Anda di halaman 1dari 12

BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

BAB I
KONSEP DAN BESARAN PENTING DALAM PERANCANGAN

1.1. Dasar Perencanaan


Merencana adalah merumuskan suatu rancangan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Kenyataannya kebutuhan manusia tersebut sangat beragam, yang kadang bisa
teramati secara langsung, namun seringkali tidak teramati secara langsung. Kebutuhan
yang teramati langsung, misalnya : bagaimana mengatasi poros roda gigi yang selalu
patah, bagaimana mendapatkan tenaga yang besar tapi ekonomis. Sedangkan kebutuhan
yang tidak teramati secara langsung atau samar-samar, misalnya : jembatan itu telah tiga
kali patah dalam lima tahun ini, air PAM dirumah kami alirannya rendah. Secara skematis
tahapan perencanaan diperlihatkan pada Gambar 1.1.

KEBUTUHAN
MANUSIA

MASALAH
BATASAN
MASALAH

PEREN
CANAAN

HASIL PROSES
PERENCANAAN MANUFAKTUR

PEMILIHAN
PROSES

PRODUK

Gambar 1.1. Skema Tahapan Perencanaan

Berdasarkan kebutuhan manusia yang teramati secara langsung dan tidak


langsung, dirumuskan suatu masalah yang akan diselesaikan. Untuk lebih memfokuskan
permasalahan yang akan diselesaikan tersebut perlu dilakukan pembatasan masalah.
Pembatasan masalah ini dapat berupa batasan kapasitas, beban, waktu, tempat, metoda,
dan lain-lain.
Setelah dilakukan perumusan dan pembatasan masalah yang akan diselesaikan,
barulah dilakukan perencanaan. Proses perencanaan yang dilakukan tentunya
berlandaskan kajian teoritik atau kajian empirik. Dalam perancangan mesin, hasil dari
perencanaan yang dilakukan antara lain berupa spesifikasi hasil perencanaan dan gambar
yang memberi informasi tentang bentuk, dimensi dan bahan yang digunakan pada
perencanaan tersebut.

I-1
BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

Seorang perencana yang baik, dalam melakukan perencanaan akan


mempertimbangkan proses manufaktur pembuatan komponen mesin tersebut. Proses
manufaktur adalah aktivitas yang merubah rancangan (gambar) menjadi produk siap
pakai atau merubah bahan baku (raw materials) menjadi produk jadi.
1.2. Pertimbangan Umum dalam Perancangan
Selama melakukan perancangan, seorang perancang harus mempertimbangkan
kegagalan yang terjadi pada produk yang direncanakan dan pemilihan bahan.
Pertimbangan terhadap kegagalan yang terjadi pada produk didasarkan pada kriteria
kegagalan. Kriteria kegagalan secara mekanik, adalah terjadinya perubahan ukuran,
bentuk atau sifat dari suatu material atau struktur, yang menyebabkannya tidak mampu
memberikan hasil atau kinerja sesuai dengan yang diinginkan. Bentuk kegagalan yang
terjadi dapat berupa deformasi, pecah (rupture), rekah (fracture), atau perubahan
metallurgical. Penyebab kegagalan, antara lain disebabkan oleh pembebanan (gaya),
temperatur, atau lingkungan korosif. Sedangkan lokasi kegagalan dapat terjadi
dipermukaan atau pada bagian dalam komponen atau struktur.
Perancangan yang dilakukan tentunya didasarkan pada pertimbangan bagaimana
cara mengatasi kegagalan yang terjadi tersebut. Salah satu caranya adalah dengan
memilih bahan yang sesuai. Dalam perencanaan pemilihan bahan didasarkan pada
kemampuan produk melakukan fungsinya, seperti kekuatan, kekerasan, ketangguhan;
biaya, serta proses manufaktur yang akan dilalui.

1.3. Prosedur Perancangan


Prosedur perancangan diawali dengan analisis terhadap mekanisme kerja dari
struktur dan elemen/bagian struktur yang dirancang. Kemudian dilanjutkan dengan
membuat sketsa elemen/bagian struktur yang dirancang. Pembuatan sketsa elemen
struktur ini harus mempertimbangkan proses pembentukannya.
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap beban atau gaya yang dialami elemen /
bagian struktur. Dilanjutkan dengan pemilihan bahan yang digunakan. Pemilihan bahan
ini harus mempertimbangkan kondisi operasi dan proses pembentukannya. Kemudian
dilakukan perhitungan dimensi elemen/bagian struktur yang dirancang. Perhitungan
dimensi elemen/bagian struktur ini harus mempertimbangkan hubungan dengan elemen
lain dan bahan yang tersedia. Setelah melakukan perhitungan dan pemilihan bahan,
selanjutnya dilakukan penetapan spesifikasi hasil perancangan dan pembuatan gambar
kerja dan detail.

