevation : 42000.0 m GPS
Declination Inclination Horizontal North Comp East Comp Vertical Comp Total
Date
(+E I -W) (+ D I -U) Intensity (+N I -S) (+E I -W) (+D I -U) Field
0 0
24-09-17 0.6510 -21.7665 39,046.2 nT 39,043.7 nT 443,7 nT -15,590.9 nT 42,043.9 nT
0 0
Change/year -0.0898 0,2127 21.9 nT 22.6 nT -61.0 nT 87.4 nT -12.1 nT
Setelah didapatkan nilai dari koreksi IGRF, nilai anomali medan magnet
∆𝑯 = 𝑯𝒏 ± 𝑯𝑫 ± 𝑯𝑰𝑮𝑹𝑭 (2.8)
Dimana:
magnetik disebabkan oleh sumber yang dalam dan menghilangkan nilai anomali
peta magnetik tidak lagi didominasi oleh fitur anomali lokal yang bersifat dangkal
dan juga tidak menghilangkan fitur anomali yang bersifat regional [12]. Prinsip
kontinuasi menjelaskan bahwa suatu nilai medan potensial bersifat kontinyu dan
dapat dihitung di dalam suatu volume pada titik tertentu. Dalam proses kontinuasi
19
ke atas nilai medan potensial magnetik ditransformasi dari suatu bidang
hasil kontinuasi (Z-) dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut [5]:
|𝒛| 𝒂 𝒂 𝒛(𝒙`,𝒚`,𝒛`)
𝒛(𝒙, 𝒚, 𝒛) = 𝟐𝝅 . ∫−𝒂 ∫−𝒂 𝒅𝒙`𝒅𝒚` (2.9)
𝑹𝟑
(pengangkatan, z adalah jarak atau ketinggian pengangkatan, Z (x’, y’, z’) adalah
harga medan potensial pada bidang observasi sebenarnya (z=0), dan R=(|x-
dengan pasti harga medan potensial disetiap titik pada bidang hasil pengangkatan.
𝒁(−𝒉) = ∑𝟏𝟎
𝒊−𝟎 𝒁 (𝒓𝒊). 𝑲(𝒓𝒊, 𝒉) (2.10)
20
Dimana Z(-h) adalah medan potensial pada posisi h (hasil kontinuasi), Z(ri) adalah
rata-rata medan potensial pada jarak r untuk Z=0 dan K(ri,h) adalah Koefisien
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari PTBGN BATAN Pasar Jumat, Lebak Bulus, Jakarta Selatan berupa
hasil akuisisi data magnetik di daerah Taan, Mamuju, Sulawesi Barat pada tanggal
grid dengan spasi pengukuran kurang lebih 500 m x 500 m dan data yang
diperoleh berasal dari 56 titik pengukuran. Peta rencana titik ukur akuisisi data
dan peta titik ukur saat akuisisi data di lapangan dapat dilihat pada gambar 3.1.
Northing (m)
Easting (m)
(a)
22
(b)
Gambar 3.1. (a) rencana titik pengukuran data magnetik (b) titik ukur akuisisi
data magnetik di lapangan.
3.2 Instrumentasi
Alat utama yang digunakan saat melakukan akuisisi data magnetik yaitu
(pengukuran medan magnetik secara mobile) dan PPM G-856 sebagai base station
yang juga digunakan antara lain, Global Positioning System (GPS), kompas, jam,
alat menulis, dan lain sebagainya. Untuk alat utama yaitu PPM (Proton Precission
Magnetometer) tipe G-856 dan G-857 dapat dilihat pada gambar 3.2.
23
Gambar 3.2. (a) PPM G-856 sebagai base station [14] (b) PPM G-857
sebagai rover [15]
magnetik.
b. Surfer 11.0 untuk membuat desain slice data gabungan peta geologi
c. Oasis Montaj 6.4.2 untuk membuat peta kontur anomali magnetik total
(medan magnet bumi, medan magnet luar dan medan magnet nomali) kemudian
24
dilakukan koreksi berupa koreksi IGRF (nilai referensi medan magnet daerah
penelitian yaitu 42.125,58 nT) untuk menghilangkan medan magnet bumi dan
koreksi variasi harian untuk menghilangkan efek medan magnet luar hingga
perubahan kontur anomali cenderung stabil. Peta hasil transformasi ini dijadikan
sebagai peta dasar dalam pembuatan model bawah permukaan dengan menarik
sayatan lintasan yang telah dibuat menggunkan menu Gm-Sys yang sudah
terintegrasi software Oasis Montaj 6.4.2. dengan input parameternya adalah nilai
geologi regional daerah penelitian. Metode yang digunakan berupa trial and error
ketebalan model batuan yang dibuat sampai terjadi kesebandingan antara bentuk
kurva anomali magnetik dengan kurva hasil perhitungan model. Pemodelan dirasa
cukup baik jika memiliki nilai kesalahan (error value) menjadi semakin kecil.
