Anda di halaman 1dari 3

Nama : Citra Nesa Aqila

NRP : 01311840000039

Kelas :A

Kelompok: 4 A

Rangkuman Mata Praktikum Meiofauna Bentik


Meiofauna merupakan organisme benthos menempati posisi yang sangat penting dalam proses
biodegradasi di ekosistem pantai. Meiofauna bersifat relatif menetap pada dasar perairan, meiofauna
juga dapat dijadikan bioindikator kualitas perairan, karena jika terjadi penurunan kualitas perairan,
maka akan mempengaruhi keanekaragaman dan keseragaman dari suatu organisme pada suatu
daerah (Assy et al., 2013). Meiofauna mampu memberikan respon terhadap perubahan kondisi
lingkungan (Balsamo et al., 2012; Kiswara et al., 1994). Respon yang diberikan meiofauna bentik bisa
dilihat dari kelimpahan, keanekaragaman dan jumlah jenis (Sofani dan Muzaki, 2015). Pada kondisi
perairan yang baik meiofauna bentik dapat ditemukan dalam jumlah yang melimpah mencapai 106
per meter persegi (Sofani dan Muzaki, 2015). Meiofauna berukuran antara 63-100µm (0,063-1mm),
termasuk kelompok metazoa kecil di antara makrofauna dan mikrofauna. Organisme ini biasanya
hidup di antara ruang sela-sela atau butiran sedimen sehingga disebut organisme interestial (Erliyanda
et al., 2017).

Dalam mata praktikum Meiofauna bentik hanya memperlajari kelompok Meiofauna interstisial.
Meiofauna interstisial hidup di antara butiran pasir dan biasanya berukuran kecil dan berbentuk
seperti cacing. Banyak spesies interstisial memiliki organ perekat untuk menempel pada butiran pasir
(Palmer et al., 2006)/ tujuan praktikum Meiofauna bentik antara lain; (1) Mahasiswa mengetahui dan
memahami istilah dan biologi meiofauna (2) Mahasiswa mengetahui dan mampu melaksanakan
metode standard pengambilan sampel meiofauna bentik (3) Mahasiswa mengetahui dan dapat
mengidentifikasi meiofauna hingga taksa kelas dan/atau ordo (4) Mahasiswa mengetahui dan
memahami faktor fisik, kimia, biotik dan hidro-oseanografi yang mempengaruhi kehidupan
meiofauna.

Prosedur yang dilakukan dalam praktikum meliputi;

Pengukuran Variabel Ambien Lingkungan

Ambien tanah yang diukur meliputi suhu, salinitas dengan Hand-salino refractometer
“ATC FG-217”, kadar DO (Dissolved Oxygen/oksigen terlarut) dalam sedimen
menggunakan DO Meter, pH sedimen menggunakan Soil pH tester dan sedimen grain
size/ tipe sedimen (Romadhoni et al., 2013).

Analisis Tipe Sedimen

Tipe sedimen dianalisis dengan metode penyaringan basah seperti yang dilakukan oleh
Susetiono (1999). Sedimen dibedakan berdasarkan 3 kelompok sedimen yaitu
berdasarkan kerikil yang berukuran lebih besar dari 1 mm, pasir yang berukuran 0,063
sampai dengan I mm, dan lumpur yang berukuran lebih kecil dari 0,063 mm (Giere dkk.
1988: 64).

Pengambilan Sampel Meiofauna

Pengambilan Sampel meiofauna mengunakan menggunakan piston- style corer, Teknik


yang tepat untuk menggunakan corer gaya piston untuk pengambilan sampel visual dan
subsampling. Plunger dari corer harus ditempatkan di dekat permukaan sedimen (a) dan
dinding corer didorong ke bawah sambil menahan plunger pada tempatnya (b). Suction
dari plunger menahan sedimen sementara corer dibuang (c). Corer beserta sampel
sedimen yang terambil ditarik secara perlahan-lahan (Fleeger et al., 2008).

Gambar 1. Sampling meiofauna bentik dengan menggunakan piston-style corer (Fleeger et al.,
2008)

Analisis Sampel Meiofauna

Analisis Sampel Meiofauna dilakukan dengan metode dekantasi, hasil saringan dengan
saringan 0,5 dan 0,063 mm kemudian didekantasi untuk memisahkan sampel meiofauna
dari sedimen. Sampel meiofauna hasil pemisahan selanjutnya diawetkan menggunakan
buffered formalin 10% (Fonseca et al., 2011).

DAFTAR PUSTAKA

Assy, D., N. W., Ruswahyuni. 2013. Hubungan Kelimpahan Meiofauna Pada Kerapatan Lamun Yang
Berbeda Di Pulau Panjang, Jepara. Journal Of Management Of Aquatic Resources. Vol. 2 (3); 226-232.

Balsamo,M., Semprucci, F. Frontalini dan R. Coccioni. 2012. Meiofauna as a Tool for Marine Ecosystem
Biomonitoring. Marine Ecosystems, Dr. Antonio Cruzado (Ed.) Department of Earth, Life and
Environmental Sciences (DiSTeVA), University of Urbino, Italy.

Erliyanda., M. Ali Sarong., Chitra. O. 2017. Kepadatan Dan Keanekaragaman Meiofauna Di Perairan
Sungai Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan
dan Perikanan Unsyiah. Vol. 2 (1): 26-32.

Fleeger, J., D. Thistle., Hjalmar., Thiel less. 2008. Sampling Equipment. Sematic Shoolar.

Fonseca,G., P. Hutchings., F. Galluci. 2011. Meiobentic communities of segrass bed (Zostera


capricorni) and unvegetated sediments along the coast of New South Wales, Australia. Estuarine,
Coastal and Shelf Science. 91: 69-77
Kiswara,W., M.K. Moosa dan M. Hutomo. 1994. Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun Di Pantai
Selatan Lombok Dan Komdisi Lingkungannya. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi
± LIPI.

Palmer, M. A., David L. Strayer, and Simon D. Rundle. 2007. Meiofauna; Methods in steam ecology.
Academic Press; 415-433.

Romadhoni, M., Aunurohim. 2013. Struktur Komunitas Polychaeta Kawasan Mangrove Muara Sungai
Kali Lamong-Pulau Galang, Gresik. Jurnal Sains Dan Seni Pomits Vol. 2 (2); 2337-3520

Sofani, M. A., F. K. Muzaki. 2015. Komunitas Meiofauna Bentik yang Terpengaruh Air Bahang di
Perairan PLTU Paiton Probolinggo. Jurnal Sains Dan Seni Its. Vol. 4, (2); 2337-3520.

Susetiono. 1996. Meiofauna of segrass beds in Kuta Bay, Lombok, Indonesia. Proceeding of Seventh
Join Seminar on Marine Science. Tokyo: JSPS and ORI, University of Tokyo

Anda mungkin juga menyukai