Disusun Oleh:
Kelompoh 10
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Karunia-Nyalah, penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
membahas tentang Askep Komunitas Dengan Masalah Kesehatan Populasi
Penyakit Infeksi (Tb Paru). Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas serta
standar proses pembelajaran pada mata kuliah Keperawatan Komunitas II.
Kami mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan di
kemudian hari. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
serta menambah pengetahuan bagi pembaca terutama bagi mahasiswa
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung. Terima kasih.
Pringsewu, 2021
penyusun
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan ( CHN,1977 cit R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010). Di Indonesia
dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS)
yang dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai
institusi pelayanan kesehatan professional terdepan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif.
B. TUJUAN
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan proses pengkajian komunitas
dengan masalah TB Paru
BAB II
PEMBAHASAN TEORI
A. DEFINISI
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TBC (Depkes RI, 2002). Definisi lain menyebutkan
bahwa Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menahun yang
menular yang disebabkan oleh mybacterium tuberculosis (Depkes RI, 1998).
Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara
(pernapasan) ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru
ke organ tubuh yang lain melaui peredaran darah, kelenjar limfe, saluran
nafas, atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI, 2002).
Tuberculosis adalah penyakit disebabkan mycobacterium tuberculosa yang
hamper seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi paling banyak
adalah paru-paru.
B. ETIOLOGI
1. Tuberculosis merupakan penyakit paru yang disebabkan mycobacterium
tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch (1882).
2. Kuman berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan
Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung.
3. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam
keadaan kering tetapi dapat mati pada suhu 60 derajad C dalam 15 – 20
menit.
C. Klasifikasi
Tuberkulosis dibedakan menjadi dua yaitu tuberkulosis primer dan
tuberkulosis post primer. Pada tuberkulosis primer penularan tuberkulosis
paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi
droplet nuclei dalam udara. Dalam suasana gelap dan lembab kuman dapat
bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel ini terhisap oleh
orang yang sehat maka akan menempel pada jalan nafas atau paru.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag yang
keluar dari cabang trakheo-bronkhial beserta gerakan silia dengan sekretnya.
Sedangkan Tuberculosis Post Primer
dari TBC primer akan muncul bertahun-tahun lamanya menjadi TBC post
Primer. Post Primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di sebagian
apical posterior atau inferior pada paru. (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
D. Patofisiologi
Bakteri juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tetapi
jarang sekali terjadi. Bila bakteri menetap di jaringan paru, akan tumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Bakteri terbawa masuk ke
organ lainnya. Bakteri yang bersarang di jaringan paru akan membentuk
sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek efek
primer. Sarang primer ini dapat terjadi di bagian-bagian jaringan paru. Dari
sarang primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening hilus
(limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfadenitis hilus). Sarang primer, limfangitis local, limfadenitis regional
disebut sebagai kompleks primer (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
Kompleks primer selanjutnya dapat menjadi sembuh dengan
meninggalkan cacat atau sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa
garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus atau kompleks (sarang) Ghon, ataupun
bisa berkomplikasi dan menyebar secara perkontinuitatum, yakni menyebar
ke sekitarnya, secara bronkhogen pada paru yang bersangkutan maupun paru
di sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga
menyebar ke usus, secara limfogen, secara hematogen, ke organ lainnya
(Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
E. Tanda Dan Gejala
Gejala-gejala klinis yang muncul pada klien TBC paru adalah sebagai
berikut :
1. Demam yang terjadi biasanya menyerupai demam pada influenza,
terkadang sampai 40-410 C.
2. Batuk terjadi karena iritasi bronchus, sifat batuk dimulai dari batuk non
produktif kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif.
Keadaan lanjut dapat terjadi hemoptoe karena pecahnya pembuluh darah.
Ini terjadi karena kavitas, tapi dapat juga terjadi ulkus dinding bronchus.
3. Sesak nafas terjadi pada kondisi lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah
bagian paru.
4. Nyeri dada timbul bila sudah terjadi infiltrasi ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
5. Malaise dengan gejala yang dapat ditemukan adalah anorexia, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam hari (Soeparman, 1990;
Heitkemper, 2000).
F. Cara Penularan
1. Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
mycobacterium tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC
batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita
TBC dewasa.
2. Bacteri bia masuk dan terkumpul dalam paru-paru akan berkembang biak
menjadi banyak (terutama daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab
itu infeksi TBC menginfeksi hamper seluruh organ tubuh sesperti: paru-
paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening.
3. Factor lain adalah kondisi rumah lembab karena cahaya matahari dan
udara tidak bersirkulasi dengan baik sehingga bakteri tuberculosis
berkembang dengan baik dan membahayakan orang yang tinggal didalam
rumah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
KASUS
A. PENGKAJIAN
Data inti komunitas meliputi :
1. Data Geografi
a. Lokasi
Propinsi daerah tingkat 1 : Sulawesi Utara
Kabupaten / kotamadya : Kota kotamobagu
Kecamatan : Kotamobagu Utara
Kelurahan : Bilalang II
b. Luas Wilayah : ±3000m2
c. Batas daerah/wilayah
Utara : Pontodon
Selatan : Bilalang 4
Barat : Bilalang 3
Timur : Pontodon
d. Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
Semua tanah digunakan untuk pemukiman
2. Data Demografi
Jumlah Penduduk : 529 jiwa
a. Berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Bilalang 2 %
1 Laki-laki 258 49
2 Perempuan 271 51
Total 529 100
Berdasarkan tabel diatas distribusi jenis kelamin, menunjukan
bahwa sebagian besar penduduk berjenis kelamin perempuan dengan
jumlah 271 orang (51%), dan laki-laki 258 0rang ( 49%). Hal ini
dikarenakan banyak laki-laki yang bekerja diluar daerah.
3. Ethnicity
Distribusi keluarga berdasarkan ethnicity atau suku
No Suku Bilalang 2 %
1 Mongondow 450 85
2 Jawa 50 9
3 Bugis 29 6
Total 529 100
Berdasarkan hasil wawancara masyarakat Bilalang 2 menunjukkan
bahwa suku mongondow 450 orang (85%), Jawa 50 orang (9%), Bugis
29 orang (6%)
4. Berdasarkan agama
Distribusi penduduk berdasarkan agama
No Agama Bilalang 2 %
1 Islam 465 88
2 Kristen 35 7
3 Katolik 29 5
4 Hindu 0 0
5 Budha 0 0
Total 529 100
Berdasarkan hasil wawancara penduduk berdasarkan agama,
menunjukkan bahwa yang beragama islam yaitu 465 orang (88%)
sedangkan yang beragama katolik 29 orang (5%), Kristen 35 0rang
(7%) , hindu, budha tidak ada.
5. Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Persen
%
1 Tidak tamat SD 80 15
2 SD 180 34
3 SMP 100 19
4 SMA 115 22
5 Tidak tamat D1,D2,D3 10 1,8
6 Tamat S1 24 4,5
7 >S1 1 0,1
8 Belum sekolah 19 3,5
Total 529 100
Berdasarkan table distribusi tingkat pendidikan terakhir diketahui
bahwa tingkat pendidikan terakhir tertinggi yaitu SD sebanyak 180
orang (32%), sedangkan yang terendah yaitu >S1 sebanyak 1 orang
(0,1%).
DS= dari hasil wawancara ternyata warga masyarakat belum
pernah mendapatkan informasi tentang penyakit TB paru baik dari tenaga
kesehatan maupun melalui leaflet. Pada daerah tersebut belum pernah
diadakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit TB Paru.
