Anda di halaman 1dari 4

TUGAS FARMAKOLOGI

Nama : Lastria Manurung, S,Tr. Keb


Mata Kuliah : Farmakologi Dalam Kebidanan
Dosen : Bapak Marta Halim

PROGRAM PROFESI KEBIDANAN


POLITEKNIK BHAKTI ASIH
PURWAKARTA
2021
1. Dalam Farmakokinetika obat, faktor yang berperan menghambat metabolisme obat
adalah :
a) Kondisi khusus : penyakit yang menyerang organ hati, misalnya sirosis
b) Pengaruh Gen : Perbedaan gen individual menyebabkan proses metabolism obat
seseorang berlangsung cepat, sementara yang lain lambat
c) Pengaruh lingkungan : rokok, stress, penyakit lama, operasi dan cedera
d) Usia : seiring bertambahnya usia, enzim yang membantu metabolisme obat di dalam
tubuh berkurang hingga 30% atau lebih. Akibatnya, dosis obat pada pasien lansia juga
harus dikurangi.
e) Jenis Kelamin : Faktor lainnya dari dalam tubuh yang dapat memengaruhi laju
metabolisme yaitu jenis kelamin. Laki-laki biasanya memiliki otot yang lebih banyak
dan lemak yang lebih sedikit dibandingkan perempuan dengan usia dan berat badan
yang sama.Dengan adanya perbedaan tersebut, tubuh laki-laki cenderung membakar
lebih banyak kalori dibandingkan perempuan. Untuk mengimbangi perbedaan ini,
perempuan perlu melakukan aktivitas fisik yang lebih banyak agar laju
metabolismenya meningkat.
f) Pengaruh hormon : Hormon sangat mempengaruhi laju metabolisme obat,
akitabatnya kekurangan hormon khususnya hormon tiroid akan menyebabkan
lambatnya metabolisme obat dalam tubuh.
2. Dalam Farmakokinetika obat, faktor yang berperan untuk meningkatkan metabolisme
obat adalah :

a) Aktifitas fisik : salah satu faktor yang berperan meningkatkan metabolism obat yakni
aktivitas fisik. Tubuh membakar banyak kalori saat bergerak. Ini karena otot-otot
membutuhkan energi untuk berkontraksi sehingga dapat beraktivitas dan
berolahraga.
b) Asupan makanan yang begizi : Tubuh membutuhkan asupan zat gizi yang memadai
untuk menjalankan proses metabolism. Sel-sel tubuh juga membutuhkan kalsium
untuk melangsungkan metabolisme. Tanpa asupan gizi yang cukup, metabolisme
tidak dapat berjalan dengan baik.

c) Asupan cairan yang cukup : Asupan cairan juga merupakan faktor penting yang
memengaruhi laju metabolisme. Ini karena tubuh memerlukan energi untuk
menyesuaikan suhu air dengan suhu internal. Semakin banyak air yang di minum,
semakin besar juga energi yang dibutuhkan.
3. Dalam farmakodinamika obat, sebuah obat dapat menimbulkan efek farmakologi melalui
dua mekanisme yaitu melalui perantara reseptor dan tanpa perantara reseptor. Teori yang
mendasari efek obat melalui perantara reseptor adalah teori pendudukan reseptor, di mana
obat dapat menimbulkan efek setelah terjadi kompleks antara reseptor yang sesuai
dengan obat. Mekanisme kerja obat yang lain tanpa perantara reseptor dapat terjadi
secara fisika, kimia, metabolism dan antagonis saingan / kompetitif.
4. Obat intra vena bioavaibilitas mencapai 100% sedangkan obat oral tidak dapat mencapai
100% karena tidak melalui adanya proses absorbsi, obat langsung masuk keperedaran
darah. Sedangkan obat oral melalui adanya proses absorbsi. Pada tahap ini obat masuk ke
saluran pencernaan terlebih dahulu dan setelah itu keperedaran darah.
5. Pengobatan ibu hamil selau memperhatikan petunjuk obat obat keamanan pada waktu
hamil. Berdasarkan kategori X penelitian yang dilakukan pada hewan ataupun pada
manusia menunjukkan bahwa obat kategori ini dapat menyebabkan kelainan janin. Selain
itu, terdapat pula bukti positif adanya risiko pada janin manusia dan risiko efek samping
yang ditimbulkan oleh obat kategori ini apabila dikonsumsi oleh ibu hamil.
Contoh obat kategori X adalah :
a)  Isotretinoin : obat jerawat yang dapat menimbulkan kelainan susunan saraf pusat,
wajah dan kardiovaskular janin.
b) Thalidomide : sebagai obat untuk mengurangi mual muntah pada kehamilan muda dan
terbukti menimbulkan cacat pada anggota gerak
c) Simvastatin : sebagai obat kolesterol tetapi dapat membuat janin mengalami kecacatan
6. Cara mencegah efek buruk obat kategori L5 pada ibu menyusui jika ibu tersebut
mendapat kategori L5, yaitu :
a) Konfirmasikan kepada tenaga kesehatan sebelum mengkonsumsi obat jika sedang
menyusui
b) Pada umumnya konsentrasi obat di ASI sekitar 1-3 jam sesudah minum obat. Hal
ini mungkin dapat membantu untuk tidak memberikan ASI pada waktu tersebut
c) Bila ibu menyusui tetap meminum obat yang potensial toksik terhadap bayinya
maka untuk sementara ASI tidak diberikan. ASI dapat diberikan setelah tenaga
kesehatan memberi instruksi.
d) Mengamati kondisi bayi setiap harinya selama ibu meminum obat

Anda mungkin juga menyukai