Anda di halaman 1dari 9

Majalah Ilmiah Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak

Vol 12, No. 1, Juni 2015, Hal 35 – 43


ISSN: 1412 – 7156

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI DAN LAMA PEMANASAN


TERHADAP STABILITAS PIGMEN ANTOSIANIN DAN KARATENOID

(THE EFFECT OF EXTRACTION TEMPERATURE AND WARMING TIME


AGAINSTS THE STABILITY ON ANTHOCYANIN AND CARATENOID PIGMENTS)

Fitriani dan Nurdianti Awaliyah

Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Muhammadiyah Pontianak


Correspondence e-mail : bungafi3ani@yahoo.com

ABSTRACT

The research aimed to find the optimum conditions anthocyanin of purple sweet potato and
caratenoid of carrot with ratio of solvent, ethanol 96% and citrid acid with 15 : 3 mL, respectively.
In addition, the research was also aimed to know the extracted colour stability towards of
environment effect by spectrophotometric analysis. The extraction was conducted by various of
temperature consisted of three levels (50 °C, 70 °C, 90 °C) and various of warming time including
three levels such as 30 minutes, 1 hour and 2 hours. The result showed extraction temperature effect
on anthocyanin of purple sweet potato was obtained from the extraction temperature at 70 °C for 2
hours with the highest absorbance value at 0,646 and the wave length of 540 nm. Meanwhile, the
extraction temperature on caratenoid of carrot with the highest absorbance value at 1.185 and the
wave length of 480 nm occured at 70 °C for 2 hours.

Keywords: pigment, extraction, anthocyanin, caratenoid

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi yang optimum untuk mengekstraksi zat pewarna
antosianin dari ubi jalar ungu dan zat pewarna karatenoid dari wortel dengan perbandingan pelarut
etanol 96 % dan asam sitrat 5 % masing – masing sebanyak 15 mL : 3 mL. Selain itu, untuk
mengetahui stabilitas pigmen antosianin dan karatenoid yang dihasilkan terhadap pengaruh
lingkungan. Ekstraksi dilakukan dengan variasi suhu 50 oC; 70 oC dan 90 oC untuk mendapatkan
suhu optimum dengan lama pemanasan selama 30 menit; 1 jam dan 2 jam. Suhu ekstraksi antosianin
ubi jalar ungu pada suhu 70 oC dengan lama pemanasan selama 2 jam menghasilkan nilai absorbansi
tertinggi yaitu 0,646 dengan panjang gelombang 540 nm. Suhu ekstraksi karatenoid wortel pada suhu
70 oC dengan lama pemanasan selama 2 jam menghasilkan nilai absorbansi tertinggi yaitu 1,185
dengan panjang gelombang 480 nm.

Kata kunci : zat pewarna, ekstraksi, antosianin, karatenoid

PENDAHULUAN
Berkembangnya industri pengolahan pangan dan terbatasnya jumlah serta kualitas zat
pewarna alami menyebabkan pemakaian zat pewarna sintetik semakin meningkat. Namun terdapat
kecenderungan penyalahgunaan pemakaian zat pewarna sintetik untuk berbagai bahan pangan,
misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan makanan. Hal ini
mengakibatkan makanan menjadi kurang aman untuk dikonsumsi oleh konsumen karena adanya

35
Majalah Ilmiah Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 12, No. 1, Juni 2015, Hal 35 – 43
ISSN: 1412 – 7156