1.4. Besaran Penting Dalam Perancangan

1.4.1. Massa
Massa suatu benda adalah banyaknya zat yang dikandung oleh benda itu. Massa
benda ini tidak berubah nilainya terhadap posisi benda itu dari permukaan bumi. Massa
standar adalah massa silinder platina iridium yang disimpan di The International Bureau
and Measures di Sevres. Massa standar ini dipilih sedemikian rupa, sehingga sama
dengan massa 1 liter air murni pada suhu 4oC.

1.4.2. Gaya
Gaya adalah konsep, oleh karenanya tidak dapat disefenisikan. Untuk menjelaskan
gaya, digunakan kata tarikan atau dorongan. Kata ini menerangkan bahwa gaya

I-2
BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

mempunyai titik tangkap dan arah. Tarikan atau dorongan menghasilkan percepatan,
lendutan, perubahan bentuk dan perubahan perilaku pada benda yang dibebani.
Hukum Newton II : Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada
sebuah benda berbanding lurus dan searah dengan gaya itu, dan berbanding terbalik
dengan massa benda. Atau : gaya menimbulkan percepatan yang sebanding dengan besar
gaya. Secara matematis, gaya dinyatakan sebagai :
F  m.a
dimana F adalah gaya, m adalah massa dan a adalah percepatan.
Hukum Newton I : Jika resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda nol, maka
benda tersebut dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan. Hukum ini
dikenal sebagai hukum hukum kelembamam (law of inersia). Rumusan dari hukum
newton I adalah ∑ F = 0.
Hukum Newton III : Bila sebuah benda mengerjakan gaya pada benda lain, maka
benda lain tersebut akan memberikan reaksi yang sama besar dan berlawanan arah.
Hukum ini dikenal sebagai aksi dan reaksi.

1.4.3. Gaya Gesek


Gaya gesek dibedakan menjadi dua, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek
kinetis. Gaya gesek statis yaitu gaya gesek yang terjadi selama benda masih dalam
keadaan diam, sedangkan gaya gesek kinetis bekerja setelah benda dalam keadaan
bergerak. Gaya gesek statis dinyatakan dengan persamaan :
f s   s .F
Sedangkan gaya gesek kinetis dinyatakan dengan persamaan :
f k   k .F
dimana : fs = gaya gesek statis; fk = gaya gesek kinetis; μs = koefisien gesek statis; μ k =
koefisien gesek kinetis; F = gaya normal. Koefisien gesek statis mempunyai nilai lebih
besar dari koefisien gesek kinetis, atau μs > μk.

1.4.4. Gerak Benda pada Bidang Miring


Gerak benda pada bidang miring dibagi dua, yaitu gerak benda pada bidang
miring licin dan gerak benda pada bidang miring kasar.

A. Gerak benda pada bidang miring licin :


Sebuah balok dengan massa m bergerak sepanjang bidang miring yang licin,
seperti pada gambar. Sumbu x adalah bidang miring, sumbu y adalah garis tegak lurus
pada bidang miring.
y Gaya-gaya pada sumbu y :
N Komponen gaya berat pada sumbu y
adalah : Wy = W cos α = m.g. cos α
m.g.sin α Resultan gaya-gaya pada sumbu y :
α
∑Fy = N – Wy = N - m.g. cos α
x
m.g.cos α Karena balok tidak bergerak pada arah
sumbu y, maka ∑Fy = 0, jadi :
m.g α
N - m.g. cos α = 0, atau :
Gambar 1.2. Gerak benda pada bidang mring licin N = m.g. cos α

Gaya-gaya pada sumbu x :


Komponen gaya berat pada sumbu x adalah : Wx = W sin α = m.g. sin α

I-3
BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

Resultan gaya-gaya pada sumbu x :


∑Fx = m.g. sin α
Karena balok bergerak pada arah sumbu x, maka ∑Fx = m . a, jadi :
m.g. sin α = m . a,
atau :
a = g. sin α
dimana : N = Gaya normal pada benda, kgf ; m = massa banda, kgm ; α = sudut
kemiringan bidang atau benda; g = percepatan gravitasi, m/dt2.

B. Gerak benda pada bidang miring kasar :

y Gaya-gaya pada sumbu y :


N Jumlah gaya pada sumbu y adalah nol,
maka :
W.sin α ∑Fy = 0
f N - W. cos α = 0
α x N = W. cos α
W.cos α N = m.g. cos α
W=m.g α
Gaya-gaya pada sumbu x :
Gambar 1.3. Gerak benda pada bidang miring
kasar Benda bergerak disepanjang sumbu x, maka
∑Fx = m . a
W. sin α – f = m . a

1.4.5. Kerja dan Daya


Didalam silinder torak kerja dinyatakan sebagai : W   P dV
Daya didefenisikan sebagai laju perpindahan energi atau pemakaian energi. Daya
dinyatakan dalam :

1 W  1 kg.m 2 / s 2  1 J / s
1 HP  550 ft.lb f / s
1 HP  2545 BTU / h  746 W
1 KW  1000 W  3412 BTU / h

1.4.6. Kecepatan dan Percepatan


Kecepatan didefenisikan sebagai laju perubahan pepindahan dan diperoleh sebagai
sebuah vektor, maka kecepatan didefenisikan sebagai vektor laju perpindahan.
S
v
t
Percepatan adalah perubahan kecepatan tiap satu satuan waktu atau dV/dt.
Percepatan juga dapat diinterprestasikan sebagai kemiringan kurva kecepatan-waktu.
Secara matematis, percepatan dinyatakan sebagai :

dV d (ds / dt ) d 2 s
a   2
dt dt dt
Kecepatan sudut didefenisikan sebagai perubahan sudut (angular velocity) :

I-4
BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

d

dt
Percepatan sudut didefenisikan sebagai laju perubahan kecepatan sudut :
d
a
dt
Hubungan antara kecepatan sudut dan percepatan sudut dapat dinyatakan dengan :
d d (d / dt ) d 2
a   2
dt dt 2 dt

1.4.7. Laju Linear dan Kecepatan Sudut


Gerak suatu benda dengan kelajuan tetap mengandung pengertian bahwa setiap
selang waktu yang sama benda menempuh jarak yang sama. Pada benda yang bergerak
melingkar, karena lintasannya berupa lingkaran, maka jarak tempuh benda adalah busur
lingkaran. Jika dalam selang waktu t benda menempuh busur lingkaran s dengan kelajuan
yang tetap, maka laju benda v disebut laju linar, dirumuskan dengan :
S
v
t
dimana : v = laju linear, m/dt; s = panjang busur lingkaran lintasan, m; t = waktu tempuh,
dt
Waktu yang diperlukan benda untuk satu kali berputar disebut periode atau waktu
edar gerak melingkar beraturan, dinyatakan dengan lambang T. Jumlah putaran tiap satu
satuan waktu disebut frekuensi, putaran gerak melingkar beraturan, diberi lambang f.
Hubungan antara periode dengan frekuensi putaran dinyatakan dengan persamaan :
1
f 
T
dimana : f = frekuensi, dt-1 (hertz); T = periode, dt.;
Dalam bidang teknik, satuan frekuensi menggunakan rotations per minute (rpm).
Karena keliling lingkaran yang berjari-jari r adalah 2.r, maka laju linear benda adalah :
2 .r
v
T
Apabila nilai T dinyatakan dengan f, maka diperoleh persamaan :
v  2 .r. f

Perhatikan Gambar 1.2. Misalkan pada saat y v


mulai bergerak (t = 0) kedudukan benda pada Q
sumbu x positif, dengan jari-jari arah MP.
Setelah t detik, benda membentuk sudut θ. θ x
Selama benda bergerak melingkar, jari-jari
M P
arah mempunyai kecepatan sudut sebesar ω,
sebab tiap satu satuan waktu menempuh sudut
tertentu. Maka :

  .t Gambar 1.4. Skema pergerakan benda melingkar

dimana : θ = lintasan sudut; ω = kecepatan sudut, rad/dt; t = lamanya berputar, dt. Dalam
periode (t = T), jari-jari arah menempuh sudut 2 radian, sehingga :
2   . T
atau :

