Anda di halaman 1dari 16

BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

BAB III
SAMBUNGAN LAS

3.1. SAMBUNGAN LAS DENGAN BEBAN NORMAL

3.1.1. METODA PENGELASAN


Pengelasan adalah proses penyambungan dua bagian logam dengan cara melelehkan
kedua ujung bagian logam yang disambung, serta dengan atau tanpa logam pengisi,
kemudian didinginkan secara bersama. Sambungan las termasuk klasifikasi sambungan
tetap, karena sambungan ini tidak dapat dibongkar pasang tanpa merusak material
penyambung dan material yang disambung (logam induk).
Saat ini sambungan las banyak diaplikasikan sebagai proses alternatif dalam
pembentukan komponen mesin yang biasanya dibentuk dengan proses pengecoran. Hal ini
dilakukan dengan tujuan menurunkan biaya produksi komponen mesin tersebut.
Komponen yang disambung dengan proses pengelasan, setelah diberi perlakuan panas,
biasanya memiliki kekuatan yang tinggi pada bagian sambungannya. Hal itu merupakan
salah satu keunggulan pengelasan pada komponen mesin yang bergerak atau peralatan
transportasi.
Selain sebagai proses alternatif dalam pembentukan komponen mesin, proses
pengelasan juga dimanfaatkan sebagai media reparasi peralatan mesin, seperti menutupi
retakan logam atau melapisi bagian mesin yang aus. Secara umum proses pengelasan
diklasifikasikan sebagai : (1). Pengelasan dengan pemanasan, contoh : pengelasan pelelehan
(fusion welding). (2). Pengelasan dengan pemasanan dan penekanan, contoh : pengelasan
tekan dan tempa (forge welding).

A. Pengelasan dengan Pelelehan.


Pada proses pengelasan ini, sumber panas diperoleh dari gas oxyacetylene atau arus
listrik yang dialirkan antara elektroda dan benda kerja. Ujung-ujung logam yang akan
disambung dipanaskan hingga meleleh dan disambungkan dengan menambahkan logam
pengisi cair (molten filler) dari batang lasan (pada las listrik) atau tanpa logam pengisi (pada
las las oxy-acetylene pelat tipis). Berdasarkan metoda pembangkitan panasnya, pengelasan
pelelehan dikelompokkan sebagai :

A-1. Las Termit (Thermit Welding).


Pada pengelas termit, campuran oksida besi dan aluminium yang disebut termit
dipanaskan hingga oksida besi berubah menjadi besi cair. Kemudian lelehan besi cair
tersebut dituang kedalam cetakan yang terdapat disekeliling sambungan untuk selanjutnya
membeku bersama bagian yang dilas. Keuntungan dari las termit ini adalah komponen
logam pada daerah lasan membeku pada saat yang bersamaan, sehingga meminimalkan
terjadinya tegangan sisa.
Las termit umumnya digunakan pada pengelasan komponen besi dan baja, seperti
rel, rangka truck, rangka kereta api, dll. Selain itu las termit juga digunakan pada proses
perbaikan roda gigi yang patah atau komponen yang patah geser.

A-2. Las Gas (Gas Welding)


Pengelasan dengan gas dilakukan melalui pembakaran oxy-acetylene atau gas hidrogen
pada permukaan logam yang akan disambung. Pemanasan yang terus menerus akan
menyebabkan bagian logam yang menerima panas tersebut mengalami pelelehan. Secara
bersamaan operator akan menambahkan logam pengisi diantara sambungan tersebut,

-Dedi Wardianto-Elemen Mesin I III-1


BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

sehingga ikut meleleh bersama logam yang disambung. Karena laju pemanasan pengelasan
gas ini rendah, maka proses ini umumnya diaplikasikan pada material yang tipis.

A-3. Las Listrik (Electric Arc Welding).


Pada las listrik prosesnya hampir sama dengan las gas, hanya saja logam pengisi
yang ditambahkan ke sambungan dihasilkan oleh elektroda las. Proses pengelasan diawali
dengan menyentuhkan elektroda las ke permukaan logam yang akan dilas, sehingga
terbentuk bunga api. Dengan mempertahankan jarak antara ujung elektroda dan logam
yang disambung pada jarak tertentu, api pembakaran akan tetap menyala dan melelehkan
elektroda dan logam yang disambung secara bersamaan. Akibatnya lelehan logam pengisi
(elektoda) dan logam yang disambung akan berpadu dan pada saat membeku akan
menghasilkan sambungan yang kuat.

Welding machine AC or DC
power source and controls

Electrode cable

Gambar 3.1. Proses Pengelasan

Pada umumnya pengelasan dengan las listrik tidak membutuhkan pemanasan awal
(preheated), karena temperatur pengelasan cukup tinggi sehingga dapat melelehkan logam
yang disambung dengan cepat. Berdasarkan jenis elektroda yang digunakan, las listrik dibagi
menjadi :

(1). Las listrik dengan elektroda tidak terbungkus (Un-shielded arc welding)
Las listrik dengan elektroda tidak terbungkus biasanya adalah untuk elektroda
atau logam pengisi yang berdiameter besar. Kelemahan dari proses pengelasan ini
dengan elektroda tidak terbungkus adalah terabsorbsinya oksigen dan nitrogen dari
lingkungan pada saat logam dalam keadaan panas. Akibatnya akan menurunkan
kekuatan, keuletan dan ketahanan korosi logam lasan.

(2). Las listrik dengan elektroda terbungkus (Shielded arc welding)


Las listrik dengan elektroda terbungkus, menggunakan batang elektroda yang
dilapisi dengan material padat. Hal ini dapat menghindari cairan logam lasan dari
pengaruh lingkungannya (absorbsi oksigen dan nitrogen).

B. Pengelasan dengan Pemasanan dan Penekanan


Salah satu contoh proses pengelasan dengan pemanasan dan penekanan adalah
pengelasan tempa. Pada proses pengelasan ini, komponen yang akan disambung terlebih
dahulu dipanaskan didalam fuenace. Kemudian dilakukan penempaan pada bagian yang
disambung. Metoda ini jarang diaplikasikan saat ini.
An-electric-resistance welding adalah contoh dari pengelasan tempa. Pada kasus ini,
komponen yang akan disambung di press bersama dan arus listrik dialirkan melewati logam
yang disambung, sampai logam menjadi panas, kemudian dilakukan penyambungan.

-Dedi Wardianto-Elemen Mesin I III-2


BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

3.1.2. JENIS SAMBUNGAN LAS


Sambungan las dikategorikan sebagai : (1). Sambungan berimpit (lap / fillet joint),
dan (2). Sambungan temu (butt joint).
Sambungan berimpit merupakan sambungan yang dilakukan dengan cara
menempatkan pelat-pelat yang akan disambung saling berimpitan, kemudian dilakukan
pengelasan pada bagian ujung pelat tersebut. Penampang lasan untuk sambungan ini pada
umumnya berbentuk segitiga. Sambungan berimpit diklasifikasikan sebagai :
(a). Sambungan melintang tunggal (single transverse fillet joint).
(b). Sambungan melintang ganda (double transverse fillet joint).
(c). Sambungan memanjang ganda (parallel fillet joint).

F F

F F F F

(c)
F F
F F
(a) (b)
Gambar 3.2. Jenis sambungan berimpit, (a) Sambungan melintang tunggal (b) Sambungan
melintang ganda (c) Sambungan memanjang ganda

Sambungan temu adalah jenis sambungan yang mempertemukan ujung bagian pelat
yang akan disambung, kemudian kedua ujung tersebut disatukan dengan pengelasan. Jenis
dari sambungan temu ini antara lain : (a). Sambungan segi-4, (b). Sambungan V-tunggal, (c).
Sambungan U-tunggal, (d). Sambungan V-ganda, (e) Sambungan U-tunggal.
Pada sambungan temu ini, jika tebal pelat yang akan disambung < 5 mm, maka
kedua ujung pelat tidak perlu dibentuk khusus (dimiringkan). Namun jika tebal pelat antara
5 – 12,5 mm, maka ujung pelat dibuat berbentuk V atau U. Sedangkan jika pelat memiliki
ketebalan lebih dari 12,5 mm, maka ujung pelat dibuat berbentuk V atau U ganda.