residu logam berat yang berbahaya bagi kesehatan seperti timbal (Pb), tembaga (Cu) dan seng (Zn).
Di samping itu, beberapa pewarna sintetikpun ternyata tidak aman digunakan untuk pangan karena
sifatnya yang toksik, bahkan beberapa di antaranya bersifat karsinogenik [1].
Adanya batasan-batasan pada penggunaan beberapa macam zat pewarna sintetik
mengakibatkan pentingnya penelitian terhadap zat pewarna alami. Untuk itu perlu dicari alternatif
zat pewarna yang lebih sehat dan aman, yaitu dengan meningkatkan pemakaian zat pewarna alami
dari tumbuh-tumbuhan seperti bunga, buah, kulit, kayu, daun, akar dan biji [2]. Adapun zat pewarna
alami yang berpotensi untuk diekstrak di antaranya adalah senyawa antosianin [3] dan karotenoid
[4].
Zat warna dari tumbuhan dapat diambil dengan menggunakan teknik ekstraksi, di antaranya
adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut air atau etanol. Rujukan [5] telah melakukan ekstraksi
pigmen antosianin dari tumbuhan berberies menggunakan alkohol yang diasamkan berdasarkan
pengaruh cahaya, pH dan suhu ekstraksi. Selain itu, ekstraksi juga yang dapat dilakukan untuk
mengekstrak karotenoid menggunakan metode gelombang ultrasonik pada labu kuning (Cucurbita
moschata) berdasarkan pengaruh jenis pelarut dan lama ekstraksi [6]. Teknik ekstraksi dipilih
berdasarkan kemudahannya dan banyaknya zat pewarna yang berhasil terekstrak.
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu tanaman umbi-umbian yang
mengandung senyawa antosianin cukup tinggi yaitu berkisar antara 110 – 210 mg/100 g [7]. Semakin
ungu warna ungu pada ubi jalar, semakin tinggi kandungan antosianinnya. Antosianin merupakan
pigmen yang sifatnya polar dan akan larut dengan baik dalam pelarut-pelarut polar. Beberapa pelarut
yang bersifat polar di antaranya adalah etanol, air dan etil asetat. Pigmen antosianin berperan
terhadap timbulnya warna merah, biru dan ungu pada beberapa bunga, buah dan daun [8].
Wortel (Daucus carota L.) merupakan tanaman yang produk utamanya berupa umbi yang
memiliki sedikit rasa manis, bertekstur renyah serta berwarna kuning kemerahan atau orange
kekuningan. Umbi wortel berpotensi untuk dikembangkan karena mengandung karatenoid yaitu beta
karoten. Wortel mengandung senyawa karotenoid dalam jumlah besar, berkisar antara 6000 – 54800
µg/100 g [9]. Karatenoid yang tinggi tersebut dapat dikeluarkan melalui cara ekstraksi. Karotenoid
adalah pigmen berwarna kuning, merah dan orange pada tumbuhan. Dengan kandungan karotenoid
yang tinggi, wortel dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna pangan alami [10].
Dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi senyawa antosianin dan karatenoid dengan pelarut
campuran air, asam asetat dan etanol dengan perbandingan tertentu guna mengetahui stabilitas
antosianin dan karatenoid yang dihasilkan sebagai zat pewarna alami. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi yang optimum dalam proses ekstraksi antosianin dari ubi jalar ungu dan
karatenoid dari wortel. Selain itu, dilakukan juga uji stabilitas zat pewarna berdasarkan pengaruh
suhu ekstraksi dan lama pemanasan. Analisis kadar zat pewarna dilakukan dengan metode
spektrofotometri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kreatifitas dalam
mencari dan mengembangkan sendiri jenis-jenis bahan alami yang terdapat di sekitarnya yang mudah
diperoleh untuk dapat digunakan sebagai zat pewarna alami.

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat untuk preparasi dan ekstraksi: beaker glass, blender, water bath, pisau, termometer,
kompor, corong, erlenmeyer, kertas saring, pengaduk, timbangan, penangas air, kain saring, gelas
ukur. Alat untuk analisa: tabung reaksi, corong, Spektrofotometer Spectronic 21D, pH indikator.
Bahan baku yang digunakan adalah ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dan wortel (Daucus
carota L.). Bahan kimia yang diperlukan adalah aquades, etanol (C2H5OH) 96 % dan asam sitrat
(C6H8O7).

