Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil
dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan
meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka jumlah air limbah juga
mengalami peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang ke dalam tanah, sungai
danau dan laut. Jika jumlah air limbah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk
menerima atau menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan.

Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair
yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan
kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai,
namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat
penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting
bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan
limbah cair.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan.
Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang
dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi
teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat
yang bersangkutan.

Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah
dicoba dan dikembangkan selama ini.  Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah
dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
1.    pengolahan secara fisika
2.    pengolahan secara kimia
3.    pengolahan secara biologi
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi. Pada kesempatan kali ini kami
hanya akan membahas tentang pengolahan limbah secara fisika.
PENGOLAHAN SECARA FISIKA

Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan
agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-
bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara
yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar.
Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses
pengendapan.  Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah
kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.

Pengolahan air buangan yang dilakukan melalui mekanisme fisika disebut sebagai unit
operasi fisika. Beberapa jenis pengolahan fisika yang biasa digunakan untuk mengolah
air limbah :
(1). Screening,
(2). Comminution,
(3). Flow equalization (TAR),
(4). Grit revoval,
(5). Sedimentasi,
(6). Flotasi,
(7). Aerasi,
(8). Filtrasi,
(9). Thickening, dan
(10). Sentrifugasi

Berikut adalah penjelasan mengenai pengolahan limbah secara fisika :

1. Screening
Saringan (Screening) berfungsi untuk menahan bahan-bahan yang kasar seperti sampah,
potongan kayu, serpihan kertas, kain dan benda-benda kasar lain yang terdapat dalam air
limbah. Penyaringan dilakukan untuk menghindari rusaknya atau tersumbatnya peralatan
seperti pompa, katub-katub, pipa penyalur, alat pengaduk yang digunakan dalam
pengolahan air.

Penghilangan partikel kasar dan zat tersuspensi selalu menjadi langkah awal dalam
pengolahan air limbah. Zat padat tersuspensi biasanya inert (sulit dirombak) atau dapat
dirombak secara biologis perlahan-lahan. Oleh karena itu, penghilangan zat padat akan
menguntungkan untuk peningkatan kinerja dari proses stabilisasi.

Dampak lain dari pre-treatment secara mekanis adalah bahwa langkah-langkah


pengolahan berikutnya akan terlindungi terhadap kerusakan dan penyumbatan. Oleh
karena itu, operator harus betul-betul memperhatikan bahwa fungsi dari pre-treatment
secara mekanis adalah faktor yang penting untuk keseluruhan proses dan pemeliharaan
secara teratur serta kontrol.
 
  Tabel 2. Kriteria Desain Bar Screen
No Parameter Simbol Satuan Besaran
1 Jarak bukaan antar batang b mm 25 – 50
2 Lebar penampang batang w mm  25,4
3 Panjang penampang batang p mm 25 – 50
4 Sudut kemiringan batang dari garis  derajat 30 – 45
  vertikal      
5 Kecepatan aliran v m/dt 0.3 – 0.9
6 Volume material V m3/106m3 3.5 – 8
7 Maksimum head loss hL mm 150
Sumber: Elwyn E. Seelye, Design
Tabel 3. Faktor Krischmer
No. Tipe Batang 
1 Persegi 2.42
2 Persegi, sisi depan ½  lingkaran 1.83
3 Lingkaran 1.79
4 Persegi, sisi depan & belakang ½ lingkaran 1.67
2. Comminution
Tujuan comminution adalah untuk menghaluskan material sehingga memudahkan
pengolahan berikutnya dan menghilangkan kendala pembuangan limbah screening yang
masih kasar. Jenis comminutor adalah comminutor aliran gravitasi dan pressure
comminutor.

3. Grit Removal
Fungsi Grit Removal adalah menghilangkan tanah kasar, pasir dan partikel halus mineral
dari air buangan sehingga tidak mengendap dalam saluran ataupun pipa  dan melindungi
pompa dan mesin dari abrasi.