25
maka perlu menganalisis pengolahan data dari awal untuk melihat adakah
Proses yang dilakukan pada penelitian ini terangkum dalam diagram alir
Mulai
Data Medan
Magnetik Total
Lapangan
Peta Geologi
Koreksi IGRF
Profil
Anomali Pemodelan
Observasi 2D
Anomali Medan
Magnetik Total Profil Anomali
Model
Tidak
Transformasi Upward Continuation
Cocok
?
Ya
Kesimpulan
Selesai
26
3.4 Interpretasi
Dimana,
M = Mean
SD = Standar Deviasi
kelompok Mandala Barat. Mandala Barat memanjang dari lengan utara sampai
dengan lengan selatan Pulau Sulawesi. Secara umum busur ini terdiri dari batuan
27
Kabupaten Mamuju disusun oleh sebaran batuan gunung api dan batuan
sedimen. Daerah penelitian termasuk kedalam kelompok batuan gunung api adang
(Tma) yang di dominasi oleh satuan batuan tuf, lava dan breksi gunung api [18].
Secara lebih terperinci peta geologi daerah Taan telah dibuat oleh ahli
geologi di PTBGN BATAN (gambar 3.4). Peta ini dibuat berdasarkan singkapan
yang terlihat di permukaan dengan jenis batuannya adalah batuan phonolit, batuan
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
deklinasi, medan magnet horizontal, dan medan magnet vertikal, alat survei
geomagnetik mengukur nilai medan magnet total bumi yang merupakan resultan
Gambar 4.1. Peta kontur intensitas medan magnetik hasil akuisisi data.
Medan magnetik hasil akuisisi data atau bisa disebut sebagai medan
magnet total merupakan medan magnet yang masih dipengaruhi oleh medan
magnet utama bumi, medan magnet luar serta medan magnet anomali. Rentang
29
nilai intensitas medan magnet tersebut berkisar antara 42.048,8 – 42.236,8 nT.
Persebaran nilai medan magnetik total hasil akuisisi data di lapangan dapat dilihat
Data hasil koreksi variasi harian dan koreksi IGRF menghasilkan nilai
anomali medan magnetik total. Pada peta kontur anomali (gambar 4.2) dapat
terlihat pola persebaran anomali di daerah penelitian yang tidak jauh berbeda
dengan persebaran medan magnet total (gambar 4.1). Hal ini dikarenakan tidak
adanya penyimpangan nilai medan magnet besar secara acak yang biasanya
disebabkan oleh badai magnetik pada saat melakukan akuisisi data di lapangan.
30
Berdasarkan peta anomali medan magnetik total dengan rentang nilai
magnetik tinggi ada di bagian selatan dan barat menuju ke timur (bagian tengah)
peta dengan nilai intensitas anomali medan magnetik berkisar antara 67,96 nT
sampai 279,98 nT, sedangkan anomali magnetik menengah memiliki rentang nilai
intensitas antara -21,75nT sampai 67,96 nT tersebar di bagian utara dan selatan
peta dan untuk anomali magnetik rendah memiliki nilai intensitas -122,12 nT
sampai -21,75 nT tersebar di barat laut, barat daya dan tenggara peta.
Nilai anomali magnetik ini masih bercampur antara medan magnet yang
bersifat lokal (sumber anomali dangkal) dengan regional (sumber anomali dalam),
pengaruh yang disebabkan oleh sumber anomali dangkal dan memperkuat fitur
anomali regional.
regional dan menghilangkan sumber anomali lokal. Pada penelitian ini yang
menjadi target observasi adalah sumber regional dari nilai anomali magnetik
tinggi yang ada pada bagian barat peta, oleh karena itu digunakan filtering upward
31
pada ketinggian 10 m, 25 m, 50 m, 80 m dan 100 m. Hal ini dilakukan agar dapat
Kontinuasi 25 m Kontinuasi 50 m
(a) (b)
Gambar 4.3. (a) Peta Hasil Proses Upward Continuation dan (b) Ilustrasi
Upward Continuation pada ketinggian 10, 25, 50, 80 dan 100 m
terlihat bahwa nilai anomali magnetiknya memliki klosur positif dan negatif yang
total, hal ini menunjukkan bahwa peta kontur anomali magnetik tersebut masih
32
belum terpisahkan antara anomali lokal dengan regionalnya. Perubahan fitur
magnetik tinggi pada bagian timur peta dan anomali magnetik rendah pada bagian
barat daya mulai menghilang dan hal ini terjadi hingga kontinuasi pada ketinggian
pada ketinggian ini sudah dapat terlihat jelas fitur anomali magnetik regionalnya
dan perubahan fitur anomali yang signifikan tidak lagi terjadi. Peta kontur upward
continuation ketinggian 100 m dapat dilihat pada gambar 4.4 dengan nilai anomali
33
Persebaran nilai anomali magnetik tinggi pada peta upward continuation
ketinggian 100 m berada di bagian barat peta dengan nilai intensitas anomali
magnetik sebesar 50,01 sampai 133,98 nT, untuk anomali menengah dengan nilai
rendah dengan nilai intensitas -55,15 nT sampai -3,71 nT tersebar di bagian barat
laut dan tenggara peta. Hasil peta kontinuasi pada ketinggian 100 m ini kemudian
pada ketinggian 100 m digunakan untuk membuat pemodelan 2-D dan titik yang
(a)
34
(b)
Gambar 4.5. Sayatan lintasan untuk pemodelan geologi bawah permukaan
pada peta (a) upward continuation 100 m dan (b) peta geologi Taan
dengan parameter yang dimasukkan adalah nilai IGRF (42.125,58 nT), deklinasi
(0,650) dan inklinasi (-21,750) daerah penelitian. Sayatan lintasan yang dibuat ada
6 yaitu lintasan A-A’, B-B’, C-C’, D-D’, dan E-E’ dengan arah orientasi barat
laut-tenggara dan F-F’ dengan orientasi arah timur laut-barat daya yang mengikat
(m), sumbu y positif adalah nilai intensitas medan magnetik (nT) dan sumbu y
35
Gambar 4.6. Pemodelan geologi bawah permukaan pada lintasan A-A’.
mempunyai panjang kurang lebiih 1.426 m dengan sayatan melintasi batuan jenis
(dari kiri ke kanan gambar 4.6) yaitu 0,000251 emu merupakan batuan phonolit
500 m, 0,001151 emu adalah jenis batuan breksi tersebar sepanjang 326 m dengan
36
4.2.2 Pemodelan Lintasan B-B’
kanan gambar 4.7) yaitu 0,000171 emu adalah batuan phonolit tersebar sepanjang
180 m dengan kedalaman 414 m, 0,000251 emu adalah batuan breksi sepanjang
144 m dengan kedalaman 260 m dari titik elevasi observai, 0,000121 emu
0,000251 emu adalah batuan breksi sepanjang 300 m dengan kedalaman 220 m
dari titik elevasi observasi, dan 0,000201 emu merupakan batuan phonolit
37
4.2.3 Pemodelan Lintasan C-C’
breksi-phonolit. Hasil pemodelan lintasan C-C’ dapat dilihat pada gambar 4.8.
batuan breksi sepanjang 320 m dengan kedalaman 279 dari titik elevasi
kedalaman 500 m, 0,0004 emu adalah batuan breksi sepanjang 459 m dengan
kedalaman 200 m dan 0,000351 emu merupakan batuan phonolit sepanjang 376
38
4.2.4 Pemodelan Lintasan D-D’
breksi-phonolit. Hasil pemodelan lintasan D-D’ dapat dilihat pada gambar 4.9.
kedalaman 500 m, 0,000401 emu adalah batuan breksi sepanjang 500 m dengan
kedalaman 187 m dan 0,000301 emu merupakan batuan phonolit sepanjang 400 m
39
4.2.5 Pemodelan Lintasan E-E’
0,000751 emu adalah batuan breksi sepanjang 449 m dengan kedalaman 371 m
dari titik elevasi observasi dan 0,000501 emu adalah batuan phonolit sepanjang
mempunyai panjang 724 m. Sayatan ini mengikat 5 sayatan lainnya dan melintasi
40
anomali magnetik tinggi yang menjadi target observasi. Terlihat pada hasil
pemodelan (gambar 4.10) bahwa objek sumber anomali tinggi ini merupakan
batuan jenis breksi vulkanik dengan kedalaman kurang lebih 120 m dibawah
permukaan.
daerah penelitian terdiri dari satuan batuan jenis phonolit memiliki kedalaman rata
– rata 400 – 500 m, konglomerat dengan kedalaman kurang lebih 500 m dan
breksi vulkanik mempunyai kedalaman hingga 400 m dari titik elevasi observasi,
emu sampai 0,000551 emu adalah batuan jenis phonolit (Av. basic igneous),
0,000101 emu sampai 0,000151 emu adalah jenis batuan konglomerat (Av.
sedimentary) dan 0,000231 emu sampai 0,001151 emu adalah jenis batuan breksi
vulakanik (Av. basic igneous) [20] yang telah sesuai dengan referensi nilai
41
Berdasarkan peta geologi lembar Mamuju, Sulawesi Barat, Kabupaten
Mamuju berada dalam formasi batuan gunung api adang (Tma) yang di dominasi
oleh satuan batuan tuf, lava dan breksi gunung api. Daerah Taan yang menjadi
lokasi penelitian terdapat beberapa jenis satuan batuan yaitu phonolit, breksi dan
konglomerat pasiran.
dengan breksi vulkanik dan phonolit. Hal ini dapat terlihat dari hasil pemodelan
bawah permukaan yang telah dibuat, dimana pada kelima model yaitu model
sayatan lintasan A-A’, B-B’, C-C’, D-D’, dan E-E’ menunjukkan bahwa batuan
menandakan batuan konglomerat lebih dahulu ada. Pada hasil pemodelan juga
terlihat bahwa batuan breksi merupkan kemenerusan dari batuan phonolit, karena
diketahui bahwa batuan phonolit dan breksi vulkanik adalah jenis batuan yang
berasal dari lava vulkanik. Batuan breksi ini terjadi akibat adanya proses
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada daerah yang sama
lebih detail lagi, selain itu juga sebaiknya digunanakan software lain untuk
pengolahan data menggunakan metode geomagnetik agar hasilnya lebih baik lagi.
43
DAFTAR PUSTAKA
[7] J. Hinze, R. Von Freese dan A. Saad, Gravity and Magnetic Exploration,
New York: Cambride University Press, 2011.
44
[10] M. Irsyad, “Pemodelan 2D Bawah Permukaan Daerah Mamuju Sulawesi
Barat Dengan Menggunakan Metode Magnetik,” Jakarta, 2017.
[12] F. Grant dan G. West, Gravity and Magnetic Methods, Toronto: University of
Toronto, 1965.
[19] Tim Ahli Geologi PTBGN BATAN, “Peta Geologi Daerah Taan,” PTBGN
BATAN , Jakarta, 2017.
45
LAMPIRAN
: Kontur (Contour)
: Sungai
0 5 10
dalam kelompok batuan gunung api adang (Tma) dengan jenis batuan berupa tuf,
lava, batuan gunung api, leusit-basalt, sebagian mikaan. Kelompok batuan gunung
46
B. Data Statistik Peta Kontur Anomali
Peta kontur anomali magnetik total memiliki data statistik berupa nilai
tertinggi (279,98 nT), nilai terendah (-122,118 nT), nilai mean (23,103 nT), dan
Gambar B3. Data Statistik Peta Kontur Anomali Magnetik hasil Upward
Continuation pada ketinggian 100 m
47
Peta kontur anomali magnetik hasil upward continuation pada ketinggian 100
m memiliki data statistik berupa nilai tertinggi (133,98 nT), nilai terendah (-55,27
nT), nilai mean (23,15 nT), dan nilai standar deviasi (26,85).
Gambar C1. Overlay peta geologi daerah Taan dengan peta anomali hasil
upward continuation ketinggian 100 m
daerah Taan dapat terlihat pada gambar C1, baik intesitas anomali tinggi,
48