Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ZAKAT SEBAGAI SUMBER PENGELUARAN KEUANGAN NEGARA


(Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keuangan Syariah)

Dosen Pembimbing : FUADI,


SE., MSM

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4

1. Rezki Muliana (180440059)


2. Rini Rizkia (180440061)
3. Zikra Impianti (180440060)
4. Mulya Fahmi (180440056)
5. Alfaid Williandi (180440057)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

1
2021

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan Rahmat dan hidayah-Nya semoga senantiasa di limpahkan Kepada
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta para pengikutnya
yang setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa kami bersyukur atas tersusunnya
makalah ini.

Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Fuadi, SE.,
MSM selaku dosen pengampu yang telah memberikan kami kesempatan untuk
membahas Makalah yang berjudul “Zakat Sebagai Sumber Pengeluaran
Keuangan Negara”.

Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya
ilmu pengetahuan kita semua dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keuangan
Publik Syariah

Semoga makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta


pengetahuaan kita semua. Dengan demikian, kami menyadari masih banyak
kekurangan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, bahasa
serta isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima atas segala kritikan dan saran
positif dari para pembaca. Apabila di dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalam,

Lhokseumawe, 1 April 2021

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2

BAB II STUDI PUSTAKA............................................................................. 3

A. Definisi Keuangan Negara.................................................................... 3


B. Definisi Zakat....................................................................................... 3
C. Tujuan Zakat berdasarkan Sudut Pandang Sistem Ekonomi Pasar….. 3
D. Pentingnya Zakat Sebagai Sumber Pengeluaran Keuangan Negara .... 4
E. Zakat dikelola oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan Perundangan.. 8
F. Mekanisme Pengelolaan Zakat Menjadi Pendapatan Negara............... 8
G. Alternatif Pengelolaan Dana Zakat....................................................... 9

BAB III RANGKUMAN................................................................................ 15

A. Kesimpulan................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Zakat yaitu suatu kewajiban bagi setiap umat Islam dalam melaksanakan
ibadahnya. Di Indonesia hingga saat ini, pengelolaan zakat tidak menjadi bagian
dari keuangan negara. Sementara itu, zakat memiliki potensi besar dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Maka dengan adanya makalah ini, kami
ingin membahas mengenai kemungkinan adanya ruang bagi zakat untuk dapat
menjadi bagian dari keuangan negara yang di tinjau dari regulasi (peraturan
perundang-undangan) yang ada. Pembahasan dilakukan dengan menganalisis dan
menghubungkan antara ketentuan dalam peraturan perundangan yang terkait.
Hasil dari pembahasan ini menunjukkan adanya peraturan perundang-undangan di
bidang keuangan negara membuka ruang bagi masuknya zakat sebagai bagian
keuangan negara. Dan bahkan peraturan perundang-undangan yang ada sudah
memberikan panduan seperti apa itu mekanisme yang dapat di jalankan apabila
kebijakan masuknya zakat dalam keuangan negara di ambil oleh Pemerintah.
Zakat memberikan suatu karakter unik dalam struktur sosio-ekonomi negara
Islam, karena pembayarannya tidak hanya memenuhi kebutuhan ekonomi, tetapi
menjadi kewajiban keagamaan dan menjadi sarana penyucian spiritual. (Subekan,
2017)

Negara Indonesia didirikan oleh semua komponen bangsa termasuk umat


Islam yang merupakan penduduk mayoritas. Sebagai sebuah organisasi yang
disepakati oleh semua pihak, negara dilengkapi dengan kekuasaan untuk
melakukan pungutan terhadap rakyatnya untuk membiayai operasional negara.
Pembentukan pemerintahan oleh semua komponen bangsa yang didominasi oleh
umat Islam memungkinkan negara memiliki legitimasi yang jauh lebih kuat dalam
melakukan pungutan zakat apabila dibandingkan dengan amil zakat yang dibentuk
oleh masyarakat. Keuangan negara menjadikan pungutan terhadap rakyat sebagai
sumber utama pendapatan negara. Hingga saat ini, pendapatan negara tersebut

4
dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) pendapatan pajak, 2) Penerimaan Negara Bukan
Pajak atau PNBP, dan 3) hibah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan zakat sebagai sumber pengeluara keuangan
negara ?
2. Bagaimanakah proses pendistribusian zakat yang dikelola oleh pemerintah
berdasarkan peraturan perundangan yang ada ?
3. Apakah dengan adanya peraturan perundang-undangan tentang zakat dapat
memberikan model panduan mekanisme pengelolaan zakat yang baik
terhadap kesejahteraan masyarakat ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian zakat sebagai sumber pengeluara keuangan
negara
2. Untuk mengetahui proses pendistribusian zakat yang dikelola oleh
pemerintah berdasarkan peraturan perundangan yang ada
3. Untuk mengetahui dengan adanya peraturan perundang-undangan tentang
zakat dapat memberikan model panduan mekanisme pengelolaan zakat yang
baik terhadap kesejahteraan masyarakat

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Keuangan Negara


Sesuai dengan yang ditetapkan dalam Undang-Undang nomor 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara. Pasal 1 undang-undang menyebutkan bahwa
“Keuangan Negara adalah hak dan kewajiban negara yang dapat di nilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik itu berupa uang maupun berupa suatu barang yang
dapat di jadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.” (Safitri et al., 2019)

B. Definisi Zakat
Menurut beberapa pendapat yaitu :
1. Pemikir ekonomi Islam kontemporer mendefinisikan zakat sebagai harta
yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat berwenang, kepada
masyarakat umum atau individu yang bersifat mengikat, tanpa mendapat
imbalan tertentu yang dilakukan oleh pemerintah dengan kemampuan
pemilik harta, yang dialokasikan guna memenuhi kebutuhan kedelapan
golongan yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an, serta untuk memenuhi
tuntutan politik bagi keuangan Islam.
2. Zakat dalam Pasal 1 Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 didefinisikan
sebagai “harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan
usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan
syariat Islam.”
Dalam defnisi zakat di atas tidak disebutkan bahwa pihak yang menjadi
perantara sampainya zakat dari muzaki kepada mustahik. Berdasarkan
undang-undang tentang pengelolaan zakat tersebut, pengelola zakat
dibedakan menjadi dua yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ). BAZ didirikan oleh Pemerintah. Untuk tingkatan nasional di

6
bentuknya BAZNAS oleh Presiden, bahkan rekruitmen keanggotaannya
melibatkan DPR. (Wiwik, 2018)

C. Tujuan Zakat berdasarkan sudut pandang sistem ekonomi pasar


Tujuan utama dari adanya kegiatan zakat itu berdasarkan sudut pandang dari
sistem ekonomi pasar adalah menciptakan distribusi pendapatan menjadi lebih
merata. Selain untuk tujuan distribusi, maka dari itu, analisis kebijakan fiskal
dalam sistem ekonomi pasar di lakukan untuk melihat bagaimana dampak dari
zakat terhadap kegiatan alokasi sumber daya ekonomi dan stabilisasi kegiatan
ekonomi. (Ibrahim, 2011)

D. Pentingnya Zakat Sebagai Sumber Pengeluaran Keuangan Negara


Pengeluaran zakat adalah pengeluaran minimal untuk membuat distribusi
pendapatan menjadi lebih merata (necessary condition but not suffcient), tetapi
belum optimal. Oleh karena itu, diperlukan pengeluaran - pengeluaran lain yang
melengkapi pengeluaran zakat tersebut seperti sadaqah, wakaf sedemikian rupa,
sehingga dampaknya terhadap distribusi pendapatan menjadi optimal. Oleh karena
itu, pengeluaran zakat diberlakukan kepada orang-orang tertentu yang memiliki
nilai surplus dari kepemilikan hartanya, dan diberikan kepada orang-orang
tertentu pula. Hal ini menunjukkan adanya perlakuan khusus dalam pengeluaran
zakat.(Saad et al., 2016)

Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan dampak kegiatan zakat didalam


suatu perekonomian saat ini belum banyak berkembang, dikarenakan unsur zakat
dalam sistem ekonomi konvensional bukan merupakan suatu variabel utama
dalam struktur teori yang ada. Dalam struktur ekonomi konvensional, unsur utama
dari adanya kebijakan fiskal adalah unsur-unsur yang berasal dari berbagai jenis
pajak sebagai sumber penerimaan pemerintah dan unsur-unsur yang berkaitan
dengan variabel pengeluaran pemerintah. Tidak ada unsur zakat dalam data
Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah (APBN), karena kegiatan zakat
belum masuk dalam catatan statistik resmi pemerintah. Pelaksanaan zakat selama
ini lebih masuk dalam kegiatan masyarakat yang mau menyucikan hartanya. Oleh

7
karena nya di perlukan berbagai macam penelitian berkaitan dengan dampak
alokasi, distribusi dan stabilisasi kegiatan zakat sebagai unsur kebijakan fiskal
dalam sistem ekonomi Islam.

Tidak seperti kebijakan fiskal konvensional, dimana suatu pemerintahan


dapat memengaruhi kegiatan perekonomian melalui insentif dalam tarif pajak
maupun besarnya ‘tax base’ dari suatu kegiatan perekonomian, maka dalam
sistem zakat, segala ketentuan tentang besarnya ‘tarif’ zakat sudah ditentukan
berdasarkan petunjuk dari Rasulullah SAW. Dengan kemudian, kebijakan zakat
sangat berbeda dari kebijakan perpajakan. Konsep fiqih zakat menyebutkan
bahwa suatu sistem zakat yang berusaha untuk mempertemukan pihak surplus
Muslim dengan pihak defisit Muslim. Hal tersebut dengan harapan tidak adanya
kejadian terhadap proyeksi pemerataan pendapatan antara surplus dan defisit
Muslim atau bahkan menjadikan kelompok yang defisit (mustahiq) menjadi
surplus (muzakki). Pengumpulan, penyaluran dan potensi zakat (termasuk infak
dan sedekah) sebagai instrumen pemberantasan kemiskinan, akhir-akhir ini sudah
menjadi keunggulan dalam menyoroti kajian multi dimensi dalam khasanah
literatur ekonomi Islam. Nyatanya zakat sebagai suatu teori, sudah banyak di
eksplorasi oleh para ahli intelektual Muslim yang perhatian terhadap
pembangunan juga keuangan publik. Menurut Abu Ubaid, pendapatan shadaqah
merupakan unsur paling penting dari sistem pendapatan Islam. Ia meliputi zakat
yang dipungut dari kekayaan kaum Muslim dan bea cukai yang dipungut dari para
pedagang Muslim sesuai dengan barang dagangan yang melintasi pos-pos pabean.
(Furqan & Fahmi, 2018)

Zakat adalah termasuk komponen utama dari sistem keuangan publik


sekaligus kebijakan fiskal yang utama dalam sistem ekonomi Islam. Zakat
merupakan suatu kegiatan yang bersifat wajib bagi seluruh umat Islam. Walaupun
demikian masih komponen lainnya yang dapat dijadikan sebagai unsur lain dalam
sumber penerimaan negara seperti yang telah diuraikan diatas. Hal tersebut
tentunya membawa konsekuensi dengan perlunya penerapan prinsip-prinsip
akuntansi dalam perhitungan zakat. Kepemilikan potensi terhadap harta
berkembang merupakan persyaratan awal dalam penetapan zakat.

8
Jumlah yang akan dikeluarkan pada kewajiban zakat dengan tujuan untuk
mecapai dengan mudah melalui pembagian zakat secara tepat di kalangan fakir
atau miskin dan orang yang dalam keadaan kekurangan terutama dibidang
ekonominya. Dengan memberikan daya beli terhadap mereka, zakat dapat
menghasilkan keseimbangan antara permintaan dan pasok barang, sehingga dapat
memudahkan jalannya suatu produksi dan melancarkan jalannya kemajuan,
meningkatkan pemerataan distribusi pendapatan dan memakmurkan nasional.

Zakat dapat meningkatkan pendapatan orang-orang miskin. Tambahan


pendapatan yang didapatkan akan digunakan keseluruhannya untuk membeli
barang-barang dan jasa-jasa pokok sehingga meningkatkan permintaan agregat
terhadap barang-barang dan jasa-jasa pokok dikarenakan rendahnya pendapatan
mereka. Meningkatnya permintaan agregat tersebut akan menarik peningkatan
investasi. Di keadaan yang lainnya zakat juga secara agregat dapat mendorong
peningkatan suatu tabungan dan investasi.(Rahman, 2019)

Zakat selain mendorong investasi dan menghambat penimbunan harta juga


memberikan dorongan untuk membelanjakan hartanya untuk membeli barang
konsumsi baik itu dari pihak penerimanya maupun pihak pemberi. Dengan
demikian, suatu arus modal dari kedua saluran ini, yaitu investasi dan
pembelanjaan, akan mendorong terciptanya kesempatan kerja bagi banyak orang
yang membutuhkan pekerjaan, dan bersamaan dengan itu, dapat meningkatkan
kecepatan terhadap pertumbuhan pendapatan. (MAARIF, 2021)

Ibn Taimiyah mengungkapkan pula bahwa jumlah zakat dalam kasus barang
- barang dagangan tetap rendah. Alasan jumlah zakat yang berbeda atas kategori
barang yang berbeda adalah bahwa semakin besar banyak pekerjaan dan modal
yang diperlukan dalam peningkatan pendapatan, maka semakin sedikit tingkat
bebannya. Karena semakin banyaknya suatu modal dan pekerjaan yang
dibutuhkan dalam bertransaksi perdagangan dan peluang risikonya sangat tinggi,
maka jumlah dari zakat atas barang-barang terhadap dagangan tetap rendah.
Karena itu pula, jumlah dari zakat atas hewan pun lebih tinggi daripada jumlah
zakat atas barang - barang dagangan.

9
Oleh karena itu, prinsip pengelolaan zakat telah menunjukkan adanya suatu
dimensi sosial yang dikenal sekarang ini dengan sebutan prinsip-prinsip
perpajakan modern. Zakat memberi keadilan melalui distribusi pendapatan secara
merata untuk mereka yang memiliki nilai surplus di dalam kekayaan yang di
miliki. Bagi muzakki sendiri, zakat mengantarkan tujuan ekonomi secara
produktif untuk terus meningkatkan pendapatannya dan sekaligus menunaikan
kewajibannya dalam bentuk pengeluaran zakat.(Qasim, 2020)

Zakat yang ditunaikan melalui lembaga/amil zakat yang dibentuk/disahkan


pemerintah dapat dikurangkan pada Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak .Hal
ini merupakan apresiasi dan reward bagi para pembayar zakat sekaligus bukti
bahwa zakat sudah diakomodasi dalam pengelolaan keuangan negara bidang
perpajakan.pengelolaan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat (Baznas dan
Baznas Daerah) yang didirikan oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ)
yang dibentuk oleh masyakaka, baik LAZ yang sudah disahkan oleh pemerintah
ataupun yang belum disahkan. Disamping itu pula, sebagian umat Islam
menunaikan zakat secara langsung dengan memberikannya kepada pihak yang
berhak menerimanya (mustahik). Sebagai dana masyarakat, zakat harus dikelola
oleh orang yang bertanggung jawab (akuntabel).

Dalam aspek keuangan negara, contohnya zakat yang ada di Indonesia


merupakan sebuah potensi yang besar bagi pendapatan negara tetapi sangat
disayangkan apabila pemerintah tidak mengelolanya apalagi terabaikan begitu
saja. Bahkan sering terjadi seperti halnya yaitu rendahnya realisasi dibandingkan
dengan potensi yang ada disebabkan oleh banyak hal. Dari berbagai kemungkinan
bisa menjadi penyebabnya, antara lain rendahnya kesadaran umat untuk berzakat,
lemahnya kepercayaan umat dalam pengelola zakat, kurangnya sumber daya dan
pra sarana pengelola zakat, dan lain sebagainya.

E. Zakat dikelola oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundangan


Di negara kita ini seperti Indonesia telah adanha perundang-undangan
tentang zakat dan undang-undang tentang keuangan negara. Zakat yang diatur
dengan Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dan
peraturan pelaksanaannya. Sedangkan keuangan negara yang diatur dengan

10
Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-
Undang nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-
Undang nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara. Ketiga dari undang-undang tentang keuangan negara
tersebut di lengkapi dengan peraturan perundang-undangan pelaksanaannya.
Dengan menganalisis peraturan perundang-undangan tersebut dapat di ketahui
kemungkinan bisa atau tidaknya zakat menjadi bagian keuangan negara. (Aziz &
Susetyo, 2020)

F. Mekanisme Pengelolaan Zakat Menjadi Pendapatan Negara


Secara khusus, Pasal 5 Undang-Undang No. 23 tahun 2011 menyebutkan
bahwa untuk melaksanakan pengelolaan zakat, Pemerintah membentuk BAZ
ataupun LAZ menggunakan fasilitas pemerintah. Pemerintah secara langsung
membentuk BAZ dan memberikan izin terhadap LAZ. Dapat diketahui bahwa
dana yang dikelola oleh BAZ yaitu bagian dari keuangan negara. Hal tersebut
diperkua dengan jelas lagi melalui PP Nomor 14 tahun 2014 yang menyebutkan
bahwa perwakilan Pemerintah dalam Anggota BAZ salah satunya berasal dari
“Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan,”
yakni Kementerian Keuangan. Keberadaan pejabat Kementerian Keuangan dalam
keanggotaan BAZ tentu dimaksudkan agar pengelolaan zakat tersebut memiliki
keterkaitan dan sinergi dengan pengelolaan keuangan negara. Zakat termasuk
salah satu unsur keuangan negara tersebut.

Dengan demikian, audit terhadap pengelolaan zakat yang dilakukan oleh


BAZ dan LAZ oleh BPK telah memiliki landasan yuridis yang kuat. Salah satu
nilai positif yang dapat diperoleh, pemeriksaan atau audit pengelolaan zakat oleh
BPK tersebut akan menguatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan zakat
sehingga umat semakin besar kepercayaannya terhadap lembaga pengelola zakat
(BAZ dan LAZ). (Ningrum & Nulhakim, 2020)

Pengelolaan zakat yang menjadi bagian yang penting dari keuangan negara
merupakan hal yang belum pernah dilakukan di Indonesia. Sebagian masyarakat
mempertanyakan bagaimana mekanisme pengelolaan tersebut. Di antara
karakteristik bahwa zakat telah menjadi bagian keuangan negara adalah dengan

11
masuknya zakat sebagai bagian dari penerimaan/pengeluaran negara sehingga
antara mekanisme pengelolaannya dilakukan melalui rekening kas umum negara.
Hal itu telah disebutkan dalam Undang-Undang Perbendaharaan Negara bahwa
“Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui Rekening Kas
Umum Negara”.

Contoh dari mekanisme ini ada pada pengelolaan dana Potongan Fihak
Ketiga (PFK) yang berupa Iuran Wajib Pegawai. Peraturan perundang-undangan
di bidang keuangan negara telah memberikan ruang pengelolaan dana yang
memiliki kepentingan khusus. Dana Iuran Wajib Pegawai 10% yang dipotongkan
dari gaji pegawai negeri, misalnya, dipungut oleh KPPN (tetap berada dalam kas
negara) dan selanjutnya disalurkan kepada Taspen dan Askes (BPJS). Dana itu
adalah milik pegawai negeri untuk kepentingan khusus untuk melakukan
pembayaran asuransi pensiun dan asuransi kesehatan mereka. Model PFK dapat di
jadikan alternatif pertama mekanisme pengelolaan zakat apabila zakat di
masukkan untuk bagian dalam keuangan negara. Alternatif yang kedua adalah
yang di lakukan instansi yang berstatus sebagai Badan Layanan Umum. Karena
kekhususannya, dana BLU diberi keringanan untuk dapat menggunakan secara
langsung tanpa melalui rekening kas umum negara. Dalam hal ini, uang tidak
masuk/keluar melalui rekening kas umum negara, tetapi tetap diakui sebagai
bagian dari keuangan negara. Pengakuan/pengesahan tersebut dilakukan melalui
penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana 15 Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.(Nurrohman, 2020)

G. Alternatif Pengelolaan Dana Zakat


Dana dari zakat digunakan untuk dana pihak ketiga (mitra
pemerintah/negara). Sebagai dana pihak ketiga, maka dari itu, dana zakat harus di
setorkan ke Rekening Kas Negara menggunakan kode akun zakat yang siapkan.
Peraturan dari Menteri Keuangan Nomor 214/05/2013 yang tercantum, tentang
Bagan Akun Standar yang belum memasukkan akun penerimaan zakat sebagai
salah satu akun di dalamnya. Hal ini dapat dimaklumi karena mengingat hingga
saat ini zakat memang belum dikelola dalam Rekening Kas Negara. Penambahan
akun baru terhadap penerimaan zakat dalam Rekening Kas Negara dapat

12
dilakukan dengan menambahkan uraian akun dalam peraturan menteri tersebut.
Penyetoran zakat ke dalam Rekening Kas Negara dilakukan dengan menggunakan
Surat Tanda Setoran, misalnya diberi nama Surat Setoran Zakat (SSZ).
Penyetoran langsung dilakukan ke bank yang melayani penyetora terhadap
penerimaan negara (bank persepsi). Pihak penyetor (muzaki) akan mendapatkan
Lembar Pertama SSZ (misalnya) sebagai bukti telah menyetor zakat ke Rekening
Kas Negara. Pihak dari bank adalah persepsi selanjutnya yang menyampaikan
Laporan Harian Penerimaan (LHP) zakat di setiap akhir dari hari kerja kepada
KPPN dan BAZNAS. Bagi KPPN, tanpa laporan tersebut pun ia sudah dapat
mengetahui adanya setoran zakat karena pencatatan penerimaan di bank persepsi
dilakukan dengan Modul Penerimaan Negara (MPN) yang sudah online dengan
sistem.

Dalam hal ini, dengan adanya persetujuan Menteri Keuangan, BAZNAS


membuka rekening yang berada dalam kewenangannya untuk menerima dan
mengelola zakat. Dana zakat yang sudah terkumpul dapat dikelola/didistribusikan
secara langsung kepada para mustahik atau digunakan untuk membiayai kegiatan
pemberdayaan mustahik. Pengawasan pengelolaan/pendistribusian dana zakat
dilakukan oleh anggota BAZNAS (semacam komisioner) .Sesuai dengan
mekanisme pengelolaan keuangan BLU, maka setiap periode tertentu, misalnya
setiap bulan, BAZNAS menerbitkan SPM ke KPPN untuk mengesahkan
pendistribusian atau penggunaan dana zakat yang sudah di lakukan. KPPN
melakukan pengujian SPM tersebut sesuai pedoman pengelolaan atau
pendistribusian dari zakat. Pedoman ini disusun, misalnya oleh Pemerintah
bersama Majelis Ulama Indonesia sehingga tetap berpedoman pada syariat Islam.
Apabila hasil pengujian KPPN menyatakan bahwa pendistribusian zakat telah
sesuai dengan pedoman yang ditetapkan, maka KPPN menerbitkan SP2D
Pengesahan. SP2D ini menjadi dokumen bukti bahwa zakat tersebut telah
dibukukan sebagai penerimaan/pendapatan negara sekaligus sebagai
pengeluaran/belanja negara. (Bahri & Khumaini, 2020)

Sebagai pengelola zakat yang telah menjadi bagian dari keuangan negara,
maka BAZ dan LAZ juga berkewajiban untuk menyusun laporan keuangan sesuai

13
standar akuntansi pemerintahan. Laporan keuangan tersebut selanjutnya diaudit
oleh Badan Pemeriksa Keuangan selaku auditor eksternal Pemerintah. Dengan
adanya pelaksanaan audit yang di lakukan oleh BPK, maka pengelolaan zakat
tersebut senantiasa akan di awasi oleh lembaga konstitusional. Di samping itu,
masyarakat tetap dapat melakukan pengawasan sehingga pengelolaan zakat
semakin dapat dipertanggungjawabkan, baik di hadapan lembaga pengawas
maupun dihadapan masyarakat.(Hasibuan, 2020)

Para fakir dan miskin adalah dua golongan yang telah disebutkan pertama
dan kedua dalam Alquran sebagai golongan yang sangat berhak menerima zakat.
Oleh karena itu, dua golongan ini merupakan pihak yang identik dengan
kemiskinan. Dengan demikian, menjadikan kedua golongan tersebut sebagai
penerima utama dari zakat, maka di harapkan kemiskinan akan segera teratasi.
Dan memberikan alternatif di dalam model sumber penerimaan negara untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. (Elina, 2020)

14
BAB III
RANGKUMAN

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan tentang pengertian zakat dan pengertian keuangan negara
di atas dapat diketahui bahwa zakat menjadi bagian penting dari keuangan negara,
dikarenakan zakat dapat berpengaruh besar terhadap kesejahteraan masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, M. I. A., & Susetyo, H. (2020). Dinamika Pengelolaan Zakat Oleh Negara
Di Beberapa Provinsi Di Indonesia Pasca Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2011. Jurnal Hukum & Pembangunan, 49(4), 968–977.

Bahri, E. S., & Khumaini, S. (2020). Analisis Efektivitas Penyaluran Zakat pada
Badan Amil Zakat Nasional. Al Maal: Journal of Islamic Economics and
Banking, 1(2), 164–175.

Elina, D. L. (2020). Peran Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten


Bondowoso dalam meminimalisir kemiskinan. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.

Furqan, A. M., & Fahmi, R. A. (2018). DISKURSUS ZAKAT SEBAGAI SUMBER


PENERIMAAN APBN.

Hasibuan, H. T. (2020). PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT DALAM


MENINGKATKAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH PADA
BAZNAS PROPINSI BALI. Jurnal Ilmu Manajemen Dan Akuntansi
Terapan (JIMAT), 11(1), 50–64.

Ibrahim, A. (2011). Maksimalisasi Zakat Sebagai Salah Satu Komponen Fiskal


Dalam Sistem Ekonomi Islam (Utilization of Zakat as a Fiscal Component in
Islamic Economic System). JURISPRUDENSI Jurnal Syari’ah, 3(1), 1–10.

MAARIF, F. (2021). ANALISIS PENGARUH ZAKAT, INVESTASI DAN


BELANJA SOSIAL PEMERINTAH TERHADAP KEMISKINAN DENGAN
PERTUMBUHAN EKONOMI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DI
INDONESIA PADA TAHUN 2012-2019.

16
Ningrum, D. W., & Nulhakim, L. (2020). Sistem Informasi Pengelolaan Zakat
Berbasis Web Pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Yayasan Masyarakat
Muslim Freeport Indonesia. Jurnal Sistem Informasi, 9(2), 72–78.

Nurrohman, N. (2020). Pengaruh motivasi, kompetensi dan kinerja amil terhadap


optimalisasi penghimpunan dana zakat pada Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Yatim Mandiri. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Qasim, M. I. (2020). The Role of Zakat in Poverty Alleviation in Nigerian


Society. Kertas Kerja, 1st Kedah International Zakat Conference, Lembaga
Zakat Negeri Kedah, Kedah, 6.

Rahman, M. R. (2019). Peran Zakat Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di


Indonesia. Hukum Islam, 19(2), 130–148.

Saad, R. A. J., Sawandi, N., & Mohammad, R. (2016). Zakat surplus funds
management. International Journal of Economics and Financial Issues,
6(7S).

Safitri, N. W., Sinapoy, M. S., & Jafar, K. (2019). Penetapan Kerugian Keuangan
Negara merupakan kewenangan BPK atau BPKP. Halu Oleo Legal
Research, 1(2), 219–231.

Subekan, A. (2017). Potensi Zakat Menjadi Bagian Keuangan Negara (Studi


Analisis Regulasi Kemungkinan Masuknya Zakat Menjadi Bagian Dari
Penerimaan Dan Pengeluaran Negara). Jurisdictie, 7(2), 72458.

Wiwik, E. (2018). Pelaksanaan Pengelolaan Dana Zakat Badan Amil Zakat


Nasional (BAZNAS) Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Zakat di Kota Pekanbaru. Ilmu Hukum.

17

Anda mungkin juga menyukai