b. Keluarga berencana
1) Jumlah PUS : 69 orang
2) Keikutsertaan PUS pada program KB
Ikut program KB : 48 orang (69,5%)
Belum ikut program KB : 21 orang (30,4%)
3) Jenis kontrasepsi yang diikuti
IUD : 1 orang (1,4%)
PIL : 7 orang (10,1%)
Kondom : 6 orang (8,7%)
Suntik : 34 orang (49,3%)
Tdak KB : 21 orang (30,4%)
DS= dari hasil wawancara dengan warga, mayoritas dari PUS
tidak ikut KB karena takut dengn efek/dampak dari kontrasepsi
itu sendiri. Alasan lain karena ingin memiliki anak lagi, serta
malas melakukn KB karena merasa rumit
DO= Dari jumlah PUS tersebut 67 % kurang mengerti tentang KB
dan 33 % cukup mengerti tentang KB
c. Kesehatan remaja
1) Jumlah penduduk remaja : 69 orang (13 %)
2) Jenis kegiatan penduduk remaja mengisi waktu luang
Kumpul-kumpul : 34 orang ( 49,3 %)
Kursus : 2 orang ( 2,9 %)
Olahraga : 15 orang ( 21,7%)
Remaja masjid/gereja : 8 orang (11,6 %)
Lain-lain { di rumah } : 10 orang ( 14,5 %)
d. Kesehatan lansia
1) Jumlah penduduk lansia :38 orang (2,07 %)
2) Keadaan kesehatan lansia
Ada masalah : 17orang (44,7%)
HT,Gout Atritis,Jantung,
RPD : Strok,Paru-Paru
Tidak ada masalah :21orang (55,26%)
c. Kandang ternak
1) Kepemilikan kandang ternak
- Ya : 7 KK (5,1%)
- Tidak : 130 KK (94,9%)
2) Letak kandang ternak
Diluar rumah : 7 KK (100%)
d. Jamban
1) Kepemilikan jamban
Memiliki jamban : 137 KK (100%)
2) Macam jamban yang dimiliki
- Septi tank :129 KK (94,2%)
- Sumur cemplung :8 KK(5,9%)
3) Keadaan jamban
- Bersih : 132 KK (96,4%)
- Kotor : 5 KK (3,6%)
DS: sebagian warga membersihkan jambannya tiap seminggu
sekali
4) Bila tidak mempunyai jamban berak di
- WC umum : -KK (%)
- Jamban tetangga : -KK (%)
- Sungai : -KK (%)
- Sawah : -KK (%)
e. Keadaan rumah
1) Type rumah
- Type A (tembok) : 134 KK (97,8%)
- Type B ( ½ tembok) : 3 KK (2,2%)
2) Status rumah
- MIlik Rumah sendiri : 135 KK (98,5%)
- Kontrak : 2 KK (1,5%)
3) Lantai Rumah
Tegel / semen : 137 KK (100%)
4) Ventilasi
- Ada : 90 KK (65,69%)
- Tidak ada : 47 KK (34,31%)
DS=hasil wawancara menunjukan bahwa sebanyak 60 % dari
warga yang memiliki ventilasi, tidak pernah membuka jendela nya
5) Luas kamar tidur
- Memenuhi syarat :115 KK (83,9%)
- Tidak memenuhi syarat :22 KK (16,1%)
6) Penerangan rumah oleh matahari
- Baik : 70 KK (51,1%)
- Cukup : 23 KK (16,79%)
- Kurang : 44 KK (32,10%)
DO= hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga
kurang pencahayaan sehingga tampak gelap dn ruangan di dalam
rumah tampak gelap
7) Halaman rumah
a) Kepemilikan pekarangan
- Memiliki : 18 KK (13,1%)
- Tidak memiliki : 119 KK (86,9%)
b) Pemanfaatan pekarangan
Ya : 18 KK (100%)
c) Jenis pemanfaatan pekarangan rumah
Tanaman : 18 KK (100%)
d) Keadaan pekarangan
Bersih :18 KK (100%)
3. Sosial ekonomi
a. Karakteristik pekerjaan
1) Jenis pekerjaan
- PNS / ABRI : 9 jiwa (4,1%)
- Pegawai swasta : 28 jiwa (12,8%)
- Wiraswasta : 17 jiwa (7,8%)
- Buruh tani/ pabrik : 162 jiwa (74,3%)
- Pensiun : 2 jiwa (0,9%)
2) Status pekerjaan penduduk > 18 tahun < 65 tahun
- Penduduk bekerja : 218 jiwa (52,9%)
- Penduduk tidak bekerja : 194 jiwa (47,08%)
3) Pusat kegiatan ekonomi
- pasar tradisional : -buah
- Pasar swalayan : - buah
- Pasar kelontong : - buah
4) Penghasilan rata – rata perbulan
- < dari 450.000/bulan :7 KK(4,8%)
- Rp450.000-Rp 600.000 :28 KK(19,0%)
- Rp 600.000-Rp 800.000 :60 KK(40,8%)
- >Rp 800.000/bulan :52 KK(35,4%)
5) Pengeluaran rata – rata perbulan
- Rp150.000-Rp 300.000 :6 KK(4,5%)
- 300.000-500.000 :23 KK(17,3%)
- >Rp 500.000/bulan :104 KK(78,2%)
b. Kepemilikian industry
- Ada
c. Jenis industri kecil
- Makanan
6. Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada di masyarakat
- Radio : 54 jiwa (39,4%)
- TV : 129 jiwa (94,2%)
- Telepon :137 jiwa (100%)
- Majalah / Koran : 31 jiwa (22,6%)
b. Teknik penyampaian komunikasi kepada masyarakat
- Papan pengumuman (100%)
7. Rekreasi
a. Tempat Wisata Alam :- Buah
b. Kolam Renang :- Buah
c. Taman Kota :- Buah
d. Bioskop :- Buah
B. ANALI SIS DATA
DO:
- Warga yang memilki pengetahuan tentang TB paru sebanyak 23%
- Warga yang tidak memilki cukup pengetahuan TB paru sebanyak 57%
- Penerangan rumah oleh matahari yang kurang sebanyak 44 KK (23,10 %)
- Hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak gelap dn ruangan di dalam rumah tampak
gelap
DO:
- fasilitas pelayanan kesehatan di daerah tersebut hanya terdapat 1 buah
puskesmas pembantu
- Pendidikan warga yang lulusan SD sebanyak 180 KK (47,2 %)
- Pendidikan warga yang lulusan SD sebanyak 101 KK (26,5 %)
- Warga yang tidak bersekolah sebanyak 24 KK (6,3%)
- Warga yang memilki pengetahuan tentang TB paru sebanyak 23%
- Warga yang tidak memilki cukup pengetahuan TB paru sebanyak 57%
D. RENCANA KEPERAWATAN
Prevensi Tersier
Penentuan Tujuan Bersama (I.12464)
- Fasilitasi memecah tujuan kompleks
menjadi langkah kecil yang mudah
dilakukan
- Fasilitasi dalam mengidentifikasi hasil
yang diharapkan untuk setiap tujuan
- Modifikasi rencana jika tujuan tidak
tercapai
3 Defisit kesehatan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Prevensi Primer
komunitas diharapkan masalah teratasi dengan kriteria Promosi Prilaku Upaya Kesehatan (I.12472)
hasil : - Berikan lingkungan yang mendukung
kesehatan
Status kesehatan komunitas (L.12109): - Orientasi pelayanan kesehatan yang dapat
Kriteria Before After dimanfaatkan
Ketersediaan - Anjurkan tidak merokok
program promosi 1 5 - Anjurkan prilaku hidup bersih dan sehat
kesehatan
Partisipasi dalam Prevensi Sekunder
program kesehatan 1 5 Pengembangan Kesehatan Masyarakat
komunitas (I.14548)
Kepatuhan terhadap - Berikan kesempatan kepada setiap anggota
standar kesehatan 1 5 masyarakat untuk berpartisipasi sesuai
lingkungan dengan aset yang dimiliki
Angka kebiasaan - Libatkan anggota masyarakat untuk
1 5 meningkatkan kesadaran terhadap isu dan
merokok
masalah kesehatan yang dihadapi
- Libatkan anggota masyarakat dalam
pengembangkan jaringan kesehatan
Prevensi tersier
Edukasi kesehatan lingkungan (I.12384)
- Anjurkan menghilangkan bahaya
lingkungan
- Anjurkan menyediaan alat bantu
- Anjurkan menggunakan alat pelindung
- Ajarkan individu dan kelompok beresiko
tinggi tentang bahaya lingkungan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan menyimak pada permasalahan yang terjadi di Desa Bilalang 2 dapat kita tarik kesimpulan bahwa Desa bilalang 2 masih
memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah baik oleh pemerintah daerah maupun oleh pemerintah provinsi terutama di bidang
pendidikan dan bidang kesehatan yang perlu di berikan perhatian lebih begitupun dengan bidang-bidang lainnya yang memerlukan
tindakan nyata dan perhatian juga dari semua pihak.
B. SARAN
1. Untuk puskesmas
a. Lebih memaksimalkan program pelayanan kesehatan
b. Adanya pembinaan pola hidup bersih dan sehat
2. Untuk masyarakat desa Bilalang 2
a. Masyarakat desa Inobonto hendaknya lebih menyadari akan pentingnya kesehatan dan pendidikan bagi kelangsungan masa
depan putra-putri desa bilalang 2
b. Masyarakat desa lebih meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah desa, termasuk
program yang berhubungan dengan kesehatan dan pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Efendi Ferry, Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba Medika : Jakarta
Fallen R., Dwi Budi R. (2010). Keperawatan Kommunitas. Nuha Medika : Yogyakarta
Mubarak
Faisalado Candra widyanto (2014) Keperawatan komunitas dengan pendekatan praktis Nuha medika : Yogyakarta
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC