Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan Islam di Nusantara

Pembahasan

• Teori masuknya islam

1. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia –
Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard
H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan
perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan
Samudra Pasai.
Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang
pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak
sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari
India yang menyebarkan ajaran Islam.

2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama
yaitu teori Gujarat.
Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan
pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah
mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan
berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh
mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan
Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut
berasal dari Mesir. 
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli
yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan
politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7
dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab
sendiri.
.
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran).
Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam
Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein
cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di
Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.
Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu
Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk
tandatanda bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik.
  Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan
P.A. Hussein Jayadiningrat.

• Cara Masuk / Saluran Masuk

1.      Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari
Gujarat/India, Persia, dan Bangsa Arab. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan
perdagangan di Indonesia. Hal ini konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan
hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam. 

2.      Perkawinan
Karena pernikahan dilakukan dengan putri raja, maka banyak keluarga raja atau
bangsawan masuk Islam. Kemudian diikuti oleh rakyatnya. Dengan demikian
Islam cepat berkembang.

3.      Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig
yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren. 

4.      Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang
peranan penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk
agama Islam, otomatis rakyatnya akan berbondong -  bondong memeluk agama
Islam. Karena, masyarakat Indonesia memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja
selalu menjadi panutan rakyatnya.

5.      Melalui Dakwah di Kalangan Masyarakat


Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri terdapat juru-juru dakwah yang
menyebarkan Islam di lingkungannya, antara lain : Dato'ri Bandang menyebarkan
agama Islam di daerah Gowa (Sulawesi Selatan), Tua Tanggang Parang
menyebarkan Islam di daerah Kutai (Kalimantan Timur), Seorang penghulu dari
Demak menyebarkan agama Islam di kalangan para bangsawan Banjar
(Kalimantan Selatan), Para Wali menyebarkan agama Islam di Jawa, dll.

6.    Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni
pahat, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di
Jogjakarta, Solo, Cirebon, dls.

7.      Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu
menghayati kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah – tengah
masyarakatnya.

• Faktor-Faktor Islam Masuk

1. Ajarannya sederhana, mudah dimengerti dan diterima.


2. Syaratnya mudah, hanya dengan mengucapkan kalimat syahadat, yang berisi
pengakuan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan Muhammad utusan Tuhan.
3. Islam tidak mengenal kasta, sehingga lebih mudah menarik bagi rakyat biasa
yang jumlahnya justru lebih besar.
4. Upacara-upacara keagmaan sangat sederhana.
5. Islam disebarkan dengan cara damai lewat kesenian dan akulturasi dengn
kebudayaan setempat.
6. Jatuhnya Majapahit dan Sriwijaya menyebabkan kerajaan-kerajaan Islam
berkembang pesat.

• Perkembangan Islam diIndonesia

1. Perkembangan Islam di Sumatera


a. Kerajaan Samudra Pasai
Samudra Pasai muncul pada pertengahan abad 13, kerajaan pertama di Indonesia.
Letaknya di pesisir timur laut Aceh sekarang kabupaten Lhokseumawe.dengan raja
pertama Sultan malik al-saleh
b. Kerajaan Aceh
Berdiri pada tahun 1514 diujung Pulau Sumatera, pendirinya Sultan Ali Mugayat
Syah, mengalami kejayaan pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda menjalin
kerjasama dengan kerajaan Turki Usmani (Ottoman). Setelah Sultan Iskandar
Muda, pemerintahan kerajaan berturut-turut dipimpin oleh : Sultan Iskandar Sani,
Sultan (Ratu) Syafiuddin, Tajul Alam, Sultanah Sri Naqoitudin Nurul Alam,
Sultanah Inayah, dan Sultanah Kamalat Syah.

2. Perkembangan Islam di Jawa


Perkembangan Islam di Jawa tidak bisa dilepaskan dari peranan Wali Songo adalah
sebagai berikut :
a. Maulana Malik Ibrahim/ Maulana Maghrib/ Syeh Magribi
b. Sunan Ampel
c. Sunan Bonang
d. Sunan Giri
e. Sunan Drajat
f. Sunan Kalijaga
g. Sunan Kudus
h. Sunan Muria
i. Sunan Gunung Jati
Disamping Wali Songo penyebar agam islam di Jawa tidak terlepas dari peranan
kerajaan Islam sebagai berikut :
1) Kerajaan Demak
2) Kesultanan Pajang
3) Kerajaaan Mataram
4) Kerajaan Cirebon
5) Kesultanan Banten

3. Perkembangan Islam di Sulawesi


Masuknya Islam di Sulawesi tidak terlepas dari peran Sunan Giri di Gresik, hal ini
karena Sunan Giri mendirikan pondok pesantren yang banyak muridnya dari luar
jawa termasuk dari Sulawesi.
Adapun masuknya Islam di Sulawesi ada 2 cara :
a. Tidak resmi : Interaksi pedagang setempat dengan pedagang muslim di luar
Sulawesi
b. Resmi : Penerimaan Islam dilakukan oleh Raja Gowa dan Tallo, Sultan Alaudin
yang telah masuk Islam tahun 1605.

4. Perkembangan Islam di Kalimantan


Pada abad ke-16 Islam mulai memasuki kerajaan Sukadana. Pada tahun 1509
Kerajaan Sukadana resmi menjadi kerajaan Islam. Kerajaan Islam Banjar, di
bagian selatan pulau Kalimantan tahun 1926. Tokoh yang berjasa dalam
pengembangan Islam di Sulawesi adalah Pangeran Antasari atau Sultan Amirudin
Khalifatul Mukminin.

5. Perkembangan Islam di Maluku dan Irian Jaya


Penyebaran agama Islam di Maluku tidak terlepas dari jasa para santri Sunan
Drajat yang berasal dari Ternate dan Hitu sejak abad ke-15. Di Maluku ada 4
kerajaan Islam : Ternate, Tidore, Bacan, Jailolo. Tokoh yang berjasa dalam
penyebaran Islam : Sultan Zainal Abidin berhasil mengembangkan agama Islam ke
Maluku dan Irian Jaya bahkan sampai Filipina.

6. Perkembangan Islam di Nusa Tenggara dan sekitarnya


Di Nusa Tenggara Islam pertama kali diterima oleh suku Sasak antara tahun 1840-
1850 penyiaran Islam di daerah ini dilakukan oleh para mubaligh dari Makasar. Di
Pulau Bali muslim terdapat di Singaraja, Buleleng dan Siririt.

• Peranan Umat Islam diIndonesia

1. Peranan Umat Islam pada masa Penjajahan


Sebelum bangsa Belanda masuk ke Indonesia, sebagian besar masyarakat
Indonesia telah memeluk agama Islam. Ajaran Islam telah diamalkan dengan baik
oleh sebagian besar kaum muslimin. Keyakinan bahwa manusia disisi Allah SWT
adalah sama, tidak ada perbedaan drajat kecuali dalam hal iman dan taqwanya
kepada Allah SWT, menumbuhkan kesadaran terhadap kemandirian dan kebebasan
untuk menentukan arah dan tujuan kehidupannya, baik kehidupan pribadi,
bermasyarakat maupun berbangsa dan bernegara.

2. Perlawanan Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajahan


a. Perlawanan terhadap Penjajah Portugis
Pada tahun 1522 Portugis telah menetap dan mendirikan benteng pertahanan di
wilayah Sunda Kelapa (Jakarta). Portugis disamping berdagang juga membawa
ajaran agama Khatolik.
Melihat keadaan seperti itu kerajaan Islam Demak sangat khawatir. Maka pada
tahun 1526 tentara Demak dibawah pimpinan Fatahillah berangkat menuju Sunda
Kelapa melalui jalan laut. Selanjutnya Fatahillah berhasil berusaha mengusir
tentara Portugis dalam peperangan yang sengit terjadi dan akhirnya Portugis kalah.
Sunda Kelapa dapat direbut Fatahillah pada 22 Juni 1527 M kemudian Sunda
Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta, kemudian sekarang menjadi Jakarta
(Ibukota Negara).
b. Perlawanan terhadap Penjajah Belanda
Pada masa Sultan Agung sebagai Raja Islam Mataram di Jawa Tengah, penjajah
Belanda sudah menguasai Batavia (Jakarta), pada tahun 1628 Sultan Agung
berusaha mengusir penjajah Belanda dari tanah Jawa, tetapi usahanya tidak
berhasil. Dan pada tahun 1629 beliau melakukan penyerangan lagi ke Batavia
dengan kekuatan yang lebih besar. Namun karena persenjataan Belanda lebih
modern, akhirnya perlawanan itu dapat dipatahkan.
Demikian pula Tueku Umar di Aceh, Imam Bonjol di Sumatra Barat, Sultan
Hasanuddin di Sulawei Selatan, Sultan Babullah di Ternate, Pangeran Diponegoro
di Jawa Tengah, dan daerah-daerah lainnya mereka dengan dukungan
masyarakatnya berjuang dan berperang mengusir penjajah Belanda.
Belanda telah melakukan penindasan dan penjajahan terhadap bangsa Indonesia
yang semakin lama semakin kuat kekuasaannya, di seluruh Nusantara. Perbuatan
Belanda yang demikian sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam yang
dianut oleh sebagian besar bangsa Indonesia, dan nilai-nilai peri kemanusian dan
keadilan.
Melihat keadaan seperti ini kaum muslimin yang terhimpun pada kerajaan Islam
pada waktu itu di seluruh Nusantara mengadakan perlawanan secara terpisah,
masing-masing menentang  penjajahan Belanda. Kesultanan Banten di pulau Jawa
yang berulang kali mengadakan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Terutama
pada masa Sultan Ageng Tirtayasa yang memerintah Banten dari tahun 1651-1682
M, sangat anti terhadap penjajahan Belanda. Perjuangan mengusir penjajah itu
terus menerus dilancarkan sampai akhir pemerintahan Beliau di Kesultanan
Banten.

3. Masa Perang Kemerdekaan


a. Peranan Umat Islam pada Masa Kemerdekaan
    Perilaku kaum penjajah makin lama makin kejam terhadap bangsa Indonesia.
Penindasan, kesewenang-wenangan dan ketidak adilan penjajah merajalela. Bangsa
Indonesia tertindas, miskin, terbelenggu oleh kaum penjajah.
Kaum muslimin yang merupakan penduduk terbesar bangsa Indonesia sangat
merasakan perilaku kaum penjajah itu. Para ulama bersama kaum muslimin
bangkit, berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari tangan penjajah itu. Di
seluuh pelosok Nusantara kaum muslimin bangkit untuk merebut kembali
kemerdekaannya yang telah dirampas oleh penjajah.
    Pahlawan-pahlawan pejuang kemerdekaan berjuang terus tiada henti-hentinya
dengan segala pengorbanan, baik berupa harta maupun jiwa. 
Pejuang muslim dan pahlawan kemerdekaan itu antara lain:
v  K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasym Ashari, HOS Cokroaminoto di Pulau Jawa,
v  Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Cut Mutiah, Panglima Polim
(Aceh)
v  Imam Bonjol (Sum-Bar), Sultan Mahmud Badruddin (Palembang)
v   Raden Intan (Lampung) di Sumatra
v   Pangeran Antasari di Kalimantan
v  Sultan Hasanuddin di Sulawesi dan lain-lain yang tersebar diseluruh Nusantara.

• Peranan Organisasi-Organisasi Islam diIndonesia

1. Sarekat Islam (SI)


Sarekat Islam (SI) pada awalnya adalah perkumpulan bagi para pedagang muslim
yang didirikan pada akhir tahun 1911 di Solo oleh H. Samanhudi. Nama semula
adalah Sarekat Dagang Islam (SDI). Kemudian tanggal 10 Nopember 1912
berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI). H.Umar Said Cokroaminoto diangkat
sebagai ketua, sedangkan H.Samanhudi sebagai ketua kehormatan. Latar belakang
didirikannya organisasi ini pada awalnya untuk menghimpun dan memajukan para
pedagang Islam dalam rangka bersaing dengan para pedagang asing, dan juga
membentengi kaum muslimin dari gerakan penyebaran agama Kristen yang
semakin merajalela. Dengan nama Sarekat Islam dibawah pimpinan H.O.S.
Cokroaminoto organisasi ini semakin berkembang karena mendapat sambutan
yang luar biasa dari masyarakat. Daya tarik utamanya adalah asas keislamannya. 

2. Muhammadiyah
Muhammadiyah secara etimologi artinya pengikut Nabi Muhammad. Adalah
sebuah organisasi non-politis yang bertujuan mengembalikan ajaran Islam sesuai
dengan al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad saw; memberantas kebiasaan yang
tidak sesuai dengan ajaran agama (bid’ah) dan memajukan ilmu agama Islam di
kalangan anggotanya. Organisasi ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di
Yogyakarta pada 18 Nopember 1912. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah
yang baru, telah disesuaikan dengan UU no.8 tahun 1985 dan hasil Muktamar
Muhammadiyah ke-41 di Surakarta pada tanggal 7-11 Desember 1985, Bab 1 pasal
1 disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar
ma’ruf nahi munkar yang berakidah Islam dan bersumber pada al-Quran dan
Sunnah. Sifat gerakannya adalah non-politik, tapi tidak melarang anggotanya
memasuki partai politik. Hal ini dicontohkan oleh pendirinya sendiri, KH Ahmad
Dahlan, dimana beliau juga adalah termasuk anggota Sarekat Islam.

3. Al Irsyad
Organisasi ini berdiri tanggal 6 September 1914 di Jakarta, dua tahun setelah
Muhammadiyah berdiri, dan bisa dibilang sebagai sempalan dari Jami’atul Khair.
Diantara tokoh al-Irsyad yang terkenal adalah syeikh Ahmad Surkati, berasal dari
Sudan yang semula adalah pengajar di Jami’atul Khair.

4. Nahdlatul Ulama
(NU) artinya kebangkitan para ulama. Adalah sebuah Organisasi sosial keagamaan
yang dipelopori oleh para ulama atau kiyai. Mereka itu ialah K.H.Hasyim Asy’ari,
K.H.Wahab Hasbullah, K.H.Bisri Syamsuri, K.H.Mas Alwi , dan K.H.Ridwan.
Lahir di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 dan kini menjadi salah satu
organisai dan gerakan Islam terbesar di tanah air. Bertujuan mengupayakan
berlakunya ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah Waljama’ah dan penganut
salah satu dari empat mazhab fiqih (Imam Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Hambali
dan Imam Maliki).

5. Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI)


MIAI ini sebenarnya berdiri pada masa pemerintahan Belanda, yaitu tanggal 21
September 1937 di Surabaya sebagai organisasi federasi yang diprakarsai oleh
K.H. Mas Mansur, K.H. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), K.H. Wahab Hasbullah
(NU) dan Wondoamiseno (PSII)

6. Masyumi
Masyumi kepanjangan dari Majlis Syura Muslimin Indonesia berdiri tahun 1943.
Dalam Muktamar Islam Indonesia tanggal 7 Nopember 1945 disepakati bahwa
Masyumi adalah sebagai satu-satunya partai Islam untuk rakyat Indonesia. Saat itu
juga Masyumi mengeluarkan maklumat yang berbunyi :” 60 Milyoen kaum
muslimin Indonesia siap berjihad fi sabilillah “, Pernyataan ini direkam dengan
baik oleh harian Kedaulatan Rakyat pada tanggal 8 Nopember 1945. Organisasi ini
dipimpin oleh K.H. Mas Mansur dan didampingi K.H.Hasyim Asy’ari. Tergabung
dalam organisasi ini adalah Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis, dan Sarekat
Islam. Tokoh-tokoh lain yang penting misalnya Ki Bagus Hadikusumo, Abdul
Wahab dan tokoh-tokoh muda lainnya misalnya Moh. Natsir, Harsono
Cokrominoto, dan Prawoto Mangunsasmito.

7. Mathla’ul Anwar
Organisasi ini berdiri tahun 1905 di Marus, Menes Banten. Bergerak dalam bidang
sosial keagamaan dan pendidikan. Pendirinya adalah KH. M. Yasin. Tujuannya
adalah untuk mengembangkan pendidikan Islam khususnya di kalangan
masyarakat sekitar Menes Banten.

8. Persatuan Islam (Persis)


Persis adalah organisasi sosial pendidikan dan keagamaan. Didirikan pada tanggal
17 September 1923 di Bandung atas prakarsa KH. Zamzam dan Muhammad
Yunus, dua saudagar dari kota Palembang. Organisasi ini diketuai pertama kali
oleh A. Hassan, seorang ulama yang terkenal sebagai teman dialog Bung
Karno ketika ia dipenjara. Bung Karno banyak berdialog dengan A.Hassan lewat
surat-suratnya. Pemikiran-pemikiran keagamaan Bung Karno selain dari HOS
Cokroaminoto, juga banyak berasal dari A.Hassan ini.

9. Organisasi Pelajar, Mahasiswa dan Kepemudaan Islam


Organisasi pelajar, mahasiswa dan kepemudaan Islam sangat besar sekali
peranannya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan memajukan
bangsa Indonesia. Jong Islamiten Bond (JIB) misalnya lahir tahun 1925 yang telah
melahirkan tokoh-tokoh nasional seperti M. Natsir, Moh.Roem, Yusuf Wibisono,
Harsono Tjokroaminoto, Syamsul Ridjal dan lain sebagainya.
Dari masa-masa tahun enam puluhan hingga kini peran kepemudaan Islam lebih
didominasi oleh organisasi-organisasi seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)
lahir 5 Pebruari 1947, PII (Pelajar Islam Indonesia), PMII (Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah). Organisasi-
organisasi pelajar dan kemahasiswaan tersebut telah melahirkan banyak pemimpin
nasional, antara lain misalnya Akbar Tanjung (mantan Ketua DPR) dan Nurcholis
Majid Almarhum (Ketua Yayasan Paramadina) adalah Alumni HMI; Din
Syamsudin (Sekjen MUI) adalah alumni IMM; Muhaimin Iskandar (Ketua PKB)
adalah alumni PMII, dan banyak lagi contoh-contoh lain dari tokoh-tokoh nasional
yang dikader oleh organisasi-organisasi kemahasiswaan di atas.

10. Departemen Agama


Departemen Agama dulu namanya Kementerian Agama. Didirikan pada masa
Kabinet Syahrir yang mengambil keputusan tanggal 3 Januari 1946, dengan
Menteri Agama yang pertama adalah M. Rasyidi.
11. Peran Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga Pendidikan Islam yang tertua di Indonesia adalah pesantren. Kehadiran
pesantren ini hampir bersamaan dengan kehadiran Islam di Indonesia itu sendiri.
Alasannya sangat sederhana, Islam sebagai agama dakwah disebarkan melalui
proses transmisi ilmu dari ulama atau kyai kepada masyarakat (tarbiyah wat ta’lim
atau ta’dib). Proses ini berlangsung di Indonesia melalui pesantren.

12. Majlis Ulama Indonesia (MUI)


Majlis Ulama ini sebenarnya sudah berdiri sejak jaman pemerintahan Soekarno,
tetapi baru di tingkat daerah. Di Jawa Barat misalnya majlis ini berdiri tanggal 12
Juli 1958. Pada tanggal 21 sampai 27 Juni 1975 diadakan Musyawarah Nasional I
Majlis Ulama seluruh Indonesia di Jakarta yang dihadiri oleh wakil-wakil Majlis
Ulama propinsi. Ketika itulah Majlis Ulama tingkat Nasional berdiri dengan nama
Majlis Ulama Indonesia (MUI).

13. Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)


ICMI berdiri pada 7 Desember 1990 sebagai sebuah organisasi yang menampung
para cendekiawan muslim yang mempunyai komitmen pada nilai-nilai keislaman,
tanpa melihat aliran, warna politik dan kelompok.

• Hikmah Perkembangan islam diIndonesia

1. Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.


2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan
dan pekerja keras.
3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam
tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran
dasar dalam Islam.

• Kesimpulan

1. Masuknya Islam di Indonesia” pada abad 7 SM, 8 SM, atau 13 SM


2. Perkembangan Islam di Indonesia terbagi menjadi beberapa wilayah diantaranya
yaitu Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku
3. Para pendiri dan ulama awal yang menyebarkan Islam di Indonesia di antaranya
yaitu; Sultan malik al-saleh, Sultan Ali Mugayat Syah, Sultan Alaudin ,Pangeran
Antasari atau Sultan Amirudin Khalifatul Mukminin dan wali songo (Maulana
Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan
Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan Muria).
4. Sedangkan masuknya islam di Indonesia dilakukan dengan enam saluran yaitu:
Saluran perdagangan, Saluran perkawinan, Saluran tasawuf, Saluran pendidikan,
Saluran kesenian, dan Saluran politik.
5. Peranan islam bisa dilihat dari penentangan penjajahan portugis dan belanda.
Begitupula dengan berdirinya oraganisasi islam diindonesia

• Saran

Islam adalah agama yang damai. Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan
peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru
dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Maka dari itu
melalui makalah ini kita di ajarkan untuk dapat berdamai dengan orang-orang
disekitar kita. Hindarilah segala pertengkaran yang dapat merusak hubungan
silaturrahmi kita.

Anda mungkin juga menyukai