Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GEOGRAFI INDUSTRI

“DESKRIPSI KERJASAMA, REKOLASI DAN INDUSTRI 4.0”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Geografi Industri

Dosen Pengampu : Drs.W.Lumbantoruan, M.P

Oleh :
Kelompok 6.
Debbi wulandari Ginting
Labarta Samuel Naibaho
Mely Crisna Yanti Manullang
Paidol Siringoringo
Suci Vivi Nadea

Geografi A 2018

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas segala
nikmat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Deskripsi
Kerjasama, Rekolasi, Dan Industri 4.0 ”sebagai pemenuhan salah satu tugas pada mata kuliah
Geografi Industri.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
ilmu serta pengetahuan kita. Akan tetapi, dengan segala kekurangan dan keterbatasan
makalah ini.

Demikianlah makalah yang kami buat, diharapkan Bapak dapat menerima nya.
Mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam tulisan maupun kata – kata.

Medan, April 2021

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang.................................................................................................... 1

b. Rumusan Masalah.............................................................................................. 2

c. Tujuan Penulisan................................................................................................ 2

d. Manfaat Penulisan.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

a. kerjasama industry di Indonesia................................................................................ 3

b.Rekolasi ....................................................................................................................... 8

c. Industri 4.0...................................................................................................................10

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan......................................................................................................... 13

b. Saran................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….14

ii
BAB.I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Revolusi Industri Generasi Pertama, Kedua hingga Ketiga. Sekarang ini, kita berada di
Revolusi Industri Keempat yang diyakini akan mampu meningkatkan produktivitas. Berbeda
dengan revolusi sebelumnya, revolusi 4.0 diprediksi memiliki efek yang lebih besar karena
tidak hanya menyentuh dunia manufaktur, melainkan seluruh aspek bisnis.

“Perbedaan revolusi industri 1.0 dengan revolusi industri 4.0 adalah


pada impact yang dirasakan, pada revolusi insudtri 1.0 sampai dengan revolusi industri 3.0
dampaknya hanya dirasakan oleh perusahaan tersebut, jadi perusahaan yang lebih untung
banyak. Sedangkan revolusi industri 4.0 dampak sosialnya lebih terasa, dampak bagis
masyarakatnya lebih besar,” Jelas Faisal Basri.

Faisal Basri menambahkan, Orang lain menganggap revolusi industri itu sesuatu
ancaman tapi menurut saya revolusi industri 4.0 adalah peluang, impact on society bigger
than industries, dampak bagi petani dan bagi usaha kecil menengah (UKM) lebih banyak
peluang.

Indonesia termasuk ke dalam negara yang sudah maju. Sumber daya laut yang luar
biasa tetapi sektor perikanan hanya menyumbang sekitar 2,6% dari GDP. Transportasi laut
hanya menyumbang 0,3% dari PDB padahal Indonesia mengklaim negara maritim terbesar di
dunia, jauh lebih sedikit dari pada transportasi udara (1,6%) dan transportasi darat (2,4%).
Jika transportasi laut kuat maka akan memperkuat integrasi ekonomi nasional.

Sekitar 3,4 juta industri mikro dan 283.000 industri skala kecil akan berpotensi untuk
memperkuat rantai pasokan global Indonesia. Pada Agustus 2019, 28,6% populasi pekerja
berada di sektor pertanian. Moderenisasi sektor pertanian mempercepat peningkatan
produktivitas nasional dan kesejahteraan rakyat.

Dalam kesiapan revolusi industri 4.0, salah satu langkah prioritas yang tengah
dilakukan pemerintah adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Faisal
Basri mengharapkan nantinya anak muda atau generasi berikutnya dapat memajukan industri

1
Indonesia agar dapat bersaing dengan negara Asia bahkan bersaing secara global serta dapat
menjadikan industri Indonesia menjadi industri 4.0 seutuhnya.

Tantangan Indonesia sekarang ini adalah memperkokoh institusi politik dan institusi
ekonomi agar terhindar dari krisis parah, sehingga dalam perjalanan menuju 2045 terhindar
dari perangkap pendapatan menengah (middle income trap) apalagi negara rentan (fragile
state) atau negara gagal (failed state).

B. Rumusan Masalah
1) Apa bentuk kerja sama industri di Indonesia?
2) Apa dampak Rekolasi industri dari negara-negara maju ke negara-negara
berkembang?
3) Apa itu Industri 4.0 ?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui tentang kerjasama industri yang ada di indonesia
2) Untuk mengetahui dampak dari Rekolasi industri dari negara-negara maju ke
negara negara berkembang
3) Untuk mengetahui apa itu industry 4.0

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah geografi
industri selain itu juga untuk menambah pemahaman kita tentang analisis proses dan dampak
modernisasi pertanian terhadap kehidupan masyarakat.

2
BAB.II

PEMBAHASAN

A. KERJASAMA INDUSTRI DI INDONESIA

1. Indonesia Dan Italia Bidik Kerjasama Di Sektor Industri

Kerja sama dan hubungan diplomatik Indonesia dan Italia konsisten


berdasarkan prinsip saling menghormati dan kepercayaan sejak 1949. Hal ini
ditunjukkan dengan perdagangan antara kedua negara dalam periode 2016-2018 yang
mengalami rata-rata eskalasi rata-rata sebesar 12%.

Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menjelaskan kedua


negara terus membangun kerja sama yang lebih kuat, bisa dilihat dari pertumbuhan
positif di bidang perdagangan, pariwisata, dan investasi.Airlangga menilai, masih
banyak peluang yang belum dimanfaatkan secara maksimal serta potensi yang lebih
besar dalam perdagangan bilateral ,melihat produk ekspor kedua negara bersifat
saling melengkapi.

bila dilihat dari neraca perdagangan Indonesia dan Italia, potensi yang bisa
dioptimalkan adalah produk industri yang mendominasi perdagangan antara Indonesia
dan Italia, yaitu, besi dan baja, produk kimia, alas kaki, karet, rempah-rempah, kopi
serta teh. Besi dan baja, misalnya, Italia telah menjadi pasar ekspor kedelapan terbesar
dari Indonesia pada tahun 2018. Selain itu, Italia adalah basis manufaktur terbesar
kedua di Uni Eropa yang memasok berbagai jenis produk industri ke Indonesia.
Italia dikenal luas sebagai negara terkemuka dalam ekspor mesin dan solusi mekanik,
produk logam, otomotif, industri dan peralatan transportasi, produk kimia dan serat
sintetis, serta peralatan listrik dan elektronik Untuk tujuan ini, Indonesia adalah mitra
yang cocok untuk Italia dalam pengembangan industri. Kami menawarkan banyak
kualitas, dari tenaga kerja berkualitas tinggi dan kapasitas produksi, hingga pasar

3
domestik yang berkembang. Pada 2019, Indonesia dan Italia merayakan peringatan 70
tahun hubungan diplomatik. Momentum ini akan diperingati melalui sejumlah
kegiatan untuk memperkuat kerja sama di bidang ekonomi kreatif serta usaha kecil
dan menengah.

2. Kerjasama Industri Indonesia – Jerman

Kementerian Perindustrian terus meningkatkan kerjasama internasional antara


Indonesia dengan Jerman khususnya di bidang industri. Hubungan diplomatik dan
ekonomi Indonesia – Jerman telah berjalan lebih dari 60 tahun, bahkan hingga saat ini
hubungan bilateral semakin erat seiring semakin baiknya pertumbuhan ekonomi di
kedua negara.

Dirjen KII menyampaikan gambaran tentang perkembangan kondisi makro


perekonomian dan juga perkembangan sektor industri di Indonesia. Sebagaimana
diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi cukup tinggi yang konsisten selama 10 tahun terakhir.
Indonesia mampu membukukan pertumbuhan 6.3% pada tahun 2012 dan 5.8% pada
tahun 2013, di saat banyak negara maju di dunia mengalami stagnasi. Pertumbuhan
tersebut salah satunya dikontribusikan terutama oleh sektor industri yang mampu
memberikan sumbangan sebesar 24% dari total PDB nasional.

Selama 5 tahun terakhir yaitu periode 2010-2014, hampir seluruh cabang-


cabang sektor industri pengolahan non-migas mengalami pertumbuhan positif.
Bahkan kinerja 5 tahun terakhir telah menjadi unsur kekuatan sektor industri untuk
lebih mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional di masa yang akan
datang.Pertumbuhan industri pengolahan non-migas yang cukupsignifikan tersebut
ditopang oleh tingginya produksi dan kontribusi cabang-cabang industri, antara lain:
industri makanan, minuman dan tembakau; industri alat angkut, mesin dan
peralatannya; serta industri kimia. Cabang-cabang industri tersebut terus menjadi
penggerak utama pertumbuhan sektor industri.

4
Sementara itu, total perdagangan kedua negara pada tahun 2013 mencapai
USD 7,3 Milyar atau meningkat sekitar 0.64% dibanding tahun sebelumnya.
Indonesia tercatat mengalami defisit perdagangan sebesar USD 1,5 Milyar yang
meningkat 38.6% dibandingkan tahun 2012. Adapun impor produk industri Indonesia
dari Jerman didominasi barang modal dan bahan penolong/baku khususnya di sektor
industri. Sebaliknya Indonesia hanya mampu mengekspor produk hasil sumber daya
alam seperti crude palm oil, biji tembaga, rempah-rempah, kayu dan olahan kayu dan
karet.

Di bidang investasi, pada tahun 2013 Jerman menduduki peringkat ke 24


dengan nilai investasi USD 53,6 Juta dan bidang usaha yang diinvestasikan di
Indonesia didominasi antara lain sektor semen dan farmasi.  Realisasi ini sangat jauh
dari potensi Jerman secara keseluruhan.

Melihat kenyataan tersebut, sebenarnya masih sangat terbuka peluang bagi


industri Indonesia – Jerman untuk terus meningkatkan kerjasama.  Oleh karena itu,
Dirjen KII mengharapkan pertemuan ini dapat ditindak lanjuti dalam menciptakan
peningkatan kerjasama Indonesia – Jerman khususnya di bidang industri dan
investasi.

Kementerian Perindustrian mencatat beberapa potensi kerjasama industri


Indonesia – Jerman yang cukup besar untuk dikembangkan kedepannya,
yaitu: Pertama, Kerjasama investasi pada industri alat berat.Diharapkan kerjasama
tersebut dapat mendukung pembangunan berbagai infrastruktur baru di seluruh
wilayah Indonesia seperti pelabuhan, jembatan, bandar udara, dan rel kereta
api. Kedua, Kerjasama investasi pengolahan gas alam. Besarnya potensi kerjasama
investasi di bidang ini, khususnya pengembangan konsep mini LNG, didukung oleh
makin tingginya kebutuhan akan gas alam di Indonesia untuk mendukung sektor
industri dan pembangkit energi di Indonesia. Ketiga, Kerjasama program
restrukturisasi permesinan tekstil. Diharapkan kerjasama tersebut dapat mendukung
pengembangan industri tekstil nasional melalui investasi mesin dan peralatannya,
serta peningkatan kapasitas infrastruktur. Keempat, Kerjasama di bidang

5
standarisasi.Kerjasama bidang ini ditekankan kepada transfer know-how dari
perusahaan/institusi Jerman kepada lembaga layanan inspeksi di Indonesia.

3. Indonesia-Belanda Sepakati Kerjasama Di Bidang Industri

Indonesia dan Belanda menyepakati kerjasama ekonomi di bidang permesinan


dan bahan pangan dengan melibatkan 37 perusahaan dari kedua negara. Kerjasama
bisnis tersebut diyakini dapat meningkatkan ekspor bahan makanan dan permesinan
ke Belanda hingga € 17,5 juta sampai 2016.dari kerjasama ini, terjadi pertumbuhan
ekspor pada sektor Food Ingredients sebesar € 7-9 juta pada 2016, dan
untuk Engineering Sector sebesar € 8,5 juta, ruang lingkup kerjasama kedua negara
ini meliputi analisis pasar, pembinaan ekspor, kegiatan pengembangan bisnis, serta
pertukaran informasi tentang perdagangan dan kebijakan industri. Fokus kerjasama
Indonesia dan Belanda ini ditujukan untuk meningkatkan daya saing industri kecil dan
menengah (IKM) dan meningkatkan ekspor produk ke Uni Eropa. Program ini
melibatkan setidaknya 20 perusahaan industri dari sektor Food Ingredients, seperti
produk teh, kopi, olahan buahbuahan, dan lainnya, serta 17 perusahaan di
bidang Engineering seperti suku cadang otomotif, dan elektronik. Selain dengan
Kementerian Perindustrian, Kerajaan Belanda juga telah menjalin kerjasama dengan
Kementerian Perdagangan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Kerjasama bilateral ini merupakan program terpadu yang melibatkan berbagai
pemangku kepentingan.

Sebagai ekspor Indonesia ke Belanda mengalami penurunan selama tiga tahun


terakhir sekitar 20 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor
nonmigas Indonesia ke Belanda pada 2013 sebesar US$ 4,01 miliar pada 2013, turun
dibandingkan posisi 2011 yang mencapai US$ 5,07 miliar.

Sebaliknya, tren impor nonmigas dari Belanda justru meningkat 12,4 persen
dalam tiga tahun terakhir. Tercatat pada 2013 nilai impor Indonesia dari Belanda
sebesar US$ 907,3 juta, meningkat dibandingkan posisi 2013 sebesar US$ 807,2 juta.

6
4. Indonesia-Unido Perkuat Kerja Sama Sektor Industri

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) siap memfasilitasi perluasan


pasar industri nasional di kancah internasional secara komprehensif dengan negara-
negara potensial. Kerja sama bakal dilanjutkan dengan Organisasi Pengembangan
Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unido). Upaya peningkatan daya saing industri
kita salah satunya dapat dilakukan melalui pemanfaatan kerja sama internasional baik
bilateral maupun multilateral, termasuk juga kerja sama Indonesia dengan Unido, Saat
ini, kolaborasi Indonesia-Unido yang diterapkan melalui dokumen Indonesia- Unido
Country Programme 2016-2020 telah membantu Indonesia dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional serta perkembangan industri dalam negeri. Hasilnya
dinilai mampu memberikan dampak positif bagi industri di Tanah Air untuk mencapai
kegiatan produksi yang lebih efisien dan berkelanjutan. Salah satu proyek kerja sama
Indonesia- Unido yang kami nilai cukup berhasil adalah program Smarta Fish yang
saat ini sedang dilanjutkan kepada tahap kedua, Program Smart Fish II fokus pada
penguatan standarisasi produk perikanan serta rumput laut. Produk tersebut
merupakan basis bahan baku bagi industri makanan, minuman, kosmetik dan farmasi.

Melalui program Smart Fish, kekhawatiran akan kurangnya suplai dan


kekhawatiran terhadap kualitas bahan baku dapat diatasi di masa yang akan datang,
berharap keberhasilan program kerja sama Indonesia-Unido dapat segera diikuti oleh
basis input industri lain seperti sektor kehutanan, tambang, dan peternakan, termasuk
basis sektor jasa yang dapat mendukung proses industrialisasi dan penguatan ekspor.
Dokumen Indonesia-Unido Country Programme 2016-2020 akan berakhir Desember
ini. Hal ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk menyusun proyek-proyek yang
lebih strategis, tepat sasaran, dan bermanfaat bagi industri dan perekonomian
Indonesia. Apalagi, seiring perkembangan revolusi industri 4.0, Indonesia akan
membutuhkan proyek-proyek kerja sama yang dapat mengakselerasi penerapan
teknologi industri 4.0. Selain itu, sesuai dengan strategi dan kebijakan Kemenperin,
proyek-proyek tersebut diharapkan dapat berfokus pada pengembangan kualitas

7
sektor IKM agar dapat menghasilkan produk berdaya saing tinggi sesuai kebutuhan di
era industri 4.0.

Kerja sama Indonesia-UNIDO bisa menjadi sarana industri dalam negeri


untuk dapat mengakselerasi implementasi Industri 4.0. Oleh karena itu, sangat penting
untuk kita, pemerintah, asosiasi, akademisi serta kalangan industri merumuskan
bersama kebutuhan dan kepentingan industri untuk kemudian dapat diterapkan
melalui proyek kerja sama Indonesia-Unido yang nantinya dapat meningkatkan daya
saing industri dalam negeri

B. Rekolasi Industri Daru Negara-Negara Maju Ke Negara- Negara Berkembang

1. Relokasi Industri
Relokasi adalah pemindahan lokasi industri dari suatu negara maju ke negara
berkembang atau dari Negara ke Negara lainnya.Adapun tujuan pemindahan industri
tersebut untuk mendekati bahan baku dan menghasilkan jenis barang yang mampu
bersaing di pasar international. Alasan Negara maju memindahkan industrinya ke
Negara berkembang untuk alasan-alasan sbb:
 upah buruh pada Negara maju lebih tinggi dibandingkan dengan Negara
berkembang.
 Negara maju dapat bebas polusi (pencemaran).
 Usaha memperluas dan memperbesar usaha industri
  Persyaratan ketat untuk mendirikan industri di Negara maju.
Kerjasama dalam bidang industri memiliki keuntungan dan kerugian baik bagi
Negara yang dituju dan bagi Negara maju (Negara yang melakukan relokasi industri).

a) Keuntungan bagi Negara berkembang


 menambah lapangan kerja
 menambah pendapatan perkapita
 menambah devisa
 terjadi alih teknologi

8
  kemudahan memperoleh modal
 meningkaykan manfaat bahan baku

b) Keuntungan bagi Negara maju


 memperluas pasar
 menghemat biaya produksi
  mengurangi polusi di negaranya
 bahan baku mudah diperoleh
 tenaga kerja murah

2. Dampak Pembangunan Industri

a) Dampak Positif

Industrialisasi merupakan suatu gejala yang tidak dapat dipisahkan dalam proses
pembangunan karena merupakan mesin dalam peningkatkan pertumbuhan ekonomi. Secara
umum dampak positif dari adanya pembangunan industri adalah:
1. Meningkatkan devisa Negara
2. Menyerap tenaga kerja
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat
4. Terbukanya usaha-usaha di sector informal
5. Berkurangnya ketergantungan dari produk luar negeri.

b) Dampak negatif

Namun selain memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi, industrialisasi


mempunyai dampak negatif baik terhadap manusia maupun lingkungannya. Dampak
negatifnya antara lain:
1. Berkurangnya lahan pertanian
2. Pencemaran lingkungan

9
3. Terjadinya arus urbanisasi yang terlalu besar
4. Terjadinya perubahan prilaku masyrakat

C. INDUSTRI 4.0

Industri 4.0 adalah nama tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik.
Istilah ini mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala, komputasi awan dan komputasi
kognitif.

Industri 4.0 menghasilkan "pabrik cerdas". Di dalam pabrik cerdas berstruktur moduler,
sistem siber-fisik mengawasi proses fisik, menciptakan salinan dunia fisik secara virtual, dan
membuat keputusan yang tidak terpusat. Lewat Internet untuk segala (IoT), sistem siber-fisik
berkomunikasi dan bekerja sama dengan satu sama lain dan manusia secara bersamaan.
Lewat komputasi awan, layanan internal dan lintas organisasi disediakan dan dimanfaatkan
oleh berbagai pihak di dalam rantai nilai.

Istilah "Industrie 4.0" berasal dari sebuah proyek dalam strategi teknologi
canggih pemerintah Jerman yang mengutamakan komputerisasi pabrik Istilah "Industrie 4.0"
diangkat kembali di Hannover Fair tahun 2011. Pada Oktober 2012, Working Group on
Industry 4.0 memaparkan rekomendasi pelaksanaan Industri 4.0 kepada pemerintah federal
Jerman. Anggota kelompok kerja Industri 4.0 diakui sebagai bapak pendiri dan perintis
Industri 4.0. Laporan akhir Working Group Industry 4.0 dipaparkan di Hannover Fair tanggal
8 April 2013

1. Prinsip Rancangan
Ada empat prinsip rancangan dalam Industri 4.0. Prinsip-prinsip ini membantu
perusahaan mengidentifikasi dan mengimplementasikan skenario-skenario Industri 4.
 Interoperabilitas (kesesuaian): Kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan
manusia untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan satu sama lain lewat
Internet untuk segala (IoT) atau Internet untuk khalayak (IoP).IoT akan
mengotomatisasikan proses ini secara besar-besaran
 Transparansi informasi: Kemampuan sistem informasi untuk menciptakan
salinan dunia fisik secara virtual dengan memperkaya model pabrik digital
dengan data sensor. Prinsip ini membutuhkan pengumpulan data sensor
mentah agar menghasilkan informasi konteks bernilai tinggi.

10
 Bantuan teknis: Pertama, kemampuan sistem bantuan untuk membantu
manusia dengan mengumpulkan dan membuat visualisasi informasi secara
menyeluruh agar bisa membuat keputusan bijak dan menyelesaikan masalah
genting yang mendadak. Kedua, kemampuan sistem siber-fisik untuk
membantu manusia secara fisik dengan melakukan serangkaian tugas yang
tidak menyenangkan, terlalu berat, atau tidak aman bagi manusia.
 Keputusan mandiri: Kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat keputusan
sendiri dan melakukan tugas semandiri mungkin. Bila terjadi pengecualian,
gangguan, atau ada tujuan yang berseberangan, tugas didelegasikan ke atasan.

2. Dampak Industri 4.0


Pengusul mengklaim Industri 4.0 akan mempengaruhi banyak bidang, terutama:
 Model layanan dan bisnis
 Keandalan dan produktivitas berkelanjutan
 Keamanan TI: Perusahaan seperti Symantec, Cisco, dan Penta Security sudah
mulai membahas masalah keamanan IoT
 Keamanan mesin
 Penjualan pabrik
 Siklus hidup produk
 Industri Manufaktur: Perubahan masal pabrik menggunakan IoT, Pencetakan
3D dan Pembelajaran Mesin
 Rantai nilai industry
 Pendidikan dan skill pekerja
 Faktor sosio-ekonomi
 Peragaan Industri: Untuk membantu industri memahami dampak
Perindustrian 4.0, Cincinnati Wali kota John Cranley, menandatangani
proklamasi untuk menyatakan "Cincinnati menjadi Kota Peragaan Industri
4.0"
 Sebuah artikel yang diterbitkan pada bulan Februari 2016 menunjukkan
bahwa Industri 4.0 mungkin memiliki efek menguntungkan bagi negara
berkembang seperti India.

11
Industri kedirgantaraan kadang dikatogorikan "terdampak rendah untuk otomasi
masal" namun prinsip-prinsip Industri 4.0 telah diselidiki oleh beberapa perusahaan
kedirgantaraan, teknologi yang dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas di
mana biaya awal otomatisasi tidak dijelaskan, salah satu contohnya adalah proyek
M4 oleh pabrik komponen penerbangan Meggitt PLC Diskusi tentang bagaimana
pergeseran ke Industri 4.0, khususnya digitalisasi, akan mempengaruhi pasar tenaga
kerja sedang dibahas di Jerman dengan topik Pekerjaan 4.0.

3. Kesiapan Indonesia
Masalah kesiapan perpindahan ke industri 4.0 Indonesia terletak pada SDM
dan pemerataan, beberapa sektor industri di Indonesia masih belum mendekati
Industri 4.0, contoh saja pada industri agraris, masih ada petani menggunakan
cangkul, walaupun beberapa daerah petaninya sudah memasuki Industri 4.0, tidak
semua petani menguasai computer.
Masalah lainnya terletak pada banyaknya penduduk Indonesia yang tidak
memiliki SDM memadai, karena diperkirakan dengan masuknya industri ini akan
memangkas tenaga manusia dengan kemampuan SDM rendah dan kemungkinan
meningkatkan angka pengangguran
Cara pemerintah mengadapi hal tersebut dimulai dari pembangunan
infrastruktur untuk pemerataan distribusi di berbagai sektor dan perombakan
kurikulum pendidikan guna menghadapi perkembangan industri ini
Selain itu, perlu diperhatikan dengan baik mengenai keamanan informasi,
keamanan di dunia siber, dan keamanan di dalam jaringan komputer, terkait dengan
data dan informasi, guna mencapai tujuan organisasi, privasi, dan kenyamanan
pengguna layanan pada era Industri 4.0

12
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Revolusi industri saat ini memasuki fase keempat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat pesat memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan manusia.
Banyak kemudahan dan inovasi yang diperoleh dengan adanya dukungan teknologi digital.
Layanan menjadi lebih cepat dan efisien serta memiliki jangkauan koneksi yang lebih luas
dengan sistem online. Hidup menjadi lebih mudah dan murah. Relokasi Industri adalah
perpindahan atau pemindahan lokasi industri dari negara maju ke negara berkembang dengan
alasan menekan upah buruh, tekanan politis atau hukum di negara maju, syarat pendirian
industri di negara maju, dan lain sebagainya.Negara maju yang biasanya melakukan relokasi
industri adalah seperti amerika serikat / usa, jerman, jepang, prancis, korea, dan sebagainya.
Negara yang menerima relokasi industri adalah cina, india, indonesia, thailand, vietnam,
malaysia, meksiko, dan lain-lain.

B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan kita mengenai Revolusi
industri 4.0 .Makalah ini tidaklah sempurna sehingga kami butuh kritik dan saran dari teman-
teman sekalian.

Terimakasih.

13
DAFTAR PUSTAKA

pengertian /Defenisi Rekolasi Industri Negara Maju Dan Negara Berkembang Serta Dampak/Efek-
Ekonomi Geografi
(htpp://organisasi.org/pengertian_defenisi_relokasi_industri_negara_maju_dan_negar_berke
mbang_serta_dampak_efek_ekonomi_geografi ) di aksis pada 10 april 2021

Wikipedia 2020. Industri 4.0 . pada laman web ( https://id.wikipedia.org/wiki/Industri_4.0)

Di akses pada 10 april 2021

https://digitalentrepreneur.id/revolusi-industri-4-0/

https://www.indotelko.com/kanal?c=id&it=10-langkah-indonesia-industri-4-0

https://indonesiabaik.id/infografis/keterampilan-untuk-hadapi-revolusi-industri-40

14

Anda mungkin juga menyukai