B. Pembahasan Nyamuk Aedes sp ini memiliki ciri khusus ditandai dengan pita atau garis-garis putih yang ada di sekujur tubuhnya yang berwarna dasar hitam. Ukuran nyamuk ini berkisaran sekitar 3-4 mm dengan ring putih pada bagian kaki. Pada bagian punggung tubuh terdapat dua garis yang melengkung vertical yaitu pada bagian kiri dan bagian kanan yang menjadi ciri-ciri dari spesies ini. Pada umumnya, sisik tubuh nyamuk mudah rontok atau lepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini sering berbeda antar populasi, tergantung pada kondisi dilingkungan dan juga nutrisi yang di dapat nyamuk selama masa perkembangan. (Susanti dan Suharyo. 2017) Aedes sp merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue dan penyakit demam berdarah serta virus yellow fever atau cikungunya. Aktif pada pagi dan siang hari, hanya nyamuk betina yang menghisap darah dan digunakan untuk perkembangbiakan. Nyamuk betina memiliki kepala dengan antena berambut sedikit dan berkelompok. Palpus maksilarisnya pendek dari probosus. Sedangkan Aedes sp jantan memperoleh dari energi nektar bunga ataupun tumbuhan. Aedes sp jantan memiliki kepala dengan antenna berambut panjang dan lebat. Palpus maksilarisnya sama panjang dengan probosi namun tidak memiliki cerci. (Endah dan Sihite, 2015) Morfologi nyamuk Anopheles sp jantan yaitu terdapat probosis atau alat penghisap yang berada diposisi tengah kepala atau diantara palpus maksilaris, diujungnya terdapat labella, bentuknya seperti ujung tombak. Bentuk khas pada Anopheles sp jantan yaitu pada ujung palpus maksilaris mengalami perbesaran dan antena berambut lebat. Sedangkan pada Anopheles sp betina terdapat proboscis atau alat penghisap yang berada diposisi tengah kepala atau diantara palpus maksilaris, diujung proboscis terdapat labella, bentuknya seperti ujung tombak. Bentuk khas pada Anopheles sp betina yaitu pada ujung palpus maksilaris tidak mengalami perbesaran dan pendek, dan pada antena berambut jarang. (Sutanto, 2013) Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria, didunia kurang lebih 460 spesies yang sudah diketahui, 100 diantaranya mempunyai kemampuan menularkan malaria dan 30-40 merupakan host dari parasite plasmodium yang merupakan penyebab penyakit malaria. Indonesia sendiri terdapar 23 spesies nyamuk Anopheles sp yang mampu menularkan penyakit malaria. (Prabowo, 2004) Nyamuk Culex sp dewasa memiliki tubuh langsing dengan tiga bagian yaitu kepala, thorax dan abdomen. Kepala nyamuk Culex sp berbentuk oval, memiliki satu probosis dan dua palpus maksilaris. Kepala nyamuk memiliki satu pasang mata holoptic untuk nyamuk jantan dan mata dichoptic untuk nyamuk betina serta satu pasang antenna nyamuk betina berambut jarang. Pada stadium dewasa palpus maksilaris nyamuk jantan setinggi probosis dan ujungnya tidak menebal. Nyamuk betina mempunyai palpus yang lebih pendek dari pada probosis. (Soebaktiningsih, 2015) Nyamuk jenis Culex sp merupakan salah satu jenis nyamuk pembawa vektor penyakit filariasis. Daerah tropis terutama Indonesia merupakan salah satu tempat penyebaran penyakit filariasis oleh nyamuk Culex sp. Selain dapat menularkan penyakit nyamuk Culex sp juga mengganggu dengan dengungan dan gigitan. Nyamuk Culex sp aktif pada malam hari dengan jarak terbang maksimum 5 km dari tempat perindukan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjangkitnya penyakit filariasis, terutama adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang meliputi kurangnya pencahayaan sangat berpengaruh untuk nyamuk berkembangbiak dan menularkan virus penyakit filariasis. (Inelsa dan Daesusi, 2018) Upaya pencegahan penyakit dari ketiga vektor diatas dapat dilakukan dengan melakukan perlindungan diri dan menghindari resiko penularan dengan cara membersihkan tempat-tempat perindukan nyamuk, menutup barang-barang bekas, menguras tempat- tempat penampungan air, penyemprotan massal (fogging), menggunakan pelindungan diri misalnya dengan menggunakan pakaian berlengan Panjang pada malam hari, menggunakan obat anti nyamuk, dan menggunakan obat nyamuk bakar maupun semprot atau mengolesi kulit dengan bodylotion anti nyamuk. (Inelsa dan Daesusi, 2018) C. Daftar Pustaka Susanti dan Suharyo. 2017. Hubungan Lingkungan Fisik dengan Keberadaan Jentik Aedes pada Area Bervegetasi Pohon Pisang. Unnes Journal of Public Health, Vol.4, No.6, Hal.271-276. Endah, N dan Sihite, R.A. 2015. Perbedaan Respon Aedes aegypti (Linnaeus) (Diptera:Culicidae), terhadap Paparan Anti Nyamuk Bakar dan Bunga Keluwih (Artocarous camansi, Blanco). Jurnal Entomologi Indonesia, Vol.12, No.1, Hal.20- 30. Sutanto. 2013. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: FK Universitas Indonesia. Prabowo, A dan Tety R. 2004. Malaria Mencegah dan Mengatasinya. Jakarta: Puspa Swara. Soebaktiningsih. 2015. Genus Anopheles. Diktat Kedokteran Entomologi. Malang: Laboratorium Parasitologi UMM. Inelsa, H dan Daesusi, R. 2018. Uji Efektivitas Liquid Elektrik Ekstrak Daun Kenir (Cosmos Caudatus) Terhadap Aktivitas Nyamuk Culex sp. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi, Vol.6, No.2, Hal.31-41.