NIM : 1708106076
KELAS/SEMESTER : BIOLOGI-B/3
MATA KULIAH : SOSIOLOGI PENDIDIKAN
3
Suardi.Moh.2016.Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: penerbit Paraha Ilmu
4
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, Hlm. 746
5
David Jary dan Julia jary, Sosiology Dictionary, New York: HarperCollins, 1991, Hlm. 7
Teori sosiologi konflik adalah alternatif dari sebuah ketidakpuasan terhadap
fungsionalisme struktural Talcot Parsons dan Robert K. Merton, yang menilai
masyarakat dengan paham konsensus dan integralistiknya. Dan perspektif
konflik dalam melihat masyarakat ini dapat dilihat pada tokoh-tokoh klasik
seperti Kral Marx, Max Weber, dan George Simmel.
Teori konflik muncul sebagai bentuk reaksi atas tumbuh suburnya teori
fungsionalisme struktural yang dianggap kurang memperhatikan fenomena
konflik sebagai salah satu gejala di masyarakat yang perlu mendapatkan
perhatian. “Pemikiran yang paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori
konflik ini adalah pemikiran Karl Marx dan pada tahun 1950-an, teori konflik
yang semakin mulai merebak”.6
“Konflik berasal dari kata kerja latin “Configere” yang berarti ”saling
memukul”. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih yang mana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkannya atau membuatnya
tidak berdaya”.7
C. Teori Strukrural Konflik
Teori stuktural konflik menjelaskan bagaimana struktur memiliki konflik. Berbeda
dengan teori struktural fungsional yang menekankan pada fungsi dari elemen-elemen
pembentuk struktural, teori struktural konflik melihat bahwa setiap struktur memiliki
berbagai elemen yang berbeda. Elemen yang berbeda ini memiliki motif, maksud,
kepentingna , atau tujuan yang berbeda-beda pula. Perbedaan ini memberikan sumbangan
bagi terjadinya disintegrasi, konflik, dan perpecahan. Konflik ada dimana-mana. Setiap
struktur terbangun didasarkan pada paksaan dari beberapa anggotanya atas orang lain.
Melaui teori oini dipahami bahwa buta huruf terjadi karena adnaya perbedaan akses antara
berbagai orang terhadap sumber-sumber langka seperti barang, jasa, informasi dan
keuasaan. Perbedaan akses ini terjadi karena struktur tertentu yang tercipta atau diciptakan
oleh kelompok tertentu dipakaikan terhadap kelompok lain.8
Teori struktural konflik muncul dalam sisiologi Amerika Serikat pada tahun 1960-an
yang merupakan kebangkitan kembali berbagai gagasan yang diungkapkan oleh Karl Marx
dan Max Weber. Kedua tokoh ini merupakan teoritis konflik meski satu sama lain mereka
berbeda.
Kedua teoritisi konflik ini, Marx dan weber menolak tegas terhadap gagasan bahwa
6
Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2007) 54.
7
Dany Haryanto, S.S andG. Edwi Nugroho, S.S., M.A.,Pengantar Sosiologi Dasar,(Jakarta : PT. Prestasi Pustakarya, 2011) 113
8
Prof.Dr. Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT. Kencana Prenada Media Group
masyarakat cenderung kepada beberapa consensus dasar atau harmoni, di mana struktur
masyarakat bekerja untuk kebaikan setiap orang. Kedua teoritisi ini memandang konflik dan
pertentangan kepentingan serta concern dri berbagai individu dan keompok yang salaing
bertentangan adalah determinan utama dalam pengorganisasian kehidupan sosial.9
D. Asumsi Teori Struktural Konflik
1. Setiap masyarakat, dalam setiap hal, Tunduk pada proses perubahan-perubahan
sosial terdapat di mana-mana
Berbeda dengan teori struktural fungsional yang melihat masyarakat selalu dalam
keadaan keseimbangan (ekuilibrium), teori stuktural konflik melihat masyarakat pada
proses perubahan. Hal ini terjadi karena elemen-elemen yang berbeda sebagai
pembentuk masyrakat ( struktur sosial). memepunyai perbedaan pula dalam motif,
maksud, kepentingan, atau tujuan. Perbedaan yang ada ini menyebabkan setiap elemn
berusaha untuk mengusung motf atau tujuan yang dipunyai menjadi motif, atau tujuan
dari struktur. Ketika motif atas tujuan diri dari suatu elemen telah menjadi bagian dari
struktur, maka elemen ini cenderung untuk mempertahankannya di satu sisi. Adapun
pada sisi lain, elemen lain terus berjuang megusung motif atau kepentingan dirinya
menjadi motif atau kepentingan struktur. Konsekuensi logis dari keadaan ini adalah
perubahan yang senantiasa di perjuangkan oleh setiap elemen terhadap motif, maksud,
kepentingan atau tujuan diri.
2. Setiap masyarakat, dalam setiap hal, memeperlihatkan pertikaian dan konflik: konflik
Sosial terdapat di mana-mana.
Bahwa setaip struktur soial terdiri dari beberapa elemen yang memilki motif,
makasud, kepentingan, atau tujuan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini
merupakan sumber terjadinyan pertikaian dan konflik diantara di dalam struktur, maka
selama ini pula pertikaian dan konflik di mungkinkan ada.
3. Setiap elemen dalam suatu masyarkat menyumbang disibtegrasi dan perubahan
Perbedaan motif, maksud, kepentingan atau tujuan dari berbagai elemen,
merupakan sumber pertiakian dan konflik. Pertikaian dan konflik menyebabkan
disintegrasi dan perubahan dalam struktur sosial. Itu berarti bahwa berbagainya lemen
yang membentuk struktur ini memepunyai sumbangan terhadap terjadinya disintegrasi
dan perubahan dalam struktur.
4. Setiap masyarakat di dasarkan pada paksaan dari beberapa Aangotanya atas orang
lain
Keteraturan, keharmonisan atau kenormalan yang terlihat dala masyarkat,
9
Nasrullah Nazsir, M.s, Teori-teori Sosisologi.Bandung: Widya Padjajaran. Hlm.17
dipandang oleh teoretisi konflik, sebagai suatu hasil paksaan dari sebagian anggota
masyarakat berasal dari kemampuan mereka untuk memeproleh kebituhan dasar yang
bersifat langka seperti hak istimewa, kekuasaan, kekayaan, pengetahuan dan prestise
lainnya.10
E. Tokoh-Tokoh Teori Konflik
Tokoh-tokoh teori konflik terbagi ke dalam dua fase yakni tokoh sosiologi klasik dan
tokoh sosiologi modern. Adapun tokoh-tokoh teori konflik sosiologi adalah sebagi
berikut :11
1. Polybus
Polybus lahir pada tahun 167 masehi. Teori konflik yang dikemukakan oleh
polybus bertolak dari yang diinginkan manusian yang membentuk suatu komunitas
sehingga teori konflik yang dikemukakan oleh polybus diformulasikan sebagi berikut :
Sistem pemerintahan dengan penguasa tunggal adalah kekeuasaan terkuat yang
merupakan bentuk pertama komunitas manusia.
Transisi dari sistem pemerintahan penguasa tunggal yang didasarkan pada
kekuatan atau kekuasaan, kingship kepada kekuasaan yang didasarkan pada keadilan
dan wewenang yang sah.
2. Nicolo Machiavelli
Nicolo Machiabelli adalah seorang berkebangsaan Italia (1469-1527). Menurut
Nicolo pada aawalnya manusia hidup liar bagaikan binatang buas, ketika ras
manusiasemakin meningkat jumlahnya mulai dirasakan ebutuhan akan adanya dan
memilih seseorang yang sangat berani dan kuat untuk dijadikan sebagai pemimpin
mereka yang harus dipatuhinya. Kemudia mereka mengenal baik dan buruk yang
dapat membedakan mana yang baik dan yang jahat.12
3. Ibnu Khaldun
Nama lengkapnya adaah Abu Zaid ‘Abdul Rahman Ibn Khaldun dilahirkan di
Tunisia pada tahun 1332 Masehi. Ibnu Khaldun adalah Sosiolog sejati. Hal ini
didasarkan pada pernyataanya tentang beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan
peristiwa-peristiwa sosial dan peritiwa-peristiwa sejarah. Prinsip yang sama juga
dijumpai dalam analisis Ibnu Khaldun terhadap timbul dan tenggelamnya Negara-
negara.13
4. Thomas Hobbes.
10
Prof.Dr.Damsar.2011.Pengatar sosiologi pendidikan.Jakarta:Pt. Kharisma Putra Jaya
11
Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik dari Comte hingga Parsons, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2006. Hlm 108
12
Ibid, Hlm. 112
13
Wardi Bachtiar .Op.Cit. Hlm. 110-111
Teori Konflik yang dikemukakannya adalah bahwa pada dasarnya dorongan
utama dari tindakan manuisa diformulasikan sebagai berikut : pada tingkatan
pertama manusia dengan keinginannya terus-menerus dan kegelisahannya akan
kekuasaan setelah berkuasa, artinya rasa ingin berkuasa akan berhenti bilamana
sudah masuk liang kubur. Hal ini terwujud dalam dua hal, seorang raja dan
problematikanya karena keinginan untuk berkuasa adalah sesuatu hal yang tak
pernah mengalami kepuasan.14
5. Jean Bodin
Inti pemikiran Jean Bodin pada komsepsi titah kedaulatan sebagai esensi dari
masyarakat sipil. Akan tetapi, kedaulatan tidak pernah bisa dipisahka dari
prerogative formal. Hukum diperlakukan sebagai ttah kedaulatan. Hukum adat
dipandang sah apanila didukung oleh kedaulatan, karena kedaulatan memiliki
wewenang tak terhingga untuk memebuat hukum.15
Adapun tokoh sosiologi modern yang mengemukakan tentang teori konflik
ialah sebagai berikut :
1. Lewis A.Coser
Konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam
pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat
menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok16
Coser 17Mengutip hasil pengamatan Simmel yang meredakan ketegangan yang
terjadi dalam suatu kelompok. Dia menjelaskan bukti yang berasal dari hasil
pengamatan terhadap masyarakat Yahudi bahwa peningkatan konflik
kelompok dapat dihubungkan dengan peningkatan interaksi dengan
masyarakat secara keseluruhan. Bila konflik dalam kelompok tidak ada, berarti
menunjukkan lemahnya integrasi kelompok tersebut dengan masyarakat.
Dalam struktur besar atau kecil konflik in-group merupakan indikator adanya
suatu hubungan yang sehat. Coser sangat menentang para ahli sosiologi yang
selalu melihat konflik hanya dalam pandangan negatif saja. Perbedaan
merupakan peristiwa normal yang sebenarnya dapat memperkuat struktur
sosial. Dengan demikian Coser menolak pandangan bahwa ketiadaan konflik
sebagai indikator dari kekuatan dan kestabilan suatu hubungan.
2. Ralf Dahrendrorf
14
Wardi Bachtiar , Lok.Cit, Hlm. 115
15
Ibid, Hlm. 113
16
Lewis Coser , The Function of Social Conflict. New York: Free Press. 1956. Hlm. 151-210
17
Lewis Coser, Continuities in the Study of Social Conflict. New York: Free Press. 1967. Hlm. 32-70
Ralf Dahrendorf adalah tokoh utama yang berpendirian bahwa masyarakat
mempunyai dua wajah yakni konflik dan konsensus. Sehingga teori sosiologi
harus dibagi dua bagian: teori konflik dan teori konsensus. Teoritisi konsensus
harus menguji nilai integrasi dalam masyarakat dan teoriritis konflik harus
menguji konflik kepentingan dan penggunaan kekerasan yang mengikat
masyarakat bersama dihadapan tekanan tersebut. Dahrendorf mengakui bahwa
terbentuknya sebuah masyarakat tidak akan terlepas dari adanya dua unsur
yakni konsensus dan konflik yang menjadi persyaratan satu sama lainnya18
Meski ada hubungan timbal balik antara konsensus dan konflik, Dahrendorf
tidak optimis mengenai pengembangan teori sosiologi tunggal yang mencakup
kedua proses itu. Dia menyatakan “Mustahil menyatukan teori untuk
menerangkan masalah yang telah membingungkan pemikir sejak awal
perkembangan filsafat barat”. Untuk menghindarkan dari teori tunggal
tersebut, Dahrendorf membangun teori konflik Masyarakat19
3. Karl Marx berpendapat bahwa Konflik kelas diambil sebagai titik sentral
dari masyarakat. Konflik antara kaum kapitalis dan proletar adalah sentral di
masyarakat. Segala macam konflik mengasumsikan bentuk dari peningkatan
konsolidasi terhadap kekacauan. Kaum kapitalis telah mengelompokkan populasi
pada segelintir orang saja. Kaum borjuis telah menciptakan kekuatan produktif dari
semua generasi dalam sejarah sebelumnya. Tetapi kelas-kelas itu juga berlawanan
antara satu dengan yang lainnya. Masyarakat menjadi terpecah ke dalam dua kelas
besar yaitu borjuis dan proletar
22
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Op.Cit. Hlm. 154-157-158
masyrakat berhubungan dengan itu, siapakah yang mendominasi, dan siapa yang
didominasi, kelompok mana yanag berada di atas dan bagaimana cara mereka memelihara
agar tetap berada diatas. Ahli teori konflik berasumsi bahwa sangat yang tidak statis .
sebagai implikasinya, mereka berada dalam suatu sistem yang tidak statis. Sebagai
implikasinya, mereka berasumsi bahwa kapan saja, suatu kelompok yang berbeda, besar
kemungkinan akan mengusai kelompok yang lain.
Walaupun sebagaian besar para ahli teori konflik mengakui betapa besar pengaruh Karl
Marx lainnya, seperti Georg Simmel , Ralf Dahrendrof, Lewis Caser maupun Randal
Collins.