Anda di halaman 1dari 21

EKOSISTEM LAUT

DALAM
(BENTUK ADAPTASI BIOTA LAUT DALAM)

Disusun oleh :
Rizatul Mahiryya (191810401013)
Rizka Agustina (191810401026)
Siti Khasanah (191810401042)
PENDAHULUAN

• Ekosistem laut merupakan ekosistem yang memiliki cakupan


keanekaragaman makhluk hidup yang paling tinggi.
• Ekosistem laut dalam mencakup daerah dengan kedalaman
> 200 m dimana pada kedalaman tersebut mencakup volume
95% dari volume laut.
• Luasan perairan laut di bumi yang lebih mendominasi
dibandingkan dengan luas pada daratan.
• Kedalaman pada laut dalam memungkinkan sulitnya cahaya
matahari yang masuk sehingga kebutuhan cahaya untuk
fotosintesis kurang bahkan tidak dapat tercukupi.
PENDAHULUAN

• Intensitas cahaya yang masuk dalam laut juga berpengaruh


secara langsung terhadap suhu perairannya, semakin
rendah intensitas cahaya yang didapatkan, semakin rendah
pula suhu perairannya.
• Kondisi abiotik tersebut memungkinkan biota-biota laut yang
ada di perairan laut dalam melakukan adaptasi secara
ekstrim untuk mempertahankan kehidupannya.
• Adaptasi tersebut dilakukan karena faktor kelimpahan
biomassa yang menurun seiring peningkatan kedalaman.
METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan ada dua bagian, yaitu :

1.Koleksi Sampel
Menggunakan alat gips CTD dan penenggelaman botol
untuk mengambil sampel.

2.Aktivitas Biota di Laut Dalam


Menggunakan metode metode biorthogonal noncanonical
amino acid tagging.
HASIL

Terdapat beberapa bentuk adaptasi


1. Adaptasi visual
2. Adaptasi reproduksi
3. Adaptasi kemampuan mengapung
Tabel 1. bentuk adaptasi visual ikan laut dalam
HASIL
No. Gambar Keterangan

1 Pada mata terdapat aphakic yang


berbentuk bulan sabit, celah tersebut
terletak dibagian tertentu pada pupil mata.

2 Organ yang memancarkan warna merah


pada Pachystomias microdon yang
berfungsi untuk melihat kejauhan saat
terjadi proses red bioluminescence.

3 Bentuk tapetum lucidum pada spesies


Diaphus danae betina.

4 Bentuk tapetum lucidum pada spesies


Diaphus danae jantan.

5 Spesies Diogenichthys laternatus memiliki


fotoreseptor pada retina yang berukuran
panjang dan bertekstrur halus.
PEMBAHASAN

1.Adaptasi visual generalis untuk kondisi cahaya


redup
a. Peningkatan bukaan pupil
- Mata yang lebih besar dapat meningkatkan sensitivitas
terhadap cahaya yang rendah.
- Peningkatan aperture pupil dipengaruhi oleh celah aphakic
- terdapat 2 tipe aphakic, yaitu aphakic bulan sabit dan aphakic
melingkar.
PEMBAHASAN

Aphakic berbentuk bulan Aphakic berbentuk melingkar


sabit hanya ditemukan pada teleots
laut dalam
PEMBAHASAN

b. tapetum lucidum
- lapisan reflektif yang berada dibelakang retina.
- memantulkan cahaya yang masuk ke retina kembali ke
fotoreseptor.
- membuat cahaya tersebar
- beberapa teleost laut memiliki tapeta untuk fotoreseptor
khusus yang dapat memantulkan panjang gelombang biru-
hijau yang lebih pendek dari cahaya pada kedalaman yang
lebih dalam.
PEMBAHASAN

Bentuk tapetum lucidum pada Bentuk tapetum lucidum pada


spesies Diaphus danae betina. spesies Diaphus danae jantan.
PEMBAHASAN

c. Adaptasi fotoreseptor
Sel batang (rod, bacilli): fotoreseptor khusus untuk penglihatan
cahaya redup.
PEMBAHASAN

d. Penyesuaian resolusi spasial


- Kepadatan sel retina tinggi.
- Pemanjangan bagian bawah ventro-temporal retina memberi
ketajaman yang lebih tinggi di bagian atas dan depan ikan
- Contoh: ikan lentera, ikan hatchet, belut Synaphobranchus kaupi, dan pearl
eye fish).

pearl eye fish Synaphobranchus kaupi


PEMBAHASAN

d. Penyesuaian resolusi spasial


­ Pemanjangan bagian bawah temporal retina memberi ketajaman
tepat di depan ikan.
­ Contoh: spiderfish, Bathypterois dubius)

Spiderfish Bathypterois dubius


PEMBAHASAN
e. Red vision
­ Kemampuan memancarkan dan melihat sinyal bercahaya dalam kisaran
biru-hijau dari spektrum yang terlihat (450−500 nm).
­ Beberapa spesies memancarkan dan melihat bioluminescence merah
(>700 nm).

Pachystomias microdon Bolinichthys distofax


PEMBAHASAN
2. Adaptasi melalui proses reproduksi

 Proses reproduksi dapat dikendalikan dengan cara menunda


pematangan seksualnya untuk menghemat energi sehingga
diperlukan waktu bertahun-tahun untuk bereproduksi.
 Hal tersebut diimbangi dengan rasio jenis kelamin betina
yang lebih banyak daripada jantan sehingga ekosistem tetap
terjaga.
PEMBAHASAN

2. Adaptasi melalui proses reproduksi


 Kelompok biota hermaprodit juga tak jarang ditemukan di
perairan laut dalam seperti Sebastes sp. serta hiu dasar laut.

Sebastes sp.
PEMBAHASAN
3. Adaptasi dengan kemampuan mengapung
• Ikan-ikan di laut dalam memiliki kantung renang yang
berisi sejumlah gas dan fosfolipid atau juga kolesterol.
• Kantung renang tersebut dapat dikendalikan dengan
mendistribusikan lemak ke seluruh tubuh sehingga
kepadatan tubuh berkurang dan ikan dapat terangkat.
PEMBAHASAN

3. Adaptasi dengan kemampuan mengapung


• Kondisi tersebut dapat ditemukan pada ikan orange
roughy yang memiliki lapisan lipid di bawah kulit dan
vakuola di kepalanya.

Ikan Orange roughy


PEMBAHASAN

3. Adaptasi dengan kemampuan mengapung


• Hiu laut dalam juga mekanisme yang berbeda untuk
membantu pengangkatan tubuhnya dimana pada sirip
dadanya dihasilkan pengangkatan hidrodinamik.

Hiu laut
KESIMPULAN

Bentuk adaptasi yang dilakukan oleh ikan di perairan laut dalam ialah
sebagai berikut:
- Adaptasi pada proses reproduksi dilakukan dengan cara menunda
pematangan seksualnya.
- Kemampuan mengapung dapat mempermudah mobilitas biota laut
tanpa mengeluarkan banyak energi
- Proses bioluminesensi, perubahan bentuk tubuh dengan memanjang,
dan melakukan gerakan pendek serta lambat saat berenang.
- Adaptasi visual generalis terhadap kondisi redup dengan meningkatkan
bukaan pupil, peningkatan resolusi spasial, adaptasi fotoreseptor, bentuk
tapetum lucidum dan red vision.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai