Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI

ISOLASI DAN PEMURNIAN JAMUR KONSUMSI

Disusun oleh :
Rizka Agustina (191810401026)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. PENDAHULUAN

Mikroorganisme heterotrof yang hidup dengan cara saprofit dan


bersifat eukariotik disebut jamur. Jamur sering dikenal dengan organisme
yang bersifat parasit, namun tidak semua jamur bersifat parasit, beberapa
diantaranya dapat dimanfaatkan sebagai makanan ataupun obat-obatan.
Konsumsi jamur di Indonesia sudah menjadi hal yang umum sehingga
banyak masyarakat yang memanfaatkan hal tersebut dengan
membudidayakan jamur konsumsi. Hal tersebut didukung dengan
kandungan gizi dan manfaat dari konsumsi jamur (Shintia dan Amalia,
2017).

Pembudidayaan jamur memerlukan beberapa tahapan khusus


yang dapat mempengaruhi hasil budidaya. Tahapan yang dilakukan saat
melakukan budidaya jamur konsumsi antara lain ialah pembuatan biakan
murni jamur, pembuatan biakan induk, pembuatan bibit induk, dan
pembuatan bibit produksi. Praktikum kali ini akan dibahas salah satu
tahapan dari budidaya jamur konsumsi, yaitu tahapan pemurnian jamur
konsumsi (Swandi dkk., 2018).
BAB 2. METODE

2.1 Alat

1. Cawan petri steril

2. Autoklaf

3. Inkubator

4. Scalpel

5. Jarum inokulasi

2.2 Bahan

1. Kentang

2. Dextrose

3. Agar

4. Alumunium foil

5. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) segar

6. Alkohol 70%

7. Lampu bunsen

8. Media PDA

8.3 Cara Kerja

5.3.1 Pembuatan Media PDA

Kentang
Dikupas kulitnya hingga bersih kemudian dipotong dadu dan ditimbang
seberat 50g.

Diekstrak dengan cara didihkan diatas hot plate selama 30 menit pada
250 ml air kemudian disaring dan diambil supernatannya lalu didinginkan.

Dimasukkan dalam labu erlenmeyer serta ditambahkan dextrose dan agar


masing-masing 5 g kemudian diaduk hingga rata kemudian dipanaskan
hingga agar larut.

Ditutup dengan alumunium foil kemudian disterilisasi di dalam autoklaf


selama 15 menit pada suhu 121°C.

Dituang ke dalam cawan petri steril di dalam laminar air flow kemudian
didiamkan selama kurang lebih 5 menit.

Hasil

5.3.2 Pembuatan Kultur Jamur Murni

Disterilkan area kerja dan tangan menggunakan alkohol 70%.

Dipilih jamur Pleurotus ostreatus segar yang tidak terlalu tua dan tidak
terlalu muda kemudian dibelah untuk didapatkan jaringan dalamnya.
Disterilkan pisau scapel dengan api bunsen kemudian dipotong sedikit
jaringan dalam jamur.

Diinokulasikan pada media PDA .

Diinkubasi dalam inkubator dengan rentang suhu 25-28°C dalam keadaan


gelap selama 3 hari.

Dilakukan sub-kultur miselium dengan cara memotong plag miselium


seluas 5 mm2 dari tepi dengan jarum inokulasi.

Diinokulasikan pada media PDA lainnya dengan posisi miselium terbalik


sehingga dapat bersentuhan dengan permukaan atas media tersebut.

Diinkubasi pada inkubator dengan posisi terbalik selama 7 hari.

Jamur dapat digunakan atau juga dapat disimpan dalam jangka panjang
pada media PDA miring pada suhu 5-7°C.

Hasil
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

A. Deskripsi Media Pertumbuhan dan Kultur Murni Isolat

No. Jenis Hasil Praktikum Hasil Pengamatan


1. Cawan Agar Media PDA

2. Kultur Murni Pleurotus


ostreatus

B. Media Pertumbuhan dan Pertumbuhan Kultur Murni Isolat pada PDA

No. Gambar Skematis Keterangan


1 Media PDA Bertekstur padat karena
mengandung agar, warnanya
bening dengan sedikit
kekuningan. Pemukaannya halus
dan licin.
2. Kultur Murni Pleurotus ostreatus Miselium tumbuh dari jaringan
yang diinokulasikan dengan
warna putih yang terlihat
kompak, lebat, dan menyebar
memenuhi cawan petri.
Pertumbuhannya berserabut
yang diawali dengan titik awal
inokulasi menuju pinggiran
cawan petri. Tekstur
miseliumnya seperti kapas.

3.2 Pembahasan

Praktikum kali ini dilakukan isolasi serta pemurnian jamur


konsumsi. Hal pertama yang harus dipersiapkan sebelum melakukan
isolasi ialah menyiapkan media pertumbuhan jamur. Media merupakan
tempat yang digunakan untuk pertumbuhan jamur. Media pertumbuhan
yang digunakan pada praktikum kali ini adalah media PDA (Potato
Dextrose Agar) karena diketahui media tersebut memiliki nutrisi yang baik
dalam mendukung pertumbuhan jamur. Nutrisi yang dibutuhkan jamur
dalam mendukung pertumbuhannya antara lain ialah karbohidrat, protein,
mineral, dan vitamin (Suparti dan Karimawati, 2017).

Kelebihan penggunaan media PDA yang lain ialah harganya yang


cukup terjangkau dan pembuatannya yang sederhana. Pembuatan media
PDA hanya memerlukan beberapa bahan utama yaitu kentang yang
berfungsi sebagai sumber karbohidrat, protein, serta mikronutrien lain
yang dapat dimanfaatkan oleh jamur, dekstrosa sebagai sumber
karbohidrat sederhana yang akan dimanfaatkan sebagai sumber energi,
dan agar sebagai pemadat media (Azzahra dkk., 2020). Tahapan
pembuatan diawali dengan pembersihan kentang kemudian direbus dalam
keadaan terpotong-potong berbentuk dadu. Tujuan dari perebusan
kentang ialah untuk diambil ekstraknya yang terkandung dalam air
rebusan. Air rebusan tersebut kemudian didinginkan kemudian
ditambahkan dekstrosa untuk menambah kebutuhan karbohidrat serta
agar untuk memadatkan media. Campuran tersebut kemudian direbus lagi
sebentar untuk melarutkan agar dan dekstrosa hingga homogen. Larutan
yang sudah homogen kemudian disterilisasi dalam autoklaf untuk
menghindari adanya kontaminan. Larutan PDA setelah disterilisasi dituang
pada cawan petri steril dalam keadaan cair dan didinginkan hingga
memadat (Saputri dkk., 2019).

Media yang sudah memadat siap digunakan untuk inokulasi biakan


murni jamur Pleurotus ostreatus. Tahapan awal yang dilakukan ialah
mengambil jaringan dalam dari jamur Pleurotus ostreatus dalam keadaan
steril dan diinokulasikan pada media PDA dalam keadaan steril untuk
menghindari kontaminasi. Jamur yang telah diinokulasikan diinkubasi
selama 3 hari untuk menumbuhkan miseliumnya. Miselium yang telah
tumbuh dalam waktu 3 hari tersebut kemudian diambil dengan cara
memotong jamur dengan sedikit medianya seluas 5 mm2 kemudian
diinokulasikan ke media PDA yang baru dengan posisi jamur menyentuh
permukaan media. Tujuannya ialah agar konidia atau spora dapat tumbuh
membentuk miselium dan tumbuh merambat ke seluruh permukaan media
yang baru. Masa pertumbuhan miselium tersebut berlangsung selama
inkubasi 7 hari dan setelah itu jamur sudah dapat digunakan juga dapat
disimpan dalam jangka panjang dengan suhu 5-7°C (Arifah, 2019).
Hasil yang biakan murni yang diperoleh setelah inkubasi 7 hari
didapatkan jamur Pleurotus ostreatus yang bertekstur seperti kapas dan
berwarna putih. Strukturnya kompak dengan pertumbuhan yang menyebar
di seluruh permukaan media. Hasil ini sesuai dengan literatur yang
dituliskan oleh Suparti dan Karimawati (2017) yang menyebutkan bahwa
struktur biakan murni jamur tiram yang ditumbuhkan pada media PDA
bertekstur seperti kapas yang kompak dan berwarna putih serta tumbuh
tebal. Pertumbuhannya menyebar berserabut ke seluruh permukaan
media.
BAB 4. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini ialah dalam


memperoleh biakan murni dibutuhkan media pertumbuhan yang baik
seperti PDA. Media PDA dapat dibuat secara manual menggunakan
ekstrak kentang yang ditambahkan dekstrosa dan agar. Media PDA
memiliki karakteristik berwarna putih kekuningan yang bening dengan
permukaan yang halus dan licin serta bertekstur padat. Pembuatan kultur
murni jamur Pleurotus ostreatus dilakukan dengan menginokulasikan
jaringan dalam jamur segar ke media PDA selama 3 hari kemudian
diinkubasikan kembali selama 7 hari di media PDA lainnya. Hasil kultur
murni didapatkan jamur Pleurotus ostreatus yang berwarna putih, tumbuh
kompak, bertekstur seperti kapas dan tebal.
DAFTAR PUSTAKA

Arifah, S. P. 2019. Gula Pasir sebagai Pengganti Dektrosa pada


Komposisi PDA untuk Efisiensi Biaya Praktikum dan Penelitian di
Laboratorium Fitopatologi. Jurnal Teknologi dan Manajemen
Pengelolaan Laboratorium (Temapela). 2(1): 28-32.

Azzahra, N., M. Jamilatun, dan A. Aminah. 2020. Perbandingan


Pertumbuhan Aspergillus fumigatus pada Media Instan Modifikasi
Carrot Sucrose Agar dan Potato Dextrose Agar. Jurnal Mikologi
Indonesia. 4(1): 168-174.

Saputri, R., A. Syauqi, dan H. Santoso. 2019. Penambahan Nutrisi Pottato


Dextrose Agar pada Pembuatan Starter Mikroorganisme Jamur dan
Bahan Baku Tepung Beras. e-Jurnal Ilmiah Biosaintropis. 4(2): 40-
45.

Suparti dan N. Karimawati. 2017. Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram


(Pleurotus ostreatus) dan Jamur Merang (Volvariella volvacea) pada
Media Umbi Talas pada Konsentrasi yang Berbeda. Bioeksperimen.
3(1): 64-70.

Anda mungkin juga menyukai