Anda di halaman 1dari 4

Asas Negara Hukum

Konsep Negara Hukum, merupakan negara yang paling ideal saat ini.
Ada bermacam-macam istilah Negara hukum, yaitu rule of law,rechts staat,
atau juga supremasi hukum.Pegakuan terhadap suatu negara hukum
sangat penting, karena kekuasaan Negara dan politik bukanlah tidak
terbatas (tidak absolut).Perlu pembatasan-pembatasan terhadap
kewenangan dan kekuasaan Negara dan politik tersebut untuk menghindari
timbulnya kesewenang-wenangan dari penguasa.

Konsep tentang Negara Hukum telah lama berkembang, bahkan pada


jaman Aristoteles.Pada masa itu yang dimaksud dengan negara hukum
adalah negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada
warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya
kebahagiaan hidup untuk warga negaranya, dan sebagai dasar dari pada
keadilan itu yang perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia
menjadi warga negara yang baik. Bagi Aristoteles yang memerintah dalam
Negara bukanlah manusia sebenarnya, melainkan pikiran yang adil,
sedangkan penguasa sebenarnya hanya memegang hukum dan
keseimbangan saja. Kesusilaan yang akan menentukan baik dan tidak
baiknya suatu peraturan undang-undang dan membuat undang-undang
adalah sebagian kecakapan menjalankan pemerintahan Negara.

Dalam perkembangannya, konsep negara hukum mengalami perumusan


yang berbeda-beda. Imamanuel Kant memberikan gambaran tentang
negara hukum berfungsi sebagai penjaga malam ( nachtwachter staat),
artinya tugas negara hanya menjaga saja agar hak-hak rakyat jangan
diganggu atau dilanggar. Pandangan ini bersifat liberal, dimana Negara
sejauh mungkin untuk tidak ikut campur tangan dalam kehidupan
individu.Pandangan Kant ini berkembang pada masa orang berjuang untuk
mengurangi kekuasaan raja yang bersifat absolute yang berkembang pada
abad ke 18. Kemudian kita mengenal konsep Negara hukum yang
dikemukakan oleh F.J.Stahl (yang hidup pada abad ke 19), yang
merumuskan suatu Negara hukum haruslah memenuhi 4 unsur, yaitu:
1. Adanya jaminan atas hak asasi manusia
2. Adanya pembagian kekuasaan
3. Pemerintahan haruslah berdasarkan peraturan-peraturan hukum
4. Adanya peradilan administrasi

International Commission of Jurists, yang merupakan suatu organisasi ahli


hukum internasional, dalam konfrensinya di Bangkok pada tahun 1965,
mengadakan peninjauan kembali terhadap perumusan negara hukum
dengan memperluas pengertian Negara hukum, terutama konsep the rule
of law dengan memperhatikan aspek dinamika dalam kehidupan
masyarakat. Rumusan tersebut, adalah:

1. Adanya proteksi konstitusional


2. Pengadilan yang bebas tidak memihak
3. Pemilihan umum yang bebas
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat
5. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan oposisi
6. Pendidikan kewarganegaraan.

Asas Pembagian Kekuasaan

Teori yang mengajarkan pembagian kekuasaan semula dari Jhon Locke


dan Montesquieu. Jhon Locke seorang ahli Tata Negara Inggris, dianggap
pertama kali membicarakan teori ini dalam bukunya Two Treatises on Civil
Government (1690), ia memisahkan tiap-tiap Negara dalam kekuasaan
legislative yaitu kekuasaan membuat undang-undang, dan kekuasaan
eksekutif yaitu kekuasaan melaksanakan undang-undang.Disamping kedua
kekuasaan tersebut, dalam setiap Negara terdapat pula kekuasaan yang
meliput kekuasaan mengenai perang dan damai, membuat perserikatan
dan alliansi serta segala tindakan dengan semua orang dan badan-badan di
lura negari, yang disebutnya sebagai kekuasaan federative.

Montesquieu mengembangkan pembagian kekuasaan dengan teori yang


disebut separation de pouvoir atau separation of power, yang dalam
perkembangannya dikenal dengan Trias Politika.Menurut ajaran
Montesquieu dalam setiap pemerintahan terdapat 3 (tiga) jenis kekuasaan,
yaitu Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif.Menurut ajaran ini tidak dibenarkan
adanya campur tangan/pengaruh mempengaruhi antara kekuasaan yang
satu dengan yang lainnya, masing-masing terpisah dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya.Dalam pelaksanaannya praktek ketatanegaraan yang
diajarkan Montesquieu dengan pemisahan kekuasaan secara murni,
tidaklah mungkin dilaksanakan.Sebab Negara merupakan salah satu bentuk
organisasi yang dalam rangka mewujudkan tujuan bersama kehidupan
bangsanya memerlukan kerjasama antara organ-organ yang ada di
dalamnya.

Prof.Wade dan Phillips dalam bukunya Constitutional Law, menyatakan


bahwa dalam menentukan apakah suatu Undang-Undang Dasar menganut
teori Trias Politika atau tidak, dipergunakan criteria sebagai berikut:

1. Apakah orang-orang atau badan-badan yang sama merupakan


bagian dari kedua badan legislatif dan eksekutif?
2. Apakah badan legislatif mengontrol badan eksekutif, ataukah badan
eksekutif yang mengontrol legislatif?
3. Apakah badan legislatif melaksanakan fungsi eksekutif dan badan
eksekutif melaksanakan fungsi legislatif?
4. Apakah orang-orang atau badan-badan yang sama merupakan
bagian dari badan pengadilan dan badan eksekutif, atau pengadilan
dan legislatif?
5. Apakah eksekutif atau legislatif mengontrol atau mempengaruhi
yudikatif atau yudikatif mempengaruhi atau mengontrol eksekutif
atau legislatif?
6. Apakah badan eksekutif melaksanakan fungsi badan pengadilan atau
badan legislatif melaksanakan fungsi badan pengadilan?

Pertanyaan nomor 1 sampai 3 berkaitan dengan hubungan antara


legislative dan eksekutif, apakah badan tersebut terdapat hubungan saling
mempengaruhi, baik mengenai orang, fungsi, dan tugasnya. Pertanyaan
nomor 4 sampai 6 berhubungan dengan apakah suatu badan yudikatif
yang merdeka, bebas, dan tidak dipengaruhi c campur tangan kedua
lembaga yaitu legislative dan eksekutif. Jika ke enam pertanyaan dijawab
dengan tidak maka UUD/Negara menganut asas Trias Politika atau
pemisahan kekuasaan. Jika ke enam pertanyaan tersebut dijawab dengan
ya, maka UUD/Negara tersebut menganut asas pembagian kekuasaan
(division of power)

Anda mungkin juga menyukai