Secara teoretis, partikel yang bisa diendapkan oleh grit removal adalah berukuran >200
mm. Dalam pengolahan air buangan, grit removal untuk pengolahan air buangan dari
domestik bisa dilakukan dengan single grit channel, circular grit channel dan aerated
rectangular grit chamber. Di dunia industri, grit removal biasanya digunakan pada efluen
indutri pertanian dan makanan ataupun industri metalurgi.
 Tabel 5. Kriteria desain Grit chamber
No Parameter Simbol Satuan Besaran
1 Diameter pasir Ø mm > 0,2
2 Kecepatan horisontal Vh m/dtk 0,26 – 0,44
3 Waktu detensi Td detik 20 – 60
4 Kecepatan mengendap pasir vs m/menit 1,0 – 1,3
5 Volume pasir Vol m3/10 m3 0,023 – 0,1
 
 
4. Equalisasi ( Tangki Aliran Rata-Rata)
Equalisasi digunakan untuk mengatasi masalah yang timbul di dalam operasional akibat
perubahan aliran (aliran yang berubah-ubah dan atau turbulen) dan memperbaiki hasil
pada proses berikutnya. Bak equalisasi bukanlah bak proses pengolahan.

Equalisasi adalah peredaman (pengurangan) aliran yang tidak kontinyu menjadi aliran
yang mendekati konstan. Cara ini dapat diterapkan pada situasi yang berbeda, tergantung
pada karakteristik sistem penampungan. Penerapan yang penting pada equalisasi adalah
sebagai berikut :
         Debit cuaca kering (debit saluran kering selama 24 jam)
         Debit cuaca basah (hujan) dari sistem drainase terpisah
         Kombinasi debit air hujan dan debit air buangan saluran sanitasi

Keuntungan pemakaian bak equalisasi adalah sebagai berikut : menyediakan aliran


limbah yang memenuhi kebutuhan pengolahan biologi, menstabilkan pH dan meminimasi
kebutuhan bahan kimia untuk netralisasi, mengurangi turbulensi aliran, untuk
mengurangi konsentrasi bahan beracun yang tinggi pada pengolahan air limbah secara
biologis.

Penambahan pengadukan dilakukan untuk menjamin proses equalisasi berjalan baik dan
mencegah pengendapan padatan didasar bak. Bak equalisasi dapat diletakkan secara in-
line (langsung sebagai bagian dari flow diagram) dan off-line (tidak langsung berada
pada sistem pengolahan). Untuk menurunkan kebutukan mixing dapat dilakukan dengan
penambahan proses grit removal pada sistem pengolahan air limbah. Waktu tinggal air
limbah di tangki equalisasi sekitar ± 2 jam.

Pompa yang dapat dipakai dalam tangki equalisasi adalah pompa sumbersible yang
dilengkapi dengan pengukur ketinggian air, sehingga pada ketinggian tertentu pompa
dapat beroperasi secara otomatis. Dalam hal ini pemeliharaan dan operasionalnya
menjadi lebih efektif dan efisien.
 
 5. Sedimentasi
Sedimentasi adalah unit operasi yang didesain untuk mengumpulkan dan memindahkan
padatan tersuspensi dari air limbah dengan cara gravitasi. Sedimentasi berguna untuk
memisahkan pasir, partikel yang besar, dalam kolam pengendapan utama, biological
flock pada kolam pengendapan lumpur aktif, dan menghilangkan flok kimiawi ketika
proses koagulasi senyawa kimia digunakan. Ini juga digunakan untuk mengumpulkan
padatan yang ada di thickening. Di banyak kasus, tujuan utama adalah untuk
menghasilkan effluen yang jernih, tetapi ini juga penting untuk menghasilkan lumpur
dengan konsentrasi padatan yang dapat mempermudah penanganan dan pengolahan.

Proses pengendapan dilakukan untuk memisahkan bahan-bahan yang karena gaya


beratnya (gravitasi) akan turun dan mengendap kedasar bak sedimentasi. Proses
sedimentasi banyak dilakukan pada akhir proses pengolahan air limbah.Bak sedimentasi
yang digunakan berbentuk memanjang maupun sirkular atau yang lebih dikenal dengan
nama Clarifier. pengolahan secara fisik ini seringkali dinamakan juga sebagai
pretreatment.

Kondisi performa pengendapan partikel dipengaruhi oleh kondisi aliran apakah laminer
ataupun turbulen. Untuk mencapai kondisi performa yang optimal maka diusahakan
aliran laminer, yaitu didekati dengan bilangan Reynold < 500 dan bilangan Froude > 10-5.

Tipe-tipe sedimentasi ada empat macam yaitu :


(1)   Tipe pengendapan I (free settling), sering disebut sebagai pengendapan partikel
diskrit, pengendapan partikel diskrit dimana partikel mengendap secara individual
dan partikel tidak berubah ukuran.
(2)   Tipe pengendapan II (flocculation free settling), pengendapan flok dalam dilute
suspension, selama pengendapan partikel flok, makin besar dan makin padat
kecepatannya makin besar. Terjadi pengendapan flokulan dimana partikel
mengumpul selama proses pengendapan, sehingga terjadi perubahan ukuran dan
bentuk.
Pengendapan flokulan terjadi jika kecepatan partikel meningkat bersamaan dengan
bertambahnya kedalaman partikel di dalam bak. Kebanyakan suspended solid di
dalam air limbah berada dalam fase flokulan. Pada pengendapan diskrit efisiensi
pemindahan partikel hanya tergantung pada kecepatan overflow saja. Sedangkan
pengendapan flokulan, efisiensi tergantung pada kecepatan dan waktu detensi.
(3)   Tipe pengendapan III (Zone settling), pengendapan partikel pada konsentrasi
menengah, dimana energi partikel yang berdekatan saling memecah sehingga
menghalangi pengendapan partikel flok, partikel yang tertinggal pada posisi relatif
tetap dan mengendap pada kecepatan konstan, menghasilkan pengendapan massa
partikel. Pengendapan penghalang (zone) yang melibatkan suspensi terflokulasi
dalam bentuk kecil dan mengendap sebagai massa dengan lapisan yang tegas selama
proses pengendapan.
Pengendapan zone dicirikan oleh adanya activated sludge dan flocculated chemical
suspension, jika konsentrasi padatan melebihi 500 mg/l. Partikel-partikel padatan
saling melekat dan mengendap seperti selimut, membentuk lapisan antara flok dan
supernatant.
(4)   Tipe pengendapan IV (compression settling), partikel bersentuhan pada konsentrasio
tinggi dan pengendapan dapat terjadi hanya karena kompresi dari penempatan massa.
 
Bak Pengendap Pertama (Prasedimentasi)
Bak pengendap pertama berfungsi untuk mengurangi partikel padat dalam air buangan
dengan cara mengendapkan pada suatu tangki selama waktu tertentu sehingga
terendapkan sekaligus mengurangi kekeruhan dan beban organik.

Lumpur yang dihasilkan dari bak pengendap I akan diolah lebih lanjut pada proses
penanganan lumpur, sehingga volume lumpur dapat diperkecil. Sedang fluida atau
supernatannya keluar melalui sistem pelimpah yang ditampung pada saluran
penampung/gullet menuju ke unit pengolahan biologi.

Faktor penentu untuk mendesain Bak Pengendap Pertama adalah: overflow rate,
kedalaman tangki, waktu detensi
 
Bak Pengendap II (Clarifier)
Bak pengendap II berfungsi untuk mengendapkan zat padat yang terdapat dalam air
buangan setelah melalui pengolahan biologis

Bak pengendap ini dilengkapi dengan pengeruk lumpur mekanis. Lumpur yang
terkumpul dipompakan ke unit pengolahan lumpur, sedang supernatannya dialirkan
menuju bak filtrasi sebelum dibuang ke dalam air penerima.
 Tabel 6. Kriteria Desain Sedimentasi
No Parameter Satuan Nilai
1 Efiensi penurunan SS % 30 – 70
2 Efisiensi penurunan BOD % 30 – 40
3 Waktu detensi (Td) Jam 1,5 – 2,5
4 Over flowrate m³/m²/hari 30 – 50
5 Beban pelimpah, untuk Qr <44 l/det m³/m/hari 124
                        untuk Qr > 44 l/det   186
6 Rasio panjang : lebar   4 : 1 –  6 : 1
7 Kedalaman (d) m 3 – 4,5
8 Panjang (p)      m 15 – 90
9 Lebar (l) m 3 – 24
10 Kemiringan dasar % 1–2
11 Kecepatan inlet m/dtk 1
12 Kecepatan aliran m/det 0,3
                                                Tabel 7. Kriteria Desain Clarifier            
No Parameter Satuan Nilai
1 Overflow rate, Vo m³/m²/hari 23 – 32
2 Weir loading m³/m/hari 25 – 500
3 Kedalaman, h m 3–5
4 Diameter, d m 36 – 60
5 Slope dasar saluran, S mm/m 60 – 160
6 Waktu detensi, td jam 2–4
 
6.      Flotasi
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung
seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya.
Flotasi juga digunakan untuk menyisihkan padatan tersuspensi dan minyak dari air
buangan serta pemisahan dan pengumpulan lumpur. Flok lumpur, padatan, dan butiran
minyak akan diapungkan oleh gelembung-gelembung udara yang dimasukkan ke dalam
tangki flotasi sampai jenuh. Skimmer untuk mengumpulkan buih yang terbentuk yang
selanjutnya dikirim ke tempat penampungan minyak.

Pengapungan seringkali digunakan bersamaan dengan pemisahan. Proses pengapungan


dilakukan untuk mengapungkan ke permukaan air bahan-bahan yang melayang, seperti
minyak dan lemak, serat-serat halus pada limbah cair pabrik kertas. Dengan meniupkan
udara dari dasar bak, gelembung udara akan membawa bahan-bahan mengapung tersebut
ke permukaan air sehingga dengan pemisahan (menggunakan sekat) bahan tersebut dapat
dipisah dari aliran air limbah.

 Jenis-Jenis Flotasi : 
a)      Aerasi pada tekanan atmosfer (Air flotation).
Pada sistem ini udara akan masuk kedalam fluida dengan menggunakan mekanisme
rotor-disperser. Rotor yang terendam di dalam fluida akan mendorong udara menuju
bukaan disperser sehingga udara bercampur dengan air. Air akan melalui beberapa baffle
sebelum keluar melalui outlet dan partikel yang mengapung akan disisihkan oleh
skimmer menuju tempat penampungan yang ada di kedua sisi unit flotasi. Sistem ini
memiliki keuntungan antara lain tidak memerlukan area yang luas dan lebih efektif dalam
menyisihkan partikel minyak.

b)      Dissolved Air Flotation (DAF). 


Flotasi dengan DAF pada prinsipnya adalah melakukan pengapungan dengan melarutkan
udara ke dalam fluida dengan tekanan yang cukup tinggi (40-50 lb/inc2) dan selanjutnya
dilepaskan dalam tekanan atmosfer (Tchobanoglous, 1991).

c)      Vaccum flotation


Pada proses flotasi jenis ini, limbah cair di aerasi hingga jenuh atau udara masuk pada
bagian penghisapan pompa (tekanan udara diatas tangki divacuumkan) akibatnya akan
terbentuk gelembung udara yang akan lolos ke atmosfer sembari mengangkat partikel-
partikel ke atas permukaan
 
7.      Aerasi
Aerasi adalah suatu bentuk perpindahan gas dan dipergunakan dalam berbagai bentuk
variasi operasi meliputi :
(1)   Tambahan oksigen untuk mengoksidasi besi dan mangan terlarut.
(2)   Pembuangan karbon dioksida
(3)   Pembuangan hydrogen sulfida untuk menghapuskan bau dan rasa.
(4)   Pembuangan minyak yang mudah menguap dan bahan-bahan penyebab bau dan rasa
serupa yang dikeluarkan oleh ganggang serta mikroorganisme serupa.
 
Secara kimia, reaksi di atas dapat ditulis sebagai berikut :
4 Fe2+ +  O2 + 10 H2O    4 Fe(OH)3    +  8 H+
2 Mn2+ + O2 + 2 H2O    2 MnO2     + 4 H+
Aerasi dilaksanakan dengan cara membuat air terbuka bagi udara atau dengan
memasukkan udara ke dalam air.

Jenis-jenis utama alat aerasi adalah :


(1)   Aerator gaya berat, misalnya cascade
Cascade towers dibentuk seperti terjunan yang berupa tangga. Tinggi anak tangga
sekitar 0,3 m dan berjumlah sekitar 10. Banyak anak tangga ini menentukan waktu
kontak antara air dan udara. Cascades tersebut bisa dibentuk memanjang seperti
tangga ataupun melingkar. Area yang dibutuhkan untuk aerator cascade ini berkisar
antara 4 – 9 m2 / (50 L/s)(40 – 90 ft2/(Mgal/d)), tergantung dari jumlah anak tangga
yang digunakan.
(2)   Aerator semprotan atau air mancur
Terdiri dari pipa yang menggantung di atas bak atau kolam dan di perpotongan pipa
tersebut terdapat nozzle. Tinggi pancuran, dalam hal ini berkaitan dengan waktu
kontak antara air dan udara ditentukan oleh tekanan pada pipa, dimana dispersinya
dipengaruhi oleh karakteristik nozzle. Diameter nozzle berkisar 2 – 4 cm. Yang
diperhatikan dalam mendesain aerator ini adalah tekanan, jarak nozzle, aliran tiap
nozzle. Tekanan sekitar 70 kPa (10 lb/in2) bisa menghasilkan aliran 5 – 20 L/s pada
setiap nozzle. Jarak nozzle berkisar 0,6 – 3,5 m.
(3)   Penyebar suntikan, dimana udara dalam bentuk gelembung-gelembung kecil  
disuntikkan ke dalam zat cair.
(4)   Aerator mekanis yang meningkatkan pencampuran zat cair dan membuat air terbuka
ke  atmosfer dalam bentuk buti-butir tetesan.
(5)   Tray towers, aerator ini paling sering digunakan untuk mengoksidasi besi dan
mangan. Aerator ini mirip dengan cascade hanya airnya disemprotkan ke udara.
(6)   Jet type, pada aerator ini air disemprotkan dari bawah ke atas melalui pipa berpori.
(7)   Air Blowing, pada aerator ini udara disemprotkan ke dalam air.
(8)   Contact type, pada aerator ini air dilewatkan melalui media berfilter. Filter yang
digunakan biasanya berbentuk kerikil (gravel) atau arang (coke).

8.      Filtrasi

Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului
proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan
sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses
adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.

Proses filtrasi pada pengolahan air buangan digunakan untuk menyaring air yang telah
melalui proses koagulasi kimiawi dan proses pengendapan yang bertujuan menghasilkan
air bersih dengan kualitas tinggi. Proses filtrasi biasanya digunakan untuk menyaring:
Secondary effluen yang belum diolah dan Secondary effluen yang telah diolah secara
kimiawi.