36
Majalah Ilmiah Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 12, No. 1, Juni 2015, Hal 35 – 43
ISSN: 1412 – 7156

Cara Kerja
Penelitian ini terdiri dari dua tahap penelitian. Tahap I bertujuan untuk mengetahui kondisi
yang optimum untuk mengekstraksi zat warna antosianin dari ubi jalar ungu dan zat warna karatenoid
dari wortel dengan perbandingan pelarut etanol 96 % dan asam sitrat 5 % masing – masing sebanyak
15 mL : 3 mL.
Penelitian Tahap II adalah karakterisasi pigmen antosianin dari ubi jalar ungu dan pigmen
karatenoid dari wortel. Tujuan penelitian tahap kedua adalah uji stabilitas pigmen antosianin dari ubi
jalar ungu dan pigmen karatenoid dari wortel terhadap pengaruh suhu ekstraksi dan lama pemanasan.

Ekstraksi zat warna ubi jalar ungu dan wortel


a. Ubi jalar ungu disortasi kemudian dikupas kulitnya sehingga yang digunakan hanya dagingnya
saja.
b. Dilanjutkan dengan pencucian dan penirisan.
c. Diiris dan diparut kemudian ditimbang sebesar 3,0 gram.
d. Irisan daging ubi jalar ungu ditambahkan pelarut etanol 96 % dan asam sitrat 5 % dengan
perbandingan 15 mL : 3 mL, diekstraksi secara soxhlet dengan suhu dan lama ekstraksi sesuai
perlakuan.
e. Campuran diekstraksi dengan variasi suhu 50 oC; 70 oC dan 90 oC untuk mendapatkan suhu
optimum dengan lama pemanasan selama 30 menit; 1 jam dan 2 jam.
g. Ekstrak disaring dengan kertas saring untuk memisahkan endapan yang terbentuk sehingga
didapatkan pewarna ubi jalar ungu.
h. Hasil ekstraksi tersebut selanjutnya diuji absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang maksimum.
i. Tahap akhir adalah uji stabilitas warna terhadap pengaruh lingkungan.
j. Melakukan langkah yang sama untuk ekstraksi zat warna wortel.

Uji Stabilitas Warna


a. Pengaruh suhu ekstraksi
Pekatan pigmen cair (konsentrat) diekstraksi pada suhu 50 oC; 70 oC dan 90 oC selama 30 menit.
Kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 540
nm untuk ekstraksi antosianin ubi jalar ungu dan 480 nm untuk ekstraksi karatenoid wortel.
b. Pengaruh lama pemanasan
Konsentrat diekstraksi pada suhu 70 oC dengan lama pemanasan selama 30 menit; 1 jam dan 2
jam. Kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
540 nm untuk ekstraksi antosianin ubi jalar ungu dan 480 nm untuk ekstraksi karatenoid wortel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tahap 1 : Ekstraksi Antosianin dan Karatenoid
Pembuatan pigmen antosianin dari ubi jalar ungu dengan menggunakan perbandingan
pelarut etanol 96% dan asam sitrat 5 % masing – masing sebesar 15 ml : 3 ml dengan pH 3,5 yang
dilakukan dengan beberapa tahap. Pembuatan pewarna alami ini dilakukan dengan cara ekstraksi
yaitu proses pemisahan yang mengikuti dua fase atau merupakan proses pemisahan komponen-
komponen terlarut dari suatu campuran komponen tidak terlarut dengan menggunakan pelarut yang
sesuai. Dengan kata lain ekstraksi merupakan proses pemisahan dengan pelarut yang melibatkan
perpindahan zat terlarut ke dalam pelarut. Pelarut organik yang umum digunakan untuk
memproduksi konsentrat, ekstrak, absolut atau minyak atsiri dari bunga, daun, biji, akar, dan bagian
lain dari tanaman adalah etil asetat, heksana, petroleum eter, benzena, toluena, etanol, isopropanol,

37
Majalah Ilmiah Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 12, No. 1, Juni 2015, Hal 35 – 43
ISSN: 1412 – 7156

aseton, dan juga air. Dalam ektraksi pewarna ini pelarut yang digunakan adalah etanol 96% dan asam
sitrat 5 %.
Faktor yang mempengaruhi stabilitas antosianin adalah oksigen, pH, temperatur, dan cahaya.
Pigmen antosianin stabil pada pH 1-3 [11]. Antosianin adalah zat warna yang bersifat polar dan akan
larut dengan baik pada pelarut polar [12]. Widarta dan Nocianitri (2011) melaporkan bahwa pelarut
etanol yang diasamkan pada pH 1 mampu menghasilkan total fenolik dan antosianin yang lebih tinggi
pada bekatul beras merah dan beras hitam dibandingkan pelarut metanol dan aquades [13]. Pelarut
etanol dipilih karena tidak toksik dengan tujuan: a) tidak menimbulkan efek negatif bagi kesehatan
bila nantinya diaplikasikan pada produk pangan, b) memudahkan dalam produksi dan aplikasi bahan
pewarna alami, serta c) mencegah terjadinya hidrolisis (parsial atau total) pada antosianin yang
terasilasi [14].
Proses ekstraksi antosianin dapat dilakukan dengan cara: Ubi jalar ungu dikupas dan
dipotong-potong, pemotongan ini dilakukan karena semakin kecil luas permukaan, maka zat yang
terekstrak akan semakin banyak. Kemudian ubi jalar ungu diparut/dapat juga diblender agar
permukaannya semakin halus. Setelah itu hasil parutan ubi jalar ungu tersebut ditimbang sebesar
3.028 gram. Penimbangan dilakukan setelah proses pemotongan/parut ubi jalar ungu agar tidak
terjadi penyusutan filtrat saat diparut. Tahapan selanjutnya, ubi jalar ungu yang sudah ditimbang
ditambahkan dengan pelarut etanol dan asam sitrat dengan perbandingan 15 ml : 3 ml kemudian
diaduk hingga tercampur. Penambahan etanol berfungsi untuk melarutkan antosianin ubi jalar ungu
sedangkan penambahan asam sitrat berguna untuk mencegah proses fermentasi, sehingga sampel
tidak mudah rusak. Kemudian campuran tersebut diekstraksi dengan metode soxhlet agar etanol
dalam cairan tersebut menguap. Proses ekstraksi dilakukan dengan variasi suhu (50 oC; 70 oC ; 90
o
C) dan lama pemanasan (30 menit; 1 jam; 2 jam). Selanjutnya dilakukan proses penyaringan yang
bertujuan untuk memisahkan filtrat yang mengandung senyawa hasil ekstraksi wortel dengan residu
yang berupa daging ubi jalar ungu, penyaringan dilakukan dengan kertas saring. Hasil penyaringan
diperoleh cairan yang berwarna ungu violet dengan aroma dari asam sitrat.
Untuk pembuatan pigmen karatenoid dari wortel dilakukan prosedur yang sama seperti
pembuatan pigmen antosianin dari ubi jalar ungu. Hasil penyaringan ekstraksi karatenoid dari wortel
diperoleh cairan yang berwarna kuning dengan pH 4. Selanjutnya hasil penyaringan ekstraksi
antosianin dari ubi jalar ungu dan ekstraksi karatenoid dari wortel dilakukan uji stabilitas zat warna
terhadap pengaruh suhu ekstraksi dan waktu pemanasan. Hasil ekstraksi diuji absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum yaitu pada 530 nm untuk ekstrak ubi jalar
ungu dan 480 nm untuk ekstrak wortel.

Tahap 2 : Uji Stabilitas Zat Warna Antosianin dan Karatenoid


Pengaruh Suhu Ekstraksi dari Ubi Jalar Ungu
Hasil pengamatan stabilitas pigmen antosianin terhadap pengaruh suhu ekstraksi (50 oC; 70
o
C ; 90 oC) selama 30 menit memiliki absorbansi masing – masing 0,533; 0,606 dan 0,551 pada λ =
540 nm.

Tabel 1. Rata - rata nilai absorbansi warna terhadap pengaruh suhu ekstraksi
Perlakuan Rata-rata Absorbansi
(λ = 540 nm)
o
50 C 0,533
o
70 C 0,606
90 oC 0,551

38
Majalah Ilmiah Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 12, No. 1, Juni 2015, Hal 35 – 43
ISSN: 1412 – 7156

Gambar 2. Spektrum Absorbansi Warna Ungu Violet Antosianin Ubi Jalar Ungu Terhadap
Pengaruh Suhu Ekstraksi

Gambar 2. menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu ekstraksi maka absorbansi atau
stabilitas warna mengalami kenaikan dan penurunan absorbansi. Terlihat menurunnya nilai peak
absorbansi stabilitas warna dengan makin meningkatnya suhu yang digunakan. Ekstrak zat warna
ungu violet yang diperoleh dari ubi jalar ungu bersifat tidak stabil terhadap suhu yang lebih tingi.
Penurunan absorbansi ini disebabkan karena terjadinya kerusakan gugus kromofor pigmen yang
menyebabkan pemucatan warna.
Berdasarkan rujukan [15] yang telah meneliti efek pemanasan pada sari buah anggur
menyatakan bahwa pemanasan sangat berpengaruh pada stabilitas warna dan dapat menyebabkan
menjadi pucat. Menurut Markakis (1982) dalam rujukan [16], menyatakan bahwa menurunnya
stabilitas warna karena suhu yang tinggi diduga disebabkan karena terjadinya dekomposisi antosianin
dari bentuk aglikon menjadi kalkon (tidak berwarna). Sifat antosianin sendiri tidak stabil pada suhu
yang lebih tinggi. Oleh karenanya pada proses ekstraksi zat warna dari ubi jalar ungu, suhu 70 oC
adalah suhu yang paling baik, di mana nilai absorbansinya paling tinggi di antara ketiga suhu lainnya.

Pengaruh Lama Pemanasan dari Ubi Jalar Ungu


Hasil pengamatan stabilitas pigmen antosianin terhadap waktu pemanasan dilakukan pada
suhu 70 oC dengan lama pemanasan 30 menit; 1 jam dan 2 jam memiliki absorbansi masing – masing
0,606; 0,546 dan 0,646 pada panjang gelombang 540 nm.

Tabel 2. Rata-rata nilai absorbansi warna terhadap pengaruh lama pemanasan


Perlakuan Rata-rata Absorbansi
(λ = 540 nm)
30 menit 0,606
1 jam 0,546
2 jam 0,646

39
Majalah Ilmiah Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 12, No. 1, Juni 2015, Hal 35 – 43
ISSN: 1412 – 7156

Gambar 3. Spektrum Absorbansi Warna Ungu Violet Antosianin Ubi Jalar Ungu terhadap Pengaruh
Lama Pemanasan

Gambar 3. menunjukkan bahwa semakin lama waktu pemanasan maka nilai absorbansi
mengalami penurunan dan kenaikan. Hal ini diduga bahwa pada lama pemanasan selama 1 jam
pigmen antosianin mengalami dekomposisi dan nilai absorbansinya menurun. Namun terjadi
kenaikan nilai absorbansi pada lama pemanasan selama 2 jam. Hal ini dimungkinkan terjadinya
pemekatan warna yang menyebabkan naiknya nilai absorbansi akibat proses pemanasan yang lebih
lama. Sehingga, absorbansi pada suhu 70 °C selama 2 jam menjadi lebih tinggi.

Pengaruh Suhu Ekstraksi dari Wortel


Hasil pengamatan stabilitas pigmen karatenoid terhadap pengaruh suhu ekstraksi (50 oC; 70
o
C ; 90 C) selama 30 menit memiliki absorbansi masing – masing 0,558; 0,802 dan 2,501 pada λ =
o

480 nm.

Tabel 3. Rata - rata nilai absorbansi warna terhadap pengaruh suhu ekstraksi
Perlakuan Rata-rata Absorbansi
(λ = 480 nm)
50 oC 0,558
o
70 C 0,802
o
90 C 2,501

40
Majalah Ilmiah Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 12, No. 1, Juni 2015, Hal 35 – 43
ISSN: 1412 – 7156

Gambar 4. Spektrum Absorbansi Warna Kuning Karatenoid Wortel Terhadap Pengaruh Suhu
Ekstraksi

Gambar 4. menunjukkan bahwa absorbansi karotenoid pada panjang gelombang 480 nm


mengalami kenaikan seiring dengan semakin meningkatnya suhu ekstraksi. Kenaikan absorbansi ini
menandakan bahwa terjadi pemekatan pigmen karotenoid karena panas. Pada pemanasan suhu 60ºC
kenaikan nilai absorbansi tidak terlalu signifikan, namun pada suhu 90 ºC selama 30 menit, kenaikan
nilai absorbansi terjadi cukup tinggi. Jika melihat hasil tersebut, hal ini sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh rujukan [17], dengan membandingkan suhu ekstraksi antara suhu kamar dengan
suhu 60 °C didapatkan hasil ekstrak terbaik pada suhu 60 °C, karena semakin tinggi suhu ekstraksi
maka kecepatan perpindahan massa dari solut ke solven akan semakin tinggi karena suhu
mempengaruhi nilai koefisien transfer massa dari suatu komponen.

Pengaruh Lama Pemanasan dari Wortel


Hasil pengamatan stabilitas pigmen antosianin terhadap waktu pemanasan dilakukan pada
suhu 70 oC dengan lama pemanasan 30 menit; 1 jam dan 2 jam memiliki absorbansi masing – masing
0,802; 1,031 dan 1,185 pada panjang gelombang 480 nm.

Tabel 4. Rata-rata nilai absorbansi warna terhadap pengaruh lama pemanasan


Perlakuan Rata-rata Absorbansi
(λ = 480 nm)
30 menit 0,802
1 jam 1,031
2 jam 1,185

41
Majalah Ilmiah Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 12, No. 1, Juni 2015, Hal 35 – 43
ISSN: 1412 – 7156

Gambar 5. Spektrum Absorbansi Warna Warna Kuning Karatenoid Wortel terhadap Pengaruh Lama
Pemanasan

Gambar 5. menunjukkan bahwa pengaruh waktu dalam ekstraksi adalah semakin lama
ekstraksi maka semakin banyak pula karotenoid yang terekstrak sehingga nilai absorbansi yang
dihasilkan semakin naik. Semakin lamanya waktu ekstraksi maka terjadinya kontak antara pelarut
dengan bahan akan semakin lama. Ekstraksi pada suhu 70 oC selama 2 jam memberikan nilai
absorbansi tertinggi. Hal ini dikarenakan ekstraksi selama 2 jam memberikan waktu yang cukup
banyak bagi pelarut untuk menembus dinding sel dan menarik keluar senyawa-senyawa yang
terkandung dalam bahan, sehingga dihasilkan nilai absorbansi dengan hasil yang paling tinggi.

SIMPULAN
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dan Wortel (Daucus carota L.) dapat terekstrasi dengan
baik melalui metode soxhlet menggunakan pelarut etanol 96 % dan asam sitrat 5 % dengan
perbandingan masing – masing 15 mL : 3 mL. Zat warna dari ubi jalar ungu dan wortel yang diekstrak
dengan pelarut etanol 96 % dipengaruhi oleh suhu ekstraksi dan lama pemanasan dengan uji stabilitas
warna :
a. Suhu ekstraksi antosianin ubi jalar ungu pada suhu 70 oC dengan lama pemanasan selama 2 jam
menghasilkan nilai absorbansi tertinggi yaitu 0,646 dengan panjang gelombang 540 nm.
b. Suhu ekstraksi karatenoid wortel pada suhu 70 oC dengan lama pemanasan selama 2 jam
menghasilkan nilai absorbansi tertinggi yaitu 1,185 dengan panjang gelombang 480 nm.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini dibiayai oleh LPPM UM Pontianak melalui program hibah dana bantuan
penelitian Dosen tahun anggaran 2015. Kepada pemberi dana kami ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
[1]. Tensiska., Sukarminah, E dan Natalia, D. (2007). Ekstraksi Pewarna Alami dari Buah Arben
(Rubus Idaeus Linn.) dan Aplikasinya Pada Sistem Pangan. J. Teknol. dan Industri Pangan 18
(1): 25 – 31.
[2]. Soesila dan Kuntari. (1998). Aplikasi Penggunaan Pewarna Alam Hasil Litbang Depperindag.
Tesis. Fakultas Kesehatan Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang.

42
Majalah Ilmiah Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 12, No. 1, Juni 2015, Hal 35 – 43
ISSN: 1412 – 7156

[3]. Lydia, S., Wijaya,1., Simon, B., Widjanarko dan Tri Susanto. (2001). Ekstraksi dan
Karakterisasi Pigmen dari Kulit Buah Rambutan (Nephelium Lappaceum). Var. Binjai
Biosains. Vol. 1 No. 2, hal. 42-53.
[4]. Ikawati, R. (2005). Optimasi Kondisi Ekstraksi Karotenoid Wortel (Daucus Carota L.)
Menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol 1 No.
1, hal 14-22.
[5]. Laleh, G. H., Frydoonfar, H., Heidary, R., Jameei, R., and Zare, S. 2006. The Effect of Light,
Temperatur, pH, and Species on Stability of Anthocyanin Pigment in Four Berberies Species.
Pakistan Journal of Nutrition. Vol. 5, No. 1: pp. 90-92.
[6]. Wahyuni, DT dan Widjanarko, SB. (2014). Pengaruh Jenis Pelarut dan Lama Ekstraksi
Terhadap Ekstrak Karotenoid Labu Kuning Dengan Metode Gelombang Ultrasonik. Jurnal
Pangan dan Agroindustri. Vol. 3 No 2 p. 390-401.
[7]. Jawi, I.M, Suprapta, D.N dan Sutirtayasa, IWP. (2007). Efek antioksidan ekstrak umbi ubi
jalar ungu (Ipomoiea batatas L.) terhadap hati setelah aktivitas fisik maksimal dengan melihat
kadar AST dan ALT darah pada mencit. Dexa Media. No. 3,Vol 20, Juli-September 2007.
[8]. Oktiarni, D., Ratnawati, D dan Sari, B. (2013). Pemanfaatan Ekstrak Bunga Kembang Sepatu
(Hibiscus rosa sinensis Linn.) sebagai Pewarna Alami dan Pengawet Alami Pada Mie Basah.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.
[9]. Kotecha, PM., Desai, BB dan Madhavi, DL. (1998). Carrot. Dalam: Handbook of Vegetable
Science and Technology: Production, Cornposition, Storage and Processing. Salunkhe DK,
Kadam SS (ed), Marcel Dekker Inc New York.
[10]. Cahyono, B. (2002). Wortel: Teknik, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kanisius
Yogyakarta.
[11]. Kumalaningsih, Sri. (2006). Antioksidan Alami. Trubus Agrisana, Surabaya.
[12]. Hanum T. (2000). Ekstraksi dan stabilitas zat pewarna dari katul beras ketan hitam (Oryza
sativa glutinosa). Buletin Teknologi dan Industri Pangan. Vol XI. No. 1.
[13]. Widarta I.W.R. dan K.A. Nocianitri. (2011). Ekstraksi Komponen Bioaktif Bekatul dalam
Upaya Pemanfaatan Limbah Gabah di Bali Sebagai Pangan Fungsional. Laporan Penelitian
Dosen Muda Universitas Udayana. Tidak dipublikasikan.
[14]. Sari P, A Fitriyah, K Mukhamad, Unus, F Mukhamad dan L Triana. (2005). Ekstraksi dan
stabilitas antosianin dari kulit buah duwet (Syzigium cumini). Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan. Vol. XVI No. 2.
[15]. Ponting J, .D., SanshuckD,. W., and BrekkeJ, .E. (1960). Color Measurement and
Deterioration in Grape and Berry Juice and Concentrates. Food Res 25 :471.
[16]. Wijaya, L. S., S. B. Widjanarko., dan T. Susanto. (2001). Ekstraksi dan Karakterisasi Pigmen
dari Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum) var. BINJAI. BIOSAIN. Vol. 1. No. 2.
Agustus 2001 : 42-53. Rambutan (Nephelium lappaceum) var. Binjai Biosains. Vol. I No. 2.
[17]. Mardiah. (2010). Ekstraksi Kelopak Bunga dan Batang Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
sebagai Pewarna Alami. Fakultas Agribisnis. Universitas Juanda.

43

Anda mungkin juga menyukai