Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN NAPAS AKUT (ISPA)

OLEH
NAMA : IMELDA CH. BONAT
NIM : PO.530320118388368
KELAS : TINGKAT 3 REGULER A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


JURUSAN D-III KEPERAWATAN
2019

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “Infeksi
Saluran Napas Akut (ISPA) dengan baik.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di
dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Kupang, April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB 1 PENGAHULUAN..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Tujuan ...................................................................................................................1

1.2.1 Tujuan Umum......................................................................................................1

1.2.2 Tujuan Khusus.....................................................................................................1


1.2.3 Sistematik

Penulisan............................................................................................2

1.2.4 Metode

Penulisan.................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN

TEORI............................................................................................3

2.1 Konsep

ISPA............................................................................................................3

2.1.1 Definisi

ISPA.......................................................................................................3

2.1.2 Penyebab

ISPA....................................................................................................4

2.1.3 Tanda dan

Gejala.................................................................................................8
2.1.4

Pathway...............................................................................................................10

2.1.5

Penatalaksanaan...................................................................................................1

2.1.6

Pencegahan..........................................................................................................13

BAB 3

PENUTUP.........................................................................................................18

3.1

Kesimpulan.............................................................................................................

18

3.2

Saran.......................................................................................................................

18

DAFTAR

PUSTAKA....................................................................................................19
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit yang
menyerang pada balita yang terjadi di saluran napas dan kebanyakan
merupakan infeksi virus. Penderita akan mengalami demam, batuk, dan pilek
berulang serta anoreksia. Di bagian tonsilitis dan otitis media akan
memperlihatkan adanya inflamasi pada tonsil atau telinga tengah dengan jelas.
Infeksi akut pada balita akan mengakibatkan berhentinya pernapasan sementara
atau apnea. ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Menurut
para ahli, daya tahan tubuh anak sangat berbeda dengan orang dewasa karena
sistem pertahanan tubuhnya belum kuat. Apabila dalam satu rumah anggota
keluarga terkena pilek, balita akan lebih mudah tertular. Dengan kondisi anak
yang lemah, proses penyebaran penyakit menjadi lebih cepat. Resiko ISPA
mengakibatkan kematian pada anak dalam jumlah kecil, akan tetapi
menyebabkan kecacatan seperti otitis media akuta (OMA) dan mastoiditis.
Bahkan dapat menyebabkan komplikasi fatal yakni pneumonia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui konsep dan penyuluhan ISPA
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu mengetahui konsep ISPA
2) Mahasiswa mampu mengetahui definisi ISPA
3) Mahasiswa mampu mengetahui penyebab ISPA
4) Mahasiswa mampu mengetahui tanda gejala
5) Mahasiswa mampu mengetahui pathway
6) Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksaan
7) Mahasiswa mampu mengetahui pencegahan
1.2.3 Sistematik Penulisan
BAB 1 Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan (umum khusus),
sistematika dan metode penulisan
BAB 2 Tinjuan teori terdiri dari konsep ISPA, definsi ISPA, penyebab
ISPA, tanda gejala ISPA, pathway ISPA, penatalaksanaan ISPA,
pencegahan ISPA.
1.2.4 Metode Penulisan
Materi ini diambil di perpustakaan dan menggunakan internet yang dapat
dipercaya
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep ISPA
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa
atau disertai radang parenkim paru. Pada topik ini adalah dibahas ISPA yang
hanya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA yang hanya disebabkan oleh
moikroorganisme lain akan dibahas tersendiri pada topik pneunomia.
ISPA adalah suatu kelompok penyakit sebagai penyebab angka absensi tertinggi
bila dibandingkan dengan kelompok penyakit lain. Lebih 50% dari absensi atau
dari semua angka tidak masuk semua kerja/sekolah disebabkan penyakit ini.
Angka kekerapan kejadian ISPA, tertinggi pada kelompok-kelompok tertutup
dimasyarakat, misalnya penghuni asrama, kesatrian, sekolah atau sekolah yang
juga menyelenggarakan pemondokan (boarding school). Di negara barat, kasus
ini dijumpai pada recruitment dan murid sekolah pada musim dingin, awal
musim gugur, atau pada masa-masa pergantian musim. ISPA yang mengenai
saluran napas bawah, misalnya bronkitis, bila menyerang kelompok umur
tertentu, khususnya bayi, anak-anak dan orang tua, akan memberika gambaran
klinik yang berat dan jelek dan sering kali berakhir dengan kematian. ISPA
yang disebabkan oleh virus, wanita lebuih rentan dibandingkan laki-laki, namun
waktu menstruasi mereka lebih tahan.
2.1.1 Definisi ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibedakan menjadi dua, ISPA atas
dan bawah menurut Nelson (2002: 1456-1483), Infeksi saluran pernapasan
atas adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk
nasofaringitis atau common cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis,
nasofaringitis kronis, sinusitis. Sedangkan, infeksi saluran pernapasan akut
bawah merupakan infeksi yang telah didahului oleh infeksi saluran atas yang
disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder, yang termasuk dalam penggolongan
ini adalah bronkhitis akut, bronkhitis kronis, bronkiolitis dan pneumonia
aspirasi.
2.1.2 Penyebab ISPA
ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteria, maupun riketsia, sedangkan
infeksi bakterial sering merupakan penyulit ISPA yang disebbkan oleh virus
terutama bila ada epidemi atau pandemi. Penyulit bakterial umumnya disertai
peradangan perenkim.
ISPA yang disebabkan oleh virus
Virus pernapasan merupakan penyebab terbesar ISPA. Hingga kini telah
dikenal lebih dari 100 jenis virus penyebab ISPA. Infeksi virus dapat
memberikan gambaran klinik yang khas akan tetapi sebaliknya beberapa jenis
virus bersama-sama dapat pula memberikan gambaran yang hampir sama.
Gambaran klinik
Gambaran klinik secara umum yang sering didapat adalah : rinitis, nyeri
tenggotrokan, batuk-batuk denga dahak kuning/putih kental, nyeri retrosternal
dan konjungtifitas. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari, disertai malaise,
mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah- muntah dan insomnia.
Kadang-kadang dapat juga terjadi diare. Bila peningkatan suhu berlangsung
lama biasanya adanya menunjukan adanya penyulit.
Di klinik dikenal 6 gambaran sinroma ISPA yang disebabkan virus
1) Sindroma korisa (Coryzal/Common Cold Syndrome)
Sindroma ini ditandai dengan peningkatan sekresi hidung, bersin-
bersin, hidung buntu, kadang-kadang disertai sekresi air mata dan
konjungtifivitis ringan. Sekresi hidung mula-mula cair kemudian
mukoid dan selanjutnya menjadi purulen.
Obstruksi sinus paranalisis dan tuba Eustachii disebabkan oleh sembab
mukosa dan sering menimbulkan nyeri kepala dan nyeri setempat.
Sindroma korisa biasanya diawali dengan suara serak dan rasa nyeri
tenggorok. Kadang-kadang disertai dengan keluhan sistemik berupa
nyeri kepala, mialgia, malaise, rasa lemah malas dan rasa dingin.
Penyebab sindroma oni biasanya rhinovirus, parainfluenza I dan II,
echovirus, coxsackie dan RSV.
2) Sindroma faring (pharingeal syndrome)
Gambaran klinik yang menonjol adalah suara serak dan nyeri
tenggorok dengan derajat ringan sampai berat. Terdapat keradangan
faring dan pembesaran adenoid serta tonsil, kadang-kadang adenoid
sangat besar sehingga menimbulkan obstruksi pada hidung. Kadang
bercak-bercak serta eksudasi berwarna didapatkan pada permukaan
tonsil .disertai pembesaran kelenjar dileher. Sering dijumpai penderita
dengan batuk-batuk, tanpa disertai korisa.
Gejala umum sindroma faring berupa panas dingin, malaise,
nyeri/pegal seluru badan, nyeri kepala dan kadang-kadang suara parau.
Penyebab utama sindroma ini adalah adenovirus, tetapi dapat juga
dibabkan oleh virus influenza, parainfluenza, coxsackie dan echo virus.
Bila enyebab ISPA didalam satu keluarga ialah adenovirus dan
enterovirus, maka proses pemyakit dapat berlangsung lama karena
virus masih tetap ditemukan dalam tinja selama berminggu-minggu.
3) Sindroma faringokonjungtiva
Merupakan farian dari sindroma faring yang disebabkan oleh virus
yang sama. Gejala klinik diawali dengan faringgitis yang berat
kemudian diikuti dengan konjungtivitis yang sering kali bilateral.
Dapat pula dimulai denhgan konjungtivitis yang berlangsung 1-2
minggu sebelum gejala faringitis itu sendiri. Pada sindroma
faringokonjungtiva didapatkan fotofobi dan nyeri pada bola mata.
Sindroma ini banyak terdapat pada anak sekolah dan penggemar
berkemah pada musim semi dan panas.
4) Sindroma influenza
Gambaran yang menonjol pada sindroma influenza adalah gangguan
fisik cukup berat, dengan gejala batuk, meriang, panas badan, lemah
badan, nyeri kepala, nyeri tenggorok, nyeri retrosternal, nyeri seluruh
tubuh, malaise dan anoreksia. Gejala-gejala ini terjadi secara mendadak
dan dengan cepat dapat menular pada semua anggota anggotakeluarga
dalam satu rumah.
Pada prosese penyakit yang ringan, sinroma influenza sering kali
mempunyai gambaran klinik yang menyerupai sindroma korisa atau
sindroma faring. Pada pandemin cenderung terjadi gambaran klinik
yang lebih jelek yang disebabkan adanya infeksi sekunder oleh bakteri.
Infeksi bakterial karena stafilokokus piogenes menjadi penyebab
trakeobronkitis nekrotikans. Infeksi bakterial lain juga dapat
menimbulkan penyulit pada influenza.
5) Sindroma herpangina
Sindroam herpangina berupa vesikel-vesikel yang terdapat di mulut-
mulut dan faring. Vesikel ini kemudian dapat mengalami ulserasi
dengan tepi yang membengkak, disertai nyeri tenggorokan, nyeri
kepala dan panas badan. Penyebab sindroma herpangina adalah virus
coxsackie A dan umumnya menyerang anak-anak.
6) Sindroma laringotrakeobronkitis obstruktif akuta (croup
syndrome)
Pada anak-anak, gambaran klinik dari sindroma laringotrakeobronkitis
obstruktif akuta tampak gawat dan berat berupa batuk-batuk, sesak
napas yang disertai stridor inspirasi, sianosis serta gangguan-gangguan
sistemik lain.
Gejala awal sering ringan yaitu berupa sindroma korisa, kemudian
cepat memburuk berupa obstruksi jalan napas yang hebat dengan
penarikan-penarikan sela anatara iga toraks bagian bawah serta
penggunaan otot-otot napas bantu secara menonjol.
Penyebaab keadaan utama ini adalah virus parainfluenza, RSV,
adenovirus dan virus influenza. Pada umumnya gejala tersebut
menghilang dengan cepat, akan tetapi ada kalanya berkembang menjadi
kegagalan pernapasan yang memerlukan tindakan trakeostomi dengan
segera. Hal ini disebabkan oleh kuman Streptokukus hemolitikus dan
Stafilokukus. Pada keadaan gawat dapat diberikan dapat diberikan
antibodi ampisilin atau eritmosilin.
2.1.3 Tanda dan Gejala
ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran
pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema
mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta perubahan
struktur fungsi siliare (Muttaqin, 2008).
Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise
(lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut
cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan
bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang
oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat
pertolongan dan mengakibatkan kematian. (Nelson, 2003).
Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah:
1) Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1. Batuk
2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan
suara (misal pada waktu berbicara atau menangis).
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi
anak diraba.
2) Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala
dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur
kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada
anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung
pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas
dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji.
2. Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
3. Tenggorokan berwarna merah.
4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak.
5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
7. Pernafasan berbunyi menciut-ciut.

3) Gejala dari ISPA Berat


Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-
gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-
gejala sebagai berikut:
1. Bibir atau kulit membiru.
2. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada
waktu bernafas.
3. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
4. Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak
5. gelisah.
6. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
7. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
8. Tenggorokan berwarna merah

2.1.5 Penatalaksanaan
1) Non farmakologi
a) Memperbanyak minum
Memperbanyak minum sebanyak 8 gelas atau lebih dapat
menurunkan sekresi mukosa dan menggantikan kehilangan
cairan. Selain itu, minum air putih serta jus dilaporkan dapat
meningkatkan sistem imun.
b) Kompres hangat
Lakukan kompres hangat pada daerah wajah untuk membuat
pernapasan lebih nyaman, mengurangi kongesti, dan membuat
drainase lebih baik pada rhinosinusitis. Gunakan lap hangat atau
botol berisi air hangat yang diletakkan di atas wajah dan pipi
selama 5-10 menit sebanyak 3-4 kali dalam sehari jika
diperlukan.
c) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap
atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
d) Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi
berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika
muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusui tetap
diteruskan.
2) Farmakologi
a) Terapi Simptomatik
1) Dekongestan oral atau topikal dapat membantu
mengurangi keluhan pada pasien dengan rhinorrhea.
Sebaiknya dekongestan diberikan pada anak di atas 2
tahun karena efek sampingnya seperti gelisah, palpitasi,
dan takikardia. Dekongestan topikal seperti
fenilepinefrin atau oxymetazoline lebih banyak dipakai,
sebaiknya digunakan 3-4 hari saja untuk menghindari
efek rebound.
2) Antihistamin oral generasi satu dinilai memiliki efek
antikolinergik sehingga dapat digunakan untuk
mengurangi rhinorrhea dan bersin. Antihistamin yang
biasanya digunakan adalah chlorpheniramine maleate
atau diphenhydramine.
3) Guaifenesin adalah mukolitik yang berfungsi untuk
mengurangi sekresi nasofaring. Guaifenesin dinilai dapat
menurunkan sekresi dan meningkatkan drainase pada
pasien nasofaringitis atau rinosinusitis, namun bukti
klinisnya masih terbatas. Selain itu, codeine merupakan
obat yang sering digunakan pada pasien dengan keluhan
batuk. Codeine berperan sebagai antitusif yang bekerja
secara sentral
b) Antiviral
Pada pasien ISPA, antiviral biasanya tidak diperlukan. Antiviral
bisa dipakai pada pasien influenza yang terkonfirmasi atau jika
terjadi outbreak influenzae dimana manfaat lebih banyak
dibandingkan risiko. Antiviral diberikan pada pasien yang
berisiko tinggi mengalami perburukan gejala. Misalnya pada
pasien yang sedang hamil, bayi usia < 6 bulan, pasien usia > 65
tahun, pasien immunocompromised, dan pasien dengan morbid
obesitas. Regimen yang bisa digunakan adalah oseltamivir 2 x 75
mg hingga maksimal 10 hari.
c) Terapi antibiotik
Kebanyakan kasus ISPA disebabkan oleh virus, sehingga
penggunaan antibiotik tidak efektif dan hanya boleh digunakan
jika terdapat kecurigaan atau konfirmasi adanya infeksi bakteri.
2.1.6 Pencegahan
Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
1) Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik Dengan menjaga kesehatan gizi
yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit
yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum
air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup,
kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan
tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat,
sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke
tubuh kita.
2) Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun
orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh
kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang
disebabkan oleh virus / bakteri.
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa
menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik,dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan
sehat bagi manusia.
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/
bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit
ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit
penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya
berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun
bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran
pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang
di,udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa
atau disertai radang parenkim paru. Pada topik ini adalah dibahas ISPA yang
hanya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA yang hanya disebabkan oleh
moikroorganisme lain akan dibahas tersendiri pada topik pneunomia.
3.2 Saran
Diharapkan melalui makalah ini mahasiswa lebih dapat memahami tentang
infeksi saluran napas akut.

DAFTAR PUSTAKA

Alsagafh, Hood. & Mukty, Abdul. 2002. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya. Airlangga University Press.
Makalah ISPA. pdf

Anda mungkin juga menyukai