Berdasarkan medianya, filtrasi dibedakan menjadi :


a)      Single medium filter:
menggunakan jenis media, biasanya adalah pasir atau butiran antrachite. Ketebalan
lapisan media pasir biasanya 24-30 inci ( Reynolds, 1982).
b)      Dual media filter;
Filter jenis ini memiliki lapisan anthracite yang halus diatas lapisan pasir. Hal ini
adalah salah satu cara untuk meningkatkan volume pori dari filter itu sendiri. Pori
yang ada pada dual media filter lebih baik daripada single-medium filter. Susunan
pori yang ideal adalah dari atas kebawah semakin kecil.          
c)      Multimedia filter, memiliki lebih dari satu media penyaring. Pada pengolahan air
buangan, filter jenis ini sangat sering digunakan. Multimedia filter pada umumnya
menggunakan media anthracite, pasir, garnet, dan karbon aktif. Selain dapat
memisahkan partikel, media-media yang digunakan ini juga dapat memisahkan zat
organik terlarut. Keuntungan penggunaan multimedia filter dibandingkan jenis
lainnya yaitu penyaringan yang lebih baik sehingga air yang keluar memiliki kualitas
yang lebih bagus.
 
Menurut operasinya, beberapa tipe filter adalah filter dengan media berbutir (granular
media), pressure filter dan gravity filter.

Menurut kecepatan filtrasinya dibedakan menjadi saringan pasir lambat dan saringan
pasir cepat. Untuk pemisahan partikel dengan ukuran yang sangat kecil digunakan filter
membran yaitu microfilter, ultrafilter, reverse osmosis dan electrodialisis.
Beberapa filter juga digunakan untuk proses pengisatan (dewatering) lumpur yaitu belt
press filter, vacuum filter.

9.      Thickening (Lumpur)


Thickening lumpur, berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi solid dalam lumpur
dengan menghilangkan bagian liquid sehingga mengurangi volume lumpur yang dibuang,
mengurangi kebutuhan lahan untuk drying bed dan mengurangi ukuran pipa lumpur dan
biaya pemompaan.
Proses thickening biasanya dilakukan secara fisik dengan co-settling, gravity settling,
flotation, centrifugation, gravity belt dan rotary drum. Penurunan volume yang terjadi
pada proses thickening akan mempermudah proses berikutnya karena mengurangi
volume dan tangki yang diperlukan, heat yang diperlukan, ukuran pompa dan pipa
(Tchobanoglous, 2003).

Lumpur dari bak pengendap dan pengolahan biologis dimasukkan ke dalam tangki
thickener, alat mekanis akan mengaduk lumpur perlahan-lahan. Supernatan naik menuju
saluran disekeliling tangki dan dialirkan kembali ke bak pengendap I. Lumpur kental
dikumpulkan di dasar tangki lalu dipompa ke unit digester atau unit dewatering. Lumpur
yang sudah dipekatkan dikumpulkan dalam ruang lumpur dan kemudian dipompa ke
digester untuk reduksi massanya. Supernatan keluar melalui pelimpah dan ditampung
melalui aliran penampang, kemudian dialirkan menuju pengolahan sekunder agar zat
organiknya direduksi

Pada sistem pengolahan air limbah thickening lumpur biasanya digunakan gravity belt
thickenng, karena gravity belt thickening diaplikasikan untuk lumpur aktif. Hidraulic
loading rata-rata pada gravity belt thickenng tergantung ukuran belt yaitu berkisar 800
l/m.menit dan solid loadingnya berkisar antara 200 – 600 kg/m.h. kemampuan tersebut
sangat jauh dibanding dengan gravity settling maupun flotation settling (Tchobanoglous,
2003).

Untuk menjamin proses penggumpalan (flokulasi) pada thickening lumpur maka perlu
diberi injeksi larutan polymer yaitu Poly Electrolit (PE). Larutan PE ini diinjeksikan
dintara pompa dan ruang  pencampuran.
 10.  Sentrifugasi
Merupakan proses pemisahan padatan dengan gaya sentrifugal yang mempecepat
pengendapan partikel dari cairannya. Ada dua fase yang diperoleh dalam proses
sentrifugasi ini yaitu sedimen dan supernatan. Sedimen yang sudah melekat dan memadat
pada bagian dinding dibawa dengan Screw Conveyor yang berputar dan kemudain
mengeluarkan lumpur keringnya pada bagian sisi yang lain. Sistem ini walaupun energi
yang dibutuhkan tidak terlalu besar namun jarang yang menggunakaanya di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai