Anda di halaman 1dari 22

TM PBL SK COVID19 Aulia Najmi YF (1102019242)

Kelompok B17
1. MM CORONA VIRUS

1.1. DEFINISI

Sekumpulan virus dari subfamili Orthocoronavirinae dalam keluarga Coronaviridae dan


ordo Nidovirales.(International Committee on Taxonomy of Viruses, 2010) Kelompok virus ini
dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia (termasuk manusia). Corona " berasal
dari bahasa Latin yang artinya crown atau mahkota. Coronavirus adalah virus yang berbentuk
bulat dan berdiameter sekitar 100-120 nm. (LIPI, 2003). Keluarga virus RNA untai positif dan
terbungkus yang menginfeksi amfibi , burung , dan mamalia . Kelompok tersebut termasuk
subfamili Letovirinae dan Orthocoronavirinae ; anggota yang terakhir dikenal sebagai
coronavirus.

1.2. KLASIFIKASI

Riboviria

Orthornavirae

Pisuviricota Coronaviridae
Pisoniviricetes
Letovirinae
Alphaletovirus
Nidovirales Milecovirus
Microhyla letovirus 1

Cornidovirineae

Orthocoronavirinae
Coronaviridae Alphacoronavirus
Betacoronavirus
Deltacoronavirus
Gammacoronavirus
Orthocoronavirinae
(ICTV,2019)
1.3. MORFOLOGI

Bentuk bulat dengan protein spike (S) yang menonjol dari permukaan partikel virus (virion)

berselubung dengan selubung lipid bilayer yang berasal dari membran sel inang
Diameter 50-200nm
Struktur protein spike (S), protein membrane (M), protein envelope (E), dan protein
nucleocapsid (N) serta protein hemaglutinin esterase (HE) yang terdapat pada
beberapa jenis Betacoronavirus.

Protein S, M, dan E melekat pada selubung lipid bilayer, sedangkan protein N


berinteraksi dengan RNA dan berlokasi di inti partikel virus yang kemudian akan
membentuk nucleocapsid
Materi Genetik RNA rantai tunggal
Protein S merupakan protein terglikosilasi kuat yang membentuk spike
homotrimerik pada permukaan virus dan menjadi perantara untuk virus masuk ke
dalam sel inang.

Protein S pada virus SARSCoV-2 membentuk domain S1 dan S2. Protein S tetap utuh
pada partikel virus dan hanya membelah dalam vesikel endocytic selama proses
masuknya virus ke dalam sel inang
(BioTrends, 2020)
Perbandingan Morfologi avian infectious bronchitis virus strain Connecticut (IBV Conn), human
coronavirus strain 229E (HCV 229E) and mouse hepatitis virus strain 3 (MI-IV3).

(Macnaugiton & David, 1979)

1.4. FAKTOR VIRULENSI

Dua pertiga genom SARS-CoV-2 meliputi gen orf1ab penyandi orf1abpolyprotein,


sedangkan sepertiga genom virus terdiri dari gen penyandi protein struktural S, E, M, dan N.
Menurut Li et al. (2005) dan Oostra et al. (2007), ada enam protein struktural tambahan yang
disandi oleh gen ORF3a, ORF6, ORF7a, ORF7b, dan ORF8 pada SARS-CoV-2. Perbandingan antara
genom SARS-CoV-2 dan SARS-CoV menggunakan analisis zpicture memperlihatkan adanya
homologi yang tinggi pada level nukleotida (Xu et al., 2020).
Ada enam daerah (region) yang berbeda (RD) dalam sekuen kedua virus Korona tersebut
yang dinamai berdasarkan urutan penemuannya. Region RD1, RD2, dan RD3 (448nt, 55nt, dan
278nt) merupakan bagian sekuens pengkode gen orf lab. Region RD4 dan RD5 (315nt dan 80nt)
adalah bagian sekuens pengkode gen S. Region RD6 (214nt) adalah bagian dari sekuens
pengkode gen orf7b dan orf8. Keseluruhan region tersebut dapat dijadikan penanda molekuler
baru untuk identifikasi jenis virus baru dan juga untuk pengembangan obat antivirus baru
sebagai bentuk penanganan terhadap infeksi SARS-CoV-2 (COVID-19).

Replikasi Coronavirus
2. MM COVID-19

2.1. DEFINISI COVID-19

COVID-19 yang merupakan singkatan dari Coronavirus Disease 2019. COVID-19


disebabkan oleh virus Korona jenis baru, yakni virus 2019-nCoV, yang kini dikenal dengan
sebutan virus SARS-CoV-2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2) (WHO, 2020).

2.2. EPIDEMIOLOGI COVID-19

Global
kasus konfirmasi kasus meninggal angka kematian

49.578.590 1.245.717 2,5%


negara terjangkit negara transmisi lokal

217 179
Asia Tenggara
kasus konfirmasi kasus meninggal angka kematian

9.641.945 149.326 1,5%


Indonesia
kasus dg spesimen
kasus negatif
diperiksa

3.080.718 2.643.002 (85,8%)

kasus konfirmasi kasus meninggal angka kematian

437.716 (+3880) 14.614 3,3%

kasus sembuh kasus aktif


368.298 (84,1%) 54.804 (12,5%)
kasus suspek kab kota terdampak transmisi lokal

57.043 503 306


2.3. ETIOLOGI COVID-19

COVID-19 ini adalah karena virus SARS-Cov2 yang menular melalui droplet penderita
dapat secara langsung dari manusia ke manusia, hewan ke manusia, dan yang tidak secara
langsung yaitu melalui perantara droplet menempel ke permukaan benda.

2.4 PATOFISIOLOGI COVID-19

Awalnya terdapat interaksi protein spike virus dengan sel manusia. Setelah memasuki
sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang mambantu adaptasi
severe acute respiratory syndrome virus corona 2 pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen,
insersi gen, atau delesi, akan menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak di
kemudian hari.

SARS-CoV-2 menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) pada


traktus respiratori bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor masuk. Glikoprotein
spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada pernukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki
fungsi sebagai pengatur receptor binding domain (RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi
dalam fusi membran antara sel virus dan sel inang.

Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma sel inang.
RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan membentuk kompleks
replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA
yang mengodekan pembentukan protein struktural dan tambahan.

Kemudian gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein


nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus. Virion kemudian
akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi melalui eksositosis.
Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal, dan limfosit
T, dan traktus respiratori bawah, yang kemudian menyebakan gejala pada pasien.
2.5. MANIFESTASI KLINIS COVID-19
2.7. TATALAKSANA COVID-19

2.7.1. FARMAKOLOGI

Gejala Ringan :

 Vitamin C : seperti gejala ringan


 Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5 hari) ATAU Hidroksiklorokuin (sediaan
yg ada 200 mg) 400 mg/24 jam/oral (untuk 5 hari)
 Azitromisin 500 mg/24 jam/oral (untuk 5 hari) dengan alternatif Levofloxacin 750
mg/24 jam (5 hari)
 Obat batuk N-Asetil sistein 200 mg/8 jam/oral (5 hari), dengan alternatif antitusif
(DMP,GG,Difenhidramin) 1 tablet/8 jam/oral (3-5 hari)
 Curcuma 1 tablet/12 jam/oral (10 hari)
 Parasetamol jika demam
 Bila diperlukan dapat diberikan Antivirus : Oseltamivir 75 mg/12 jam/oral ATAU
Favipiravir (Avigan) 600mg/12 jam / oral (untuk 5 hari)
Gejala Sedang
 Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan
secara drips Intravena (IV) selama perawatan
 Diberikan terapi farmakologis berikut:
o Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari) atau Hidroksiklorokuin
(sediaan yg ada 200 mg) hari pertama 400 mg/12 jam/oral, selanjutnya 400
mg/24 jam/oral (untuk 5-7 hari)
o Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau sebagai
alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada infeksi bakteri:
dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari).
o Salah satu antivirus berikut :
 Oseltamivir 75 mg/12 jam oral selama 5-7 hari Atau
 Kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2 x 400/100mg selama 10
hari Atau
 Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12
jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) Atau
 Remdesivir 200 mg IV drip/3jam dilanjutkan 1x100 mg IV drip/3 jam
selama 9 – 13 hari
 Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
 Pengobatan simptomatis (Parasetamol dan lain-lain).
 Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada

Gejala Berat

 Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan
secara drips Intravena (IV) selama perawatan
 Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
 Klorokuin fosfat, 500 mg/12 jam/oral (hari ke 1-3) dilanjutkan 250 mg/12 jam/oral
(hari ke 4-10) atau 18 Pedoman Tatalaksana COVID-19 Hidroksiklorokuin dosis 400
mg /24 jam/oral (untuk 5 hari), setiap 3 hari kontrol EKG
 Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau sebagai
alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada infeksi bakteri: dosis 750
mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari).
 Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena ko-infeksi bakteri,
pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus infeksi dan faktor
risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur darah harus dikerjakan dan
pemeriksaan kultur sputum (dengan kehati-hatian khusus) patut dipertimbangkan.
 Antivirus :
o Oseltamivir 75 mg/12 jam oral selama 5-7 hari Atau
o Kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2 x 400/100mg selama
10 hari Atau
o Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12
jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) Atau
o Remdesivir 200 mg IV drip/3jam dilanjutkan 1x100 mg IV drip/3
jam selama 9 – 13 hari
 Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP (lihat halaman 56-64)
 Deksametason dengan dosis 6 mg/ 24 jam selama 10 hari atau kortikosteroid lain
yang setara seperti hidrokortison pada kasus berat yang mendapat terapi oksigen
atau kasus berat dengan ventilator.
 Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
 Apabila terjadi syok, lakukan tatalaksana syok sesuai pedoman tatalaksana syok
yang sudah ada
 Obat suportif lainnya dapat diberikan sesuai indikasi
 Pertimbangkan untuk diberikan terapi tambahan, sesuai dengan kondisi klinis
pasien dan ketersediaan di Pedoman Tatalaksana COVID-19 19 fasilitas pelayanan
kesehatan masing-masing apabila terapi standard tidak memberikan respons
perbaikan. Pemberian dengan pertimbangan hati-hati dan melalui diskusi dengan
tim COVID-19 rumah sakit. Contohnya anti-IL 6 (tocilizumab), plasma konvalesen,
IVIG atau Mesenchymal Stem Cell (MSCs) / Sel Punca dan lainlain (poin 7 halaman
24 sampai 34). Secara jelas dapat dilihat pada algoritme di gambar 4.

2.7.2. NONFARMAKOLOGI

 Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi tanpa gejala.
 Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi/terapi cairan,
oksigen
 Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan hitung jenis, bila
memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati dan foto toraks
secara berkala.
 Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi (terapi
cairan), dan oksigen
 Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap beriku dengan hitung jenis, bila
memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, Hemostasis,
LDH, D-dimer.
 Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
 Tatalaksana setting ventilator pada COVID-19 sama seperti protokol ventilator
ARDS dimana dilakukan Tidal volume < 8 mL/kg, Pplateau < 30 cmH2O, titrasi PEEP
dan Recruitment Maneuver, serta target driving pressure yang rendah.
 Terapi oksigen:
o NRM : 15 liter per menit, lalu titrasi sesuai SpO2 - HFNC (High Flow
Nasal Canulla), FiO2 100% lalu titrasi sesuai SpO2
o Tenaga kesehatan harus menggunakan respirator (PAPR, N95).
o Lakukan pemberian HFNC selama 1 jam, kemudian lakukan evaluasi. Jika
pasien mengalami perbaikan dan mencapai kriteria ventilasi aman
(indeks ROX >4.88 pada jam ke2, 6, dan 12 menandakan bahwa pasien
tidak membutuhkan ventilasi invasif, sementara ROX < 8 mL/kg,
Pplateau < 30 cmH2O, titrasi PEEP dan Recruitment Maneuver, serta
target driving pressure yang rendah.
 Monitor tanda-tanda sebagai berikut;
o Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min,
o Saturasi Oksigen dengan pulse oximetry ≤93% (di jari),
o PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg, - Peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan
area paru-paru pada pencitraan thoraks dalam 24-48 jam,
o Limfopenia progresif, - Peningkatan CRP progresif, - Asidosis laktat
progresif.
 Monitor keadaan kritis
o Gagal napas yg membutuhkan ventilasi mekanik, syok atau gagal
multiorgan yang memerlukan perawatan ICU.
o Bila terjadi gagal napas disertai ARDS pertimbangkan penggunaan
ventilator mekanik (alur gambar 1) 14 Pedoman Tatalaksana COVID-19 -
3 langkah yang penting dalam pencegahan perburukan penyakit, yaitu
sebagai berikut
o o Gunakan high flow nasal cannula (HFNC) atau non-invasive mechanical
ventilation (NIV) pada pasien dengan ARDS atau efusi paru luas. HFNC
lebih disarankan dibandingkan NIV. (alur gambar 1)
o Pembatasan resusitasi cairan, terutama pada pasien dengan edema
paru.
o Posisikan pasien sadar dalam posisi tengkurap (awake prone position).

2.7.3. TATALAKSANA OTG

Kelompok pertama merupakan orang yang tidak memilki gejala, namun memiliki
riwayat kontak erat dengan orang yang positif COVID-19 yang disebut Orang Tanpa
Gejala (OTG). Kelompok ini akan melalui pemeriksaan RT antibodi, jika pemeriksaan
pertama menunjukkan hasil:

a. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri dengan


menerapkan PHBS dan physical distancing; pemeriksaan ulang pada hari ke
10. Jika hasil pemeriksaan ulang positif, maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, apabila
tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR.
b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri dengan
menerapkan PHBS dan physical distancing; Pada kelompok ini juga akan
dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari
berturut-turut, apabila tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR

2.7.4. TATALAKSANA ODP

Kelompok kedua merupakan orang yang terklasifikasi sebagai Orang Dalam


Pemantauan (ODP). Kelompok ini akan melalui pemeriksaan RT antibodi dan jika
pemeriksaan pertama menunjukkan hasil:

a. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah dengan


menerapkan PHBS dan physical distancing; pemeriksaan ulang pada hari ke
10. Jika hasil pemeriksaan ulang positif, maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, apabila
tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR.
b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah dengan
menerapkan PHBS dan physical distancing; Pada kelompok ini juga akan
dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari
berturut-turut, apabila tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR

2.7.5. TATALAKSANA ORANG TERKONFIRMASI

Pasien dengan hasil pemeriksaan RT antibodi positif yang dirawat di Rumah


Sakit akan diberikan obat sebagai berikut, sampai hasil pemeriksaan spesifik terbukti
negatif:

1. Antibiotik empiris
a. Makrolide yaitu, azitromicin 1x500 mg selama 5-7 hari atau,
b. Fluoroquinolone yaitu, Levofloxacin 1x750mg selama 7 hari
2. Antivirus
3. Vitamin C dosis tinggi selama 14 hari
4. Chloroquine phosphate dapat ditambahkan pada pasien dengan kondisi
berat
5. Terapi simptomatik sesuai dengan gejala
6. Hepatoprotektor bila SGOT dan SGPT meningkat
7. Obat-obat lain sesuai penyakit penyerta

Pasien dengan hasil pemeriksaan positif yang dirawat di rumah dan di fasilitas
khusus/ RS darurat maka obat diberikan secara oral. Dilarang menggunakan
kortikosteroid, kecuali pada kasus dengan komorbid tertentu. Untuk pasien anak dosis
obat disesuaikan.

2.8. KOMPLIKASI COVID-19 (MORBIT)

Komplikasi
Pneumonia berat Sepsis Syok sepsis

Multiorgan
Gagal napas Dysfunction Kematian
Syndrome (MODS)

Komorbid
Diaetes Mellitus
Diabetes Mellitus Tipe 1 Penyakit terkait Penyakit terkait
Diabetes Mellitus Tipe 2 Penyakit Ginjal
Glucocorticoid-associated
Geriatri Autoimun
diabetes

ST Segment Elevation Non-ST-segment Penyakit Paru


Myocardial Infarction Elevation Myocardial Hipertensi Obstruktif Kronik
(STEMI) Infarction (NSTEMI) (PPOK)

Penyakit kronis lain


yang diperberat oleh
Tuberculosis
kondisi penyakit
COVID-19

2.9. PENCEGAHAN COVID-19

M enjaga kebersihan tangan dan m encuci tangan 6 langkah sesuai standar W HO

Etika batuk dan bersin

Ketika m em iliki gejala saluran napas, gunakan m asker dan berobat ke fasilitas layanan
kesehatan.

H indari bepergian ke daerah outbreak, hindari m enyentuh hew an atau burung serta
m engunjungi peternakan atau pasar hew an hidup.

Hindari kontak dekat dengan pasien yang m em iliki gejala infeksi saluran napas.

M enjaga kesehatan dan im unitas dengan m engontrol asupan gizi

2.10 PROGNOSIS COVID-19


rumah sakit
Peningkatan kasus kewalahan dengan laju mortalitas
yang cepat beban pasien yang meningkat
tinggi.

kera yang sembuh tidak dapat


terkena COVID-19, tetapi telah ada
perbaikan eosinofil pada pasien
laporan yang menemukan pasien
yang awalnya eosinofil rendah Reinfeksi pasien yang sudah
kembali positif rRT-PCR dalam 5-13
diduga dapat menjadi prediktor sembuh masih kontroversial.
hari setelah negatif dua kali
kesembuhan.
berturut-turut dan dipulangkan dari
rumah sakit.

Peneliti lain juga melaporkan


kemungkinan reinfeksi atau hasil
deteksi SARS-CoV-2 di feses pada
negatif palsu pada rRT-PCR saat
pasien yang sudah negatif
dipulangkan.
berdasarkan swab orofaring.

3. MM. CARA MENDIAGNOSIS COVID19

3.1. ANAMNESIS

Pasien Pneumonia COVID-19,


Riwayat kontak dengan pasien
SARI dan surveilans kasus
konfirmasi atau probabel
COVID-19 dengan gejala yaitu:
COVID-19 dalam 14 hari
Demam, Batuk, Pilek, Nyeri
terakhir sebelum timbul gejala
tenggorokan, Anosmia

Riwayat perjalanan atau tinggal Riwayat perjalanan atau tinggal


di luar negeri yang melaporkan di area transmisi lokal COVID
transmisi lokal dalam 14 hari -19 di Indonesia dalam 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala terakhir sebelum timbul gejala

3.2. PEMERIKSAAN FISIK


Tanda vital
frekuensi nadi meningkat,
Kesadaran kompos mentis atau frekuensi napas meningkat,
penurunan kesadaran yang tidak tekanan darah normal atau menurun,
membutuhkan ventilator suhu tubuh meningkat > 38oC

Pemeriksaan fisis paru


didapatkan inspeksi dapat tidak
simetris statis dan dinamis,
Dapat disertai retraksi otot
fremitus mengeras, redup pada
pernapasan
daerah konsolidasi, suara napas
bronkovesikuler atau bronkial,
ronki kasar

3.3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah
Pemeriksaan swab orofaringeal,
nasofaringeal dan aspirat Darah perifer lengkap
Analisis gas darah
Pemeriksaan radiologi: foto saluran napas bawah seperti
Fungsi hepar
toraks sputum untuk RT-PCR virus, Fungsi ginjal
sequencing bila tersedia Gula darah sewaktu
(COVID-19). Elektrolit

Biakan mikroorganisme dan uji


kepekaan dari bahan saluran
Prokalsitonin (bila dicurigai
Asam laktat serum napas (sputum, bilasan
bakterialis)
bronkus, cairan pleura) dan
darah

4. MM KRITERIA PEMULANGAN PASIEN COVID-19

Kondisi klinis dan


Hasil RT-PCR negatif
pemeriksaan melakukan mengatur asupan
sebanyak dua kali
penunjang karantina mandiri gizi
berturut-turut.
membaik.

5. MM APD PADA PETUGAS KESEHATAN


6. MM PANDANGAN ISLAM MENGENAI ISOLASI MANDIRI SAAT PANDEMI COVID-19

Diriwayatkan dari Ibu Aisyah ra. yang bertanya kepada Rasulullah saw mengenai tha’un. Beliau
bersabda, “Tha’un itu [aslinya] adalah azab [bencana] dari Allah yang dikirim kepada siapapun yang Dia
kehendaki. Kemudian, Allah [mengubahnya] menjadi rahmat untuk orang-orang beriman. Karena itu,
tidak seorang pun yang ketika [diduga] terinfeksi tha’un lalu berdiam diri dalam rumah (mengisolasi diri)
dengan penuh kesabaran dan pengharapan rida Allah, dan dia yakin bahwa apa yang menimpanya itu
adalah telah menjadi ketetapan Allah untuknya, maka dia dijamin berhak mendapatkan [pahala yang]
setara dengan pahala orang yang mati syahid. (HR. Ahmad)

Usamah bin Zaid ra. pernah ditanya oleli Sa’ad bin Waqqasli ra. Mengenai thaun, niaka beliau berkata
bahwa Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda

Artinya:
“Thaun adalah adzab yang dikirimkan kepada kaum dan Bani Israil atau kepada kaum sebelum kalian.
maka jika kalian mendengar wabah itu berjangkit di suatu negeri janganlah kalian memasukinya. dan jika
wabah itu menjangkiti suatu negeri sedang kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar
darinya”.4

Abdurahman bin Auf ra. berkata bahwa saya pernah mendengar Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam
bersabda

Artinya:
jika kalian mendengar ja menjangkiti suatu negeri maka janganlah kalian memasukinya, dan jika dia
menjangkiti suatu negeri sedang kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar darinya. Dia
adalah thoun .

Dan ‘Amr bin Asy-Syanid dani bapaknya. beliau berkata:


Artinya:

"Dahulu ada utusan dan Tsaqif ada yang terkena kusta. Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengirim
pesan. Sungguh kami telah menerima baiat Anda (tidak perlu bersalaman). maka pulanglah.

Anda mungkin juga menyukai