NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.
Geomorfologi
Pengertian
Geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang roman muka bui berserta aspek-
aspek yang mempengaruhinya termasuk deskripsi, klasifikasi, genesa, perkembangan, dan
sejarah permukaan bumi. Kata Geomorfologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3
kata, yaitu Geos (bumi), Morphos (bentuk), dan Logos (Ilmu Pengetahuan). Berdasarkan
kata-kata tersebut maka Geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk
bumi.(Noor, 2014).
Lobeck (1939) dalam bukunya “Geomorphology: An Introduction to the study of
landsape”. Landscapes dalam hal ini adalah bentang alam. Dalam mendeskripsikasn dan
menafsirkan bentuk-bentuk bentang alam (landform atau landscape) ada tiga faktor yang
diperhatikan, yaitu: struktut, proses, dan stadia, yang merupakan satu kesatuan dalam
mempelajari geomorfologi.
Konsep Dasar
Untuk mempelajari geomorfologi, diperlukan dasar pengetahian yang baik dalam bidang
klimatologi, geografi, geologi, serta sebagian ilmu fisika dan kimia yang mana berkaitan erat
dengan proses dan pembentukan muka bumi. Secara garis besar proses pembentukan muka
bumi menganut azas berkelanjutan dalam bentuk daur geomorfik (geomorphic cycles) yang
meliputi pembentukan daratan oleh gaya dari dalam bumi (endogen), proses
penghancuran/pelapukan karena pengaruh luar (eksogen), proses pengendapan dari hasil
penghancuran muka bumi (agradrasi) dan kembali terangkat karena tenaga endogen, dst
merupakan siklus geomorfologi yang ada dalam skala waktu yang sangat lama
1. Hukum-hukum Fisika, Kimia, dan Biologi yang berlangsung pada saat ini maupun
masa lampau (gaya-gaya dan proses yang membentuk permukaan bumi sudah
berlnagsung sejak terbentuknya bumi)
2. Struktur geologi = faktor pengontrol yang paling dominan dalam evolusi bentang
alam, struktur geologi dicerminkan oleh bentuk bentang alam
3. Relief muka bumi berbeda antara satu dengan yang lainnya derajat oembentukan
yg berbeda
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.
2. Proses
Pengertian “Geomorphic Processes” semata-mata dijiawi oleh energi/proses yang
berasal dari luar bumi, dengan alasan:
a. Energi yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen) lebih cenderung sebagai
faktor yang membangun, seperti: pembentukan daratan, plateau, pegunungan
kubah, pegunungan lipatan, pegunungan patahan, dan gunung api
b. Energi yang berasal dari luar bumi (gaya eksogen) lebih cenderung merubah
bentuk atau struktur bentangalam.
Gaya merusak ini menyebabkan adanya tahapan stadia atau “stages” pada setiap
bentang alam. Stadia atau stage tidak disebabkan oleh gaya endogen seperti
diastrophisme atau vulcanisme. Gaya endogen dan eksogen mempunyai pengaruh yang
dominan dalam pembentukan bentang alam yang spesifik diatas muka bumi. Maka
bentang alam dibagi menjadi dua golongan besar:
a. Bentangalam kontruksioal terbentuk akibat gaya endogen
b. Bentangalam destruksional terbentuk akibat gaya eksogen terhadap
bentangalam yang dihasilkan oleh gaya endogen melalui proses pelapulan, erosi
abrasi, dan sedimanetasi.
Sehingga proses = semua gaya yang berdampak terhadap penghancuran
(perombakan) bentuk bentangalam yang terjadi akibat gaya endogen sehingga
memungkinkan bentang alam mengalami stadia Muda, Dewasa, dan Tua. Proses
perombakan bentangalam terjadi melalui sungai (proses fluvial), gletser, gelombang, dan
angin agen yang dinamis (geomorphic agent), karena dapat mengikis dan mengangkut
material-material di bumi dan mengendapkannya di tempat tertentu
3. Stadia
Stadia/tingkatan bentangalam (jentera geomorfik) dinyatakan untuk mengetahui
seberapa jauh tingkat kerusakan yang telah terjadi dan dalam tahapan apa kondisi
bentang alam saat ini. Tingkatan : Stadia Muda, Dewasa, dan Tua.
Referensi :
Noor, D. (2014). Geomorfologi. Deepublish.