Anda di halaman 1dari 7

Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani

NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

Geologi Struktur dan Teori Tektonik Lempeng

A. Prinsip Dasar Mekanika Batuan


1. Gaya (Force)
- Suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah pergerakan suatu benda.
- Dapat bekerja secara seimbang terhadap suatu benda (gaya gravitasi dan elektromagnetik)
atau hanya pada bagian tertentu dari suatu benda (gaya-gaya yang bekerja di sepanjang
suatu sesar di permukaan bumi).
- Gaya gravitasi  gaya utama yang bekerja terhadap semua obyek/materi yang ada di
sekeliling kita.
- Besaran (magnitud) gaya gravitasi berbanding lurus dengan jumlah materi yang ada, akan
tetapi magnitud gaya di permukaan tidak tergantung pada luas kawasan yang terlibat.
- Satu gaya dapat diurai menjadi 2 komponen gaya yang bekerja dengan arah tertentu dimana
diagonalnya mewakili jumlah gaya tersebut.
- Gaya yang bekerja diatas permukaan dapat dibagi menjadi 2 komponen : tegak lurus dengan
bidang permukaan dan searah dengan permukaan.
- Pada kondisi 3D setiap gaya, dipisahkan menjadi tiga komponen : gaya X, Y dan Z.
2. Tekanan Litostatik dan Tekanan Hidrostatik
- Tekanan Hidrostatik = tekanan yang terjadi pada suatu benda yang berada di dalam air.
Tekanan hidrostatik tersebut berbanding lurus dengan berat volume air yang bergerak ke
atas atau volume air yang dipindahkannya.
- Tekanan Litostatik = tekanan yang sangat besar (jauh lebih besar ketimbang benda yg ada di
dalam). Menekan ke segala arah dan akan meningkat ke arah dalam bumi.
3. Tegasan (Stress forces)
- Tegasan  gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu benda. Merupakan
suatu kondisi yang terjadi pada batuan sebagai respon dari gaya-gaya yang berasal dari luar.
- Tegasan (P) = Daya (F) / luas (A).
- Tegasan yang bekerja pada salah satu permukaan yang mempunyai komponen tegasan
prinsipal atau tegasan utama  σP, σQ dan σR.
- Tegasan pembeda  perbedaan antara tegasan maksimal (σP) dan tegasan minimal (σR).
Apabila telah melampaui kekuatan batuan maka retakan/rekahan akan terjadi pada batuan.
- Kekuatan batuan sangat tergantung pada besarnya tegasan yang diperlukan untuk
menghasilkan retakan/rekahan.
4. Gaya Tarikan (Tensional Forces)
- Gaya yang dihasilkan oleh tegasan, dan melibatkan perubahan panjang, bentuk (distortion)
atau dilatasi (dilation) atau ketiga-tiganya.
- Bila terdapat perubahan tekanan litostatik, suatu benda (homogen) akan berubah volumenya
(dilatasi) tetapi bukan bentuknya.
- Perubahan bentuk biasanya terjadi pada saat gaya terpusat pada suatu benda. Bila suatu
benda dikenai gaya, maka biasanya akan dilampaui ketiga fasa, yaitu : fasa elastisitas, fasa
plastisitas, dan fasa pecah.
- Bahan yang rapuh biasanya pecah sebelum fase plastisitas dilampaui, sementara bahan
yang plastis akan mempunyai selang yang besar antara sifat elastis dan sifat untuk pecah.
Hubungan ini dalam mekanika batuan ditunjukkan oleh tegasan dan tarikan.
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

- Kekuatan batuan, biasanya mengacu pada gaya yang diperlukan untuk pecah pada suhu
dan tekanan permukaan tertentu.
- Setiap batuan mempunyai kekuatan yang berbeda-beda, walaupun terdiri dari jenis yang
sama. Hal ini dikarenakan kondisi pembentukannya juga berbeda-beda.
- Batuan sedimen seperti batupasir, batugamping, batulempung kurang kuat dibandingkan
dengan batuan metamorf (kuarsit, marmer, batusabak) dan batuan beku (basalt, andesit,
gabro).
 Tubuh batuan melengkung atau retak  terdeformasi (berubah bentuk dan ukurannya).
Penyebabnya: gaya tegasan (gaya/satuan luas).
 Tegasan (stress) dan tegasan tarik (strain stress)  gaya gaya yang bekerja di seluruh tempat
dimuka bumi. Salah satu jenis tegasan  tegasan yang bersifat seragam (uniform-stress), yaitu
tekanan (pressure).
 Tegasan seragam = suatu gaya yang bekerja secara seimbang kesemua arah. Jika tegasan kesegala
arah tidak sama (tidak seragam) maka tegasan yang demikian  tegasan diferensial. Tegasan
diferensial dapat dikelompokaan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Tegasan tensional (tegasan extensional) = tegasan yang dapat mengakibatkan batuan
mengalami peregangan atau mengencang.
2. Tegasan kompresional = tegasan yang dapat mengakibatkan batuan mengalami penekanan.
3. Tegasan geser = tegasan yang dapat berakibat pada tergesernya dan berpindahnya batuan.

Batuan terdeformasi  mengalami tarikan. Gaya tarikan = merubah bentuk, ukuran, atau volume dari
suatu batuan. Tahapan deformasi  batuan mengalami peningkatan gaya tegasan yang melampaui 3
tahapan pada deformasi batuan. Hubungan antara gaya tarikan dan gaya tegasan :
1. Deformasi yang bersifat elastis (Elastic)  apabila sifat gaya tariknya dapat berbalik
2. Deformasi yang bersifat lentur (Ductile)  apabila sifat gaya tariknya tdk dapat kembali lagi
3. Retakan/rekahan (Fracture)  apabila sifat gaya tariknya yang tidak kembali lagi ketika
batuan pecah/retak.

Material berdasarkan sifat perilaku dari material ketika dikenakan gaya tegasan padanya:
1. Material yang bersifat retas (brittle)  sebagian kecil atau sebagian besar bersifat elastis
tetapi hanya sebagian kecil bersifat lentur sebelum material tersebut retak/pecah.
2. Material yang bersifat lentur (ductile)  sebagian kecil bersifat elastis dan sebagian besar
bersifat lentur sebelum terjadi peretakan / fracture.

Beberapa faktor suatu batuan / material akan bereaksi, antara lain :


a) Temperatur : temperatur tinggi  molekul molekul dan ikatannya dapat meregang dan
berpindah  batuan/material akan lebih bereaksi pada kelenturan dan pada temperatur 
material akan bersifat retas.
b) Tekanan bebas : Terkena tekanan bebas yang besar  sifat untuk retak menjadi berkurang
(tekanan disekelilingnya cenderung untuk menghalangi terbentuknya retakan). Material yang
tertekan yang rendah  bersifat retas dan cenderung menjadi retak.
c) Kecepatan tarikan : Pada material yang tertarik secara cepat cenderung akan retak. Pada
material yang tertarik secara lambat maka akan cukup waktu bagi setiap atom dalam material
berpindah dan oleh karena itu maka material akan berperilaku / bersifat lentur.
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

d) Komposisi : komposisi mineral yang ada dalam batuan akan menjadi suatu faktor dalam
menentukan tingkah laku dari batuan.
e) Mekanisme Sesar
a. Perkenalan
- Sesar = retakan yang mempunyai pergerakan searah dengan arah retakan. Ukuran
pergerakan ini adalah bersifat relatif, dan kepentingannya juga relatif.
- Mempunyai bentuk dan dimensi yang bervariasi. Ukuran dimensi sesar dapat mencapai
ratusan kilometer panjangnya (sesar Semangko) / hanya beberapa sentimeter saja. Arah
singkapan : lurus atau berliku-liku.
b. Anatomi Sesar
- Arah pergerakan yang terjadi disepanjang permukaan suatu sesar  bidang sesar.
Apabila bidang sesarnya tidak tegak  batuan yang terletak di atasnya = dinding
gantung (hanging wall). Bagian bawahnya = dinding kaki (footwall).
- Jenis gelinciran sesar : komponen tegak (dip-slip) dan komponen mendatar (strike-slip).
Kombinasi = gelinciran oblik (oblique slip).
- Pada permukaan bidang sesar terdapat gores-garis sesar (slicken-side) yang dicirikan
oleh permukaan yang licin, pertumbuhan mineral dan tangga-tangga kecil. Arah
pergerakan sesar dapat ditentukan dari arah gores garisnya.
- Menurut Anderson (1942)  3 kategori utama sesar = sesar normal/sesar turun (normal
fault), sesar sungkup/sesar naik (thrust fault) & sesar mendatar (wrench/strike-slip
fault).
- Sesar mendatar, berdasarkan gerak relatifnya terdapat sesar mendatar dekstral atau
sinistral. Sedangkan sesar transform adalah sesar mendatar yang terjadi antara dua
lempeng yang saling berpapasan. Terdapat juga sesar jenis en echelon, sesar radial,
sesar membulat dan sesar sepanjang perlapisan.
c. Kriteria Pensesaran
- Sesar yang aktif  ada rayapan akibat gempa bumi dan pecahan dalam tanah.
- Sesar tidak aktif dapat dilihat dari peralihan pada kedudukan lapisan, perulangan
lapisan, perubahan secara tiba-tiba suatu jenis batuan, kehadiran milonitisasi atau
breksiasi, kehadiran struktur seretan (drag-fault), bidang sesar (fault-plane).

B. Jenis Jenis Struktur Geologi


1. Kekar (Fractures)
Kekar = struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja
pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh :
a. Pemotongan bidang perlapisan batuan
b. Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb
c. Kenampakan breksiasi.
Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta
arah gaya yang bekerja pada batuan :
- Shear Joint (Kekar Gerus) = retakan/rekahan yang membentuk pola saling
berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama, bersifat tertutup.
- Tension Joint = retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama,
Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

- Extension Joint (Release Joint) = retakan/rekahan yang berpola tegak lurus dengan
arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.
2. Lipatan (Folds)
Deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan bergerak
dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya
lipatan dapat dibagi dua, yaitu :
a. Lipatan Sinklin  lipatan yang cekung ke arah atas
b. Lipatan Antiklin  lipatan yang cembung ke arah ata.
Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, dikelompokkan menjadi :
a. Lipatan Paralel  lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
b. Lipatan Similar  lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.
c. Lipatan Harmonik/Disharmonik  berdasarkan menerus atau tidaknya sumbu utama.
d. Lipatan Ptigmatik  lipatan terbalik terhadap sumbunya.
e. Lipatan Chevron  lipatan bersudut dengan bidang planar.
f. Lipatan Isoklin  lipatan dengan sayap sejajar.
g. Lipatan Klin Bands  lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar.
3. Hubungan Antara Lipatan dan Patahan
Batuan yang bersifat lentur menutupi batuan yang bersifat retas, maka batuan yang retas
kemungkinan akan terpatahkan dan batuan yang lentur mungkin hanya melengkung atau
terlipat diatas bidang patahan. Demikian juga ketika batuan batuan yang bersifat lentur
mengalami retakan dibawah kondisi tekanan yang tinggi, maka batuan tersebut
kemungkinan terlipat sampai pada titik tertentu kemudian akan mengalami pensesaran,
membentuk suatu patahan.
4. Patahan/Sesar (Faults)
Struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Di lapangan indikasi suatu sesar
/patahan dapat dikenal melalui :
a. Gawir sesar atau bidang sesar
b. Breksiasi, gouge, milonit
c. Deretan mata air
d. Sumber air panas
e. Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan
f. Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.

Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif pergeserannya.
Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan
kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan kemiringan dari suatu bidang
sesar dapat diukur dan ditentukan.
a. Dip Slip Faults  patahan yang bidang patahannya menyudut dan pergeseran
relatifnya berada disepanjang bidang patahannya atau offset terjadi disepanjang arah
kemiringannya. Untuk setiap bidang patahan yang yang mempunyai kemiringan,
maka dapat kita tentukan bahwa blok yang berada diatas patahan sebagai “hanging
wall block” dan blok yang berada dibawah patahan dikenal sebagai “footwall block”.
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

b. Normal Faults  patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional horisontal pada
batuan yang bersifat retas dimana “hangingwall block” telah mengalami
pergeseranvrelatif ke arah bagian bawah terhadap “footwall block”.
c. Horsts & Gabens  Dalam kaitannya dengan sesar normal yang terjadi sebagai
akibat dari tegasan tensional, seringkali dijumpai sesar-sesar normal yang berpasang
pasangan dengan bidang patahan yang berlawanan. Dalam kasus yang demikian,
maka bagian dari blok-blok yang turun akan membentuk “graben” sedangkan
pasangan dari blok-blok yang terangkat sebagai “horst”.
d. Half-Grabens  patahan normal yang bidang patahannya berbentuk lengkungan
dengan besar kemiringannya semakin berkurang kearah bagian bawah sehingga dapat
menyebabkan blok yang turun mengalami rotasi.
e. Reverse Faults  patahan hasil dari gaya tegasan kompresional horisontal pada
batuan yang bersifat retas, dimana “hangingwall block” berpindah relatif kearah atas
terhadap “footwall block”.
f. A Thrust Fault  patahan “reverse fault” yang kemiringan bidang patahannya lebih
kecil dari 150. . Pergeseran dari sesar “Thrust fault” dapat mencapai hingga ratusan
kilometer sehingga memungkinkan batuan yang lebih tua dijumpai menutupi batuan
yang lebih muda.
g. Strike Slip Faults  patahan yang pergerakan relatifnya berarah horisontal mengikuti
arah patahan. Patahan jenis “strike slip fault” dapat dibagi menjadi 2(dua) tergantung
pada sifat pergerakannya, jika bidang pada salah satu sisi bergerak kearah kiri 
“left-lateral strike-slip fault”. Jika bidang patahan pada sisi lainnya bergerak ke arah
kanan  “right-lateral strike-slip fault”.
h. Transform-Faults  jenis patahan “strike-slip faults” yang khas terjadi pada batas
lempeng, dimana dua lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara horisontal.

C. Teori Tektonik Lempeng


1. Hipotesa “Continental Drift” : Pada hakekatnya hipotesa pengapungan benua adalah suatu
anggapan bahwa benua-benua yang kita kenal saat ini dahulunya bersatu dan dikenal sebagai
super-kontinen yang bernama Pangaea. Super-kontinen Pangea ini diduga terbentuk pada 200
juta tahun yang lalu yang kemudian terpecah-pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil
yang kita kenal sebagai benua-benua yang ada saat ini. Bukti :
a. Kecocokan / kesamaan Garis Pantai
b. Persebaran Fosil :
1) Fosil Cynognathus : reptil yang hidup sekitar 240 juta tahun yang lalu dan ditemukan di
benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
2) Fosil Mesosaurus : reptil yang hidup di danau air tawar dan sungai yang hidup sekitar
260 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
3) Fosil Lystrosaurus : reptil yang hidup di daratan sekitar 240 juta tahun yang lalu,
ditemukan di benua benua Afrika, India, dan Antartika.
4) Fosil Clossopteris : tanaman yang hidup 260 juta tahun yang lalu, dijumpai di benua
Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika.
c. Kesamaan Jenis Batuan
d. Bukti Paleoclimatic (Iklim Purba)
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

e. Pengapungan Benua dan Paleomagnetisme


Paleomagnetisme adalah kajian tentang arah-arah magnet bumi pada masa lalu yang
terekam dalam batuan ketika batuan tersebut terbentuk. Arah magnet bumi akan terekam
oleh mineral dalam batuan ketika melewati temperatur 5800 Celcius (Temperatur Curie).
2. Hipotesa “Sea Floor Spreading” = Hipotesa pemekaran lantai samudra dikemukakan pertama
kalinya oleh Harry Hess (1960) dalam tulisannya yang berjudul “Essay in geopoetry
describing evidence for sea-floor spreading”. Hipotesa pemekaran lantai samudra adalah suatu
hipotesa yang menganggap bahwa bagian kulit bumi yang berada didasar samudra Atlantik
tepatnya di Pematang Tengah Samudra mengalami pemekaran yang diakibatkan oleh gaya
tarikan (tensional force) yang berasal dari arus konveksi yang berada di bagian mantel bumi
(astenosfir).
3. Teori Plate Tectonic = teori yang membahas tentang kerak bumi (litosfir) yang bersifat mobil /
dinamis. Dalam teori ini, kerak bumi tersusun dari 7 lempeng utama dan 6 lempeng yang lebih
kecil dimana batas-batas lempeng berada pada batas divergen, batas konvergen, dan batas
transform.
7 Lempeng Utama : 6 lempeng kecil :
- Lempeng Pasific (Pasific plate) - Lempeng Nasca (Nasca plate)
- Lempeng Euroasia (Eurasian plate) - Lempeng Arab (Arabian plate)
- Lempeng India-Australia - Lempeng Karibia (Caribian plate)
- Lempeng Afrika (African plate) - Lempeng Philippines (Phillippines plate)
- Lempeng Amerika Utara - Lempeng Scotia (Scotia plate)
- Lempeng Amerika Selatan - Lempeng Cocos (Cocos plate)
- Lempeng Antartika (Antartic plate)
 Batasan Divergen : batas antar lempeng yang saling bertumbukan
 Batasan Konvergen : batas antar lempeng yang saling menjauh satu dan lainnya
 Batasan Transform : batas antar lempeng yang saling berpapasan dan saling bergeser satu
dan lainnya menghasilkan suatu sesar mendatar jenis Strike Slip Faul
4. Tatanan Tektonik  Tatanan tektonik yang ada disuatu wilayah sangat dipengaruhi oleh posisi
tektonik yang bekerja di wilayah tersebut. Interaksi antar lempeng yang terjadi pada batas-
batas lempeng konvergen, divergen, dan transform akan menghasilkan tatanan tektonik
tertentu
5. Orogenesa  pembentukan pegunungan yang dipengaruhi oleh konsep tegasan yang dicirikan
oleh lapisan lapisan sedimen tebal yang terlipat dengan arah sumbu lipatan yang berbeda beda,
serta dicirikan oleh proses deformasi yang berlangsung berkali kali dan merupakan pengaruh
dari berbagai proses yang berbedabeda, termasuk intrusi dan gejala pelengseran gaya berat,
yang bekerja pada suatu bahan yang berlainan sifat dan kedalamannya. Sifat sifat umum dari
suatu jalur orogen adalah:
1. Terdiri dari lapisan lapisan sedimen tebal yang terlipat dengan arah sumbu lipatan yang
berbeda-beda
2. Dicirikan oleh proses deformasi yang berlangsung berkali kali.
3. Merupakan pengaruh dari berbagai proses yang berbeda-beda, termasuk intrusi dan gejala
pelengseran gaya berat, yang bekerja pada suatu bahan yang berlainan sifat dan
kedalamannya.
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

6. Volkanisma = tempat atau lubang diatas muka Bumi dimana daripadanya dikeluarkan bahan
atau bebatuan yang pijar atau gas yang berasal dari bagian dalam bumi ke permukaan, yang
kemudian produknya akan disusun dan membentuk sebuah kerucut atau gunung ((Noor, 2014).

REFERENSI :

Noor, D. (2014). Pengantar Geologi. Deepublish. Retrieved from


https://books.google.co.id/books?id=TRdADAAAQBAJ. Diakses 8 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai