Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil
dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan
meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka jumlah air limbah juga
mengalami peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang ke dalam tanah, sungai
danau dan laut. Jika jumlah air limbah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk
menerima atau menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan.
Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair
yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan
kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai,
namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat
penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting
bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan
limbah cair.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan.
Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang
dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi
teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat
yang bersangkutan.
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah
dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah
dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
1. pengolahan secara fisika
2. pengolahan secara kimia
3. pengolahan secara biologi
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi. Pada kesempatan kali ini kami
hanya akan membahas tentang pengolahan limbah secara fisika.
PENGOLAHAN SECARA FISIKA
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan
agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-
bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara
yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar.
Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses
pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah
kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
Pengolahan air buangan yang dilakukan melalui mekanisme fisika disebut sebagai unit
operasi fisika. Beberapa jenis pengolahan fisika yang biasa digunakan untuk mengolah
air limbah :
(1). Screening,
(2). Comminution,
(3). Flow equalization (TAR),
(4). Grit revoval,
(5). Sedimentasi,
(6). Flotasi,
(7). Aerasi,
(8). Filtrasi,
(9). Thickening, dan
(10). Sentrifugasi
1. Screening
Saringan (Screening) berfungsi untuk menahan bahan-bahan yang kasar seperti sampah,
potongan kayu, serpihan kertas, kain dan benda-benda kasar lain yang terdapat dalam air
limbah. Penyaringan dilakukan untuk menghindari rusaknya atau tersumbatnya peralatan
seperti pompa, katub-katub, pipa penyalur, alat pengaduk yang digunakan dalam
pengolahan air.
Penghilangan partikel kasar dan zat tersuspensi selalu menjadi langkah awal dalam
pengolahan air limbah. Zat padat tersuspensi biasanya inert (sulit dirombak) atau dapat
dirombak secara biologis perlahan-lahan. Oleh karena itu, penghilangan zat padat akan
menguntungkan untuk peningkatan kinerja dari proses stabilisasi.
3. Grit Removal
Fungsi Grit Removal adalah menghilangkan tanah kasar, pasir dan partikel halus mineral
dari air buangan sehingga tidak mengendap dalam saluran ataupun pipa dan melindungi
pompa dan mesin dari abrasi.
Secara teoretis, partikel yang bisa diendapkan oleh grit removal adalah berukuran >200
mm. Dalam pengolahan air buangan, grit removal untuk pengolahan air buangan dari
domestik bisa dilakukan dengan single grit channel, circular grit channel dan aerated
rectangular grit chamber. Di dunia industri, grit removal biasanya digunakan pada efluen
indutri pertanian dan makanan ataupun industri metalurgi.
Tabel 5. Kriteria desain Grit chamber
No Parameter Simbol Satuan Besaran
1 Diameter pasir Ø mm > 0,2
2 Kecepatan horisontal Vh m/dtk 0,26 – 0,44
3 Waktu detensi Td detik 20 – 60
4 Kecepatan mengendap pasir vs m/menit 1,0 – 1,3
5 Volume pasir Vol m3/10 m3 0,023 – 0,1
4. Equalisasi ( Tangki Aliran Rata-Rata)
Equalisasi digunakan untuk mengatasi masalah yang timbul di dalam operasional akibat
perubahan aliran (aliran yang berubah-ubah dan atau turbulen) dan memperbaiki hasil
pada proses berikutnya. Bak equalisasi bukanlah bak proses pengolahan.
Equalisasi adalah peredaman (pengurangan) aliran yang tidak kontinyu menjadi aliran
yang mendekati konstan. Cara ini dapat diterapkan pada situasi yang berbeda, tergantung
pada karakteristik sistem penampungan. Penerapan yang penting pada equalisasi adalah
sebagai berikut :
Debit cuaca kering (debit saluran kering selama 24 jam)
Debit cuaca basah (hujan) dari sistem drainase terpisah
Kombinasi debit air hujan dan debit air buangan saluran sanitasi
Penambahan pengadukan dilakukan untuk menjamin proses equalisasi berjalan baik dan
mencegah pengendapan padatan didasar bak. Bak equalisasi dapat diletakkan secara in-
line (langsung sebagai bagian dari flow diagram) dan off-line (tidak langsung berada
pada sistem pengolahan). Untuk menurunkan kebutukan mixing dapat dilakukan dengan
penambahan proses grit removal pada sistem pengolahan air limbah. Waktu tinggal air
limbah di tangki equalisasi sekitar ± 2 jam.
Pompa yang dapat dipakai dalam tangki equalisasi adalah pompa sumbersible yang
dilengkapi dengan pengukur ketinggian air, sehingga pada ketinggian tertentu pompa
dapat beroperasi secara otomatis. Dalam hal ini pemeliharaan dan operasionalnya
menjadi lebih efektif dan efisien.
5. Sedimentasi
Sedimentasi adalah unit operasi yang didesain untuk mengumpulkan dan memindahkan
padatan tersuspensi dari air limbah dengan cara gravitasi. Sedimentasi berguna untuk
memisahkan pasir, partikel yang besar, dalam kolam pengendapan utama, biological
flock pada kolam pengendapan lumpur aktif, dan menghilangkan flok kimiawi ketika
proses koagulasi senyawa kimia digunakan. Ini juga digunakan untuk mengumpulkan
padatan yang ada di thickening. Di banyak kasus, tujuan utama adalah untuk
menghasilkan effluen yang jernih, tetapi ini juga penting untuk menghasilkan lumpur
dengan konsentrasi padatan yang dapat mempermudah penanganan dan pengolahan.
Kondisi performa pengendapan partikel dipengaruhi oleh kondisi aliran apakah laminer
ataupun turbulen. Untuk mencapai kondisi performa yang optimal maka diusahakan
aliran laminer, yaitu didekati dengan bilangan Reynold < 500 dan bilangan Froude > 10-5.
Lumpur yang dihasilkan dari bak pengendap I akan diolah lebih lanjut pada proses
penanganan lumpur, sehingga volume lumpur dapat diperkecil. Sedang fluida atau
supernatannya keluar melalui sistem pelimpah yang ditampung pada saluran
penampung/gullet menuju ke unit pengolahan biologi.
Faktor penentu untuk mendesain Bak Pengendap Pertama adalah: overflow rate,
kedalaman tangki, waktu detensi
Bak Pengendap II (Clarifier)
Bak pengendap II berfungsi untuk mengendapkan zat padat yang terdapat dalam air
buangan setelah melalui pengolahan biologis
Bak pengendap ini dilengkapi dengan pengeruk lumpur mekanis. Lumpur yang
terkumpul dipompakan ke unit pengolahan lumpur, sedang supernatannya dialirkan
menuju bak filtrasi sebelum dibuang ke dalam air penerima.
Tabel 6. Kriteria Desain Sedimentasi
No Parameter Satuan Nilai
1 Efiensi penurunan SS % 30 – 70
2 Efisiensi penurunan BOD % 30 – 40
3 Waktu detensi (Td) Jam 1,5 – 2,5
4 Over flowrate m³/m²/hari 30 – 50
5 Beban pelimpah, untuk Qr <44 l/det m³/m/hari 124
untuk Qr > 44 l/det 186
6 Rasio panjang : lebar 4 : 1 – 6 : 1
7 Kedalaman (d) m 3 – 4,5
8 Panjang (p) m 15 – 90
9 Lebar (l) m 3 – 24
10 Kemiringan dasar % 1–2
11 Kecepatan inlet m/dtk 1
12 Kecepatan aliran m/det 0,3
Tabel 7. Kriteria Desain Clarifier
No Parameter Satuan Nilai
1 Overflow rate, Vo m³/m²/hari 23 – 32
2 Weir loading m³/m/hari 25 – 500
3 Kedalaman, h m 3–5
4 Diameter, d m 36 – 60
5 Slope dasar saluran, S mm/m 60 – 160
6 Waktu detensi, td jam 2–4
6. Flotasi
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung
seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya.