I-5
BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

2 r
  2 . f
T

Hubungan antara laju linear dan kecepatan sudut diperoleh dengan


mensubstitusikan persamaan diatas, sehingga siperoleh :
2 .r
v
T
v  r

1.4.8. Momen Puntir :


Apabila suatu batang menerima gaya kopel, maka batang tersebut akan
mengalami puntiran. Momen puntir dapat ditentukan dengan beberapa persamaan :
N ( KW )
 T  9,74.10 5. , kg.mm.
n ( rpm)
N ( HP )
 T  71620. , kg.cm.
n ( rpm)
4500.N
 T  , kg.m.
2. .n
60.N
 T  , Nm.
2. .n

1.4.9. Momen Inersia


Momen inersia hanya merupakan pernyataan matematika, tetapi apabila
bergabung dengan terminologi seperti pada rumus lentur tegangan balok, baru
mempunyai pengertian. Terminologi momen inersia dinyatakan sebagai berikut :
Hubungan massa dengan gaya (yaitu inersia) benda dan percepatan dengan rumus
F  m.a .
Sedangkan persamaan yang menghubungkan gaya percepatan suatu benda
 
berputar adalah F .d   p .dm a . Dengan membandingkan data statement diatas,
2

pernyataan  p 2
.dm  diterminologikan sebagai momen inersia :
 Momen inersia luas : I   p 2

.dA

 Momen inersia terhadap sumbu x : I x   y 2


.dA
 Momen inersia terhadap sumbu y : I y   x 2
.dA

Jika : A = Luas, I = Momen Inersia, Z = Modulus Penampang, y = Jarak titik


berat, k = Jari-jari girasi. Maka :
b.h3
A=b.h ; I  ;
12
b.h 2 .h h
Z  ; y dan k = 0,289 h y
6 2

1.4.10. Momen Inersia Polar

I-6
BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

Yaitu momen inersia luas relatif terhadap garis atau sumbu tegak lurus bidang luas
(J). Momen inersia luas terhadap bidang xy pada sumbu z adalah :
I   p .dA J .z   r
2 2
.dA  x
2
 y 2  dA  x
2
dA   y 2 dA
Dari persamaan :
Ix   y 2
.dA
Iy   x 2
.dA
Diperoleh : J .z  I x  I y
1.4.11. Tekanan
Konsep tekanan berupa gaya persatuan luas yang diterapkan oleh suatu fluida
pada permukaan torak. Tekanan timbul akibat tabrakan diantara molekul fluida atau
dinding padat pada setiap detik. Tekanan tidak tergantung kepada arah tepi apabila fluida
begerak cepat sekali dengan gaya yang tidak seragam, berbagai gaya velocity mulai
menjadi tekanan yang kuat.
Dalam suatu fluida yang dalam, tekanan diseluruh fuida yang berhubungan akan
bernilai sama pada semua titik yang berada pada ketinggian yang sama. Secara matematis
:
F
P
A
Beda tekanan yang diukur dengan tekanan atmosfir disebut tekanan terukur
(gauge) dan dinyatakan dengan Psig. Tekanan mutlak dinyatakan dengan Psia.
N / m2 lb f / inc 2
1 atm  1,013.10  14,696
5

Pa Psia

1.5. Beban dan Tegangan yang Terjadi pada Komponen Mesin


Dalam praktek, komponen mesin mengalami berbagai beban atau gaya yang
disebabkan antara lain oleh satu atau lebih hal sebagai berikut :
a. Energi yang ditransmisikan
b. Berat mesin tersebut
c. Tahanan gesek
d. Inersia komponen yang bergerak
e. Perubahan temperatur
Beban atau gaya-gaya yang berbeda yang bekerja pada komponen mesin akan
menghasilkan tegangan yang bervariasi.

1.5.1. Beban (Load)


Beban adalah berbagai gaya luar yang bekerja pada komponen/elemen mesin.
Secara umum terdapat tiga jenis beban, yaitu :
1. Beban steady
2. Beban bervariasi
3. Beban kejut
Beban steady adalah beban yang terjadi tanpa mengalami perubahan dalam
magnitude dan arah. Sedangkan beban bervariasi adalah beban yang terjadi berubah-ubah
dan beban kejut adalah beban yang terjadi secara tiba-tiba.

1.5.2. Tegangan (Stress)

I-7
BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

Apabila suatu gaya luar atau beban bekerja pada suatu benda, maka gaya internal
yang besarnya sama dan arah berlawanan dengan gaya luar tersebut akan terjadi pada
benda tersebut. Gaya internal persatuan luas benda tersebut dikenal sebagai tegangan.
Secara matematis :
F
  ,
A
Dimana F = Gaya dan A = Luas penampang. Dalam sistim MKS tegangan
dinyatakan dalam kg/cm2, dan dalam satuan SI tegangan dinyatakan dalam N/mm 2 atau
N/m2.

1.5.3. Regangan (Strain)


Apabila suatu gaya atau beban bekerja pada suatu benda, maka benda tersebut
mengalami deformasi. Deformasi per satuan panjang benda tersebut dinyatakan sebagai
regangan. Secara matematis :
L
 
L
Dimana :  = Regangan, L = Perubahan panjang banda dan L= panjang awal benda.
1.5.4. Beban, Tegangan dan Regangan Tarik
Apabila suatu benda menerima pembebanan tarik berupa dua gaya yang besarnya
sama dan berlawanan arah, maka benda tersebut akan mengalami tegangan tarik.
Perubahan panjang benda dibandingkan panjang awalnya dinyatakan sebagai regangan
tarik dari benda tersebut. Besaran-besaran yang menggambarkan karakteristik dan
kekuatan benda yang mengalami tarikan tersebut, secara teoritis diperoleh melalui
persamaan :
F
t  ,
Ao
Ao  4 d 2
L  Lo
 1
Lo
Dimana : t = Tegangan tarik,  = Regangan tarik, Ao = Luas penampang awal
benda, F = Gaya tarik, L1 = Panjang akhir benda dan Lo = Panjang awal benda.

1.5.5. Beban, Tegangan dan Regangan Tekan


Apabila suatu benda menerima beban berupa tekanan dari dua gaya yang besarnya
sama dan berlawanan arah, maka benda tersebut akan mengalami tegangan tekan.
Perubahan panjang benda (perpendekan) dibandingkan panjang awalnya dinyatakan
sebagai regangan teakan dari benda tersebut. Tegangan dan Regangan tekan secara
teoritis diperoleh melalui persamaan :
F
d  ,
Ao
Ao  
4
d2
L0  L1

Lo
Dimana : d = Tegangan tekan,  = Regangan tekan, Ao = Luas penampang awal
benda, F = Gaya tekan, L1 = Panjang akhir benda dan Lo = Panjang awal benda.

I-8
BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

1.5.6. Beban, Tegangan dan Regangan Geser


Apabila suatu benda menerima dua gaya yang besarnya sama dan berlawanan arah
dan bekerja tegak lurus terhadap garis sumbu benda tersebut, maka benda tersebut akan
mengalami geseran dan memberi perlawanan dalam bentuk tegangan geser. Kekuatan
geser benda yang mengalami geseran tersebut, secara teoritis diperoleh melalui
persamaan :
Fg
g 
Ao
Dimana : τg = Tegangan geser, Fg = Gaya tangensial, dan Ao = Luas penampang
awal benda yang menahan gaya tangensial.
Apabila benda yang menerima gaya tangensial tersebut berupa batang bulat padat,
dimana salah satu ujungnya dijepit, maka batang tersebut akan mengalami geser puntir.
Besarnya momen puntir yang terjadi pada batang adalah :
T=F.r.
Tegangan geser puntir yang terjadi adalah :
T .r
g 
J
Sedangkan regangan gesernya adalah :
r. 
 
L
Dimana : F = gaya kopel., r = jari-jari batang, J = momen inersia polar, J  
32
d4,
 = sudut puntir,  = regangan geser puntir dan L = panjang batang.

1.5.7. Beban, Tegangan dan Regangan Lentur


Apabila suatu benda menerima gaya yang bekerja tegak lurus terhadap garis
sumbu benda tersebut, maka benda itu akan mengalami lenturan dan memberi perlawanan
dalam bentuk tegangan lentur.
Dalam praktek dilapangan, persoalan lenturan lebih sering terjadi dibanding
persoalan pembebanan lain. Persoalan lenturan ini dipelajari dalam bentuk batang
terdefleksi. Hubungan defleksi atau lenturan dengan momen lentur yang terjadi pada
batang adalah :
1 M

 E. I
Dimana :  = jari-jari kelengkungan, M = momen lentur, E = modulus elastis dan
I = momen inersia. Secara matematis, kelengkungan suatu bidang lengkung dinyatakan
dengan persamaan :
1 d 2 y / dx 2

 1   dy / dx 
2

Artinya, bahwa y adalah defleksi batang pada setiap titik x disepanjang batang.
Sedangkan sudut kemiringan batang pada setiap titik x adalah :
dy
 
dx
Pada berbagai kasus, sudut kemiringan ini sangat kecil, sehingga persamaan diatas
dianggap sama dengan satu, jadi :
M d2y

E .I dx 2

I-9
BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

Penentuan defleksi pada batang dapat dilakukan dengan beberapa metoda,


diantaranya : (1). Metoda super posisi, (2). Metoda integrasi ganda, (3). Metoda momen
luar dan (4). Metoda balok konyugat.
Pada kasus ini, metoda yang digunakan untuk menentukan defleksi batang adalah
metoda super posisi. Metoda ini menggunakan prinsip bahwa pada setiap titik
disepanjang batang adalah sama dengan jumlah defleksi yang disebabkan oleh beban
yang bekerja secara terpisah. Jadi apabila suatu batang melengkung karena tiga gaya yang
terpisah, maka defleksi pada satu titik tertentu adalah jumlah dari ketiga defleksi yang
terjadi.
Persamaan-persamaan defleksi batang untuk berbagai model pembebanan
diperlihatkan pada Gambar 1.5, 1.6 dan 1.7 .

y
l Dari gambar 1.5, diperoleh persamaan
l/2 F F
1. RA  RB 
A B C 2
x 2. VAB  RA VBC   RB
RB F .l 2
RA 3.  A   B 
16.E.I
V F .x F
4. M AB  M BC   l  x 
+ 2 2
x 5. y AB 
F
48.E.I

3l x  4 x 3
2

-
F .l 3
6. yMAX 
48.E.I
M
+

x
Gambar 1.5. Tumpuan sederhana - beban tengah
y
l Dari gambar 1.6, diperoleh persamaan :
b F .b F .a
a F 1. RA  RB 
l l
A B C 2. VAB  RA VBC   RB
x
F .a.b  l  b  F .a.b  l  a 
RB 3.  A  B 
RA 6.l.E.I 6.l.E.I
F .b.x F .a
V 4. M AB  M BC   l  x
l l
+ 5. y AB 
F .b.x 2
6.l.E.I

l  b2  x2 
x
F .a  l  x  2
- 6. yBC 
6.l.E.I

l  a2   l  x
2

x
Gambar 1.6.. Tumpuan sederhana – beban diantara tumpuan I-10
BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

y
l Dari gambar 1.7., diperoleh :
a F F a 1. RA  RB  F
2. VAB  F VBC  0 VCD   F
A B C D
x F .a  l  a 
3.  A   B 
2.E.I
RB
RA M AB  F .x
V 4. M BC  F .a
M CD  F  l  x 
+
x 5. y AB 
F .x
6.E.I

x 2  3.a 2  3.l.a 
-
6. y BC 
F .a
6.E.I

3.x 2  a 2  3.l.x 
M 7. yCD 
F .a
24.E.I
 
4.a 2  3.l 2

x
Gambar 1.7. Tumpuan sederhana - beban kembar

1.5.8. Beban Kejut


Suatu gaya luar yang bekerja pada suatu struktur atau benda dengan waktu kerja
kurang dari sepertiga periode getaran alamiah terendah dari struktur atau benda tersebut,
disebut beban tumbukan (impact load).
Kemampuan suatu benda menahan beban kejut per satuan luas penampangnya
dinyatakan sebagai ketangguhan benda tersebut. Ketangguhan benda itu diperoleh
berdasarkan kemampuannya menyerap energi yang diterimanya per satuan luas
penampang.

1.6. Trigonometri A

Sin θ = b / c
Cos θ = a / c c
b
Tan θ = Sin θ / Cos θ = b / a
Cosec θ = 1 / Sin θ = c / b
Sec θ = 1 / Cos θ = c / a B θ
C
a
I-11
BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

Cot θ = 1 / tan θ = Cos θ / Sin θ = a / b

I-12

Anda mungkin juga menyukai