(a) (b) (c)

(d) (e)
Gambar 3.3. Macam-macam sambungan temu

Selain dari jenis sambungan diatas, terdapat beberapa jenis sambungan lain, yaitu:
(a). Sambungan sudut, (b). Sambungan ujung, dan (c). Sambungan T.

Gambar 3.5. Sambungan sudut, sambungan ujung dan sambungan T

-Dedi Wardianto-Elemen Mesin I III-3


BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

3.1.3. GEOMETRI DAN PENAMPANG LASAN


Sambungan las direncanakan berdasarkan beban per satuan luas penampang
lasannya. Penampang lasan ditentukan dengan asumsi bagian lasan sebagai segitiga
ABC, dengan garis AC membentuk sudut yang sama besar terhadap garis AB dan BC
(segitiga sama kaki). Tegak lurus terhadap garis AC ditarik garis BD, seperti
diperlihatkan pada Gambar 3.4.

C
D t
o
45

A B

Gambar 3.4. Geometri Lasan

Jika t adalah tebal pelat dan l adalah panjang lasan, maka berdasarkan segitiga ABC
diatas :
t
BD = BC. Sin 45 = t sin 45o =
2
t
Jadi luas lasan yang menahan beban adalah : A  .l
2

3.1.4 TEGANGAN PADA SAMBUNGAN LAS


Tegangan-tegangan yang terjadi pada sambungan las cukup sulit untuk ditentukan,
karena parameter-parameter yang menyebabkan tegangan tersebut (seperti : homogenitas
logam lasan, tegangan termal lasan, perubahan sifat fisik akibat laju pendinginan, dll)
bervariasi dan tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu tegangan yang terjadi pada
sambungan las diperoleh dengan asumsi :
1. Beban terdistribusi merata sepanjang lasan.
2. Tegangan terdistribusi merata pada lasan effektif.
Untuk sambungan las logam ferro dengan elektroda baja karbon sedang, tegangan
yang terjadi akibat pembebanan steady dan pembebanan fatik diperlihatkan pada Tabel 3.1.

3.1.5 FAKTOR KONSENTRASI TEGANGAN


Penguatan menyebabkan lasan menghasilkan konsentrasi tegangan pada
sambungan, yaitu pada lasan dan logam induk. Jika komponen yang dilas mengalami
pembebanan fatik, faktor konsentrasi tegangannya diperlihatkan pada Tabel 3.2..

-Dedi Wardianto-Elemen Mesin I III-4


BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

Tabel 3.1. Tegangan pada sambungan lasan akibat pembebanan steady dan fatik
Elektroda tanpa Elektroda dengan
pembungkus pembungkus
Jenis Las an Beban Beban Beban Beban
steady fatik steady fatik
(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
1. Sambungan berimpit 790 210 210 350
2. Sambungan temu dengan beban:
 Tarik 900 350 1100 550
 Tekan 1000 350 1250 550
 Geser 550 210 700 350

Tabel 3.2. Faktor konsentrasi tegangan berbagai sambungan las


Faktor Konsentrasi
Jenis Sambungan
Tegangan
1. Sambungan las temu : pada penguat 1,2
2. Sambungan las melintang : pada ujung kaki 1,5
3. Sambungan las memanjang ganda : pada ujung. 2,7
4. Sambungan las T dengan sudut tajam. 2,0
Catatan : Untuk beban statis dan jenis sambungan lain, faktor konsentrasi tegangannya = 1.

3.1.6 KEKUATAN SAMBUNGAN LAS


A. Kekuatan Sambungan Berimpit.
(1). Sambungan Melintang .
Sambungan melintang (transverse fillet joint) direncanakan berdasarkan beban tarik
yang diterimanya. Jika t adalah tebal pelat dan l adalah panjang lasan, maka luas lasan yang
t
menahan beban tarikadalah : A  .l
2
Selanjutnya, Jika σt adalah tegangan tarik izin bahan lasan, maka kekuatan
t. l
sambungan las melintang tunggal adalah : Ft  .t
2
t. l
Sedangkan kekuatan sambungan las melintang ganda adalah : Ft  2. .t
2
Ft  2. t. l. t

(2). Sambungan Memanjang.


Sambungan memanjang (parallel fillet joint) direncanakan berdasarkan kekuatan
t
gesernya. Luas penampang lasan : A  .l
2
Jika τg adalah tegangan geser izin bahan lasan, maka kekuatan sambungan las
t. l
memanjang tunggal adalah : Fg  . g
2
t. l
Sedangkan kekuatan sambungan las memanjang ganda adalah : Fg  2. . g
2
Fg  2 . t. l. g

-Dedi Wardianto-Elemen Mesin I III-5


BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

Catatan :
1. Pada umumnya bahan lasan sama dengan bahan pelat yang disambung. Namun karena bahan
lasan memiliki slag dan blow holes, maka bahan lasan akan lebih lemah dibanding bahan pelat.
Untuk itu lasan diberi penguat (reinforcement) dengan ketebalan 10 % dari tebal pelat
2. Jika sambungan tersebut merupakan kombinasi dari sambungan melintang dan memanjang ,
maka kekuatan sambungan tersebut adalah jumlah kekuatan sambungan melintang dan
memanjang.
3. Karena pada kedua ujung lasan tidak sempurna akibat awal dan akhir proses pengelasan, maka
panjang lasan ditambah 12,5 mm = 1,25 cm.
4. Tebal leher lasan (garis BD) minimal 0,85 tebal pelat (t).

B. Kekuatan Sambungan Temu


Sambungan temu direncanakan berdasarkan tarikan dan tekanan. Pada
sambungan temu, panjang lengan atau leher lasan (garis BD) adalah sama dengan tebal
pelat (t). Kekuatan sambungan temu untuk sambungan V, U dan segi-4 adalah :
Ft  t. l. t
dimana l adalah panjang lasan yang sama dengan lebar pelat.

Sedangkan untuk sambungan V ganda,


kekuatannya adalah :
F
F
Ft  t1  t 2 . l. t
l

dimana t1 dan t2 masing-masing tebal


leher lasan atas dan bawah.

Gambar 3.5. Sambungan temu

Dalam praktek, ukuran lasan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tebal pelat.
Untuk itu ukuran lasan minimum yang direkomendasikan diperlihatkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Ukuran minimum lasan berdasarkan tebal pelat
Tebal pelat Ukuran minimum
(mm) lasan (mm)
3-5 3
6-8 5
10-16 6
18-24 10
26-55 14
> 38 20

3.2. SAMBUNGAN LAS DENGAN BEBAN EKSENTRIK


Beban eksentrik dapat terjadi pada sambungan las dengan berbagai cara. Beban
eksentrik akan terjadi pada sambungan las apabila beban yang terjadi tidak bekerja pada
garis sumbu sistem sambungan las.

-Dedi Wardianto-Elemen Mesin I III-6


BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

3.2.1. TEGANGAN YANG TERJADI AKIBAT BEBAN EKSENTRIK

Tegangan yang terjadi pada sambungan las akibat beban eksentrik merupakan
kombinasi dari tegangan yang berbeda. Apabila tegangan geser dan tegangan lentur terjadi
secara bersamaan pada sambungan atau tegangan yang terjadi tidak sejenis (seperti pada
kasus 1), maka tegangan maksimum sambungan diperoleh berdasarkan nilai terbesar dari
tegangan normal maksimum atau tegangan geser maksimum :
Tegangan normal maksimum diperoleh melalui persamaan :
 1
 n max .  L   L2  4  g 2
2 2
Sedangkan tegangan geser maksimum diperoleh melalui persamaan :
1
 g max .   L2  g 2
2
dimana σL adalah tegangan lentur dan τg adalah tegangan geser.
Sedangkan apabila tegangan yang terjadi merupakan tegangan-tegangan dengan sifat
yang sama atau sejenis, maka tegangan maksimumnya adalah jumlah vektorial dari
tegangan-tegangan yang terjadi (seperti pada kasus 2).

Kasus 1 : Sambungan T mengalami pembebanan eksentrik sebesar F pada jarak e, seperti


gambar. Sambungan tersebut akan mengalami tegangan geser langsung dan
tegangan lentur akibat momen F.e.

o Luas penampang leher :


t t.l
A  2.  2. t. l
2
o Tegangan geser pada lasan :
F F
g  
A 2 .t .l
o Tegangan lentur pada lasan :
t M
L 
Z
 M = Momen = F.e
l
 bh 2 
 Z = Modulus Area Lasan : Z  2 . 
 6 
e t
o b = lebar : b  , h = tinggi = l.
F 2
t l 2 t. l 2
 Z  2. . 
2 6 3 2
F . e. 3 2
Jadi :  L 
t. l 2
1
 Tegangan geser maksimum :  g max .   L2  g 2
2
 1
 Tegangan normal maksimum :  n max .  L   L2  4  g 2
2 2

-Dedi Wardianto-Elemen Mesin I III-7


BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

Kasus 2 : Apabila sambungan las mengalami pembebanan eksentrik seperti pada gambar,
maka sambungan akan mengalami dua jenis tegangan, yaitu tegangan geser
langsung dan tegangan geser akibat momen lentur. Pada kasus ini tegangan
maksimumnya merupakan jumlah vektorial dari kedua tegangan tersebut.
e
F adalah beban eksentrik
F e adalah eksentrisitas, yaitu jarak
t dA antara garis kerja beban ke titik
pusat sistem sambungan las
A l adalah panjang lasan tunggal
r r2 t adalah tebal lasan.
r1 θ τg 2  Luas penampang lasan :
b t.l
G A  2.  2. t. l
τg 1 2

 Gaya geser langsung :


F F
l g  
A 2 .t .l

 Gaya geser akibat momen lentur :


Karena gaya geser yang disebabkan oleh momen lentur (M=F.e) disetiap bagian adalah
sebanding dengan jaraknya dari titik berat G, maka tegangan akibat momen tersebut
pada titik A, sebanding terhadap jarak AG (= r2) dan tegak lurus terhadap garis r2. Atau:
 g2 g

 cons tan t
r2 r
τg2 adalah tegangan geser maksimum pada jarak maksimum, dan τg adalah tegangan
geser pada berbagai jarak r.
Perhatikan bagian kecil dari lasan dengan luas dA pada jarak r dari titik G :
 Gaya geser pada bagian kecil tersebut : d g   g .dA
 Momen gesernya : dM   g . dA. r
r g  g2 2
  g . r.  .r 2  .r
r r r2
 g2
dM  . dA. r 2
r2
 g2  g2
Jadi momen geser lasan adalah : M   . dA. r 2   dA. r
2

r2 r2
  dA. r 2  I G
 g2
M  .IG
r2
M . r2 F . e. r2
Sehingga tegangan geser akibat momen lentur :  g 2  
IG IG

Tegangan gabungan pada sambungan adalah jumlah vektorial tegangan geser langsung
(primary) dan tegangan geser akibat momen lentur (secondary), atau :

-Dedi Wardianto-Elemen Mesin I III-8


BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

Tegangan geser di A :
 g R  A   g1 2   g 2 2  2. g1 2 . g 2 2 . cos
r1
θ adalah sudut antara τg1 dan τg2. Cos 
r2
Catatan :

I G  2. I xx  A.x 2 
 A. l 2 
 I xx   
 12 
 A. l 2
 l 2

I G  2.  Ax 2   2. A  x 2 
 12   12 
t.l
dimana : A = luas penampang lasan :  , l = panjang lasan dan x = jarak sumbu paralel.
2

3.2.2. KEKUATAN SAMBUNGAN LAS DENGAN BEBAN EKSENTRIK


Kekuatan sambungan las yang mengalami pembebanan eksentrik dengan tegangan
tidak sejenis ditentukan dengan persamaan :

F   g  max . A   g  max . 2 .t. l


atau :
F   nmax . A   nmax . 2 .t. l

Sedangkan kekuatan sambungan las yang mengalami pembebanan eksentrik


dengan tegangan yang sejenis ditentukan dengan persamaan :

F   g  R . A   g  R . 2 .t. l

-Dedi Wardianto-Elemen Mesin I III-9


BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

Soal :

1. Dua lembar pelat dengan lebar pelat b = 100 mm dan tebal pelat t = 12 mm akan
disambung dengan sambungan las melintang ganda. Jika bahan lasan yang tersedia
mempunyai kekuatan tarik izin σt = 50 kg/cm2. Hitung :
(a). Gaya tarik maksimum yang dapat ditahan pelat (Ft).
(b). Panjang lasan untuk beban statis.
(c). Panjang lasan untuk beban dinamis.

2. Dua lembar pelat dengan lebar pelat b = 100 mm dan tebal pelat t = 12 mm akan
disambung dengan sambungan las memanjang ganda. Jika bahan lasan yang tersedia
mempunyai kekuatan tarik izin g = 30 kg/cm2. Hitung :
(a). Gaya geser yang dapat ditahan sambungan (Fg).
(b). Panjang lasan untuk beban statis.
(c). Panjang lasan untuk beban dinamis.
(d) Gaya geser maksimum sesungguhnya yang dapat ditahan sambungan (F’g).

3. Sambungan las seperti pada gambar.


F = 2000 kg
y 10 cm Hitung dimensi lasan untuk
tegangan geser yang terjadi tidak
F
t lebih dari 800 kg/cm2.

A
r2
θ τg 2
8 cm r1 x
G
τg 1

5 cm

4. Sambungan T mengalami pembebanan t


eksentrik sebesar F = 1000 kg pada
jarak e = 50 cm, panjang l = 25 cm,
seperti gambar. Jika tegangan geser
maksimum bahan lasan adalah 800
kg/cm2. Hitung dimensi lasan.

e F

-Dedi Wardianto-Elemen Mesin I III-10


BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

5. Sambungan T mengalami pembebanan


t
eksentrik sebesar F = 1000 kg pada jarak e =
50 cm, panjang l = 25 cm, seperti gambar. Jika
tegangan tarik bahan lasan adalah 800 kg/cm2.
Hitung dimensi lasan.
e
F
t

-Dedi Wardianto-Elemen Mesin I III-11


BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

Penyelesaian Soal :
1. Dua lembar pelat dengan lebar pelat b = 100 mm dan tebal pelat t = 12 mm akan
disambung dengan sambungan las melintang ganda. Jika bahan lasan yang tersedia
mempunyai kekuatan tarik izin σt = 50 kg/cm2. Hitung :
(a). Gaya tarik maksimum yang dapat ditahan pelat.
(b). Panjang lasan untuk beban statis.
(c). Panjang lasan untuk beban dinamis.

Penyelesaian :
(a). Gaya tarik maksimum yang dapat ditahan pelat.
Ft  At . t  b. t. t  100. 12. 0,5  600 kg
(b). Panjang lasan untuk beban statis.
Ft 600
l   70,7 mm.
2 . t.  t 2.12.0,5
l  70,7  12,5 mm  83,2 mm
(c). Panjang lasan untuk beban dinamis.
Faktor konsentrasi tegangan untuk samb. melintang : 1,5
sehingga :  t  0,5 .1,5  0,75 kg / mm2
Jadi panjang lasan :
Ft 600
l   47,15 mm.
2 . t.  t 2.12.0,75
l  47,15  12,5  59,65 mm.

2. Sambungan las seperti pada gambar.


F = 2000 kg
y 10 cm
Hitung dimensi lasan untuk
tegangan geser yang terjadi tidak
lebih dari 800 kg/cm2.
F
t
Penyelesaian :
A  Posisi titik berat G :
A x  A2 x2  A3 x3
r2 x 1 1
θ τg 2 x A1  A2  A3
8 cm r1
G A1 = 5.t ; A2 = 5.t ; A3 = 8.t
x1 = 5/2 = 2,5 cm
τg 1
x2 = 5/2 = 2,5 cm
x3 = 0 cm
5 t. 2,5  5 t. 2,5  8 t. 0
5 cm x
5t  5t  8t
2. 5 t. 2,5  0 25.t
x   1,39 cm
y 2. 5 t  8 t 18.t

 e = 10 cm + 5 cm – 1,39 = 13,61 cm
 Momen Inersia terhadap sumbu x :
 A. l 2  1
I xx     t.8 2  2,5 t.4 2  203t
 12  12

-Dedi Wardianto-Elemen Mesin I III-12


BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

 Momen Inersia terhadap sumbu y :


 l. A 2  t .5 2
I yy   2.   2.  2,5 t.2,5  1,39   8t.1,39 2  49t
2

 12  12
 Momen Inersia Polar :
I G  I xx  I yy   203t  49t  252t
 Radius maksimum lasan :
r2  4 2  5  1,39   5,38 cm
2

r1 5  1,39
 Cos    0,67
r2 5,38
 Gaya geser langsung lasan :
F F 2000 136,2
 g1    
A 2 .t.l  8t 2 .t.5  8.t t
 Gaya geser akibat momen lentur :
F .e.r2 2000.13,61.5,38 585
 g2   
IG 252.t t
 Tegangan geser yang terjadi :
 g R   g1 2   g 2 2  2. g1 2 . g 2 2 . cos
2 2
 132,6   585   132,6   585 
 Tebal Lasan : 800   2
    2. . .0,67
 t   t   t  t 
4646000
640000 
t2
4646000
t2   0,725
640000
t  0,85 cm  8,5 mm.

3. Sambungan T mengalami pembebanan eksentrik sebesar F = 1000 kg pada jarak e = 50


cm, panjang l = 25 cm, seperti gambar. Jika tegangan geser bahan lasan adalah 800
kg/cm2. Hitung dimensi lasan.
Penyelesaian :
t
o Luas penampang leher :
t.l
A  2.  2. t. l  2 .t.25  35,4.t
2
o Tegangan geser pada lasan :
F F 1000 28,3
g    
t A 2 .t .l 35,4.t t
o Tegangan lentur pada lasan :
M
L  → M = F.e = 1000 . 50 = 50000 kgcm.
l Z
→ Z = Modulus Area Lasan :
 bh 2  t
Z  2.  → b = lebar: b 
e  6  2
h = tinggi = l.

-Dedi Wardianto-Elemen Mesin I III-13


BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

l 2 t. l 2 t.(25) 2
t
 Z  2. .    147,4.t
2 6 3 2 4,24
50000 339,2
Jadi :  L  
147,4.t t

1
 Tegangan geser maksimum :  g max .   L2  g 2
2
2 2
 339,2   28,3 
(800.2)  2
  
 t   t 
 115056 ,64   800,89 
2560000    2 
 t2   t 
 115857 ,53 
2560000   
 t2 
2560000
t  4,7 cm
115857 ,53

4. Sambungan T mengalami pembebanan eksentrik sebesar F = 1000 kg pada jarak e = 50


cm, panjang l = 25 cm, seperti gambar. Jika tegangan tarik bahan lasan adalah 800
kg/cm2. Hitung dimensi lasan.

Penyelesaian :
o Luas penampang leher :
t.l
A  2.  2. t. l  2 .t.25  35,4.t
t 2
o Tegangan tarik pada lasan :
F F 1000 28,3
t    
A 2 .t .l 35,4.t t
e o Tegangan lentur pada lasan :
M
L 
t Z
 M = F.e = 1000 . 50 = 50000 kgcm.
 bh 2 
l  Z = Modulus Area Lasan : Z  2. 
 6 
t
→ h = lebar : b  ,
2
→ b = tinggi = l.
2
 t  t2
 Z  2.l.   2.l  l.t 2  25.t 2
 2 2
50000 2000
Jadi :  L   2
25.t 2 t

-Dedi Wardianto-Elemen Mesin I III-14


BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

 Tegangan normal maksimum :


 t R   t 2   L 2  2. t 2 . L 2 . cos
2 2 2 2
 28,3   200   28,3   200 
800      2   2.  . 2  . cos .90
 t   t   t   t 
2 2
 28,3   200 
800     2 
 t   t 
28,3 200
800   2
t t
800.t  28,3.t  200
2

 800.t 2  28,3.t  200  0


 28,3  28,32  4. 800 .200
t
2. 800 
 28,3  800,89  640000
t
. 1600 
 28,3  800.5 828,8
t   0,52 cm
. 1600  1600

-Dedi Wardianto-Elemen Mesin I III-15


BUKU AJAR ELEMEN MESIN I

-Dedi Wardianto-Elemen Mesin I III-16

Anda mungkin juga menyukai