Flotasi juga digunakan untuk menyisihkan padatan tersuspensi dan minyak dari air
buangan serta pemisahan dan pengumpulan lumpur. Flok lumpur, padatan, dan butiran
minyak akan diapungkan oleh gelembung-gelembung udara yang dimasukkan ke dalam
tangki flotasi sampai jenuh. Skimmer untuk mengumpulkan buih yang terbentuk yang
selanjutnya dikirim ke tempat penampungan minyak.
Jenis-Jenis Flotasi :
a) Aerasi pada tekanan atmosfer (Air flotation).
Pada sistem ini udara akan masuk kedalam fluida dengan menggunakan mekanisme
rotor-disperser. Rotor yang terendam di dalam fluida akan mendorong udara menuju
bukaan disperser sehingga udara bercampur dengan air. Air akan melalui beberapa baffle
sebelum keluar melalui outlet dan partikel yang mengapung akan disisihkan oleh
skimmer menuju tempat penampungan yang ada di kedua sisi unit flotasi. Sistem ini
memiliki keuntungan antara lain tidak memerlukan area yang luas dan lebih efektif dalam
menyisihkan partikel minyak.
8. Filtrasi
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului
proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan
sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses
adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.
Proses filtrasi pada pengolahan air buangan digunakan untuk menyaring air yang telah
melalui proses koagulasi kimiawi dan proses pengendapan yang bertujuan menghasilkan
air bersih dengan kualitas tinggi. Proses filtrasi biasanya digunakan untuk menyaring:
Secondary effluen yang belum diolah dan Secondary effluen yang telah diolah secara
kimiawi.
Menurut kecepatan filtrasinya dibedakan menjadi saringan pasir lambat dan saringan
pasir cepat. Untuk pemisahan partikel dengan ukuran yang sangat kecil digunakan filter
membran yaitu microfilter, ultrafilter, reverse osmosis dan electrodialisis.
Beberapa filter juga digunakan untuk proses pengisatan (dewatering) lumpur yaitu belt
press filter, vacuum filter.
Lumpur dari bak pengendap dan pengolahan biologis dimasukkan ke dalam tangki
thickener, alat mekanis akan mengaduk lumpur perlahan-lahan. Supernatan naik menuju
saluran disekeliling tangki dan dialirkan kembali ke bak pengendap I. Lumpur kental
dikumpulkan di dasar tangki lalu dipompa ke unit digester atau unit dewatering. Lumpur
yang sudah dipekatkan dikumpulkan dalam ruang lumpur dan kemudian dipompa ke
digester untuk reduksi massanya. Supernatan keluar melalui pelimpah dan ditampung
melalui aliran penampang, kemudian dialirkan menuju pengolahan sekunder agar zat
organiknya direduksi
Pada sistem pengolahan air limbah thickening lumpur biasanya digunakan gravity belt
thickenng, karena gravity belt thickening diaplikasikan untuk lumpur aktif. Hidraulic
loading rata-rata pada gravity belt thickenng tergantung ukuran belt yaitu berkisar 800
l/m.menit dan solid loadingnya berkisar antara 200 – 600 kg/m.h. kemampuan tersebut
sangat jauh dibanding dengan gravity settling maupun flotation settling (Tchobanoglous,
2003).
Untuk menjamin proses penggumpalan (flokulasi) pada thickening lumpur maka perlu
diberi injeksi larutan polymer yaitu Poly Electrolit (PE). Larutan PE ini diinjeksikan
dintara pompa dan ruang pencampuran.
10. Sentrifugasi
Merupakan proses pemisahan padatan dengan gaya sentrifugal yang mempecepat
pengendapan partikel dari cairannya. Ada dua fase yang diperoleh dalam proses
sentrifugasi ini yaitu sedimen dan supernatan. Sedimen yang sudah melekat dan memadat
pada bagian dinding dibawa dengan Screw Conveyor yang berputar dan kemudain
mengeluarkan lumpur keringnya pada bagian sisi yang lain. Sistem ini walaupun energi
yang dibutuhkan tidak terlalu besar namun jarang yang menggunakaanya di Indonesia