Team project ©2017
Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN MEDIA ONLINE
REPUBLIKA DAN SUARA PEMBARUAN
TERHADAP ISU PEMBAKARAN MASJID
DI TOLIKARA, PAPUA:
SEBUAH ANALISIS ISI KUANTITATIF
SKRIPSI
12140110124
Oleh
Dosen Pembimbing
Disahkan oleh
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Multimedia Nusantara
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya ilmiah saya
sendiri, bukan plagiat dari karya ilmiah yang ditulis oleh orang lain atau lembaga
lain, dan semua karya ilmiah orang lain atau lembaga lain yang dirujuk dalam
skripsi ini telah disebutkan sumber kutipannya serta dicantumkan di Daftar
Pustaka.
di masa depan…“
Objektivitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh
surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistiknya. Dalam membuat sebuah
berita, media harus bersikap objektif dan tidak memihak.
Isu pembakaran masjid di Tolikara, Papua, merupakan kasus perseteruan antar
agama yang banyak disorot oleh media. Media massa mampu membangun pikiran
khalayak dengan konten yang beragam melalui cara penyampaian masing-masing
media. Media dengan latar belakang ideologi agama harus tetap menjunjung
tinggi objektivitas dalam membuat berita. Untuk itu, pemberitaan yang dibuat
harus netral.
Melalui penelitian ini, peneliti mengambil dua media online dengan total sampel
116 berita, yaitu Republika (58 berita) dan Suara Pembaruan (58 berita). Peneliti
mengukur seberapa besar objektivitas kedua media dalam membuat berita terkait
isu pembakaran masjid di Tolikara, Papua selama periode 17 Juli hingga 23 Juli
2015 dengan latar belakang ideologi masing-masing media yang berbeda. Peneliti
menggunakan teori tanggung jawab sosial yang diterapkan di Indonesia, disertai
dengan konsep objektivitas Wasterstahl untuk mengukur tingkat objektivitas
kedua media tersebut.
Secara umum, media online Republika dan Suara Pembaruan belum memenuhi
kategori objektivitas dalam pemberitaan mengenai isu pembakaran masjid di
Tolikara, Papua. Berita yang berimbang pada media online Republika hanya
8,6%, sedangkan media online Suara Pembaruan hanya 24,1%. Kedua media
online juga masih didapati mencampurkan fakta dengan opini dalam membuat
berita. Media online Republika ditemukan sebanyak 24,1% mengandung opini
dari wartawan, sedangkan pada media online Suara Pembaruan sebanyak 5,2%.
Namun, kedua media online ini berusaha untuk objektif. Hal ini terlihat dari
kesesuaian judul dan isi berita, atribusi yang jelas, pencantuman waktu terjadinya
peristiwa yang jelas, dan berita yang dibuat mengandung news value.
Kata kunci: Objektivitas, analisis isi, kuantitatif, isu agama, pembakaran masjid
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Objektivitas Pemberitaan Media Online
Republika dan Suara Pembaruan Terhadap Isu Penyerangan Masjid di Tolikara,
Papua. Skripsi ini merupakan prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-1)
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Multimedia Nusantara.
Penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan, doa, dan
bantuan dari berbagai pihak. Maka, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
ii
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan memiliki
banyak kekurangan. Untuk itu, peneliti sangat menghargai jika ada kritik dan
saran membangun yang diberikan kepada peneliti. Semoga skripsi ini dapat
berguna bagi semua pihak yang membacanya, khususnya mahasiswa dan
mahasiswi Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara yang akan melakukan
penelitian serupa.
Peneliti
iii
ABSTRAK ............................................................................................................. i
iv
vi
vii
Tabel 3.18 Reliabilitas Kategori Relevansi Berita (News Value) Republika .........74
viii
Tabel 3.22 Reliabilitas Kategori Pencampuran Fakta dan Opini Republika .........80
Tabel 3.24 Reliabilitas Kategori Kesesuaian Judul dan Isi Republika ..................82
ix
xi
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman suku, ras dan agama.
Berdasarkan Pasal 28E UUD 1945, Indonesia adalah negara yang menjunjung
tinggi kebebasan setiap warga negaranya untuk menganut dan menjalankan ajaran
ini dianut sejak tahun 1945. Negara Indonesia memberi kebebasan pada setiap
bebas.
Menurut hasil sensus Badan Pusat Statistik tahun 2010, 87,18% dari
Katolik, 1,69% Hindu, 0,72% Buddha, 0,05% Kong Hu Cu, 0,13% agama
lainnya, dan 0,38% tidak terjawab atau tidak ditanyakan. Hasil sensus
sensus ini juga menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki
keberagaman agama.
yang menyangkut hal agama terjadi di berbagai daerah. Konflik yang terjadi pun
beragam motifnya. Hal ini terlihat dari berbagai kasus pertikaian antar agama
yang hingga saat ini masih marak terjadi. Beberapa lembaga telah melakukan riset
mengenai konflik antar agama yang terjadi di Indonesia. Lembaga yang telah
melakukan riset tersebut antara lain SETARA Institute, The Wahid Institute, dan
lembaga tersebut adalah organisasi yang memiliki tujuan yang sama antara satu
dengan yang lain untuk melakukan riset dan penelitian tentang keagamaan dengan
Hasil riset konflik agama dapat dilihat pada grafik fluktuasi jumlah kasus
(Kementrian Agama Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan 2014)
beragama dalam tahun yang sama di setiap tahunnya. Berbagai bentuk tindakan
intoleransi antar agama dapat dilihat meningkat dari tahun 2007 hingga 2013.
Salah satu kasus konflik antar agama yang diangkat oleh penulis adalah isu
terjadi pada 17 Juli 2015 silam. Kasus perseteruan yang berbau agama bukanlah
yang pertama kalinya terjadi di Papua. Bahkan, peristiwa kekerasan yang terjadi
di Kabupaten Tolikara hanyalah satu dari sekian banyak kasus kekerasan dan
diskriminasi antar agama yang terjadi di Papua. Isu yang tersebar di masyarakat
ialah aksi rasisme umat kristiani dengan menyerang umat muslim yang sedang
melaksanakan ibadah salat Idul Fitri dan membakar masjid yang ada di Tolikara,
Papua.
Tolikara. Peristiwa ini bermula dari surat edaran tentang pelarangan bagi umat
Islam melaksanakan salat Idul Fitri. Surat edaran tersebut dikeluarkan oleh Dewan
Pekerja Wilayah Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Tolikara, Papua. Dalam surat
tersebut, GIDI meminta agar umat Islam untuk tidak mengerahkan dan
mengundang massa dalam jumlah besar karena pada 13 hingga 19 Juli 2015 GIDI
remaja. Selama kegiatan seminar ini berlangsung, umat muslim yang bertepatan
merayakan hari raya Idul Fitri dilarang menggunakan jilbab. Dalam surat tersebut
edaran tersebut telah dilakukan konfirmasi kepada Presiden GIDI. Presiden GIDI
langsung olehnya. Karena merasa surat edaran yang dikeluarkan GIDI di Tolikara
Wanimbo dan menyepakati untuk mencabut dan tidak mengizinkan surat edaran
WIT. Namun, tidak lama saat salat Idul Fitri dilakukan, banyak massa yang
datang dan meminta agar salat Idul Fitri tersebut dihentikan. Kapolres kemudian
bernegosiasi dengan massa. Akan tetapi, massa sulit untuk dikendalikan sehingga
untuk meredam situasi. Polisi gagal melakukan negosiasi dengan massa. Aksi
anarkis dan penyerangan terhadap aparat pun terjadi. Massa juga menyerang umat
muslim. Polisi melakukan tembakan ke sejumlah orang yang saat kejadian juga
media, baik media cetak, elektronik, dan online. Media online Republika dan
Masjid di Papua Miliki Program Kerja Sama dengan Israel”. Dalam berita yang
dimuat oleh Republika Online disebutkan bahwa umat Islam menjadi sasaran
Pada 21 Juli 2015, Suara Pembaruan memuat berita yang secara tidak
tersebut adalah sekelompok orang yang tidak dikenal. Berita yang berjudul
lebih dominan bahwa masjid yang terbakar hanya unsur ketidaksengajaan. Suara
terhadap warga yang melaksanakan salat Idul Fitri di distrik Karubaga, Tolikara,
Dari perbandingan berita yang dimuat oleh dua media online yang berbeda
ini, dapat dilihat bahwa adanya perbedaan sudut pandang yang diangkat dari kasus
harus bersikap independen menghasilkan berita yang akurat, berimbang dan tidak
mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi serta menerapkan asas praduga
tak bersalah. Aturan tertulis yang dimuat dalam kode etik jurnalistik jelas
38), objektivitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh
dapat dilihat pemberitaan yang bersifat faktual dan keberimbangan (cover both
sides).
ojektivitas dari media online Republika dan Suara Pembaruan karena media ini
memiliki ideologi yang bertolak belakang. Dalam visi Republika pun dinyatakan
bahwa media ini ingin “Menjadikan Republika sebagai media Komunitas Muslim
lil alamin.” Dari visi ini dapat diketahui bahwa Republika merupakan media
Kasih.” Misi dari Suara Pembaruan mencerminkan ideologi yang dianut, yaitu
dengan objektivitas berita dan ideologi agama dari kedua media cetak yang
berbeda. Hal ini membuat peneliti ingin mengetahui seberapa besar objektivitas
berita yang dibuat oleh kedua media ini. Pada penelitian ini, peneliti
2. Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para
objektivitas pemberitaan.
KERANGKA TEORI
pemberitaan media.
tahun 2015. Skripsi yang dibuat oleh Georgene Suryani berjudul “Objektivitas
teks berita dari media daring VOA-Islam.com terkait aksi penolakan terhadap
10
dan dramatisasi.
peristiwa secara lengkap dan jelas (78,38%). Namun, 21,62% tidak menerangkan
waktu dan peristiwa. Dari segi atribusi sumber, hanya 64,86% dari keseluruhan
bahwa 83,76% sudah memiliki unsur news vaue. Dari segi keseimbangan berita
diukur dari indikator cover both sides. Namun, hanya 13,51% yang memenuhi
syarat cover both sides. Kemudian sesuai dengan kategori pencampuran fakta dan
judul dan isi berita dari VOA-Islam.com sudah memenuhi kategori, yaitu sebanyak
89,19%.
peneliti memilih media online Republika dan Suara Pembaruan sebagai objek
penelitian.
11
pemberitaan di media massa dilakukan oleh Neni Nuraeni, salah satu mahasiswi
Demokrat (Analisis Isi Pemberitaan Partai Demokrat pada Surat Kabar Sindo dan
teks berita dari surat kabar Sindo dan media daring Okezone.com periode Januari
2014 terkait pemberitaan Partai Demokrat. Guna mengukur seberapa besar tingkat
(news value), pencantuman waktu terjadinya peristiwa, cover both sides, dan
dramatisasi.
82.8% pemberitaan tidak density pada okezone.com sedangkan surat kabar Sindo
rendah dalam unsur breadth. Tingkat breadth dalam surat kabar Sindo sebesar
12
yang cukup tinggi pada okezone.com begitupun dengan Sindo yang memiliki
kalimat/frasa pada item berita. Sedangkan Sindo hanya sekitar 11.1% pemberitaan
dalam teks berita. Sindo memiliki sebesar 88.9% pemberitaan yang menggunakan
istilah khusus atau istilah akademis dalam setiap penulisan berita. Pada sub
yaitu pelaku langsung atau bukan pelaku langsung pada penulisan yang dijadikan
dinyatakan sesuai antara judul dengan isi berita. Sindo sebesar 88.9% pemberitaan
13
pengaruh kepada pembaca baik dari sisi sosial, politik dan ekonomi. Surat kabar
Imparsialitas terdiri atas dua sub dimensi yakni keseimbangan dan netralitas. Pada
dinyatakan memiliki source bias. Pada surat kabar Sindo sebesar 22.2%
pemberitaan yang memiliki source bias pemberitaan. Aspek slant dalam berita
pemberitaan.
lakukan terletak pada perbedaan objek penelitian. Neni Nuraeni memilih Sindo
dan okezone.com sebagai objek penelitian. Berbeda dengan Neni Nuraeni, peneliti
memilih media online Republika dan Suara Pembaruan sebagai objek penelitian.
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Atma Jaya Yogyakarta, pada
tahun 2013. Skripsi yang diteliti oleh Hendrika Windaryati berjudul “Objektivitas
14
teks berita dari surat kabar Harian Kompas periode Februari-September 2012
terkait pemberitaan kasus kebakaran hutan dan lahan gambut di Indonesia. Guna
dalam beberapa kategori, yakni akurasi (kesesuaian judul dengan isi berita,
(ditinjau dari sumber berita dan ukuran luas fisik kolom), dan validitas (atribusi
dan kompetensi).
disimpulkan bahwa pada indikator kesesuaian judul dengan isi berita ditemukan
sebesar 95,2% sesuai dan 4,8% tidak sesuai. Pada indikator pencantuman waktu,
sebesar 96,8% sesuai dan 3,2% tidak sesuai. Penggunaan data pendukung
ditemukan sebesar 73% ada dan 27% tidak ada. Indikator faktualitas berita
ditemukan sebesar 38% ada pencampuran fakta dan opini, 61,2% tidak ada
ditinjai dari sumber berita, ditemukan sebesar 90,5% seimbang dan 9,5% tidak
sebesar 90,5% seimbang dan 9,5% tidak seimbang. Selanjutnya pada indikator
15
Pada indikator validitas ditinjau dari kompetensi ditemukan sebesar 66,6% pelaku
peneliti memilih media online Republika dan Suara Pembaruan sebagai objek
penelitian.
16
Dipakai
1. Objektivitas Pemberitaan Media Georgene Suryani Analisis Isi - Teori tanggung VOA-Islam.com
Daring Berideologi Islam: Studi Kuantitatif jawab sosial tidak objektif dalam
September-Oktober 2014.
2. Objektivitas Pemberitaan Partai Neni Nuraeni Analisis Isi - Teori tanggung Adanya perbedaan
hasil objektivitas
Demokrat (Analisis Isi Pemberitaan Kuantitatif jawab sosial
pemberitaan media
Partai Demokrat pada Surat Kabar - Objektivitas berita
terutama pada
Sindo dan Media Online - Media massa media online yakni
rendahnya tingkat
1. Model Penyiaran
21
3. Model Publisitas
22
4. Model Penerimaan
penerima.
23
Sumber:Teori Komunikasi Massa McQuail Buku 1 Edisi 6 ( McQuail, 2012, hal. 81)
orang banyak.
24
25
periodisitas.
menyampaikan informasi.
sangat panjang.
mana saja.
orang.
internet.
26
kecepatan penyajian.
kapan saja.
(search).
27
masuk.
28
sumber pendukung.
berita.
29
Libertarian. Teori ini dibuat sebagai lawan dari teori libertarian dimana
khususnya. Teori tanggung jawab sosial merupakan salah satu dari empat
Peterson, dan Wilbur Schramm pada tahun 1963. Teori tanggung jawab
30
izin terbit yang secara resmi dilarang UU Pokok Pers (Pasal 4 dan 8, Ayat
2), tetap terjadi dengan dasar Permenpen 01/1984 Pasal 33h yang
Dewan Pers kala itu, sesuai Pasal 6 ayat (1) UU No.11/1966, berfungsi
dengan bebas dan bertanggung jawab. Kode etik jurnalistik yang berlaku
31
akurat, dan benar dalam melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran
(Sumadiria, 2006, hal. 38). Dalam kode etik jurnalistik pasal yang ke-3
32
Objektivitas
Faktualitas Ketidakberpihakan
Informatif
33
dalam penyajian.
2012, hal. 224), persyaratan utama untuk kualitas informasi adalah sebagai
berikut:
dunia.
34
Fakta Sosiologis
Factualness
Truth Fakta Psikologis
(presentation)
Check &
Accuracy
Recheck
Factuality Significance
Magnitude
Relevance Journalistic
Prominence
(selection) Standards
Timeliness
Objectivity
Proximity
Pencampuran
Non-evaluative
Opini & Fakta
Neutrality
(presentation) Kesesuaian Judul
dan Isi
Non-sensational
Dramatisasi
Impartiality
Equal or
Proportional Cover Both Sides
Access
Balance
(selection) Evaluasi Sisi
Even Handed Positif dan
Evaluation Negatif
35
1. Dimensi Kebenaran
gagasan.
sebelum disajikan.
psikografis).
a. Significance (kepentingan)
36
c. Magnitude (besaran)
d. Proximity (kedekatan)
e. Prominence (keterkenalan)
37
Cover both sides ini bisa dilihat dari berita yang sedang
dan proporsional.
38
Berdasarkan konsep dan teori yang sudah dijabarkan oleh peneliti, berikut
ini adalah kerangka pemikiran yang peneliti gunakan dalam melakukan analisis isi
39
40
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian kuantitatif, seorang peneliti dituntut untuk bersikap objektif. Hal ini
kecenderungan tertentu dari peneliti (Eriyanto, 2005, hal. 16). Peneliti memilih
penelitian kuantitatif karena ciri-ciri dari penelitian kuantitatif itu sendiri, yaitu
1. Hubungan riset dan subjek jauh. Realitas harus terpisah di luar penulis
atau menolak teori. Data hanya sebagai sarana konfirmasi teori atau
41
lapangan.
Kriyantono (2007, hal. 67), penelitian yang bersifat deskriptif ini bertujuan untuk
membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Oleh karena itu, hasil penelitian yang akan
pembakaran masjid di Tolikara, Papua pada media online Republika dan Suara
Pembaruan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi kuantitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, analisis isi kuantitatif lebih memfokuskan pada isi
komunikasi yang tampak (Bungin, 2006, hal. 61). Analisis isi kuantitatif secara
umum dapat didefinisikan sebagai suatu teknik penelitian ilmiah yang bertujuan
untuk memperoleh gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi yang
secara sistematis melalui proses analisis yang bersifat objektif, valid, reliabel, dan
positivistik. Paradigma positivistis adalah suatu keyakinan dasar yang berakar dari
42
kenyataan yang berjalan sesuai dengan hokum alam. Dengan demikian, peneliti
Populasi adalah semua bagian anggota dari objek yang akan diamati
berupa orang, benda, objek, peristiwa, ataupun yang menjadi objek dari survei
(Eriyanto, 2005, hal. 61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh berita
mengenai pembakran masjid di Tolikara, Papua pada media online Republika dan
Suara Pembaruan selama periode 17 Juli hingga 23 Juli 2015. Banyaknya berita
yang ada dalam rentang waktu tersebut berjumlah 496 berita yang terdiri dari 438
teknik ini, peneliti mengambil sampel media online Republika secara random dari
memiliki total sampel yang sangat banyak, yaitu 438 berita, sehingga tidak
43
luas/banyak (Neuman, 2014, hal. 263). Dalam hal ini, peneliti mengelompokkan
tujuh hari selama periode, mulai dari 17 Juli hingga 23 Juli 2015. Dari tujuh
acak setiap harinya. Ada satu hari yang diambil sebanyak sembilan sampel berita
secara acak. Total keseluruhan sampel berita yang diambil untuk diteliti ialah
jumlahnya seimbang dengan jumlah sampel berita media online Suara Pembaruan.
mengambil keseluruhan sampel agar hasil penelitian dapat lebih kuat dengan
Waktu
No. Judul
Publikasi
Masjid di Papua Dibakar, MUI Minta Pemerintah Turun
1. 17 Juli 2015
Tangan
Komnas HAM Desak Negara Usut Pembakaran Masjid di
2. 17 Juli 2015
Tolikara
3. 17 Juli 2015 Polisi Klaim Kondisi Tolikara Kondusif
4. 17 Juli 2015 GP Ansor Kecam Pertikaian Antarkelompok di Tolikara
Polisi Gandeng Tokoh Agama dan Adat Selesaikan
5. 17 Juli 2015
Masalah Pembakaran Masjid
Ketua PGI: Larangan Shalat Ied tak Cerminkan Nilai
6. 17 Juli 2015
Kristiani
7. 17 Juli 2015 Pembakaran Masjid di Papua, AAUI Minta Kaum
44
45
46
Waktu
No. Judul
Publikasi
Jangan Sampai Kerusuhan Tolikara Meluas di Tanah
1. 20 Juli 2015
Air
DPD : Ada Pihak Tak Bertanggung Jawab yang Ingin
2. 20 Juli 2015
Papua Selalu Bergolak
3. 20 Juli 2015 Setara Institute: Tangkap Otak Pelaku Kasus Tolikara
4. 20 Juli 2015 Kasus Tolikara, Apakah Ini tentang Konflik Agama?
Gubernur Papua Minta Media Nasional Hentikan 'Blow
5. 21 Juli 2015
Up' Insiden Tolikara
Situasi Tolikara Langsung Kondusif, Hanya Di Luar
6. 21 Juli 2015
Yang Dampaknya Besar
7. 21 Juli 2015 Ini Tujuh Sikap Pemerintah Soal Tolikara
DPR Minta Pemerintah Tak Memberikan Pernyataan
8. 21 Juli 2015
Simpang-Siur Soal Tolikara
9. 21 Juli 2015 Polisi Dituntut Tuntaskan Insiden Tolikara
10. 21 Juli 2015 Tedjo: GIDI Bantah Terbitkan Surat Edaran
Kapolri: Insiden Tolikara Tak Ada Kaitan Dengan
11. 21 Juli 2015
OPM
12. 21 Juli 2015 Polisi Periksa 29 Orang Terkait Tolikara
13. 21 Juli 2015 DPD: Ada Yang Ingin Papua Selalu Bergolak
14. 21 Juli 2015 Dua Menteri Kunjungi Pengungsi Tolikara
15. 21 Juli 2015 Satu Korban Penembakan Tolikara Masih Dirawat
Bupati Tolikara Benarkan Perda Larang Aliran Gereja
16. 21 Juli 2015
Lain
17. 21 Juli 2015 PPP Sumbang Rp 1,3 M Untuk Tolikara
Kapolda Bengkulu Minta Masyarakat Tak Mudah
18. 21 Juli 2015
Terprovokasi
19. 21 Juli 2015 Penyelesaian Tolikara Harus Komprehensif
20. 21 Juli 2015 DPD RI Minta Semua Pihak Menahan Diri
21. 21 Juli 2015 Ada Apa Kapolda Ingatkan Gubernur Papua?
Terkait Kasus Tolikara, Kapolda Banten Imbau
22. 22 Juli 2015
Masyarakat Tidak Terprovokasi
Gubernur Minta Masyarakat Tidak Terprovokasi
23. 22 Juli 2015
Insiden Tolikara
Hari ini, Polri Akan Tetapkan Tersangka Insiden
24. 22 Juli 2015
Tolikara
Kapolri: Tidak Ada Pelanggaran Protab yang Dilakukan
25. 22 Juli 2015
Kepolisian Dalam Insiden Tolikara
Kepolisian Segera Tetapkan Tersangka Insiden
26. 22 Juli 2015
Tolikara
47
48
juga merupakan suatu informasi yang amat membantu peneliti lain yang ingin
bagaimana cara pengukuran atas variabel itu dilakukan dan dapat menentukan
apakah prosedur pengukuran yang sama akan dilakukan atau diperlukan prosedur
dengan realita, berimbang, dan tidak ada campur tangan oleh pihak manapun.
Konsep objektivitas secara umum dibagi atas dua dimensi besar, yaitu faktualitas
49
dilaporkan atas suatu peristiwa atau pernyatan yang sumber dan kebenarannya
dapat dipercaya, sehingga dapat disajikan secara bebas dari subjektivitas atau
opini wartawan. Faktualitas memiliki dua sub dimensi, yaitu kebenaran dan
relevansi.
peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi.
Dalam praktik jurnalistik, seorang wartawan melaporkan fakta yang terjadi secara
apa adanya, tanpa ditambah atau dikurangi. Dalam penelitian ini, peneliti
50
Keakuratan informasi berupa fakta dan kuantitas, seperti angka, nama, tempat,
sebelum disajikan. Dalam penelitian ini, peneliti membagi akurasi ke dalam dua
terjadinya peristiwa tersebut. Selain itu, pencantuman ini untuk melihat akurasi
fakta dan opini. Pencantuman waktu terjadinya peristiwa dibagi atas dua.
keduanya sekaligus.
51
sumber berita dapat berupa nama, pekerjaan, ataupun hal-hal lainnya yang
Tidak jelas berita berupa nama, pekerjaan, atau hal lain yang
berita disebut layak jika memenuhi persyaratan nilai berita (news value). Nilai
52
salah satu dimensi yang penting. Imparsialitas meninjau keberpihakan media pada
satu pihak atau tidak (cover both sides atau balance). Dimensi ini meninjau
keadilan media dalam melaporkan berita. Imparsialitas dibagi menjadi dua sub
ini dapat ditinjau dari hasil tulisan yang bebas dari pendapat serta interpretasi
berdasarkan ada atau tidak adanya source bias, misalnya tidak seimbangnya
sumber berita, serta ada atau tidaknya slant (kecenderunga atau berita miring), dan
dua kategori, yaitu cover both sides dan sides. Namun, peneliti hanya
menggunakan indikator cover both sides karena media yang peneliti analisis
53
Cover both sides merupakan pemaparan dua atau lebih dari narasumber
secara bersamaan sehingga berita yang disajikan tidak berat sebelah. Untuk itu,
bersamaan.
secara bersamaan.
berkaitan dengan keberpihakan media pada satu pihak dalam menyajikan berita.
Netralitas juga lebih berkaitan dengan aspek presentasi sebuah berita (McQuail,
54
(membandingan dua hal yang sebanding), dan linkages (membandingkan dua hal
yang tidak relevan). Secara umum, netralitas dibagi menjadi dua, yaitu non
fakta dan opini wartawan yang menulis berita. Kata-kata yang termasuk dalam
Kategori Pencampuran
Indikator
Fakta dan Opini
di atas.
Tidak ada pencampuran fakta dan opini lebih dari satu kata-kata yang
55
menimbulkan sensasi. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian orang lain. Hal
ini tidak dibenarkan dalam ranah jurnalistik yang menekankan pada objektivitas
pemberitaan (McQuail, 2012, hal. 233). Netralitas non sensasional memiliki dua
apakah kalimat judul utama merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi
berita atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita (Kriyantono, 2006, hal.
Kategori Kesesuaian
Indikator
Judul Dengan Isi
Ada ada pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada
di dalam berita.
Tidak ada ada pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada
di dalam berita.
56
untuk menimbulkan efek dramatis suatu peristiwa yang disajikan dalam berita.
yang disajikan. Namun, praktik ini dapat membuat pemberitaan menjadi tidak
berikut.
57
Operasionalisasi
Variabel Item Skala
Variabel
1. Ada
Fakta Sosiologis Nominal
2. Tidak ada
1. Ada
Kebenaran Fakta Psikologis Nominal
1. Ada
1. Ada
Fakta Kombinasi Nominal
2. Tidak ada
1. Ada
Pencantuman Waktu Nominal
2. Tidak ada
Akurasi
1. Jelas
Atribusi Nominal
2. Tidak jelas
1. Ada
Relevansi News Value Nominal
2. Tidak ada
1. Ya
Balance Cover Both Sides Nominal
2. Tidak
Pencampuran Fakta 1. Ada
Nominal
dan Opini 2. Tidak ada
Kesesuaian Judul 1. Ada
Netralitas Nominal
dengan Isi Berita 2. Tidak ada
1. Ada
Dramatisasi Nominal
2. Tidak ada
58
pada Harian Republika dan Suara Pembaruan dengan periode yang telah
ditetapkan yakni 17 Juli 2015 hingga 17 Agustus 2015. Sampel inilah yang
mendapatkan kategorisasi yang relialibel dan sesuai dengan tujuan dari penelitian.
Menurut Kaplan dan Goldsen dalam Kassarjian (1997, hal. 13), uji reabilitas
penting dilakukan dalam analisis isi guna menjamin data yang diperoleh
independen dari peristiwa, instrumen, atau orang yang mengukurnya. Alat ukur
yang reliabel akan menghasilkan temuan yang sama sekalipun analisis dilakukan
59
karena itu dilakukan uji reabilitas. Salah satu uji reliabilitas yang dilakukan
berdasarkan pada rumus Ole R. Holsti. Dalam penelitian ini, penulis melakukan
periset dengan cara mengkoding sampel ke dalam kategorisasi. Kegiatan ini selain
dilakukan oleh peneliti, juga dilakukan oleh orang lain. Uji ini dikenal dengan uji
antar coder.
Pengujian ini dilakukan untuk mencari persamaan dan perbedaan hasil dari
alat ukut dan coder yang berbeda. Peneliti memutuskan untuk menggunakan tiga
orang coder yang berkompeten, yakni Randy Hernando selaku anggota dari
Data-data dari koder akan dibandingkan satu sama lain untuk menetapkan
kesesuaian atau ketidaksesuaian antar coder. Data-data ini akan dianalisis dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Holsti dalam Eriyanto (2011, hal.
CR = 3M
N1 + N2 + N3
Keterangan:
60
0,70atau 70%. Dengan demikian, apabila hasil hitung uji reliabilitas ketiga coder
mencapai angka 0,70, hal ini mengindikasikan bahwa alat ukur dalam analisis
bawah 0,70, maka kategorisasi operasional belum dapat diandalkan sehingga perlu
jumlah kesepakatan jawaban dari dua orang coder yang dipilih oleh
coder kedua dan ketiga untuk dikoding kembali. Coder kedua adalah
Randy Hernando selaku anggota dari WatchDoc, dan coder ketiga ialah
61
berikut.
62
63
Psikologis
Tangan
Kristiani
Tetap Tenang
Cara Persuasif
64
Pembakaran Masjid
Berita 11: MUI Minta PGI Tegur dan Beri Sanksi GIDI
Wapres JK
Salah Paham
Menjalankan Konstitusi
Kapolda Papua
Diperkokoh
Ibadah'
65
Berita 22: DPD: Tangkap Pihak tak Bertanggung Jawab yang Ingin
Tolikara
di Tolikara
66
Larangan'
Menurut BIN
Rp 1,3 Miliar
Tolikara
Dibakar di Tolikara
Pancasila
Agama
67
Dampaknya Besar
Tolikara
Kembali
Pembalasan
Tolikara
68
sebagai berikut.
CR = 3 x 37 x 100% = 75,5%
49 + 49 + 49
Pencantuman Waktu
69
70
Keterangan Kode:
CR = 3 x 49 x 100% = 100%
49 + 49 + 49
dalam menganalisis.
71
72
Keterangan Kode:
CR = 3 x 41 x 100% = 83,7%
49 + 49 + 49
74
75
Keterangan Kode:
CR = 3 x 44 x 100% = 89,8%
49 + 49 + 49
dalam menganalisis.
76
Sides
77
Suara Pembaruan
78
CR = 3 x 46 x 100% = 93,9%
49 + 49 + 49
berikut.
79
80
Keterangan Kode:
CR = 3 x 44 x 100% = 89,8%
49 + 49 + 49
81
dalam menganalisis.
Republika
82
83
Keterangan Kode:
CR = 3 x 49 x 100% = 100%
49 + 49 + 49
dalam menganalisis.
84
Dramatisasi
85
86
1 : Mengandung Dramatisasi
CR = 3 x 43 x 100% = 87,8%
49 + 49 + 49
faktualitas dibagi menjadi dua sub dimensi, yaitu keseimbangan dan netralitas.
87
netralitas.
dibantu perhitungan secara uji statistik. Fungsi uji statistik ini adalah sebagai
88
komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Republika berdiri sejak 1992 dan
pertama kali menerbitkan surat kabar pada 1993 oleh Yayasan Abdi Bangsa dan
Republika diterbitkan oleh PT. Republika Media Mandiri dan menjadi harian
umum.
Indonesia yang hadir dalam versi online dengan alamat republica.co.id. Sejak
berdiri, motto “bukan sekedar menjual berita” dipakai oleh Republika. Ideologi
sebagai agama yang dapat memberi inspirasi terhadap kesadaran sosial selaras
Setelah BJ Habibie tak lagi menjadi presiden dan seiring dengan surutnya
kiprah politik ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, pada
akhir 2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka Media. PT
89
Bangsa. Selama di bawah naungan grup Mahaka Media, konten Republika lebih
Sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi lebih kuat. Republika juga
memuat konsep bahwa Islam dan demokrasi dapat hidup berdampingan dengan
baik. Umumnya, mereka mengatakan bahwa Republika adalah harian umar Islam
sepaham dengan demokrasi dan menolak model Islam yang terlalu radikal.
pengguna, sehingga kelebihan dari Republika Online ini adalah beritanya yang
dan multimedia.
Sumber: www.suarapembaruan.co.id
90
profesional.
biaya operasional.
91
Indonesia.
Sinar Harapan yang di bredel tahun 1986. Harian Sinar Harapan dibatalkan
SIUPP-nya tanggal 8 Oktober 1986 dan kemudian terbit kembali dengan nama
yang hampir sama dengan Suara Pembaruan. Pada 2 Juli 2001 Sinar Harapan baru
terbit dengan logo dan jenis huruf yang pernah dipakai Suara Pembaruan selama
empat belas tahun. Setelah era reformasi, beberapa pihak di internal Suara
92
kedua koran ini yang pada dasarnya dari akar yang sama bersaing di pasar koran
dengan edisi Sabtu sore. Edisi Minggu Suara Pembaruan bercorak lebih santai dan
Globe Media Group, sebuah grup penerbit yang mengelola beberapa media cetak
diantaranya koran bisnis Investor Daily, Majalah Investor, majalah Globe Asia,
dan koran berbahasa Inggris The Jakarta Globe. Layaknya media cetak pada
bersikap netral bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Suara Pembaruan pada
bukan hanya karena sesuai dengan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia, tetapi
juga karena nilai-nilai ini tercantum dalam Alkitab. Di dalam Alkitab disebutkan
mengubah sistem politik bersih, peduli, dan kompeten (Hamad, 2004, h. 129).
93
Sumber: sp.beritasatu.com
di Tolikara, Papua, pada media online Republika dan Suara Pembaruan selama
periode 17 Juli hingga 23 Juli 2015. Tujuannya ialah untuk mengukur seberapa
terkandung dalam teori tanggung jawab sosial dan mengikuti kode etik yang
sudah ditetapkan.
online Republika dan Suara Pembaruan terkait isu pembakaran masjid di Tolikara,
Kategori Fakta
Suara
No Indikator Republika
Pembaruan
1. Fakta Sosiologis 0 (0%) 0 (0%)
2. Fakta Psikologis 32 (55,2%) 17 (29,3%)
3. Fakta Kombinasi 26 (44,8%) 40 (69%)
4. Tidak Ada Fakta 0 (0%) 1 (1,7%)
Total 58 (100%) 58 (100%)
when, where, why, how). Berita yang mengandung fakta psikologis adalah
95
psikologis.
dianalisis selama periode 17 Juli hingga 23 Juli 2015, tidak terdapat fakta
wartawan di lapangan.
menangani kasus ini. Apalagi upaya balas dendam," kata Saleh saat
2015).
96
2015).
bergerak cepat dan fokus agar insiden ini tidak merembet ke mana-
Juli 2015).
97
Suara
No Indikator Republika
Pembaruan
Ada pencantuman waktu
1. 58 (100%) 57 (98,3%)
terjadinya peristiwa
Tidak ada pencantuman waktu
2. 0 (0%) 1 (1,7%)
terjadinya peristiwa
Total 58 (100%) 58 (100%)
98
online Republika berasal dari kejadian yang benar-benar nyata dan tidak
Juli 2015).
99
Kategori Atribusi
Suara
No Indikator Republika
Pembaruan
1. Atribusi jelas 58 (100%) 58 (100%)
2. Atribusi tidak jelas 0 (0%) 0 (0%)
Total 58 (100%) 58 (100%)
dimuat media online Republika terdapat atribusi yang jelas. Hal tersebut
100
bergerak cepat dan fokus agar insiden ini tidak merembet ke mana-
101
3. "MUI membentuk tim investigasi yang akan kita kirim ke Papua untuk
seperti apa," kata Wakil Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin, saat
Suara
No Indikator Republika
Pembaruan
1. Ada news value 58 (100%) 58 (100%)
2. Tidak ada news value 0 (0%) 0 (0%)
Total 58 (100%) 58 (100%)
102
berita. Relevansi berkaitan dengan nilai berita. Hal ini dapat dilihat bahwa
saat wartawan menyampaikan berita harus ada tema yang diangkat dari
Keseluruhan berita yang dibuat oleh media online Republika dan Suara
konflik agama yang terjadi di Tolikara bisa menjadi pemicu atau bisa saja
Suara
No Indikator Republika
Pembaruan
1. Cover both sides 5 (8,6%) 14 (24,1%)
2. Tidak cover both sides 53 (91,4%) 44 (75,9%)
Total 58 (100%) 58 (100%)
103
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyajian dua narasumber atau
hanya terdapat lima berita (8,6%) yang mengandung cover both sides.
ruang bicara pihak GIDI yang dituding sebagai pelaku pembakran masjid
di Tolikara, Papua. Berikut ini contoh berita yang tidak cover both sides
104
terdapat argumen dan opini dari satu pihak saja. Seharusnya, wartawan
memuat dua argumen dan opini dari kedua belah pihak yang berbeda
dalam membuat berita yang berimbang (cover both sides). Berikut ini
Republika.
105
"Katanya ada, katanya tidak, jadi masih belum jelas Opini dari
keberadaan perda ini. Kalau toh ada, kami minta DPRD pihak
setempat untuk membentuk pansus kecil dan segera narasumber
pertama
menyampaikannya kepada saya," katanya (Menteri)
menambahkan.
106
107
berita (75,9%) tidak memenuhi kategori cover both sides. Meski tingkat
yang dimuat oleh media online Suara Pembaruan lebih banyak persentase
online Republika dengan persentase 8,6%. Berikut ini contoh berita yang
Judul berita: DPD: Ada Pihak Tak Bertanggung Jawab yang Ingin Papua
Selalu Bergolak
108
separatis.
Bertanggung Jawab yang Ingin Papua Selalu Bergolak” pada media online
Suara Pembaruan hanya terdapat argumen dan opini dari satu pihak saja.
Seharusnya, wartawan memuat dua argumen dan opini dari kedua belah
pihak yang berbeda dalam membuat berita yang berimbang (cover both
sides). Berikut ini contoh berita yang berimbang/cover both sides dari
109
110
Suara
No Indikator Republika
Pembaruan
Ada pencampuran fakta dan
1. 14 (24,1%) 3 (5,2%)
opini
Tidak ada pencampuran
2. 44 (75,9%) 55 (94,8%)
fakta dan opini
Total 58 (100%) 58 (100%)
2001, hal. 64). Pencampuran fakta dan opini oleh wartawan dalam
fakta dan opini. Berikut ini kutipan berita yang menunjukkan pencampuran
dengan suara speaker yang berbunyi saat perayaan Idul Fitri. Kasus ini
111
2015).
itu, Papua merupakan daerah yang dinilai cukup sensitif terhadap isu
1. Jika analisis ini diteruskan lebih jauh, mungkin kita akan menyalahkan
dielakkan--dan ini benar bukan hanya untuk batas suatu Propinsi, tapi
2. Peristiwa ini harusnya menjadi sinyal bagi pemerintah bahwa saat ini
Juli 2015).
112
Suara
No Indikator Republika
Pembaruan
1. Judul dan isi sesuai 58 (100%) 58 (100%)
2. Judul dan isi tidak sesuai 0 (0%) 0 (0%)
Total 58 (100%) 58 (100%)
berita. Menurut Kriyantono (2010, hal 248), kesesuaian judul dan isi
sub judul) merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau
kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita. Dengan adanya judul,
pembaca mengetahui apa yang akan diceritakan dalam isi berita. Paragraf
yang tidak relevan atau menyimpang dari pokok bahasan serta tidak
kesesuaian judul dan isi. Hal ini menunjukkan bahwa wartawan dari kedua
media online tersebut membuat judul sesuai dengan isi berita yang
113
Tak kurang dari 25 tokoh hadir dalam pertemuan tersebut. Antara lain,
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, cendekiawan muslim Azyumardi
Azra, Ustaz Yusuf Mansur dan tokoh NU Slamet Effendi. Selain itu, hadir
pula sejumlah pimpinan ormas keagamaan.
Sejumlah menteri Kabinet Kerja yang ikut hadir dalam forum diskusi
lintas agama ini antara lain Menteri Agama Lukman Hakim, Menteri
Sekretaris Negara Pratikno, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto dan Staf
Khusus Presiden Lenis Kogoya.
114
Judul berita: Mendagri Minta Dibentuk Tim Kecil Cari Soal Perda
Tolikara
Menurut Tjahjo, tim kecil tersebut perlu dibuat karena bentuk fisik dari
perda yang disebut-sebut berisi pembatasan pembangunan rumah ibadah
itu, tidak ditemukan.
"Konsep itu (perda) dari gereja. Dari data arsip kami (Kementerian Dalam
Negeri), dari 139 perda yang kami batalkan itu, memang tidak ada Perda
dari Kabupaten Tolikara," ujar Tjahjo.
Seperti diketahui, 11 orang luka dan satu orang meninggal akibat timah
panas aparat, menyusul kericuhan antara massa dari Gereja Injil di
Indonesia (GIDI) dan ummat Muslim di Tolikara, Jumat (17/7). [N-8/L-8]
115
Kategori Dramatisasi
Suara
No Indikator Republika
Pembaruan
1. Mengandung dramatisasi 2 (3,4%) 0 (0%)
Tidak mengandung
2. 56 (96,6%) 58 (100%%)
dramatisasi
Total 58 (100%) 58 (100%)
berita.
116
yang terencana dan brutal yang menodai spirit dan tradisi toleransi
4.4 Pembahasan
Dalam membuat sebuah berita, media harus bersikap objektif dan tidak
harus bersikap independen menghasilkan berita yang akurat, berimbang dan tidak
mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi serta menerapkan asas praduga
tak bersalah. Aturan tertulis yang dimuat dalam Kode Etik Jurnalistik jelas
117
38), objektivitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh
dapat dilihat pemberitaan yang bersifat faktual dan keberimbangan (cover both
sides).
di Tolikara, Papua
Media
No Variabel Indikator Suara
Republika
Pembaruan
Fakta Sosiologis 0 (0%) 0 (0%)
Fakta Psikologis 32 (55,2%) 17 (29,3%)
1. Fakta
Fakta Kombinasi 26 (44,8%) 40 (69%)
Tidak Ada Fakta 0 (0%) 1 (1,7%)
Pencantuman
58 (100%) 57 (98,3%)
2. Akurasi Waktu
Atribusi 58 (100%) 58 (100%)
3. Relevansi News Value 58 (100%) 58 (100%)
4. Balance Cover Both Sides 5 (8,6%) 14 (24,1%)
Pencampuran
14 (24,1%) 3 (5,2%)
Fakta dan Opini
5. Netralitas Kesesuaian Judul
58 (100%) 58 (100%)
Dengan Isi
Dramatisasi 2 (3,4%) 0 (0%)
Sebanyak 55,2% fakta yang digunakan wartawan media online Republika adalah
118
sedangkan 29,3% lainnya merupakan fakta psikologis. Terdapat pula 1,7% yang
sama sekali tidak mencantumkan fakta. Dari kedua media online tersebut,
yang terjadi disertai komentar atau argumen narasumber dalam membuat berita.
berita, sedangkan media online Suara Pembaruan secara keseluruhan berita belum
Kejelasan sumber pada berita yang dimuat oleh media online Republika
mencampai angka maksimal, yaitu 100%. Pada media online Suara Pembaruan,
sebanyak 1,7% tidak mencantumkan sumber dengan jelas, dan sebanyak 98,3%
lainnya mencantumkan sumber dengan jelas. Hal ini menunjukkan bahwa media
119
memiliki persentase 100% dalam memuat berita dengan unsur relevansi. Kedua
media online memenuhi kategori relevansi berita/news value dengan nilai berita
signifikansi.
Papua, pada media online Republika sangat rendah. Hanya lima berita (8,6%)
yang menerapkan prinsip cover both sides. Sebanyak 91,4% lainnya tidak
memberikan porsi ruang bicara yang sama pada pihak lain yang terlibat dalam
berita. Tingkat keberimbangan berita pada media online Suara Pembaruan juga
rendah, yaitu sebanyak 24,1% yang menerapkan prinsip cover both sides.
Sebanyak 75,9% lainnya menerapkan prinsip cover both sides. Hal ini
membuat berita. Namun, media online Suara Pembaruan lebih lebih banyak
memberi ruang bicara kepada pihak yang berbeda dibandingkan dengan media
opini. Pada media online Republika, sebanyak 24,1% mengandung opini dari
wartawan, dan sebanyak 75,9% lainnya tidak mengandung opini dari wartawan.
Pada media online Suara Pembaruan, sebanyak 5,2% mengandung opini dari
wartawan, dan sebanyak 94,8% lainnya tidak mengandung opini dari wartawan.
120
dengan opini dalam membuat berita. Namun, media online Republika lebih
memenuhi kategori kesesuaian judul dan isi pada berita yang dimuat sebanyak
100%. Hal ini menunjukkan bahwa kedua media online tersebut tidak membuat
berita yang tidak sesuai dengan judul dan tidak membuat judul yang tidak sesuai
dramatisasi. Sedangkan pada media online Suara Pembaruan tidak ada (0%) berita
Papua.
Dari hasil analisis yang telah peneliti lakukan, media online Republika dan
dalam pemberitaan mengenai isu pembakaran masjid di Tolikara, Papua. Hal ini
dilihat dari tidak berimbangnya argumentasi narasumber dari kedua pihak, masih
adanya pencampuran fakta dan opini, dan adanya dramatisasi pada konten berita.
121
5.1 Simpulan
Berdasarkan pada hasil analisis yang dilakukan terhadap dua media online
yaitu Republika dan Suara Pembaruan dengan total 116 berita terkait isu
peneliti menarik kesimpulan bahwa kedua media online tidak bersikap objektif
dalam membuat berita terkait isu pembakaran masjid di Tolikara, Papua. Kedua
media online tidak memenuhi standar kategori objektivitas sesuai dengan konsep
objektivitas Westerstahl.
persentase keberimbangan berita (cover both sides). Berita yang berimbang pada
media online Republika hanya 8,6%. Sedangkan berita yang berimbang pada
media online Suara Pembaruan hanya 24,1%. Padahal, berita yang objektif harus
berimbang dengan mencantumkan opini dan argumen narasumber dari dua pihak
Dari segi pencampuran fakta dan opini, kedua media online juga masih
didapati mencampurkan fakta dengan opini dalam membuat berita. Pada media
pada media online Suara Pembaruan sebanyak 5,2% mengandung opini dari
122
segi dramatisasi pada media online Republika, sebanyak 3,4% mengandung unsur
online tidak bersikap objektif dalam membuat berita terkait isu pembakaran
5.2 Saran
5.2.1 Praktis
sebagai berikut.
jelas.
123
5.2.2 Akademis
124
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321&wid=0 .
Briggs, Mark. 2007. Journalism 2.0: How To Survive and Thrive. J-Lab: The
University of Maryland
Demers, David. 2007. Mass Media, Social Control and Social Change: An
Books.
Effendi, Onong Uhjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Media Group.
125
Granit.
Nusantara.
Keller, Anett. 2009. Tantangan dari dalam, Otonomi Redaksi di Empat Media
http://nasional.kompas.com/read/2015/07/23/13495461/Kapolri.Beberkan.
Kronologi.Insiden.di.Tolikara
126
http://www.sgdnews.com/2013/12/media-online-pengertian-dan.html
Pemberitaan Partai Demokrat pada Surat Kabar Sindo dan Media Online
cetak.htm
Romli, Asep Syamsul. 2014. “Media Massa: Pengertian, Karakter, Jenis, dan
127
fungsi/comment-page-4/
Wacana.
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150723174315-12-
67845/kapolri-beberkan-kronologi-insiden-tolikara/
Siahaan, Hotman M, dkk. 2001. Pers yang Gamang, Studi Pemberitaan Jajak
128
Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut di Indonesia pada Harian Kompas Periode
www.sp.beritasatu.com
www.republika.co.id
129
SAMPEL BERITA
REPUBLIKA
"Pemerintah harus segera turun tangan terhadap kasus pembakaran masjid itu.
Jangan sampai tidak," kata Anwar Abbas kepadaRepublika, Jumat (17/7).
Jika tidak bertindak segera, kata Anwar, kasus pembakaran itu akan menjadi
pemicu rontoknya kerukunan umat beragama. Umat beragama akan rusuh dan
akhirnya persatuan dan kesatuan bangsa tidak terjaga. "Jika dibiarkan kasus ini
berlalu, kerukunan umat beragama akan menjadi ancaman untuk negara ini,' ujar
Anwar Abbas.
Selain itu, Anwar Abbas juga menghimbau aparat penegak hukum untuk segera
bertindak. Aparat harus segera menangkap pelaku pembakaran itu untuk diadili
secara hukum.
"Aparat harus tangkap pelakunya. Orang seperti itu tidak pantas tinggal di negara
hukum yang menjaga toleransi umat beragama. Mereka yang seperti itu tidak
boleh tinggal di negara ini," tegas Anwar Abbas.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/07/17/nrmih9-
masjid-di-papua-dibakar-mui-minta-pemerintah-turun-tangan
Salah satu cara pemerintah memenuhi hak itu, kata dia, dengan menuntaskan
kasus pembakaran masjid tersebut. "Negara harus tuntaskan kasus itu
(pembakaran Masjid di Tolikara) itu," kata Komisioner Komnas HAM, Maneger
Nasution, Jumat (17/7).
Negara lewat aparat kepolisian harus berani mencari dan menangkap pelaku
pembakaran masjid itu. Negara tidak bisa diam dan harus memintai
pertanggungjawaban pelaku pembakaran. Masalahnya, kata Maneger, kasus
pembakaran itu adalah kasus serius dan tidak bisa diabaikan.
"Ini kasus serius dan sangat sensitif. Polisi harus menuntaskannya. Masyarakat
juga harus bantu," tegas Maneger. Bagi Maneger, kasus pembakaran di Tolikara
itu menyegarkan kembali ingatan tentang kewajiban kerukunan bangsa. Negara
atau aparat penegak hukum harus hadir untuk menenuhi kewajiban itu.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/10/08/nrmmzy-
komnas-ham-desak-negara-usut-pembakaran-masjid-di-tolikara
"Laporan terakhir yang saya terima dari Tolikara, kamtibmas di sana mulai
kondusif ," kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Patrige di Kota
Jayapura, Jumat malam.
Ia mengatakan, polisi di bantu aparat TNI telah berjaga-jaga di sejumlah titik yang
dianggap rawan terjadi pertikaian susulan.
"Jajaran di sana telah disiagakan di beberapa tempat, harapannya tidak lagi terjadi
pertikaian," katanya.
"Pak Kapolres AKBP Suroso terus menjalin komunikasi. Hanya untuk menangkap
para pelaku, situasinya belum bisa memungkinkan, butuh pendekatan agar tidak
meluas," katanya.
Sementara itu, Kapolres Tolikara AKBP Suroso menyatakan tiga orang tertembak
dalam kerusuhan Jumat pagi dan delapan orang lainnya luka-luka.
Peristiwa itu terjadi pada saat berlangsung salat Id pada takbiran pertama,
kemudian datang sekelompok massa berteriak-teriak.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/07/17/nrmrva-
polisi-klaim-kondisi-tolikara-kondusif
"Kebebasan beragama dan menjalankan ibadah dijamin oleh konstitusi negara ini.
Siapa pun dan atas nama apa pun tidak boleh ada yang mengganggu, apalagi
sampai membakar tempat ibadah," kata Nusron Wahid, dalam keterangan
tertulisnya, di Jakarta, Jumat (17/7).
Selain mushala beberapa kios dan rumah warga juga dibakar oleh pelaku tak
bertanggung jawab tersebut. "Polisi harus mengusut tuntas aksi tersebut agar tidak
melebar ke konflik dan kerusuhan yang mengatasnamakan agama," kata Nusron.
Menurut Nusron, meski peristiwa itu tidak memakan korban jiwa maupun korban
luka, sangat nyata tindakan itu melukai kehidupan umat beragama. Untuk itulah,
meskipun kondisinya saat ini sudah kondusif, aparat keamanan harus mengusut
pelaku untuk mempertanggungjawabkannya di hadapan hukum.
"Jangan sampai ini meluas menjadi konflik agama. Hukum harus ditegakkan, dan
negara wajib menjamin warganya dalam menjalankan ibadah," ujar Nusron yang
juga menjadi Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
(BNP2TKI).
Sumber: http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/15/07/17/nrmu0x-gp-ansor-kecam-pertikaian-antarkelompok-di-tolikara
Kepala bidang (Kabid) hubungan masyarakat (Humas) Polda Papua, Kombes Pol
Patrige di Kota Jayapura, Jumat petang, mengatakan komunikasi itu dilakukan
agar bisa meredam konflik penyerangan yang terjadi pagi hari.
Sehingga membuat warga yang beribadah takut dan memilih menghindar serta
berlindung di Koramil dan Pos 756/WMS. Tak berselang beberapa lama
kemudian, sekelompok masyarakat penyerang melakukan pelemparan kearah
rumah ibadah dan selanjutnya membakar beberapa kios yang ada disekitar tempat
tersebut. Dalam peristiwa itu, dilaporkan enam rumah dan 11 kios ludes terbakar.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/07/17/nrmuhl-
polisi-gandeng-tokoh-agama-dan-adat-selesaikan-masalah-pembakaran-masjid
"Bahkan seandainya benar surat itu ada, isi surat itu tidak mencerminkan nilai-
nilai Kristiani yang penuh cinta dan toleransi. Hal itu juga tidak sejalan dengan
budaya dan konstitusi bangsa," kata Albertus Patty kepada Republika, Jumat
(17/7).
Selain itu, surat itu tidak mencerminkan toleransi. “Kalau melihat surat GIDI, tak
mencerminkan toleransi bukan saja terhadap umat Islam, tetapi juga terhadap
umat Kristen sendiri,” katanya. Seperti diketahui, beredar surat berisi pelarangan
shalat Idul Fitri di Kabupaten Tolikara oleh GIDI. Surat tertanggal 11 Juli itu juga
melarang wanita muslim menggunakan jilbab. Perayaan Idul Fitri hanya
diperbolehkan di luar Kabupaten Tolikara (Wamena) atau Jayapura. Mereka
beralasan, pelarangan itu terkait pelaksanaan Seminar dan KKR Pemuda GIDI
tingkat Internasional pada 13-19 Juli 2015.
Bahkan dalam surat GIDI itu dikatakan Gereja Adven di distrik Paido sudah
mereka tutup dan umat Gereja Advent dipaksa bergabung dengan GIDI. “Kami
akan berkoordinasi dengan gereja lokal dan Pemda untuk melakukan investigasi
dan kalau perlu advokasi terhadap korban,” imbuhnya.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/17/nrmweq-
ketua-pgi-larangan-shalat-ied-tak-cerminkan-nilai-kristiani
Ia mengutuk keras kelompok penyerang yang telah melanggar hukum dan prinsip-
prinsip toleransi di negeri ini. Apalagi dengan semakin besarnya toleransi yang
diberikan oleh kaum muslimin. AAUI juga mendesak aparat keamanan segera
menangkap para pelaku dan memproses mereka secara hukum dengan secepat-
cepatnya.
Mereka mengimbau para tokoh Muslim agar menenangkan dan mengontrol umat
untuk tidak melakukan tindakan pembalasan. Seperti diketahui, pembakaran
masjid tersebut disinyalir dilakukan oleh massa dari Gereja Injili di Indonesia
(GIDI). Sebelum melakukan pembakaran, GIDI juga melarang umat Islam
merayakan Idul Fitri.
Sumber: http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/15/07/18/nrmxji-pembakaran-masjid-di-papua-aaui-minta-kaum-
muslim-tetap-tenang
Ketua Komisi VIII DPR RI Saleh Partaonan Daulay menilai kejadian ini terlewat
dari pergerakan aparat Badan Intelijen Negara (BIN).
"Jadi karena itu kelihatannya BIN kita kecolongan dengan insiden Papua ini," kata
Saleh kepada ROL, Jumat (17/7) malam.
Menurutnya, kejadian seperti ini seharusnya bisa dicegah jika BIN bekerja lebih
awal. Pasalnya, hal seperti ini memang merupakan tugas BIN yang mendeteksi
sebelum terjadi. Apalagi ini merupakan isu yang berkaitan dengan agama dan
sangat sensitif.
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengatakan insiden ini tentu sangat
berbahaya untuk Indonesia ke depannya. Perpecahan kelompok agama bisa
mengancam persatuan Indonesia.
Sekitar pukul 07 00 WIT, sekelompok oknum merasa hari Jumat merupakan hari
Yesus. Selain itu diduga mereka merasa terganggu dengan suara speaker yang
berbunyi saat perayaan Idul Fitri. Kasus ini masih terus diselidiki aparat
keamanan.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/17/nrn1y1-
bin-kecolongan-insiden-pembakaran-masjid-di-papua
Pria yang akrab disapa Romy itu mengatakan, memang aparat keamanan harus
bertindak tegas terhadap para pelaku, karena kasus tersebut berkaitan dengan hak
asasi dalam menjalankan ibadah.
Tiba-tiba, sekelompok massa dari luar masjid berteriak-teriak. Umat muslim yang
hendak shalat sontak kaget dan langsung melarikan diri ke Koramil dan Pos
756/WMS untuk meminta perlindungan. Sepeninggal mereka, Masjid tersebut
dibakar.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/07/18/nrn6g3-
usut-pembakaran-masjid-ppp-minta-aparat-gunakan-cara-persuasif
Ketua Komisi VIII DPR, Saleh Partaonan Daulay mengimbau agar masyarakat
Muslim Indonesia tidak tersulut emosinya menanggapi insiden tersebut. Apalagi
hingga mencoba melakukan upaya balas dendam.
"Kita minta kepada masyarakat Muslim yang ada di Indonesia untuk tetap tidak
emosi, tidak melakukan tindakan berlebihan dalam menangani kasus ini. Apalagi
upaya balas dendam," kata Saleh saat dihubungi ROL, Jumat (18/7), malam.
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini menyebut, Islam mengajarkan cinta
kedamaian dan persaudaraan. Ini harus kita perlihatkan untuk membuktikan Islam
tidak seperti yang dipandang sebagian orang sebagai agama yang keras.
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dpr-ri/berita-dpr-ri/15/07/18/nrnq8u-
pembakaran-masjid-dpr-imbau-umat-muslim-tak-tersulut-emosinya
Kerusuhan di ibu kota Kabupaten Tiom itu terjadi Jumat (17/7) sekitar pukul
07.00 WIT, saat umat muslim melaksanakan shalat Idul Fitri di masjid kawasan
tersebut. Sekelompok warga melakukan penyerangan dan membakar masjid serta
70 kios atau milik warga setempat.
Aksi brutal sekelompok warga yang terjadi saat umat muslim melaksanakan
sholat Id itu belum dapat dipastikan akibat surat edaran yang dikeluarkan
pengurus Gereja Injili di Indonesia (GIDI) wilayah Tolikara tertanggal 11 Juli
2015. Menurut Suroso pihaknya tetap menelusuri karena tidak menutup
kemungkinan surat edaran itu juga menjadi salah satu penyebabnya.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/18/nrntlx-
pascakerusuhan-kapolda-papua-dan-pangdam-cenderawasih-kunjungi-karubaga
"Kita percayakan penuh kepada Polri yang telah bertindak cepat menangani dan
mengusut kasus tersebut," katanya, Sabtu (18/7).
Sehubungan dengan adanya seruan jihad ke Papua terkait kasus Tolikara, Menag
memohon kepada umat Islam melalui para tokoh-tokohnya agar bisa menahan
diri, tidak terprovokasi.
"Saya memohon kedewasaan dan kearifan umat Islam melalui para tokoh-
tokohnya untuk tidak terpancing dan terprovokasi lakukan tindak pembalasan,"
jelasnya.
Menurut Lukman Hakim, semua umat beragama harus mewaspadai adanya pihak
ketiga yang menjadikan sentimen agama sebagai hal untuk saling benturkan antar
sesama umat beragama.
Lukman juga mengecam peristiwa itu. Ia menilai kasus Tolikara telah mengoyak
dan menghancurkan jalinan kerukunan hidup antarumat beragama, apalagi terjadi
pada saat umat Islam sedang beribadah rayakan Hari Raya.
Lukman Hakim mengimbau tokoh-tokoh Kristen dan semua tokoh agama untuk
senantiasa mengedepankan toleransi dan merawat kerukunan demi menjaga nilai-
nilai kemanusiaan.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/18/nro0to-
menag-mohon-umat-islam-tak-terprovokasi-kasus-pembakaran-masjid
Projo juga mendesak aparat keamanan bertindak tegas dan melindungi setiap
warga bangsa.
"Usut tuntas sesuai hukum dalang dan motifnya. Kami berharap negara hadir
dengan memberikan kesejukan dan kedamaian. Kami juga mengimbau seluruh
komponen bangsa untuk bahu membahu mengatasi masalah ini, " ucapnya.
Mereka langsung melarikan diri ke Koramil dan Pos 756/WMS untuk meminta
perlindungan. Sepeninggalan umat muslim itu, masjid di Kabupaten Tolikara
dibakar massa.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/18/nro8ce-
projo-hentikan-derita-muslim-di-tolikara
Aktifis Dakwah Papua, Abdul Wahab mengatakan, muslim di Papua tak ingin
terprovokasi dengan adanya aksi pembakaran masjid saat pelaksanaan Solat Ied.
Sejauh ini, mereka masih tenang dan tak terpancing dengan isu tersebut.
Ia sendiri merasa aneh dengan adanya peristiwa ini. Sejauh ini, belum ada konflik
di Papua yang dilatarbelakangi isu agama. Sebab, hubungan antara umat Muslim
dan non-Muslim dianggap sangat rukun. Bahkan, provinsi tersebut bisa menjadi
tolak ukur toleransi umat beragama.
Menurut dia, hal yang memicu peristiwa di Papua karena minimnya pengawasan
dari arat kepolisian dan TNI. Kawasan itu memang berada di lokasi
penggunungan sehingga kurang terpantau keamananya. Belum lama ini, juga
terjadi konflik karena penyelenggaran Pilkada.
“Di sana memang rawan. Konflik sesama agama saja bisa terjadi,” ujar dia.
Sumber: http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/15/07/18/nrob0c-muslim-papua-enggan-bersikap-reaktif-soal-tolikara
"Peristiwa itu sangat kami sesalkan, itu sangat melukai umat Islam dan
memperlihatkan di sana iklim toleransi itu tidak ada. Penyerangan yang dilakukan
saat umat Islam melakukan shalat Id itu merupakan brutalitas yang luar biasa,
yang tidak pernah kita bayangkan akan terjadi di negeri pancasil ini," tutur Kiai
Slamet kepada ROL, Sabtu (18/7) sore.
Kiai Slamet pun meminta Persatuan Gereja Indonesia (PGI) agar menegur dan
memberikan sanksi tegas terhadap jamaat atau pengurus GIDI (Gereja Injili di
Indonesia) yang terlibat dalam penyerangan tersebut. GIDI, kata dia, telah
melakukan pelanggaran atas hak untuk menjalankan ibadah dengan melarang
umat muslim melaksanakan sholat ied.
"Mereka membuat surat agar umat Islam tidak melaksanakan shalat Id, lalu ada
penyerangan. Kami berharap ada tindakan nyata dari PGI ini," tuturnya.
Selain itu, Kiai Slamet pun mendesak agar aparat keamanan dan penegak hukum
segera melakukan tindakan yang jelas untuk kasus ini. Menurutnya tak ada
kompromi terhadap tindakan intoleran yang terjadi di Tolikara. Efendy pun
mengkritisi Badan Intelejen Negara (BIN) yang kecolongan hingga terjadinya aksi
brutal itu.
"Tindakan itu sudah jelas siapa yang melakukan, siapa yang merencanakan,
seharusnya pihak keamanan dan aparat hukum seharusnya melakukan tindakan
yang jelas pula. Ini juga menunjukan aparatur negara termasuk Intelejen tidak
waspada, karena gejala seperti ini sudah sering terjadi," tuturnya.
Meski demikian, Kiai Slamet meminta agar umat Muslim khususnya yang berada
di Tolikara tak melakukan aksi balasan. Ia mengajak agar umat muslim tanah air
semakin menunjukan sikap tolerannya.
"Saya atas nama MUI dan PBNU meminta umat Islam tidak mengimbangi
tindalkan brutal ini dengan brutal juga. Kita tunjukan umat islam menjadi umat
yang toleran dinegri ini. Meski kita tahu di wilayah sana masyarakatnya sangat
tidak toleran." tuturnya.
Sumber: http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/15/07/18/nrocha-mui-minta-pgi-tegur-dan-beri-sanksi-gidi
“Tidak ada unsur kebencian. Mereka hanya minta kalau ada kegiatan jangan
sampai menganggu kegiatan internal mereka,” kata Natalius, Sabtu (18/7).
Setelah itu, oknum aparat justru membuat kondisi semakin kacau. Mereka
melepaskan tembakan kepada orang-orang GIDI. Lantaran tak mampu membalas
mereka yang bersenjata itu, warga di sana akhirnya membakar kios-kios di
kawasan tersebut. Lalu merembet ke masjid di dekatnya. “Kalau analisa saya sih,
pembakaran itu merembet ke masjid. Mereka tak berniat membakar masjid. Tapi
saya tidak tahu juga bagaimana pastinya,” ungkap dia.
Menurut dia, masyarakat Muslim di sana memang minoritas, tak sampai 200
orang. Tanpa mengenakan pengeras suara, pelaksanaan solat Id harusnya bisa
tetap berjalan. Alasannya, penduduk di desa ini sangat sensitif sehingga perlu
toleransi demi menjauhi konflik.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/18/nrok3y-
komnas-ham-masyarakat-tolikara-tak-benci-islam
Jemaat gereja protes dengan pengeras suara di kegiatan salat yang dianggap
mengganggu ketenangan. Akibatnya, ricuh pun terjadi. "Memang asal muasal soal
speaker itu mungkin butuh komunikasi lebih baik lagi untuk acara-acara seperti
itu," ujar JK.
Kasus Torikara krn Speaker? Bagaimana mau khutbah di lapangan tanpa speaker?
Jadi boleh bakar masjid hanya krn speaker? Komentar NGAWUR....!" katanya
melalui akun Twitter, @UstadTengku.
Tengku melanjutkan, "Masjid di Tolikara, Papua dibakar umat Kristen saat akan
sholat Ied pagi Jum'at tadi. Nampaknya Minoritas sdh merasa jadi Raja di
Indonesia."
Sebelumnya, Badan Pekerja Wilayah Toli GIDI membuat surat terbuka untuk
umat Islam.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/19/nrpbui-
pembakaran-masjid-wasekjen-mui-gugat-komentar-wapres-jk
Ronny mengatakan, proses hukuman untuk dalang dari peristiwa Tolikara biar
pihak berwajib yang menanganinya. Siapapun yang bersalah harus mendapatkan
sanksi.
"Jika kemudian diketahui anggota Gereja GIDI, maka kami akan lakukan
pembenahan konsolidasi, agar kasus seperti ini jangan terjadi lagi," kata Ronny.
Mengenai surat edaran yang melarang umat muslim untuk mendirikan hari idul
fitri pada (17/7/2015) di wilayah Tolikara, ini sangat melukai umat muslim.
Ronny membenarkan adanya surat edaran tersebut. Hanya saja, menurut Ronny,
pusat PGLII baru mengetahui surat edaran tersebut setelah meletupnya peristiwa
pembakaran masjid, kios-kios, dan setelah jatohnya korban penembakan.
Jika saja surat itu diketahui sebelumnya, tentu PGLII, PGI, dan Bimas Kristen
Kementrian Agama akan mencabut surat tersebut. Namun, sekali lagi Ronny
menegaskan, belum ada kronologi valid yang dapat membuktikan. Apakah
peristiwa Tolikara dipicu oleh surat edaran ataukah adegan penembakan yang
menewaskan seorang warga kristen yang menjadi latar belakang kerusuhan
bermula.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/07/19/nrpiju-
pglii-kami-akan-lakukan-pembenahan-agar-kasus-tolikara-tak-terulang
"Agar konflik tidak meluas, maka perlu penyelesaian dengan pendekatan hukum,
disamping sosial," kata Ketua Umum DMLA Idy Muzayyad, dalam rilisnya, Ahad (19/7).
"Karena toleransi itu dalam prakteknya harus disertai dengan komitmen untuk saling,
yakni saling menghargai dan menghormati, kalau tidak saling itu berarti tidak imbang dan
toleransi tidak akan efektif. Dan toleransi itu bermula dari ketulusan komunikasi," ungkap
Idy.
Menurutnya, tanpa ada ketulusan ini maka akan muncul saling curiga dan kemudian
saling menyalahkan ditambah perasaan lebih satu kelompok atas kelompok yang lain.
"Bagaimanapun ini menjadi noda hitam kehidupan keberagaman kita. Dan kita harus
mencegah jangan sampai hal serupa terjadi di tempat lain, oleh kelompok yang lain
terhadap kelompok yang lain pula," imbau Natalis yang pernah menjadi Ketua Umum
Pemuda Katolik dua periode.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/19/nrpuwp-
pemuda-lintas-agama-yakin-insiden-tolikara-hanya-salah-paham
SNH Advocacy Center mengutuk keras kejadian tersebut dan menuntut pihak
pemerintah untuk melakukan pengusutan dan segera melakukan tindakan
penangkapan kepada para pelaku. Direktur Ekekutif sekaligus Advokat SNH
Advocacy Center, Sylviani Abdul Hamid mengatakan, pemerintah mempunyai
tugas untuk menjaga keamanan dan ketentraman di wilayah NKRI, oleh
karenanya langkah yang harus segera diambil adalah menangkap para pelaku baik
pelaku di lapangan maupun intelektual dader (pelaku intelektual).
Ia mengingatkan peristiwa serupa pada 1998 silam yang terjadi di Ambon meluas
hingga ke beberapa wilayah di Kota Ambon akibat lambatnya penanganan dari
pemerintah. Ia juga mempertanyakan kinerja dari Badan Intelejen Negara.
"Seharusnya BIN sudah bisa mengantisipasi kejadian ini," ucap Sylvi panggilan
akrabnya.
"Kalau terbukti ada kelalaian dari pemerintah, maka dapat dikatakan bahwa
pemerintah lalai menjalankan konstitusi," kata Sylvi aktivis dan juga pengacara
publik ini.
Sebelum kejadian tersebut telah beredar surat pelarangan kegiatan Solat dan
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/19/nrq0yy-
pembakaran-masjid-di-papua-pemerintah-lalai-menjalankan-konstitusi
Kepala Kanwil Kemenag Papua, Jannus Pangaribuan mengaku prihatin dengan peristiwa
penyerangan dan pembakaran rumah ibadah di Tolikara. Dia meminta semua pihak
menahan diri sehingga tak menimbulkan aksi saling balas dendam antarumat beragama.
“Jangan sampai jatuh korban akibat kasus ini,” kata Jannus dalam rapat tersebut.
Pertemuan yang digagas oleh Kepala Kanwil Kemenag Papua ini menghadirkan Ketua
Umum Persekutuan Gereja-Gereja Papua (PGGP), Uskup Leo Labaladjar, Ketua MUI
Provinsi Papua, Saiful Islam Alpayage, Ormas NU Papua, dan sejumlah tokoh agama
lain.
Mereka menyerukan kepada seluruh masyarakat Tolikara untuk melihat masalah ini
secara bijak. Jangan sampai ada yang berupaya memprovokasi ataupun terpancing hingga
memperkeruh suasana. Para tokoh agama ini sangat menyesalkan peristiwa ini.
Apalagi, terjadi saat momentum Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah pada Jumat (17/7),
kemarin. Intinya, hasil pertemuan itu adalah permintaan maaf kepada umat muslim. Saat
ini, para tokoh agama menyerahkan penyelesaian hukumnya kepada pihak kepolisian.
Aktifis Dakwah Papua, Abdul Wahab mengatakan, muslim di Papua tak ingin
terprovokasi dengan adanya aksi pembakaran masjid. Sejauh ini, mereka masih tenang
dan tak terpancing.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/19/nrq2fw-tokoh-
agama-papua-meminta-maaf-pada-umat-muslim
"Harus ada evaluasi untuk Kapolda dan jajarannya agar hal ini tidak terulang
kembali," kata Neta di Jakarta, Ahad (19/7).
Selain itu, Neta juga meminta kepada pemerintah agar melakukan evaluasi
terhadap kinerja Polri dan BIN di Papua.
Neta menambahkan, hal itu agar intelijen tidak kembali kecolongan lagi dalam
melakukan deteksi dan antisipasi dini di daerah rawan konflik khususnya Papua.
IPW juga mendesak Polri untuk mengusut tuntas kasus penyerangan tersebut.
Sebelumnya, aksi penyerangan terjadi saat umat Muslim melakukan Salat Idul
Fitri di Tolikara. Tiba-tiba datang sekelompok orang yang berteriak-teriak dan
disusul lemparan batu serta pembakaran bangunan. Sekitar 70 bangunan termasuk
Masjid terbakar dalam insiden tersebut.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/19/nrq8ux-
insiden-tolikara-kapolri-harus-evaluasi-kinerja-kapolda-papua
"Para korban harus diberi perlindungan," katanya dalam keterangan yang diterima
di Jakarta, Ahad (19/7).
Ia sangat menyesalkan atas insiden yang terjadi pada saat umat Muslim tengah
merayakan Hari Kemenangan setelah sebulan lamanya berpuasa. Menurutnya,
insiden tersebut tidak menghormati toleransi antarumat beragama yang memang
dilindungi Undang-Undang.
"Saya menyesalkan terjadinya peristiwa itu, di hari yang justru seharusnya seluruh
bangsa ini memperkuat tali persaudaraannya," kata Romi, panggilan akrab
Romahurmuziy.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/19/nrq91q-
romi-tindak-tegas-pelaku-penyerangan-tolikara
Home > News > Nasional
Anggota Tim Pengawas Intelijen dari Komisi I DPR RI, Fraksi PKS, Ahmad
Zainuddin mengatakan, potensi akan terjadinya tindakan kekerasan terhadap
muslim di Tolikara, Papua seharusnya dapat diprediksi oleh aparat dan intelijen
kepolisian sebelumnya.
"Sebab ada edaran bernada provokatif soal pelarangan peringatan Idul Fitri
tembusan ke kepolisian, jika benar ada surat itu, seharusnya aparat dan intelijen
sudah mengantisipasi," katanya, Ahad, (19/7).
Kejadian ini sebaiknya menjadi bahan dasar fungsi intelijen, khususnya Kepala
BIN baru untuk merancang sistem intelijen yang lebih kokoh.
Fungsi intelijen dari lembaga kepolisian, TNI dan BIN harus berjalan secara
koordinatif dan integratif di Papua. Zainuddin menjelaskan, pelaksanaan fungsi
intelijen di wilayah yang rentan dengan separatisme harus mendapat perhatian
serius dari pemerintah.
Sebab kekerasan sekecil apapun yang terjadi di Papua selalu di-blow up pihak-
pihak kepentingan tertentu sehingga menjadi sorotan internasional.
"Jangan sampai peristiwa serupa terulang lagi ke depannya di wilayah NKRI ini,
khususnya di Papua. Sebab banyak pihak asing yang berkepentingan terhadap
separatisme dan sumber daya alam di Papua," jelasnya.
Ia juga mendorong agar peristiwa itu diusut tuntas, para pelaku dan pihak-pihak
yang memprovokasi ditindak sesuai hukum yang berlaku. Tokoh agama dan
masyarakat di Papua harus mempererat kembali toleransi antar umat beragama.
"Dari kasus tersebut harus segera ditemukan solusi yang adil dan menenteramkan
semua pihak, terutama kelompok minoritas," ujarnya.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/19/nrqhrm-
kasus-tolikara-fungsi-intelijen-di-papua-harus-diperkokoh
"Tak ada ruang untuk mentolerir pembakaran rumah ibadah, apapun alasannya.
tak ada kewenangan penganut agama tertentu untuk melarang umat beragama
(Islam) menjalankan ibadahnya," katanya kepada Republika Online (ROL),
Ahad (19/7).
Cholil menjelaskan negara harus mengfalitasi dan memberi kebebabasan atas hal
tersebut. Menurutnya, Pemerontah perlu memberikan tindakan tegas bagi
pelanggar hukum agar tidak terjadi pembalasan dan penegakan hukum oleh
masing-masing warga negara.
Pada Jumat (17/7) lalu telah terjadi pembakaran masjid yang berlokasi di
Kabupaten Tolikara, Papua, saat umat Islam mengelar shalat id. Banyak versi
yang bererdar atas kejadian tersebut mulai dari isu agama sampai sengketa lahan.
Saat ini penduduk minoritas muslim di sana sedang diungsikan.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/20/nrr2a3-
tidak-ada-ruang-untuk-mentolerir-pembakaran-rumah-ibadah
"Apapun bentuk dan alasannya, sikap intoleransi seperti ini sangat berbahaya dan dapat
mengancam keutuhan bangsa ini," kata Demien dalam penjelasan persnya, Senin (20/7).
Pemrakarsa GPP yang juga Ketua NU dan Ketua MUI Bidang Hubungan Antaragama
KH Slamet Effendy Yusuf menyatakan, pertama penyerangan dan pembakaran tersebut
merupakan tindakan yang terencana dan brutal yang menodai spirit dan tradisi toleransi
kehidupan hubungan antarumat beragama di Indonesia.
Kedua, tindakan tersebut dimulai oleh pemikiran dan sikap yang bersumber dari
radikalisme dan fundamentalisme keagamaan dari sekte Gereja Injili di Indonesia yang
melahirkan sikap dan tindakan yang intoleran dan destruktif bagi kerukunan umat
beragama.
Ketiga, jelas Slamet, karena tindakan tersebut jelas dan terang inisiator dan pelakunya
maka perlu ada langkah yang tegas berupa tindakan hukum terhadap mereka. Karena ini
jelas tindakan yang bermula dari radikalisme agama maka aparat hukum harus mengusut
secara tuntas jaringan sekte ini di seluruh Indonesia agar tidak membahayakan persatuan
dan kesatuan NKRI.
Kelima, Slamet menyerukan agar umat Islam tidak terprovokasi oleh tindakan intoleran
dan tidak bertanggungjawab tersebut. Umat Islam harus tetap dalam komitmen
kebangsaan dan kenegaraan yang menjunjung tinggi kebhinekaan dan toleransi.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/20/nrr10f-peristiwa-
tolikara-lukai-umat-beragama
Dia mengajak seluruh umat Islam agar menahan diri dan tidak melakukan aksi
balas dendam terhadap kekerasan yang dialami umat Muslim di Kabupaten
Tolikara, Papua.
Selama ini, umat Muslim sangat toleran dan hidup berdampingan antarpemeluk
agama yang dianut, termasuk di Kabupaten Lebak. "Kita tidak perlu melakukan
pembalasan karena Islam sendiri sangat menghargai keberagaman agama di Tanah
Air," katanya.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/20/nrrpty-
mui-lebak-minta-pelaku-kekerasan-jemaat-gidi-kepada-umat-islam-ditindak
Peristiwa ini harusnya menjadi sinyal bagi pemerintah bahwa saat ini berbagai cara
tengah dilakukan pihak-pihak tidak bertanggungjawab untuk membuat Papua terus
bergolak. “Jangan yang diproses hukum hanya mereka-mereka yang terlibat langsung saat
penyerangan. Otak dibalik insiden ini juga harus ditangkap dan diadili serta diungkap apa
motifnya. Pemerintah harus bergerak cepat dan fokus agar insiden ini tidak merembet ke
mana-mana. Jangan malah mengeluarkan penyataan-pernyataan yang kontraproduktif,”
ujar Wakil Ketua Komite III DPD Fahira Idris, di Jakarta (20/7).
Fahira mengatakan, pendekatan keamanan di Papua saat ini belum diimbangi dengan
pendekatan keamanan manusia (human security), akibatnya apapun persoalan di Papua
selalu dianggap bersifat keamanan. Insiden di Tolikara menjadi tanda bahwa pemerintah
kurang mengantisipasi bahwa isu agama di Papua yang selama ini dianggap baik-baik
saja ternyata juga bisa menjadi potensi konflik luar biasa destruktif melebihi gerakan
separatis.
Padahal, untuk peristiwa Tolikara benih-benih akan terjadi insiden sudah terpampang
nyata dengan beredarnya surat dari Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) yang berisi larangan
bagi umat Islam untuk merayakan Idul Fitri di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Provinsi
Papua.
“Peristiwa intoleransi ini diharapkan mengubah mindset semua stakeholder yang ada di
Papua baik dari unsur pemerintah pusat, aparat keamanan, pemerintah daerah, tokoh
agama, dan tokoh masyarakat bahwa saat ini isu agama sedang ‘dimainkan’ untuk
mengobok-obok Papua. Sekecil apapun benihnya harus segera dikomunikasikan
solusinya,” tukas Fahira.
Fahira yang juga pengurus MUI Bidang Pendidikan dan Pengkaderan ini mendesak
pemerintah untuk terus mengomunikasikan perkembangan penanganan peristiwa Tolikara
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dpd-ri/berita-dpd/15/07/20/nrrqg0-dpd-
tangkap-pihak-tak-bertanggung-jawab-yang-ingin-papua-selalu-bergolak
"Sebagai pembantu presiden dan Wapres, Menag semestinya secara pro aktif
memberikan informasi yang benar kepada atasannya. Jangan sampai, informasi
pihak lain yang tidak otoritatif dijadikan rujukan. Tidak sepantasnya, Wapres
salah dalam memberikan pernyataan," jelasnya.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/20/nrrv93-
pemerintah-jangan-beri-pernyataan-yang-simpang-siur-terkait-insiden-tolikara
"Organisasi GIDI memiliki hubungan yang erat dan tak terpisahkan dengan Zionis
Israel. Keterlibatan Zionis Israel di Indonesia tentu bertentangan dengan prinsip
politik luar negeri Negara Republik Indonesia," kata Ketua ANNAS Athian Ali
dalam siaran pers yang diterima ROL, Senin (20/7).
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/20/nrs0qw-
punya-hubungan-erat-dengan-israel-gidi-langgar-prinsip-politik-indonesia
"Seharusnya Presiden GIDI yang harus mencegah jamaahnya untuk tidak membubarkan
jamaah salat Id di halaman Koramil. Sangat tidak bijak kalau Presiden GIDI malah
menyalahkan Polri," kata Badrodin saat dihubungi, Senin (20/7).
Namun, Badrodin menjelaskan saat itu Bupati sedang berada di Jakarta dan mengaku
akan langsung menelepon panitia lokal di sana untuk meminta penjelasan terkait surat
edaran itu.
"Pdt Martin, yakni panitia lokal di sana menjelaskan setelah ditelepon Bupati, mengaku
akan meralat dan menjelaskan secara lisan ke bupati untuk diteruskan ke Kapolres," ujar
Badrodin.
Tetapi, lanjut Badrodin, sampai kejadian Kapolres mengaku sama sekali tidak menerima
pemberitahuan dari panitia. Badrodin pun mempertanyakan apa yang harus
disosialisasikan oleh jajarannya.
"Presiden GIDI malah mengucapkan selamat Idul Fitri, apanya yang harus
disosialisasikan," kata Badrodin.
Namun, Badrodin menegaskan akan mengusut kasus ini hingga tuntas. Ia juga
mengatakan situasi saat ini di Tolikara sudah mulai kondusif.
Sebelumnya, Presiden Gereja Injili di Indonesia (GIDI), Pdt Dorman, menuding aparat
keamanan dari TNI/Polri lamban dalam mensosialisasikan surat edaran dari GIDI
terhadap umat muslim di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua untuk tidak
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/20/nrsbsx-polisi-
dituding-lalai-oleh-presiden-gidi-ini-jawaban-kapolri
"Saya telah meninjau langsung. Situasi di sana aman dan kondusif," kata Badrodin
saat dihubungi, Senin (20/7).
Badrodin mengatakan saat ini yang menjadi permasalahan yakni para pengungsi
yang rumahnya terbakar. Namun, ia menjelaskan Bupati Tolikara telah
menyanggupi untuk membangun kembali kios yang terbakar.
Sebelumnya, aksi penyerangan terjadi saat umat Muslim melakukan Salat Idul
Fitri di Tolikara. Tiba-tiba datang sekelompok orang yang berteriak-teriak dan
disusul lemparan batu serta pembakaran bangunan. Sekitar 70 bangunan termasuk
masjid terbakar dalam insiden tersebut.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/07/20/nrsigv-
kapolri-pastikan-situasi-di-tolikara-telah-kondusif
Jika tidak segera ditangani dengan tepat, kata dia, relasi sosial dapat
terganggu karena kompetisi dalam ranah sosial ekonomi. Selain itu
pilihan politik yang berbeda dan daya adaptasi antarbudaya yang kurang
bisa memicu hal negatif bagi masyarakat Papua.
"Hal itu dapat menjadi potensi munculnya tensi sosial dan pergesekan
antaridentitas sosial," ujar Tony lewat siaran pers yang diterima ROL,
Selasa (21/7).
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/07/21/nrstff-ini-
yang-berpotensi-munculkan-gesekan-sosial-di-tolikara
Abbas Wasse pun meminta agar semua pihak bisa menahan diri dan jangan
memperkeruh suasana demi menjaga kestabilan negara Indonesia, jangan sampai
ada korban jiwa dari kasus ini. Kenyaman dalam melaksanakan beribadah baik
Islam maupun Nasrani harus tetap diusahakan.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/07/21/nrtfdu-
kesultanan-banten-khawatir-umat-islam-selesaikan-sendiri-insiden-tolikara
Home > News > Nasional
"Peristiwa ini harusnya menjadi sinyal bagi pemerintah bahwa saat ini berbagai
cara tengah dilakukan pihak-pihak tidak bertanggungjawab untuk membuat Papua
terus bergolak," kata dia," Selasa, (21/7).
Menurutnya, pihak yang diproses hukum jangan hanya mereka yang terlibat
langsung saat penyerangan. Otak dibalik insiden ini juga harus ditangkap dan
diadili serta diungkap apa motifnya.
Pemerintah, ujar Fahira, harus bergerak cepat dan fokus agar insiden ini tidak
merembet ke mana-mana. "Jangan malah mengeluarkan penyataan-pernyataan
yang kontraproduktif." ucap dia.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/07/21/nrtonl-
otak-di-balik-insiden-tolikara-harus-diadili
Selanjutnya, Kapolri meminta agar semua pihak bisa bersikap dengan kepala
dingin. Ia berjanji Polri akan bersikap tegas dengan memproses siapapun yang
terlibat dalam kasus ini.
"Saya meminta tokoh agama dan juga umatnya untuk menanggapi kasus ini
dengan kepala dingin. Serahkan semuanya pada Polri. Siapapun yang bersalah
akan kita tindak, kita proses secara hukum," tuturnya.
"Mari kita bangun kesadaran kerukunan antar umat beragama. Kita bangun
toleransi karena Indonesia ini negara yang plural, yang majemuk terdiri dari
berbagai macam suku, berbeda agama, berbeda adat istiadat, berbeda bahasa.
Semua banyak perbedaan," ajaknya.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/21/nrtrqb-
kapolri-tembakan-itu-sebagai-wujud-konstitusi-harus-tegak
Home > News > Nasional
Oleh karena itu, Nur Efendi yang juga CEO Rumah Zakat berharap agar
pemerintah bisa bertindak tegas, adil dan jelas terhadap pelaku atau aktor
intelektual dari kasus memalukan dan memilukan tersebut. "Sudah selayaknya
pelaku diadili dengan seadil-adilnya," tegas Nur Efendi dalam siaran pers BMH
yang diterima Republika, Selasa (21/7).
Nur Efendi menambahkan, Indonesia ini adalah negara kesatuan, negara penuh
keragaman. “Maka selayaknya kita harus saling menghormati dan menghargai,
menjadikan keragaman ini menjadi rahmatan lil'alamin," imbuhnya.
Terkait Tolikara, Nur Efendi mengharap semua pihak bisa sinergis dan
mempercayakan amanah penyaluran kepada Lembaga Amil Zakat Nasional
(Laznas) Baitul Maal Hidayatullah (BMH).
"BMH adalah salah satu Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) yang sudah
berada di Tolikara. Program bangun masjid kembali bersama BMH dan lembaga
amil zakat lainnya sangat membantu Muslim Tolikara," ujarnya.
Bahkan, lebih jauh, Nur Efendi berharap semua Laznas bisa memberikan bantuan
lebih untuk Muslim Tolikara. "Saya berharap tidak hanya bangun masjid, tapi
bisa memberikan keberdayaan Muslim Tolikara," papar Nur Efendi.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/15/07/21/nru0ki-
foz-serukan-bangun-kembali-masjid-tolikara
Home > News > Nasional
"Ya aparat keamanannya yang akan bertanggung jawab," ujar kata Badrodin di
Mabes Polri, Selasa (21/7).
"Aparat keamanan saat itu dalam kondisi terdesak karena massa yang diduga dari
organisasi Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Tolikara gagal bernegosiasi dengan
warga Muslim disana," ujar Badrodin.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/21/nru2ss-
kapolri-polri-bertanggungjawab-terhadap-penembakan-di-tolikara
Menurut Relawan Dompet Dhuafa Imam Alfaruq, akibat penyerangan dalam insiden
tersebut menyebabkan sejumlah warga diungsikan.
"Akibat penyerangan, sejumlah 243 orang terpaksa mengungsi, 100 diantaranya adalah
balita," kata Imam kepada ROL, Selasa (21/7).
Ia menjelaskan, pengungsi ditempatkan di beberapa tenda dan rumah dinas Koramil yang
ada di komplek dan belakang Komplek Koramil. Menurutnya hingga hari ini, masih
banyak kebutuhan pokok pengungsi yang belum mencukupi.
"Pasokan bahan makanan diakui kurang untuk konsumsi dalam waktu dekat, bahkan tiga
hari kedepan dinilai sangat kurang," jelasnya.
Sementara untuk kesehatan pengungsi telah diakomodir oleh Puskesmas setempat. Dalam
pelayanan kesehatan, terdapat dua perawat dan satu orang dokter. Namun Imam menilai
pasokan obat-obatan dan tenaga medis masih kurang. "Beberapa pengungsi
mengalami shock sehingga dibutuhkan trauma healing dan diperlukan juga rehabilitasi
Ruko untuk normalisasi kehidupan dan usaha," ujarnya.
Seperti diketahui, pada Jumat (17/7) telah terjadi insiden pembakaran ruko di Tolikara
yang menyebabkan masjid di lokasi tersebut terbakar. Inseden tersebut bermula saat
masyarakat muslim melakukan shalat Idul Fitri 1436 H di masjid.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/21/nru3dj-ini-yang-
dibutuhkan-pengungsi-pascainsiden-tolikara
"Posko dibuka di Balai Kota Surabaya sejak kemarin (20/7) atas instruksi
langsung dari wali kota Surabaya," ujar Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan
Perlindungan Masyarakat (Bakesbanglinmas) Kota Surabaya Soemarno di
Surabaya, Selasa (21/7).
Menurut dia, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tergerak hatinya untuk
membantu orang yang terkena musibah bencana alam atau peristiwa yang ada di
tanah air.
Ia mengatakan pada hari pertama Posko Peduli Papua dibuka sudah dapat bantuan
sekitar Rp 2.150.000. "Dana itu sementara masih dari Bakesbanglinmas dan
masyarakat," katanya.
Namun demikian, lanjut dia, tidak menutup kemungkinan bantuan akan terus
mengalir dari instansi di Pemkot Surabaya, pegawai negeri sipil setempat maupun
dari lembaga swasta atau masyarakat Surabaya. "Mungkin posko ini belum
disiarkan melalui pemberitaan sehingga belum banyak yang tahu," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, saat ini masih suasana Lebaran dan belum banyak yang
mudik dan belum balik ke Surabaya.
"Mungkin besok (22/7) pada saat hari aktif mulai bekerja di Pemkot Surabaya
akan ada bantuan dana," katanya.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/07/21/nru6g6-
pemkot-surabaya-buka-posko-peduli-tolikara
Pemulihan trauma terhadap warga Karubaga yang mengalami langsung insiden tersebut
harus benar-benar diperhatikan sehingga tidak membawa dampak. Insiden yang terjadi
Jumat (17/7) itu menimbulkan trauma yang harus dihilangkan dan itu butuh peran serta
bupati selaku pimpinan daerah, kata Mendagri Tjahjo Kumolo di Jayapura, Selasa (21/7).
Bupati Tolikara sendiri berjanji akan segera membangun kembali kios milik warga
namun lokasinya dipindah. Sedangkan musholah akan dibangun di sekitar halaman
Koramil, kata Mendagri yang berkunjung ke Karubaga didampingi Pangdam XVII
Cenderawasih Mayjen TNI Fransen Siahaan dan Asisten I Pemprov Papua Doren
Wakerkwa.
Insiden yang terjadi di Karubaga dipicu surat tertanggal 11 Juli melarang dilakukannya
perayaan Idul Fitri. Bahkan dalam surat yang dikeluarkan Badan Pekerja GIDI Tolikara
dan ditandatangani Nayus Wenda dan Marthen Jingga itu juga melarang agama lain dan
gereja Dominasi lainnya mendirikan tempat-tempat ibadah di Tolikara.
Akibatnya, sekelompok warga menyerang jamaah yang sedang melaksanakan sholat ied
di halaman dekat Koramil dengan melempar, kemudian aparat keamanan membubarkaan
Mengetahui adanya korban yang terkena tembakan, massa kemudian membakar kios
yang juga menghanguskan musholah yang ada di sampingnya. Saat ini kondisi Karubaga
sudah mulai kondusif.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/07/22/nrun88-ini-
pesan-mendagri-untuk-bupati-tolikara
“Mendagri, Mensos, Bupati setempat, dan Danramil hari ini sudah melakukan
peletakan batu pertama untuk pembangunan masjid di Tolikara. Banyak juga
pejabat yang datang, sekitar tujuh hingga delapan orang” kata Imam kepada ROL,
Selasa (21/7).
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/21/nruf9m-
mau-bantu-pembangunan-masjid-tolikara-ini-caranya
"Presiden GIDI membantah membuat surat edaran itu, karena yang membuat surat
edaran adalah ketua dan sekretaris setempat, tetapi di sana membantah bahwa
tidak ada," kata Tedjo, Selasa (21/7).
Tedjo mengaku sudah membaca surat edaran tersebut yang ditandatangani oleh
ketua dan sekretaris gereja setempat.
"Saya membaca surat itu, ada. Dari situ kami klarifikasi ke Presiden GIDI
(Pendeta Dorman Wandikbo), lalu kapolres mengungkapkan bahwa dia (Presiden
GIDI) menyatakan tidak ada (SE) itu, yang buat surat edaran adalah ketua dan
sekretaris setempat," jelasnya.
Terkait akan SE tersebut, Tedjo menegaskan tidak ada hal yang dapat melarang
warga negara Indonesia melakukan ibadah.
"Tidak ada hal yang bisa melarang orang melakukan ibadah, masa orang tidak
boleh Shalat Ied," tambah mantan Kepala Staf Angkatan Laut itu.
Dalam SE yang beredar di media sosial tersebut tertera tiga poin yang melarang
ada penyelenggaraan kegiatan Shalat Ied di Karubaga.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/22/nruhto-
ketuasekretaris-gidi-setempat-yang-buat-surat-larangan
"Peristiwa ini memang disesalkan, karena itu jadikan peristiwa ini sebagai bahan
introspeksi untuk terus meningkatkan kerukunan hidup antarummat beragama di
daerah ini," katanya usai halalbihalal dengan jajaran PNS di lingkungan Pemprov
Sulteng di Kota Palu, Rabu.
Halalbihalal PNS Pemprov Sulteng itu diawali dengan upacara 17-an di halaman
kantor gubernur yang dihadiri ribuan PNS mulai dari pejabat eselon I hingga yang
terendah. Gubernur Longki Djanggola dalam sambutannya meminta semua PNS
yang terkait dengan penyelenggaraan Sail Tomini 2015 untuk bekerja lebih keras
mempersiapkan acara tersebut, karena waktu yang tersisa tinggal 57 hari.
"Sail Tomini harus sukses karena ivent bahari ini kepercayaan pemerintah yang
berskala internasional dan berdampak luas bagi kemajuan daerah dan
kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/22/nrvdpm-
insiden-tolikara-jadi-bahan-intropeksi
Pria yang akrab disapa Bang Yos itu menegaskan, salah alamat
menganggap BIN bereaksi lambat dalam mengatasi insiden itu.
Alasannya, BIN memiliki tugas memberikan informasi.
"Pada hari H-nya tanggal 17 dia jaga. Kalau tidak ada informasi dari kita
dari mana dia dapat informasi dari kita," katanya.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/22/nrvpzi-ini-
agenda-tersembunyi-di-balik-insiden-tolikara-menurut-bin
"Hari ini kami akan diterima oleh Panglima TNI di Jalan Medan
Merdeka Barat pukul 13.00 WIB, sedangkan pada pukul 15.00 WIB
akan diterima oleh Bapak Kapolri di Mabes Polri Jalan Trunojoyo," kata
Juru Bicara Komite Umat untuk Tolikara Papua Mustofa B.
Nahrawadaya di Jakarta, Rabu (22/7).
Sumber: http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/15/07/22/nrvrn2-komite-umat-untuk-tolikara-papua-temui-panglima-tni-
dan-kapolri
Gatot berpesan agar antarumat beragama harus saling menghormati dan tetap
menjunjung tinggi kebhinekaan, terlebih lagi mengingat bangsa Indonesia
dibangun dan merdeka atas pondasi kebhinekaan.
"Jadi bangsa ini dibangun berdasarkan kebhinekaan, nah kebhinekaan ini jangan
mau dikoyak-koyak hanya dengan masalah seperti ini dan saya pikir tokoh-tokoh
agama sudah bicara positif, bagaimana kemajemukan tetap kita eratkan untuk
membangun bangsa," ujar Gatot usai bersilaturahim dengan Presiden Joko
Widodo bersama dengan kabinet kerja di Istana Negara, Jakarta, Rabu (22/7).
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/22/nrvvdo-
soal-insiden-tolikara-panglima-tni-jangan-mau-kebhinekaan-dikoyak
"Hingga tadi sekitar pukul 10 siang bantuan sudah mencapai Rp 1,3 miliar sejak
kemarin dibuka," kata Mustofa saat dihubungi ROL, Rabu (22/7).
Diinisiasi oleh para tokoh Islam, menurut Lukman, Komat akan mampu
menginspirasi terbangunnya kedamaian di Tolikara guna kepentingan
kemaslahatan umat beragama di Indonesia.
Komat ini sendiri diketuai oleh Ustad Bachtiar Nasir dan sebagai dewan
pengarahnya adalah KH Didin Hafiduddin. Pertemuan dengan Menag pagi tadi
dihadiri oleh Bachtiar Ali, aktivis media Islam yaitu Haikal Hasan dan Mustofa.
Dari Wahdah Islamiyah ada Zaitun Rasmin, dan perwakilan dari Dompet Dhuafa
dan sejumlah aktivis Islam lainnya.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/07/22/nrw4hu-
bangun-kembali-masjid-tolikara-komat-kumpulkan-rp-13-miliar
"Pasalnya kejadian di Tolikara ini juga sampai ke luar negeri. Ini bisa
menimbulkan gejolak lagi ke depannya," ujarnya.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/07/22/nrw78w-mui-
minta-penyebab-terbakarnya-masjid-tolikara-tak-ditutuptutupi
"Dari 139 perda sampai tersisa 70-an perda yang sudah diperiksa di Kemendagri,
tidak ada satu pun perda yang berkaitan dengan (tata cara ibadah) agama yang di
Tolikara," kata Tjahjo di Kantor Kemendagri Jakarta, Rabu.
Dia menjelaskan, sejak November 2014 hingga Mei 2015, pihaknya menerima
laporan perda dari pemerintah daerah dan DPRD setempat untuk diklarifikasi
terhadap peraturan perundang-undangan. Sebanyak 139 perda tersebut telah
dievaluasi oleh tim dari Kemendagri dan dikembalikan ke daerah untuk
diperbaiki.
"Katanya ada, katanya tidak, jadi masih belum jelas keberadaan perda ini. Kalau
toh ada, kami minta DPRD setempat untuk membentuk pansus kecil dan segera
menyampaikannya kepada saya," katanya menambahkan.
"Perda itu secara manual disampaikan ke provinsi untuk kemudian oleh provinsi
diserahkan ke kami. Lalu kami memeriksa apakah ada pertentangan dengan
peraturan di atasnya, apakah diskriminatif atau melanggar HAM, kalau ada kami
panggil dan minta kejelasan. Kami bisa memberi peringatan tertulis untuk dibahas
kembali dengan DPRD," jelasnya.
"Memang ada perda yang menyatakan bahwa di sini, kebetulan terbentuknya GIdI
di sini, sehingga dianggap sudah gereja besar. Masyarakat di sini berpikir untuk
gereja aliran lain tidak bisa bangun di sini. Mau tidak mau masyarakat menerima
(perda) itu," kata Usman.
"Itu dalam bentuk peraturan bupati, Masjid dilarang juga dibangun dalam perda
tersebut. Kalau Mushalla memang dari dulu ada," ujarnya.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/22/nrwex1-
mendagri-belum-bisa-pastikan-perda-beribadah-di-tolikara
Bantuan dari Presiden Jokowi itu diserahkan melalui Kodam XVII Cenderawasih
dan akan diserahkan Kamis (23/7).
"Nanti yang akan terima bukan hanya korban kebakaran tapi juga warga lokal
yang tidak menjadi korban," kata Mayjen TNI Siahaan seraya mengakui, rumah
kios akan dibangun di kantor Pemda Tolikara di Karubaga.
Menurut dia, tidak dibangunnya kios di lokasi yang terbakar karena status tanah
belum jelas apakah milik adat atau milik gereja.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/15/07/23/nrwgjc-
jokowi-bantu-rp-1-miliar-untuk-bangun-kios-yang-dibakar-di-tolikara
"Oleh karena itu, kami minta kepada media dan masyarakat untuk tidak
mendramatisir insiden di Kabupaten Tolikara itu," katanya, Kamis (23/7).
"Saat Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah, seluruh wilayah Papua aman dan dari
hasil monitoring, seluruh masyarakat saling mengunjungi satu sama lain, kecuali
di Karubaga," katanya lagi.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/23/nrx8qo-
pemprov-papua-klaim-sanggup-tangani-insiden-tolikara
Anggota Komisi III DPR RI Tjatur Sapto Edi menanggap dengan begitu tindakan tersebut
melanggar aturan yang berlaku di Tanah Air. "Itu adalah perbuatan subversi yang
meruntuhkan Pancasila dan UUD 1945," kata Tjatur kepada ROL, Kamis (23/7).
Menurutnya, negara sudah mengatur dengan jelas kebebasan memeluk dan menjalankan
aktivitas keagamaan masing-masing. Jika kemudian sebagian orang mengeluarkan
peraturan yang tidak berdasarkan undang-undang demi kepentingan sendiri maka itu
berpotensi mengancam kesatuan bangsa karena berpotensi memicu pertikaian.
Selain itu sebagai negara yang bersemboyan Bhineka Tunggal Ika, aksi kekerasan saat
umat Muslim menjalankan ibadah salat Idul Fitri itu juga jelas bertolak belakang. Seluruh
masyarakat harus menghargai perbedaan yang tercipta di lingkungan sekitarnya.
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini menentang moral agama. Agama menjunjung
tinggi untuk saling bertoleransi. Sangat memprihatinkan karena justru menghambat umat
lain beribadah sesuai kepercayaannya. Oleh karena itu pembuatnya harus diberikan sanksi
hukum tegas agar tidak menjadi panutan ke depannya.
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dpr-ri/berita-dpr-ri/15/07/23/nrxjpc330-dpr-
pembuat-surat-edaran-gidi-upaya-runtuhkan-pancasila
Menurut Wapres, penegak hukum akan tetap mengusut kasus yang terjadi di
Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua.
"Siapa yang salah, siapa yang berbuat. Ini harus mendapat suatu sanksi hukum
tentu," jelas Kalla.
Selain itu, JK mengatakan isu separatisme di provinsi Papua dan Papua Barat
tidak mempengaruhi keadaan keamanan masyarakat Papua.
"Bahwa ada saja yang tidak puas, ada saja yang mengisukan. Ya itu memang
selalu timbul tapi tidak mempengaruhi rakyat di sana lah," kata Wapres.
Bupati mengatakan biaya perawatan sepuluh orang korban luka yang masih
dirawat di RSUD Dok 2 Jayapura dan RSUD Wamena akan ditanggung oleh
Pemda Papua.
Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/23/nrxlbj335-
jk-papua-sudah-membaik
Tak kurang dari 25 tokoh hadir dalam pertemuan tersebut. Antara lain, Ketua
Umum PBNU Said Aqil Siradj, cendekiawan muslim Azyumardi Azra, Ustaz
Yusuf Mansur dan tokoh NU Slamet Effendi. Selain itu, hadir pula sejumlah
pimpinan ormas keagamaan.
Namun, secara umum, pertemuan digelar demi menjaga keutuhan NKRI dengan
keberagaman suka, ras dan agama yang ada. "Saya kira komunikasi seperti ini
akan dilakukan terus, termasuk oleh Kementerian Agama," kata Teten
menerangkan.
Sejumlah menteri Kabinet Kerja yang ikut hadir dalam forum diskusi lintas agama
ini antara lain Menteri Agama Lukman Hakim, Menteri Sekretaris Negara
Pratikno, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto dan Staf Khusus Presiden Lenis
Kogoya.
Sumber:
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/07/23/nrxqf1301-bahas-
tolikara-jokowi-kumpulkan-tokoh-lintas-agama
“Kami ingin ada tindakan transparan karena ini yang pertama kali dalam sejarah
Indonesia,” ujar Ketua Komat Tolikara Ustaz Bachtiar Nasir di Jakarta, Kamis
(23/7).
Komat Tolikara juga menuntut dilakukan langkah hukum yang tegas, adil, dan
transparan terhadap aktor intelektual dan oknum-oknum yang melakukan tindakan
radikalisme, separatisme dan terorisme. Dengan penuntasan kasus Tolikara ini
hingga ke akar-akarnya akan membuktikan bahwa Pemerintahan Presiden Jokowi-
Jusuf Kalla memang peduli akan keamanan dan kebebasan beribadah bagi seluruh
umat di Indonesia, terutama umat Islam.
Selain langkah hukum, Komat Tolikara juga mengingatkan adanya bahaya yang
dilakukan aktor intelektual dan oknum-oknum tertentu yang mencoba
memanfaatkan kasus Tolikara ini. Ada indikasi kepentingan asing bermain dalam
kasus Tolikara ini yang mencoba mengganggu kedaulatan NKRI.
TNI dan Polri harus menindak tegas unsur-unsur atau atribut yang mengarah pada
keterlibatan pihak asing yang tidak bertanggung jawab," kata Bachtiar.
Sumber: http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/15/07/23/nrxr0y313-komat-tolikara-kami-ingin-ada-tindakan-transparan
Yotje menambahkan, setelah dari Wamena, pelaku akan segera dibawa menuju
Jayapura untuk melanjutkan pemeriksaan. Polisi akan mencari informasi
mengenai motif di balik penyerangan tersebut. "Nanti kita informasikan lagi, kita
akan melakukan pemeriksaan dan penyelidikan lebih lanjut," kata Yotje.
Sebelumnya, aksi penyerangan terjadi saat umat Muslim melakukan shalat Idul
Fitri di Tolikara. Tiba-tiba datang sekelompok orang yang berteriak-teriak dan
disusul lemparan batu serta pembakaran bangunan. Sekitar 70 bangunan termasuk
masjid terbakar dalam insiden tersebut.
Sumber:
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/07/23/nrxryr361-
provokator-penyerangan-muslim-di-tolikara-ditangkap
“Ya kalau itu (Perda) melanggar konstitusi nggak ada alasan, harus dibatalkan,”
kata Siti kepada ROL, Kamis (23/7).
Siti menjelaskan, Papua merupakan daerah yang mewarisi sejarah kerusuhan juga
sehingga butuh perlakuaan tertentu selama perkembangannya. “Wilayah itu
(Papua) harus senantiasa ada bimbingan dan pendampingan pengawasan, jangan
main digelontorkan uang saja misalnya tapi tidak ada pengawasan,” jelas Siti.
Untuk itu, Siti berpendapat jika memang Perda agama tersebut benar diberlakukan
maka harus dicabut. Selanjutnya, harus menyempurnakan pembangunan daerah di
Tolikara dan membuat sistem pemerintahan yang terkoordinasi dengan provinsi
dan nasional.
Sumber:
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/07/23/nry1rk361-jika-
langgar-konstitusi-perda-di-tolikara-harus-dibatalkan
SAMPEL BERITA
SUARA PEMBARUAN
[MEDAN] Kerusuhan di Tolikara, Papua saat perayaan Idul Fitri 1436 Hijriyah bisa
merembet ke daerah lain jika pemerintah daerah bersama dengan forum komunikasi
antarumat beragama dan kepolisian tidak mengambil langkah antisipasi.
"Papua merupakan daerah yang selama ini tenang dan damai, justru membara saat Idul
Fitri. Patut diduga, ada dalang di balik kerusuhan tersebut," ujar Ketua Forum Suara
Rakyat Indonesia, Gandi Parapat kepada SP di Medan, Sumatera Utara, Senin (20/7).
Menurutnya, bangsa ini akan hancur jika mudah dipecah. Apalagi, bangsa ini dikenal
dunia internasional karena mampu menyatukan masyarakatnya yang heterogen tersebut.
Meski berbeda suku maupun agama, masyarakatnya saling menghormati. "Bila
kerukunan antarumat beragama ini sudah tercoreng maka bisa berdampak pada ekonomi
bangsa ini. Patut diantisipasi, insiden Tolikara juga bisa terjadi di daerah terpencil
lainnya. Tokoh agama dan elemen masyarakat pun harus berperan," sebutnya.
Ditambahkan, Sumut juga pernah diorganisir kelompok tertentu supaya bisa terbelah.
Untungnya, masyarakat di daerah itu cepat mengantisipasi perpecahan tersebut.
Sehingga, daerah itu tetap aman dan tidak mudah terpecah akibat berbedaan. [155/N-6]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/jangan-sampai-kerusuhan-tolikara-meluas-di-
tanah-air/91649
[JAKARTA] Insiden penyerangan jemaah dan kios-kios serta masjid di Tolikara saat Idul
Fitri sudah meretakkan kerukunan umat beragama di Papua. Padahal masyarakat Papua
terkenal sangat toleran terlebih dalam beragama. Peristiwa ini harusnya menjadi sinyal
bagi pemerintah bahwa saat ini berbagai cara tengah dilakukan pihak-pihak tidak
bertanggungjawab untuk membuat Papua terus bergolak.
"Jangan yang diproses hukum hanya mereka-mereka yang terlibat langsung saat
penyerangan. Otak dibalik insiden ini juga harus ditangkap dan diadili serta diungkap apa
motifnya. Pemerintah harus bergerak cepat dan fokus agar insiden ini tidak merembet ke
mana-mana. Jangan malah mengeluarkan penyataan-pernyataan yang kontraproduktif,"
ujar Wakil Ketua Komite III DPD Fahira Idris, di Jakarta (20/7).
Fahira mengatakan, pendekatan keamanan di Papua saat ini belum diimbangi dengan
pendekatan keamanan manusia (human security), akibatnya apapun persoalan di Papua
selalu dianggap bersifat keamanan. Insiden di Tolikara menjadi tanda bahwa pemerintah
kurang mengantisipasi bahwa isu agama di Papua yang selama ini dianggap baik-baik
saja ternyata juga bisa menjadi potensi konflik luar biasa destruktif melebihi gerakan
separatis.
Fahira yang juga pengurus MUI Bidang Pendidikan dan Pengkaderan ini mendesak
pemerintah untuk terus mengomunikasikan perkembangan penanganan peristiwa
Tolikara kepada masyarakat Indonesia. "Himbauan agar masyarakat terutama umat
muslim menahan diri idealnya disertai dengan kerja cepat dan tepat pemerintah dalam
menguak kasus ini. Paling penting adalah rasa keadilan dan kemanusian publik yang
terusik dengan peristiwa ini harus segera dipulihkan," tegas Fahira.[PR/N-6]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/dpd-ada-pihak-tak-bertanggung-jawab-yang-
ingin-papua-selalu-bergolak/91650
[JAKARTA] Ketua Setara Institute, Hendardi, mendesak Polri agar menangkap pelaku
dan otak pelaku kasus penyerangan umat Muslim yang tengah beribadah di Tolikara,
Kabupaten Wamena, Papua Papua, Jumat (17/7). "Polri harus usut tuntas dan
menghukum dalang dan pelaku kasus tersebut," kata Hendardi, kepada SP, Senin (20/7).
Ia mengatakan, insiden Tolikara, adalah pelanggaran hak atas kebebasan beribadah
yang merupakan keyakinan yg melekat pada setiap orang. Pemerintah dalam hal ini
aparat hukum agar segera mengungkap tuntas kasus ini secara tegas, proporsional dan
transparan serta menyeret pelaku dan otak pelaku ke muka hukum termasuk
kelambanan antisipasi aparat setempat serta kelemahan penciuman aparat intelejen. Ia
menegaskan, Polri harus tegas agar kembali tercipta ketenangan dan kedamaian di
Papua, terutama bagi orang yang berbeda keyakinan. Isu kebebasan beragama dan
berkeyakinan, kata Hendardi, adalah isu yang sensitif jadi harus dilihat pula dalam
perspektif pemain-pemain dan kepentingan-kepentingan politik tertentu termasuk dalam
konteks isu reshufle yang belakangan mencuat khususnya di sektor politik, hukum dan
keamanan. "Presiden Jokowi mesti cukup hati-hati dan bijaksana menyelesaikan
persoalan ini, yang utamanya untuk kepentingan warga," kata dia. [E-8/N-6]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/setara-institute-tangkap-otak-pelaku-kasus-
tolikara/91651
"Konflik Agama"?
Pertama, setiap ada konflik yang melibatkan atau menggunakan simbol-simbol agama
dan mengenai umat beragama, hal pertama yang perlu dipahami adalah bahwa setiap
konflik (dan, sebetulnya, setiap peristiwa sosial) tidak pernah memiliki hanya satu sebab
tunggal. Istilah "konflik agama" bisa saja digunakan untuk peristiwa dimana simbol
agama dirusak, misalnya, atau identitas keagamaan orang-orang yang terlibat dalam
konflik itu (pelaku atau korban) tampak nyata. (Lebih jauh, lihat pendefisian "konflik
agama" dalam Rizal Panggabean dan Ihsan Ali-Fauzi,Pemolisian Konflik Keagaman di
Indonesia, PUSAD Paramadina dan MPRK UGM, 2014, hal. 12, yang berbicara
mengenai karakteristik, bukan sebab, konflik agama.)
Namun setiap konflik biasanya memiliki banyak penyebab. Konflik agama tidaklah
sepenuhnya mengenai agama.
Sebagai contoh, dalam laporan CRCS mengenai Politik Lokal dan Konflik Keagamaan,
semua konflik keagamaan yang dibahas menunjukkan ciri itu. Konflik yang dibahas
termasuk kasus penyerangan sebuah komunitas Syi’ah di Sampang, kasus Gerjea HKBP
Filadelfia di Bekasi, dan kasus pembangunan Masjid Nur Musafir di Batulpat, Kupang.
Ketiga kasus itu menunjukkan bagaimana konflik terjadi karena bertemunya kepentingan-
kepentingan politik lokal dengan (manipulasi) simbol keagamaan. Pilkada di daerah-
daerah itu menyediakan kesempatan bagi berkembangnya jenis politik identitas yang
buruk. Dengan demikian faktor pentingnya di sini adalah politik lokal (yang biasanya
memanas di sekitar waktu Pilkada).
Dalam kasus-kasus lain mungkin ada faktor sosial-politik-ekonomi lain. Inilah rumusan
yang cukup kuat untuk digeneralisir: apa yang disebut "konflik agama" mungkin memiliki
unsur identitas agama, tapi jarang menjadi penyebab utama. Menyebut konflik agama
seperti ini sebagai diakibatkan intoleransi adalah penjelasan yang terlalu mudah--sama
halnya dengan konflik-konflik agama di banyak tempat lain.
Dalam kasus di Tolikara, konteks penting adalah kompleksitas dan kerentanan persoalan
Papua pada umumnya. Kerentanan ini, seperti bisa dilihat dalam beragam kasus-kasus
non-agama lainnya di Papua, kerap direspon oleh aparat keamanan secara represif
dengan menggunakan senjata--untuk melukai atau membunuh. Secara lebih khusus,
Kabupaten Tolikara sendiri cukup rawan-politik, seperti tampak dalam konflik di sekitar
Pilkada pada Februari 2015.
Satu kecenderungan lain adalah adanya persaingan antara Gereja Injili di Indonesia
(GIDI) yang mendominasi di daerah itu dengan kelompok agama lainnya (termasuk
dengan Kristen denominasi yang berbeda). Situasi ini bisa jadi sudah menyediakan lahan
yang siap diolah sewaktu-waktu untuk meletusnya konflik jenis apa pun. Maka hal remeh,
seperti soal speaker bisa dengan mudah meletuskan konflik kekerasan, bahkan
merenggut korban jiwa.
Dalam Papua Road Map, misalnya, yang merupakan hasil kajian LIPI (2008), ada empat
masalah utama yang diidentifikasi sebagai akar persoalan Papua, dan di sana, agama
sama sekali bukan sumber masalah. Tanpa mengingkari adanya gesekan-gesekan
antarumat beragama (Kristen dengan Muslim, denominasi Kristen tertentu dengan
denominasi lain dan dengan Katolik, juga antara kelompok-kelompok Muslim sendiri),
lembaga-lembaga keagamaan arus utama sebetulnya justru lebih dikenal sebagai aktor
perdamaian.
Dalam konteks ini salah satu contoh yang bisa diambil adalah Pater Neles Tebay,
seorang pemimpin Katolik yang dikenal juga sebagai Koordinator Jaringan Damai Papua.
Dalam pernyataannya mengenai insiden di Tolikara, Pater Neles mengungkapkan,
"Budaya Papua tidak mengajarkan orang untuk mengganggu, apalagi membakar tempat
ibadah."
Dalam sebuah diskusi pada tahun 2013 yang diselenggarakan Program Studi Agama dan
Lintas Budaya UGM (CRCS) bersama STAIN Papua dan melibatkan tokoh-tokoh agama,
yang muncul justru adalah peran agama sebagai sumber modal sosial untuk perdamaian.
Kisah-kisah kerukunan antar agama di masa kecil muncul dari banyak peserta. Ikatan
adat yang amat kuat mampu melampaui batas-batas agama. Beberapa dari simbol-
simbol adat itu telah menjadi objek penelitian, misalnya tulisan Budi Asyhari, Mutiara
Terpendam Papua. Ikatan adat yang kuat dan melampaui batas agama itu sebetulnya
juga muncul di banyak tempat di Indonesia.
Sebagian besar meyakini bahwa modal sosial yang berakar kuat dalam sejarah itu
sebetulnya masih ada. Namun, dan ini adalah juga fenomena yang muncul di banyak
tempat, ikatan adat itu dalam perkembangannya dapat kalah oleh kekuatan-kekuatan
sosial-politik-ekonomi baru yang mencari bahan-bahan tambahan dalam menciptakan
konflik; modal sosial itu dapat habis tergerus, jika tak dirawat. Dalam tekanan seperti itu,
potensi agama dapat berubah--dari modal sosial untuk perdamaian menjadi potensi
konflik.
Seperti disampaikan Dr. Idrus Alhamid, Ketua STAIN Al-Fattah Jayapura (dalam
disertasinya di UGM, 2014), meskipun agama tak menjadi sumber konflik di Papua, kini
ada kekhawatiran bahwa dalam situasi yang terus rawan, agama dapat menjadi sumber
Ada ketegangan dan klaim-klaim identitas yang dibuat untuk membedakan Kristen
pendatang dan Kristen asli Papua; juga antara Muslim Papua dan Muslim pendatang.
Dalam diskusi yang disebut di atas, ada kekhawatiran bahwa ketegangan kuat antar-
agama sebagiannya dipicu oleh kelompok-kelompok agama pendatang itu. Banyak dari
kelompok ini tak berbagi kearifan lokal dan ikatan adat yang melampaui batas agama itu.
Jika analisis ini diteruskan lebih jauh, mungkin kita akan menyalahkan kelompok-
kelompok pendatang. Namun ini terlalu sederhana juga. Perubahan demografi yang
diakibatkan oleh makin hilangnya batas-batas antar wilayah sulit dielakkan--dan ini benar
bukan hanya untuk batas suatu Propinsi, tapi bahkan juga batas negara. Saat ini kita tak
bisa bermimpi akan adanya wilayah yang "murni" hanya dihuni "orang asli".
Yang jadi persoalan bukanlah melawan kecenderungan itu, tapi bagaimana memperkuat
diri sendiri (atau daerah sendiri) untuk mampu bertahan menghadapinya. Setidaknya
ilustrasi ini menunjukkan bahwa tantangan Papua, selain datang dari perlakuan negara
yang masih dapat terus dikritik, juga dari dalam diri Papua sendiri, yang terus berubah.
Satu hal lain yang perlu dicermati, yang telah sempat muncul dalam respon terhadap
peristiwa di Tolikara, adalah menyangkut "mayoritas Kristen" yang menindas "minoritas
Muslim" di Papua. Ini adalah penyederhanaan yang berbahaya dan amat keliru.
Berbahaya, karena tampaknya dalam retorika seperti itu terkandung keinginan untuk
menjadikan konflik multi sebab menjadi konflik berdimensi-tunggal, bahwa seakan-akan
ini semuanya adalah persoalan agama.
Amat keliru karena dua hal. Pertama, seperti disebut di atas, tak ada konflik yang "murni
konflik agama". Kedua, yang lebih penting, ada imajinasi yang keliru bahwa setiap
kelompok agama adalah suatu entitas tunggal yang terintegrasi sepenuhnya. Ini
mengingkari kenyataan adanya beragam kelompok dalam satu agama, dan bahwa
kelompok-kelompok tertentu dalam suatu agama dapat lebih mudah bekerjasama (atau
berkonflik) dengan kelompok-kelompok tertentu dari agama lain.
GIDI atau PGI tak mewakili semua Kristen; NU, Muhammadiyah, MUI, atau FPI tak
mewakili semua Muslim. Kalaupun identifikasi keagamaan mesti dibuat, maka ia tak bisa
mengacu pada identifikasi besar Kristen atau Muslim, tapi mesti lebih akurat: Kristen
yang mana, Muslim yang mana? Analisis ini benar bukan hanya untuk kasus Papua--
namun juga dalam setiap konflik agama.
Terlepas dari itu, motivasi keliru untuk "balas dendam" nyatanya terkadang muncul dalam
konflik-konflik semacam ini. Perlakuan terhadap sebagian pemeluk Kristen di Jawa Barat,
misalnya, mungkin akan memicu Kristen di Nusa Tenggara Timur untuk mempersulit
Muslim di sana; demikian juga, perlakuan terhadap Muslim di Papua mungkin
memunculkan kemarahan Muslim di Jawa Timur.
Solidaritas pun lebih mudah dibangun di antara kelompok lintas agama yang memiliki
aspirasi keindonesiaan yang sama. Dalam kaitan ini, kita patut berbangga bahwa dalam
setiap konflik biasanya yang ada bukan hanya berita sedih tapi juga berita gembira
tentang kuatnya semangat pembelaan terhadap kehidupan bersama yang melampaui
kelompok masing-masing.
Selain menangani kasus Tolikara hingga tuntas, tugas membangun Papua sebagai
Tanah Damai--bagi seluruh masyarakat Papua, terlepas dari latar belakang agamanya--
merupakan salah satu tugas besar Indonesia, pemerintah maupun masyarakatnya.
Setiap dari kita berutang untuk memberikan sumbangan ke arah itu.
Setelah itu, kita dapat membantu mendesak pemerintah untuk lebih serius berpikir--dan
bertindak--mengenai Papua, dengan satu catatan penting: Papua telah kerap menjadi
arena tindakan kekerasan, maka pendekatan dialogis harus diprioritaskan. Tanpa itu,
sulit bagi kita untuk berbicara mengenai Negara Kesatuan Republik Indonesia. [PR/N-6]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/kasus-tolikara-apakah-ini-tentang-konflik-
agama/91652
[JAYAPURA] Gubernur Papua, Lukas Enembe meminta media massa, khususnya media
nasional serta media sosial (facebook, twitter dll) untuk berhenti membesar-besarkan
(mem-blow up.) insiden Tolikara.
Sebab selama ini, Papua dibangun dengan semangat toleransi dan kerukunan umat
beragama di bawah semboyan Kasih Menembus Perbedaan.
Gubernur juga meminta umat Kristen dan Muslim di Kabupaten Tolikara dan di seluruh
Papua dan Indonesia untuk menjaga perdamaian dan tidak terprovokasi oleh isu atau
berita-berita yang provokatif dan tidak berimbang.
“Kasus Tolikara ini kan bersifat insidental, muncul karena kesalahpahaman baik
antaraumat beragama maupun masyarakat dengan pihak keamanan. Tidak perlu
dibesar-besarkan lagi seakan-akan kita di Papua ini tidak junjung toleransi," ujar Enembe
dalam keterangan pers yang diterima Beritasatu.com, Senin (20/7).
Enembe juga menegaskan, dari dulu, Papua ini sangat menjaga toleransi dan kerukunan
antarumat beragama. Dia mengajak masyarakat Indonesia khususnya Papu agar terus
membangun Papua ini dalam keberagaman dan Kasih Menembus Perbedaan.
Gubernur mengaku bahwa dirinya memang diundang panitia Seminar dan KKR Pemuda
GIDI Internasional untuk tampil membawakan materi tentang peran pemerintah Provinsi
Papua dalam membangun Gereja pada tanggal 15 Juli 2015 di Karubaga, ibukota
Kabupaten Tolikara.
Sehari kemudian, lanjut Gubernur, tanggal 16 Juli ia dan keluarganya terbang dari
Karubaga menuju kampung halamannya di Mamit, Distrik Kembu, Tolikara untuk berlibur.
“Dalam seminar itu, saya juga meminta para Pemuda GIDI se-Papua dan se-Indonesia,
pentingnya membangun sikap toleransi, perdamaian dan keamanan demi mendukung
pembangunan. Insiden ini benar-benar di luar bayangan kita. Saya melihat itu hanya
kesalapahaman kecil dan emosi sesaat kedua belah pihak,” tegas Enembe.
Belajar dari insiden Tolikara, kata Doren, semua pihak di Tanah Papua hendaknya
menjaga kerukunan antara umat beragama dan perdamaian sebagai pilar pembangunan.
Sebab sejak dulu Papua sangat terbuka bagi masuknya orang-orang dari berbagai
agama, suku dan budaya untuk membangun Papua.
Asisten 1 Setda Kabupaten Tolikara, Emi Enembe, ketika bertemu masyarakat Kampung
Mamit Distrik Kembu, Tolikara, Minggu (19/7) mengatakan, kondisi Karubaga-Tolikara
kini sudah terkendali. Oleh karena itu, Emi meminta kepada semua pihak, terutama para
pemuda di Distrik Kembu agar tidak ikut terprovokasi dan terus menjaga keamanan.
“Jangan bikin lagi gerakan tambahan. Kalau kita mau maju dalam pembangunan, maka
paling pertama adalah keamanan harus terjaga,” kata Emi.
Di hadapan masyarakat Kampung Mamit, Emi juga berterima kasih kepada pihak RSUD
Dok II Jayapura melalui Wakil Direktur Bidang Pelayanan, dr. Anton Motte yang ikut hadir
saat acara bakar batu di Mamit.
“Kami akan terus kontrol dan semoga anak-anak kita yang jadi korban yang sedang
dirawat di RSUD Dok II dapat pelayanan yang baik agar segera sembuh. Yang sudah
meninggal, kita ucapkan turut berduka cita,” pungkas Emi. [YUS/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/gubernur-papua-minta-media-nasional-
hentikan-blow-up-insiden-tolikara/91660
“Kasus ini kalau kita lihat di TKP, tidak berdampak besar. Tapi di luar dampaknya besar.
Setelah kejadian situasi langsung cair, tidak ada persoalan,” kata Wakapolda Papua
Brigjen Rudolf Alberth Rodja Rodja dalam pertemuan sejumlah pihak dengan Menteri
Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, di Jayapura, Senin (20/1) malam.
Dia mengungkapkan, jemaah salat Idul Fitri dalam keadaan aman. Pasalnya,
pelaksanaan salat Idul Fitri dilaksanakan di Markas Koramil 1702-11/Karubaga. “Saat
diserang langsung jemaah dilindungi aparat. Tidak satu pun jemaah yang luka,”
ungkapnya.
Dia kembali menegaskan bahwa tidak ada mushala yang sengaja dibakar saat kejadian.
“Yang disampaikan masjid dibakar, sebenarnya bukan masjid dibakar. Ini dampak dari
kios-kios yang terbakar,” tegasnya.
Pada bagian lain, dia menuturkan, pada 11 Juli 2015 terdapat surat edaran dari badan
pekerja Gereja Injili di Indonesia (GIDI).
“Isinya lebaran 17 Juli tidak diizinkan di Tolikara. Dapat dilaksanakan di Wamena dan
Jayapura. Dilarang umat Islam menggunakan jilbab. Kami sudah pegang surat itu
sebagai bukti,” katanya.
Pada 11 Juli itu juga, dia menjelaskan, Kapolres Tolikara langsung menghubungi bupati
Tolikara terkait adanya surat tersebut.
“Kebetulan 11 Juli dilaksanakan KKR yang dihadiri perwakilan GIDI seluruh Indonesia.
Ada enam WNA (warga negara asing). Tanggal 15 Juli, Kapolres bertemu Presiden GIDI.
Presiden GIDI akan hubungi ketua GIDI Tolikara dan bersedia mencabut surat edaran.
Presiden GIDI menyetujui dilaksanakan shalat Ied di Tolikara,” ujarnya.
“Saat salat dilaksanakan 17 Juli, sekitar 200 orang datang menyerang dan melempar
batu. Ada provokator yang terekam. Ini sudah kita jadikan bukti,” imbuhnya.
Dia menambahkan, ketika perisitwa pelemparan batu terjadi, Polres dan TNI berhasil
menghalau massa melalui tembakan peringatan.
“Setelah dengar tembakan, mulai kios-kios dibakar. Ada kios-kios kelontong yang jual
bensin. Ini yang menimbulkan kios-kios lain terbakar termasuk mushala,” ucapnya.
“Sampai hari ini pihak polri periksa 32 saksi. Dari 32 ini ada calon-calon tersangka. Belum
ada yang ditahan. Sesuai perintah Bapak Presiden (Joko Widodo) dan Wakil Presiden
(Jusuf Kalla), kita harus bertindak supaya tidak berdampak luas,” pungkasnya.
“Kita cek diarsip Jakarta juga enggak ada (perda). Memang kami sudah batalkan 139
perda,” kata Tjahjo.
Wakapolda kembali menegaskan bahwa peristiwa di Tolikara baru kali ini terjadi. “Tahun
lalu (saat shalat Idul Fitri) tidak ada masalah,” tukasnya. [C-6/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/situasi-tolikara-langsung-kondusif-hanya-di-
luar-yang-dampaknya-besar/91665
[JAKARTA] Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Tedjo
Edhy Purdijatno menegaskan, pihaknya telah menggelar rapat dengan Menteri Agama
Lukman Hakim Saifiddin, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, Kepala BIN (Badan Intelejen
Nasional) Sutiyoso, Menteri Dalam Negeri yang diwakili Dirjen Pol Pum Kemendagri
Soedarmo, Panglima TNI yang diwakili oleh Koorsahli Panglima TNI Mayjen TNI Wisnu
Bawa Tenaya, serta sejumlah deputi Kemenko Polhukam.
Dari rapat yang digelar tanggal 18 Juli 2015 tersebut, tercapai 7 poin sejumlah
kesepakatan dan langkah yang akan ditempuh pemerintah menyikapi insiden di
Karubaga, Tolikara, Papua, pada 17 Juli 2015 lalu.
Berikut 7 poin kesepakatan tersebut dari rilis yang diperlihatkan Tedjo, di kantornya,
Senin (20/7):
2. Situasi dan kondisi di Tolikara saat ini sudah kondusif, aman dan terkendali.
3. Semua pihak (pemda, tokoh agama, tokoh adat, dan aparat keamanan) telah sepakat
membangun kebersamaan
menuju kedamaian di Karubaga Tolikara.
4. Pemerintah (pusat dan daerah) akan segera melakukan perbaikan mushala dan
bangunan kios yang terbakar, serta akan melakukan perawatan terhadap para korban
insiden.
5. Polri akan melakukan penegakan hukum terhadap para pelaku dan aktor intelektual di
balik insiden di Karubaga Tolikara.
6. Polri akan melakukan penyelidikan terhadap tindakan yang dilakukan oleh aparat
keamanan, apakah sudah sesuai dengan prosedur.
Setelah mendapat laporan dari Kapolri, Tedjo dijadwalkan akan berangkat ke Papua
untuk mengadakan pertemuan dengan Gubernur Papua beserta forum koordinasi
pemerintahan daerah papua untuk mengembalikan situasi, kondisi, dan kedamaian di
Tanah Papua.
Dari pertemuan tersebut, disepakati bahwa kedua kelompok dapat menahan diri untuk
membuat situasi dan kondisi Tolikara tenang dan kondusif.
Kemudian, Kepala BIN Daerah (Kabinda) Papua mengadakan pertemuan dengan Forum
Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Provinsi Papua di Kota Jayapura. Dengan maksud,
mengimbau agar warga tidak terpancing dengan kejadian di Karubaga Tolikara. [N-8/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/ini-tujuh-sikap-pemerintah-soal-tolikara/91667
[JAKARTA] Ketua Komisi VIII DPR, Saleh Partaonan Daulay meminta pemerintah tidak
memberikan pernyataan yang simpang siur terkait tragedi Tolikara.
"Ini terlihat secara jelas dalam penjelasan wapres dan menag terkait adanya perda yang
melarang rumah ibadah Islam memakai pengeras suara di Tolikara. Kemarin wapres
mengklarifikasi pernyataannya terkait penyebab kerusuhan. Awalnya, wapres menduga
bahwa kerusuhan terjadi karena pengeras suara. Setelah banyak yang mengecam,
wapres lalu meluruskan pernyataannya dengan mengatakan bahwa di sana memang ada
perda yang melarang pemakaian pengeras suara," ujar Saleh Daulay, Senin (20/7).
Namun pernyataan wapres tersebut, lanjut Saleh, kemudian dibantah oleh Menag.
Menurut Menag, tidak benar bahwa di sana ada perda seperti itu. Walaupun menag
sendiri mengakui adanya wacana ke arah pembuatan perda tersebut.
Pernyataan berbeda tersebut dinilai menunjukkan tidak adanya informasi valid yang
diterima pemerintah pusat. Fakta ini dikhawatirkan akan berpengaruh dalam proses
penanganan dan pengusutan kasus tersebut.
Bisa jadi, lanjut dia, dengan perbedaan informasi ini membuat masyarakat kesulitan
untuk memahami apa yang sesungguhnya terjadi di sana.
"Sebagai pembantu presiden dan wapres, Menag semestinya secara pro aktif
memberikan informasi yang benar kepada atasannya. Jangan sampai, informasi pihak
lain yang tidak otoritatif dijadikan rujukan. Tidak sepantasnya, wapres salah dalam
memberikan pernyataan," katanya.[H-14/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/dpr-minta-pemerintah-tak-memberikan-
pernyataan-simpang-siur-soal-tolikara/91668
Penuntasan penyelidikan insiden ini diharapkan dapat mengurangi persepsi dan asumsi
di masyarakat yang tidak sesuai kenyataan dan dikhawatirkan akan makin memperkeruh
masalah.
"Konflik kemarin itu perlu suatu investigasi yang kredibel untuk mengungkap fakta apa
yang terjadi di lapangan," kata Rektor Sekolah Tinggi Filasafat dan Teologi (STFT) Fajar
Timur, Jayapura, Neles Tebay Senin (20/7).
Konflik itu perlu suatu investigasi yang kredibel untuk mengungkap fakta apa yang terjadi
di lapangan.Neles Tebay
Polda Papua sejauh ini telah memeriksa lebih dari 20 orang saksi, tetapi belum
menetapkan tersangka, kata juru bicaranya.
Di tempat terpisah, Direktur Program Studi Agama dan Lintas Budaya, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, Zainal Abidin Bagir mengkhawatirkan perdebatan di media
sosial terkait insiden ini 'dapat memicu konflik yang lebih besar' jika dibiarkan berlarut-
larut.
"Yang agak mengkhawatirkan di media sosial, itu 'kan suka ada provokasi, yang (jika
dibiarkan) bisa menjadi konflik lebih besar, yang tidak relevan dengan apa yang terjadi di
Tolikara," kata Zainal Abidin, Senin (20/7).
Sementara itu Menteri Dalam Negeri, Tjahja Kumolo, dilaporkan telah menuju Tolikara,
sementara Komnas HAM mengirim timnya ke Kabupaten Tolikara, Papua, pada Selasa
(21/7) guna menyelidiki insiden ini.
"Mereka diperiksa terkait dugaan pembakaran dan juga penyerangan (musalah)," kata
Juru bicara Polda Papua, Kombes Pol Patridge Renwarin.
Kepolisian Daerah Papua sejauh ini belum menetapkan tersangka dari insiden tersebut.
"Karena sangat sulit menentukan siapa pelakunya di antara ratusan orang tersebut.
Karena kita harus identifikasi satu per satu, sehingga kita tahu siapa yang berbuat apa
dan melakukan apa," kata Patridge.
"Kalau memang tidak mengetahui dari sumber yang benar, sebaiknya jangan memberi
pernyataan yang membingungkan publik," katanya.
"Biarlah aparat atau instansi terkait yang akan memberikan informasi yang sesuai fakta di
lapangan," tambah Patridge.
Bakar Kios
Keterangan resmi kepolisian menyebutkan, insiden bermula ketika sekitar 150 orang
mendatangi lokasi salat Idul Fitri di Lapangan Koramil, Torikala, dan memerintahkan
umat Muslim segera membubarkan diri.
Sebelum massa mendatangi lokasi pelaksanaan salat Idul Fitri, ada surat edaran dari
Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) yang mendesak umat Muslim menggelar salat Idul Fitri di
dalam musalah dan tidak memakai pengeras suara.
Surat edaran itu dikemukakan sehubungan dengan kegiatan seminar dan kebaktian
tingkat internasional GIDI dari 13 Juli hingga 19 Juli 2015.
Demi mengamankan situasi, polisi menembak pelaku penyerangan yang dianggap tidak
mengindahkan peringatan, sehingga salah seorang diantaranya meninggal dunia.
Massa yang marah kemudian membakar kios-kios dan api yang membesar kemudian
turut melalap musala di tengah kompleks kios yang terbuat dari kayu.
"Karena tidak terima, pemuda bakar kios dan itu merambat ke musala, karena jaraknya
dekat," kata perwakilan pemuda, Oktovianus Pogau, kepada BBC Indonesia, Senin
(20/7).
Namun kemudian, GIDI menyampaikan permohonan maaf kepada warga muslim di
Indonesia atas pembakaran kios-kios yang menyebabkan Musola ikut terbakar.
"Karena orang Papua yang tinggal di Tolikara, juga seperti orang Papua, tidak punya
tradisi atau pengalaman dalam menghadapi konflik antar agama," kata Neles.
Dia mengatakan, insiden di Tolikara itu tidak perlu terjadi kalau kedua pihak (umat Islam
dan pengurus GIDI) memiliki saling pengertian.
Selama ini, menurutnya, hubungan agama warga Kristen dan Islam sangat baik.
"Ketegangan itu pasti ada, tapi bisa dikendalikan," kata Neles.
"Selama ini tidak pernah ada pembakaran masjid. Jangankan pembakaran, menganggu
masjid atau gereja tidak pernah terjadi di Papua," katanya.
Sementara Direktur Program Studi Agama dan Lintas Budaya, Universitas Gadjah Mada
(UGM), Zainal Abidin Bagir menyayangkan adanya komentar yang menyebut insiden di
Tolikara tidak terlepas dari pertarungan kelompok mayoritas Kristen dengan minoritas
Muslim.
"Sama juga di Jawa, ketika ada isu kelompok Muslim menyerang gereja, tidak bisa
diframe sebagai konflik mayoritas-minoritas, karena pelaku konflik-konlfik itu (merupakan
kelompok) minortas di dalam agamanya sendiri," jelasnya.
Menurutnya, insiden Tolikara tidak terlepas dari ketegangan yang sudah berlangsung
lama di Papua akibat kebijakan politik, ekonomi, dan sosial serta kemungkinan agama
yang kompleks. [BBC/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/polisi-dituntut-tuntaskan-insiden-
tolikara/91676
[JAKARTA] Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Tedjo
Edhy Purdijatno membenarkan perihal adanya surat edaran yang isinya pelarangan
perayaan Lebaran di Tolikara, Papua.
Namun, ketika dikonfirmasi, Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) membantah penerbitan surat
edaran tersebut dari pihak mereka.
"Informasinya demikian (ada surat edaran). Tetapi, setelah Kapolda dan Pangdam turun
ke daerah itu, mereka (GIDI) membantah bahwa tidak pernah dilakukan seperti itu
(pelarangan). Artinya, itu (surat edaran) dari mana? Itu dibantah oleh panitia yang ada di
sana," kata Tedjo yang ditemui di kantornya, Senin (20/7).
Oleh karena itu, Tedjo yang mengaku belum melihat surat edaran dimaksud, mengatakan
bahwa siapapun bisa mengeluarkan surat seperti itu. Sehingga, akan didalami oleh pihak
yang berwenang.
Sementara itu, ketika ditanyakan perihal Peraturan Daerah (Perda) yang berisi aturan
beribadah untuk umat Muslim di Tolikara, Tedjo mengaku tidak tahu.
Sebaliknya, ia hanya menegaskan bahwa memang tata cara beribadah bisa diatur.
Tetapi, bukan melarang orang untuk beribadah.
Seperti ramai diberitakan, keberadaan surat edaran yang berisi pelarangan umat Muslim
untuk beribadah, disebut sebagai penyebab insiden di Tolikara.
Disebut, ada tiga poin isi surat yang dinilai kontroversial, yakni GIDI tidak mengizinkan
adanya perayaan lebaran di Tolikara, perayaan lebaran bisa dilakukan di luar Tolikara
dan larangan perempuan muslim menggunakan jilbab. [N-8/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/tedjo-gidi-bantah-terbitkan-surat-edaran/91685
[MAKASSAR] Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menerima kedatangan Kepala Kepolisian
Republik Indonesia, Jenderal Pol Badrodin Haiti di kediaman pribadinya di Jalan Haji
Bau, Makassar, Sulawesi Selatan.
JK berada di Makassar sejak Sabtu untuk melakukanopen house dan Minggu (19/7)
sekitar pukul 22.00 Wita, menyambut kedatangan Badrodin yang didampingi Kepala
Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar), Irjen Pol Anton
Setiadji.
Badrodin menjelaskan, hasil pemantauannya di lokasi insiden dan menjelaskan
kronologis kejadian di Tolikara.
Kapolri juga meluruskan bahwa tidak ada pembakaran tempat ibadah muslim (musalah),
melainkan kios yang ada di dekatnya dan menjalar ke musalah. Insiden itu diduga
bersumber dari besarnya suara speaker (alat pengeras suara) saat berlangsung takbiran
menjelang salat di halaman Koramil dan memancing amarah umat tertentu yang hari itu
juga akan menggelar kegiatan keagamaan di sekitar lokasi.
Namun, hal itu dibantah JK, bukan itu penyebabnya. Shalat Idul Fitri itu cuma
berlangsung beberapa jam dan tidak perlu dipermalahahkan.
“Suara speaker itu tidak ada masalah, kan tidak setiap hari ada salat Idul Fitri,” katanya
yang meminta Kapolri segera menangkap aktor intelektual dari insiden tersebut.
Sementara itu, di tempat yang sama Kapolda Sulselbar Irjen Pol Anton Setiadji juga
melaporkan situasi keamanan di Sulselbar selama menjelang lebaran hingga memasuki
hari ketiga lebaran.
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/kapolri-insiden-tolikara-tak-ada-kaitan-dengan-
opm/91690
[JAYAPURA] Kepolisian Resort Tolikara sudah meminta keterangan dari 29 orang terkait
kasus insiden yang terjadi di Karubaga, Jumat (17/7).
Direskrim Umum Polda Papua Kombes Dwi Riyanto kepada Antara, Selasa,
mengatakan, ke-29 orang yang diperiksa itu baru sebatas saksi dan belum ada yang
ditetapkan sebagai tersangka.
Para saksi yang dimintai keterangannya di antaranya korban pelembaran saat sedang
melaksanakan sholat Ied di lapangan depan Koramil Karubaga.
Penyidik polisi masih terus menggumpulkan bukti serta keterangan dari para saksi baik
yang menjadi korban maupun yang melihat terjadikan insiden tersebut, kata Kombes Dwi
Riyanto.
Menurutnya, saat ini Direktorat Reskrim Umum Polda Papua menggerahkan 12 orang
penyidiknya untuk membantu polres menggungkap kasus penyerangan terhadap umat
Islam yang sedang melaksanakan sholat ied dan pembakaran kios yang juga
menyebabkan terbakarnya mushola di sekitar kios.
Sedang kasus penembakan yang terjadi sesaat penyerangan dengan cara melempar
para jemaah yang sedang sholat ied dilakukan oleh Propam Polda Papua, jelas Kombes
Dwi Riyanto yang mengaku saat ini masih berada di Karubaga, ibukota Kab. Tolikara.
Insiden di Karubaga yang diduga akibat surat yang dikeluarkan Badan Pekerja Gereja
Injili di Indonesia (BP GIDI) Tolikara tertanggal 11 Juli.
BP GIDI Tolikara dalam surat edaran tertanggal 11 Juli, selain melarang umat Islam
melaksanakan sholat ied juga melarang agama lain termasuk gereja Denominasi
mendirikan tempat-tempat ibadah di Tolikara. [Ant/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/polisi-periksa-29-orang-terkait-tolikara/91695
[JAKARTA] Insiden penyerangan jemaah dan kios-kios serta masjid di Tolikara saat Idul
Fitri dinilai sudah meretakkan kerukunan umat beragama di Papua. Padahal masyarakat
Papua terkenal sangat toleran terlebih dalam beragama.
Peristiwa ini harusnya menjadi sinyal bagi pemerintah bahwa saat ini berbagai cara
tengah dilakukan pihak-pihak tidak bertanggungjawab untuk membuat Papua terus
bergolak.
“Jangan yang diproses hukum hanya mereka-mereka yang terlibat langsung saat
penyerangan. Otak dibalik insiden ini juga harus ditangkap dan diadili serta diungkap apa
motifnya. Pemerintah harus bergerak cepat dan fokus agar insiden ini tidak merembet ke
mana-mana. Jangan malah mengeluarkan penyataan-pernyataan yang kontraproduktif,”
ujar Wakil Ketua Komite III DPD Fahira Idris, di Jakarta, Selasa (21/7).
Fahira mengatakan, pendekatan keamanan di Papua saat ini belum diimbangi dengan
pendekatan keamanan manusia (human security). Akibatnya apapun persoalan di Papua
selalu dianggap bersifat keamanan.
"Insiden di Tolikara menjadi tanda bahwa pemerintah kurang mengantisipasi bahwa isu
agama di Papua yang selama ini dianggap baik-baik saja ternyata juga bisa menjadi
potensi konflik luar biasa destruktif melebihi gerakan separatis," ucapnya.
Padahal, lanjut dia, untuk peristiwa Tolikara benih-benih akan terjadi insiden sudah
terpampang nyata dengan beredarnya surat dari Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) yang
berisi larangan bagi umat Islam untuk merayakan Idul Fitri di Karubaga, Kabupaten
Tolikara, Provinsi Papua.
“Peristiwa intoleransi ini diharapkan mengubah mindset semua stakeholder yang ada di
Papua baik dari unsur pemerintah pusat, aparat keamanan, pemerintah daerah, tokoh
agama, dan tokoh masyarakat bahwa saat ini isu agama sedang ‘dimainkan’ untuk
mengobok-obok Papua. Sekecil apapun benihnya harus segera dikomunikasikan
solusinya,” tukas Fahira.
Fahira yang juga pengurus MUI Bidang Pendidikan dan Pengkaderan ini mendesak
pemerintah untuk terus mengomunikasikan perkembangan penanganan peristiwa
Tolikara kepada masyarakat Indonesia.
“Himbauan agar masyarakat terutama umat muslim menahan diri idealnya disertai
dengan kerja cepat dan tepat pemerintah dalam menguak kasus ini. Paling penting
adalah rasa keadilan dan kemanusian publik yang terusik dengan peristiwa ini harus
segera dipulihkan,” tegas Fahira. [H-14/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/dpd-ada-yang-ingin-papua-selalu-bergolak/91698
Usai meninjau kondisi pengungsi, Mensos juga melihat kondisi salah seorang korban
kerusuhan yang mengalami luka tembak dan dirawat di RSUD Karubaga.
Selain memastikan kebutuhan dasar mereka seperti logistik dan matras, Mensos juga
akan mengecek data terkait rumah toko yang terbakar.
Di samping itu, Kemensos akan menyiapkan tenaga pekerja sosial untuk memberikan
penanganan terhadap dampak trauma akibat kejadian tersebut terutama untuk anak-
anak dan lanjut usia.
"Sesuai SOP Kemensos kalau ada diantara mereka yang rukonya terbakar maka ada
hak mereka untuk mendapatkan renovasi," katanya.
Dia menjelaskan, terkait dengan dampak dari bencana sosial menjadi tugas Kemensos
untuk menanganinya terlebih lagi ada warga yang mengungsi.
"Ada 153 warga yang terkonfirmasi di dua titik pengungsian yaitu di Koramil dan di
belakang polres setempat," katanya.
Data yang diterima Mensos, sebanyak 63 ruko dan satu mushalla terbakar, 38 KK atau
153 jiwa mengungsi. Peristiwa tersebut terjadi tepat saat pelaksanaan shalat Idul Fitri
pada Jumat (17/7). [Ant/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/dua-menteri-kunjungi-pengungsi-
tolikara/91700
"Memang permintaan pasien untuk dirawat di sini," kata Kepala RSUD dr Delwin di sela
kunjungan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan Menteri Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise menjenguk korban di rumah sakit
itu, Selasa (21/7).
Korban yang masih dirawat adalah Tines Wenda yang mengalami luka tembak di lengan
bagian kiri. Kondisinya saat ini sudah mulai membaik dan ia nampak senang saat
dikunjungi kedua menteri tersebut.
Mensos menyerahkan bantuan untuk korban sebagai santunan dari pemerintah untuk
meringankan beban mereka.
Menurut dokter Delwin, ada 12 korban saat kerusuhan yang terjadi bertepatan dengan
Shalat Idul Fitri 1436 Hijriah, namun korban lainnya dirujuk ke Wamena dan ada yang
dirawat di Jayapura.
Mensos mengatakab semua korban akan mendapatkan santunan. Bantuan tersebut dia
titipkan kepada pemda setempat untuk diserahkan kepada korban dan ahli waris yang
meninggal.
Mensos dan Menteri PPPA berada di Tolikara untuk memastikan kebutuhan dasar warga
yang mengungsi akibat pembakaran rumah toko (ruko) dan mushalla di Karubaga
terpenuhi.
Saat ini, pengungsi sementara menempati tenda yang disiapkan di halaman Koramil dan
Polres setempat untuk memastikan keamanan mereka. [Ant/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/satu-korban-penembakan-tolikara-masih-
dirawat/91703
Dikatakan, hanya Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang berhak mendirikan gereja.
"Memang ada perda yang menyatakan bahwa di sini kebetulan terbentuknya GIDI itu di
sini. Sehingga gereja ini sudah gereja besar. Sehingga masyarakat sini berpikir untuk
aliran gereja lain enggak bisa bangun di sini," kata Usman dalam pertemuan dengan
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo, di Tolikara, Papua, Selasa (21/7).
"Beratnya adalah masyarakat juga desak kita untuk tidak boleh persilakan aliran lain
masuk," tukasnya.
Menurutnya, perda tersebut sudah ada sejak 2013. "Disahkan DPRD," ujarnya.
Meski begitu, dia menjelaskan, perda tersebut belum dieksekusi dalam bentuk peraturan
bupati.
Pada kesempatan yang sama, Mendagri menyatakan, perda itu perlu ditinjau. "Coba di
DPRD tinjau kembali. Kalau satu agama saja tidak bisa apalagi kalau beda," katanya.
"Pemerintah beri kebebasan kepada warga negaranya untuk beragama dan beribadah
sesuai keyakinan masing-masing," ujarnya. [C-6/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/bupati-tolikara-benarkan-perda-larang-aliran-
gereja-lain/91705
"Kita tidak hanya mengutuk dan prihatin dengan kejadian di Tolikara. Tetapi kita akan
konkrit dengan memberikan sumbangan untuk tiap rumah yang terbakar sebesar Rp. 20
juta dan ditambah Rp. 100 juta untuk perbaikan mushola. Jadi, totalnya sekitar Rp 1,3
miliar," ujar Ketua Umum hasil Muktamar Jakarta Djan Faridz dalam konferensi pers di
Kantor DPP PPP, Menteng, Jakarta, Selasa (21/7).
Sebagaimana diketahui rumah yang terbakar di Tolikara sebanyak 60 rumah dan satu
mushola. Mushola yang terbakar kata Djan Faridz akan dijadikan Masjid dengan uang
Rp. 100 juta.
Djan Faridz menjelaskan uang tersebut akan dikirim melalui Bank Papua di Jakarta ke
Bank Papua di Tolikara langsung ke rekening para korban. Bank Papua di Tolikara,
lanjutnya akan langsung menerbitkan bukti transfer.
"Kita langsung kirim ke rekening para korban agar tidak disalahgunakan," tandas Djan
Faridz.
Untuk memberikan sumbangan tersebut, Djan Faridz dan beberapa petinggi PPP akan
terbang ke Tolikara dan langsung bertemu dengan korban. Djan Faridz juga akan
mengajak partai-partai yang tergabung di Koalisi Merah Putih (KMP) untuk ikut ke Papua.
"Rencananya, kita berangkat besok, pukul 23.00 WIB dari Jakarta. Sampai di Jayapura
sekitar pukul 06.00 WIT. Setelah itu, kita ke Wamena mengggunakan pesawat 1,5 jam.
Dari Wamena ke Tolikara, kita menggunakan kendaraan dengan lamanya perjalanan 4
jam," terang Djan.
Sampai di Tolikara, tutur Djan Faridz, dirinya akan langsung menyerahkan bukti transfer
uang ke pihak korban dan masjid. Mereka juga berencana akan berdialog dengan tokoh-
tokoh di Tolikara.
"Kita harap ini tidak terjadi lagi. Kita ingin cinta damai, harus jaga toleransi, persatuan
dan kesatuan. Negara ini berdasarkan Pancasila dan Ketuhanan Yang Maha Esa,"
ungkap Djan Faridz. [YUS/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/ppp-sumbang-rp-13-m-untuk-tolikara/91708
Imbuan ini disampaikan sebagai langkah antisipasi agar kasus Tolikara, di Papua tidak
berdampak ke Provisi Bengkulu.
Ia mengatakan, jika kerukunan hidup antar umat beragama terjalin bagus, dan tolerensi
antar umat beragama dalam menjalankan kegiatan agamanya berjalan bagus, maka
tidak akan terjadi konflik di masyarakat.
Karena itu, semua stakeholder, termasuk Forum Kerukunan Unit Beragama (FKUB) di
Bengkulu, diharapkan memberikan pemahaman tentang toleransi antar umat beragama
kepada masyarakat dengan baik di daerah ini.
Dengan adanya pemahaman tentang tolerenasi antar umat beragama tersebut, maka
masyarakat dapat menjalankan ibadahnya sesuai kepercayaan dengan baik.
"Jadi, kita berharap kepada semua pihak di Bengkulu agar selalu menjaga persatuan.
Kalau persatuan kita tergaja dengan bagus, maka tidak akan termakan dengan provokasi
oleh promokator. Ini perlu kita peliharan dengan baik," ujar Kapolda Bengkulu.
Sosialisasi ini dilakukan Polda Bengkulu bersama stakeholders yang ada di daerah ini.
Hal ini dilakukan agar masyarakat ditingkat akar bawah tidak mudah termakan hasutan
dari sekolompok orang tidak bertanjungjawab.
Sejauh ini, kondisi situasi keamanan di Bengkulu dalam keadaan kondisuf dan terjaga
dengan baik. Namun, meski Bengkulu cukup aman, tapi masyarakat tidak boleh lengah
dengan kondisi tersebut.
"Kita harus harus waspada dengan hal-hal yang tidak baik. Salah satu antisipasinya kita
harus menjaga persatuan. Kalau persatuan terjaga bagus, maka kondisi keamanan di
Bengkulu tetap kondusif," ujarnya.[143/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/kapolda-bengkulu-minta-masyarakat-tak-mudah-
terprovokasi/91709
"Kasus di Papua itu sudah cukup panjang dan harus diselesaikan melalui pendekatan
total," tegas anggota Komisi I dari Fraksi PDI Perjuangan, Mayjen TNI (Purn) Tubagus
Hasanuddin, Selasa (21/7).
Pertama, adanya perbedaan persepsi soal integrasi Papua ke dalam NKRI yang ada dari
awal hingga saat ini.
Kedua, adanya masalah diskrimimasi dan marginalisasi penduduk asli Papua yang
membangun rasa ketidakadilan di hati sanubari warga asli.
Ketiga, adanya trauma warga asli di Papua akibat operasi militer di masa lalu, yang
berlarut-larut hingga saat ini.
"Keempat, tidak jalannya otonomi khusus. Karena itu, saya menilai penyelesaian
masalah di Papua, seperti kasus Tolikara, harus berangkat dari persoalan itu semua. Dan
harus dituntaskan secara total. Juga bukan penyelesaian yang berangkat dari tempat
kejadian perkara semata," kata Hasanuddin.
"Yang tak kalah penting, dalam menyelesaikan persoalan ini, harus melibatkan tokoh
masyarakat, tokoh agama setempat, serta tokoh adat, kepala suku dan lain-lain."
Dia juga mengkritik sejumlah pejabat negara yang sekedar datang silih berganti ke
Papua sejak kejadian Tolikara di Lebaran Hari Pertama lalu.
Diawali Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, lalu utusan Kementerian Agama, selanjutnya
Menteri Sosial, dan hari ini Mendagri. Menurutnya, hal demikian hanya menunjukkan
jeleknya koordinasi antarkementerian lembaga di Indonesia.
"Selain itu, kedatangan mereka secara parsial ini merepotkan dearah dan membuat
rakyat bosan. Karena itu, sebaiknya ditangani secara total dan serius oleh sebuah tim
yang lebih besar," tegas Hasanuddin. [MJS/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/penyelesaian-tolikara-harus-
komprehensif/91713
[JAKARTA] Wakil Ketua DPD RI, Farouk Muhammad meminta semua pihak menahan diri
dan tidak melakukan tindakan melanggar hukum terkait kasus kerusuhan di Tolikara,
Papua, baru-baru ini.
Senator asal Nusa Tenggara Barat (NTB) ini juga meminta media massa, terutama media
sosial untuk tidak memanasi situasi.
“Saat ini aparat keamanan sudah bisa menciptakan situasi yang kondusif di tempat
kejadian perkara. Diharapkan publik, terutama media sosial jangan lagi menanas-manasi
situasi, karena tidak ada gunanya,” kata Farouk kepada SP yang saat ini sedang
meninjau langsung kondisi arus balik di Pelabuhan Merak, Banten, Selasa (21/7).
Surat Edaran
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno membuat surat
edaran agar jajarannya mengantisipasi perkembangan kondisi dan gangguan keamanan
di dalam negeri pascainsiden Karubaga, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua.
"Saya sudah membuat surat edaran kepada Mendagri, Menteri Agama, Panglima TNI,
Kapolri dan Kepala BIN untuk segera mengantisipasi situasi ini dan memberikan
perhatian maupun pengawasan ketat terhadap tempat-tempat ibadah, tempat umum
maupun obyek vital nasional," kata Tedjo ditemui di kantornya, Jakarta.
Hal itu disampaikan Tedjo menyusul adanya gejolak berupa upaya pembakaran gereja di
Purworejo dan Bantul yang diduga sebagai dampak atas insiden Tolikara.
Dia juga menyampaikan instruksi dari Presiden Joko Widodo untuk menjaga keamanan
di Tanah Air supaya situasi seperti di Tolikara tidak meluas dan berdampak ke daerah
lain.
Seperti diberitakan, Senin pagi (20/7), pintu Gereja Kristen Jawa Tlepok di Kabupaten
Purworejo dibakar oleh orang tidak dikenal.
"Sekitar pukul 05.30 WIB sepulang dari berolahraga pagi, kami mencium bau bensin dan
melihat kondisi pintu depan gereja sudah terbakar," kata Pendeta Ibnu.
Bersama beberapa orang staf gereja, Ibnu kemudian melihat kondisi gereja di bagian
lainnya.
Selain pintu depan gereja terbakar, pihaknya juga mendapati pintu sebelah barat gereja
terbakar. Ibnu juga menemukan secarik kertas di pojok kiri depan gereja bertuliskan
sebuah ancaman.
Di lokasi kejadian, polisi menemukan barang bukti berupa sebuah pesan di secarik
kertas, tujuh batang korek kayu. Lima di antaranya ditemukan di depan pintu depan
gereja, dan dua di depan pintu sebelah barat gereja. Polisi juga menemukam sisa arang
dan abu bekas pintu terbakar.
Sementara itu, Selasa pagi dilaporkan sebuah Gereja Baptis Indonesia di Dusun Saman,
Bantul, dibakar oleh empat orang tidak dikenal.
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/dpd-ri-minta-semua-pihak-menahan-
diri/91720
[JAYAPURA] Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua Irjen Pol Yotje Mende
menyarankan agar Gubernur Lukas Enembe untuk lebih peduli dalam konflik sosial yang
terjadi di Karubaga, Kabupaten Tolikara, pada Jumat (17/7) pagi.
"Saya sarankan kepada Gubernur untuk peran aktifnya, termasuk juga dengan tokoh
adat dan masyarakat setempat," kata Kapolda Papua Irjen Pol Yotje Mende di Kota
Jayapura, Papua, Selasa.
"Jangan hanya bola panas ini diserahkan kepada kepolisian. Kami (polisi) akan aktif
dengan penegakan hukumnya dan Gubernur dengan penanganan kemanusiaannya,
sebab banyak juga saudara kita menjadi korban dalam kejadian ini. Termasuk pada
penanganan rekonsialisi dan rekonstruksi," katanya.
Mende mengemukakan bahwa hingga kini jajarannya tengah bekerja untuk melakukan
penegakkan hukum secara humanis, karena menyesuaikan dengan situasi yang terjadi di
lapangan.
"Masih banyaknya massa yang berkumpul di Tolikara untuk melaksanakan KKR dan
seminar gereja GIDI. Tidak semua massa disana adalah pelaku ricuh sehingga kami juga
harus hati-hati dalam penyelidikan dan penyidikan," katanya.
Sementara itu, Gubernur Papua Lukas Enembe meminta media massa, khususnya
media nasional serta media sosial (facebook, twitter) dan lainnya tidak membesar-
besarkan (memblow up - red.) insiden Tolikara.
Sebab selama ini, Papua dibangun dengan semangat toleransi dan kerukunan umat
beragama di bawah semboyan Kasih Menembus Perbedaan, kata Gubernur Lukas
dalam keterangan pers yang diterima, Senin malam.
Gubernur juga meminta umat Kristen dan Muslim di Kabupaten Tolikara dan di seluruh
Papua dan Indonesia untuk menjaga perdamaian dan tidak terprovokasi oleh isu atau
berita-berita yang provokatif dan tidak berimbang.
"Kasus Tolikara ini kan bersifat insidental, muncul karena kesalahpahaman baik
antaraumat beragama maupun masyarakat dengan pihak keamanan. Tidak perlu
dibesar-besarkan lagi seakan-akan kita di Papua ini tidak junjung toleransi," ujarnya.
[Ant/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/ada-apa-kapolda-ingatkan-gubernur-papua/91722
[SERANG] Kepala Kepolisian Daerah Banten Brigjen Pol Boy Rafli Amar meminta
kepada seluruh umat Islam khususnya di wilayah Provinsi Banten tidak terprovokasi dan
melakukan aksi pembalasan atas terjadinya peristiwa pembakaran mushola di Tolikara,
Papua beberapa hari lalu.
Kapolda Banten Boy Rafli Amar menyatakan, jika umat Islam terprovokasi, hal tersebut
akan menguntungkan kelompok sparatis.
"Ini memang bukan gerakan murni agar Papua terpisah dari Indonesia, namun jika
tragedi ini berlanjut dan semakin besar, bisa dijadikan alasan agar negara lain
mendorong pemisahan wilayah tersebut, dan ini yang diinginkan oleh kelompok sparatis
tersebut," ujar Boy, Selasa (21/7).
Sementara itu, tokoh masyarakat Banten H Embay Mulya Syarif, menyatakan, setelah
melakukan pertemuan dengan ulama dan pimpinan pondok pesantren di Banten, para
ulama sepakat agar masyarakat untuk tetap menjaga toleransi beragama yamg selama
ini sudah terbangun baik di Provinsi Banten.
"Saya yakin kerusuhan seperti di Tolikara tidak akan terjadi di Banten, bukan hanya
karena toleransi masyarakat kita yang tinggi, namun karena masyarakat kita masih
memegang teguh prinsip agama Islam yang menyebutkan untukmu agamamu dan
untukku agamaku," kata Embay. [149/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/terkait-kasus-tolikara-kapolda-banten-imbau-
masyarakat-tidak-terprovokasi/91732
[JAYAPURA] Gubernur Papua Lukas Enembe meminta umat Kristen dan Muslim di
Kabupaten Tolikara, seluruh Papua dan Indonesia untuk menjaga perdamaian serta tidak
terprovokasi oleh isu atau berita-berita provokatif dan tidak berimbang.
"Saya meminta insiden Tolikara agar tidak dibesar-besarkan oleh media massa lokal
maupun nasional serta media sosial," katanya di Jayapura, Rabu (22/7).
Menurut Lukas, Papua dibangun dengan semangat toleransi dan kerukunan umat
beragama di bawah semboyan Kasih Menembus Perbedaan.
"Kasus Tolikara ini bersifat insidental, muncul karena kesalahpahaman baik antaraumat
beragama maupun masyarakat dengan pihak keamanan, tidak perlu dibesar-besarkan
lagi seakan-akan di Papua ini tidak junjung toleransi," ujarnya.
Sejak dulu, Papua ini sangat menjaga toleransi dan kerukunan antarumat beragama.
Untuk itu diharapkan semua pihak terus membangun wilayah itu dalam keberagaman
dan dengan kasih.
"Saya juga meminta kepada Pemerintah Kabupaten Tolikara, pihak keamanan (TNI/Polri)
dan para pemimpin atau tokoh agama untuk terus membangun komunikasi penuh kasih
dan pendekatan persuasif," katanya lagi.
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/gubernur-minta-masyarakat-tidak-
terprovokasi-insiden-tolikara/91748
[JAKARTA] Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengungkapkan bahwa hari ini polri
kemungkinan akan menetapkan tersangka insiden Tolikara, Papua. Polri, katanya sudah
memeriksa 31 saksi dalam insiden Tolikara.
"Kemungkinan hari ini sudah bisa ditetapkan tersangka yang merupakan dalang dibalik
kerusuhan itu. Sehingga polisi bisa langsung melakukan penindakan," ujar Badrodin di
Kompleks Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (22/7).
Para saksi yang telah diperiksa, kata Badrodin berasal dari pihak kepolisian, masyarakat,
jemaah dan panitia.
"Saksi cukup banyak sekitar 31 orang, tetapi masih kita akan periksa hari ini sekitar lima
orang lagi," tandasnya.
Badrodin juga membantah adanya campur tangan asing dalam insiden Tolikara. Namun,
pihaknya, lanjut Badrodin akan mempelajari semua latar belakang yang mengindikasikan
adanya keterlibatan berbagai pihak termasuk pihak asing.
"Saya belum menemukan fakta hukumnya ke sana. Tetapi semua latar belakang tentu
akan kita pelajari termasuk juga berbagai informasi yang berkembang di masyarakat,
termasuk informasi yang kita dapatkan dari beberapa sumber informasi yang ada di sana.
Tentu kita lakukan analisis dan penyelidikan," jelas Badrodin.
"Semua elemen sepakat untuk itu. Saya harapkan ini semua tidak terjadi dampak lain di
luar itu," ungkapnya.
"Oleh karena itu, Polri juga melakukan upaya-upaya yang sifatnya preventif termasuk
juga memperdayakan semua penanganan itu kepada Polri," tambah Badrodin. [YUS/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/hari-ini-polri-akan-tetapkan-tersangka-insiden-
tolikara/91749
[JAKARTA] Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menegaskan tidak ada pelanggaran prosedur
tetap (protab) yang dilakukan pihak kepolisian dalam insiden Tolikara. Menurut Badrodin,
polisi yang berada di tempat kejadian berusaha menjalankan tugasnya untuk menjamin
keamanan warga yang hendak melakukan ibadat.
"Saya mengatakan tidak ada pelanggaran, menurut saya sih tidak ada. Tetapi kan saya
katakan sekali lagi bahwa itu kan akan dilakukan pemeriksaan," ujar Badrodin di
Kompleks Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (22/7).
Tidak hanya berkoordinasi dengan Presidum GIDI, Kapolres, lanjut Badrodin juga
berkoordinasi dengan Bupati Tolikara. Dalam koordinasi tersebut, katanya Bupati
menjanjikan akan berkoordinasi dengan dengan panitia lokal untuk mencabut surat
edaran tersebut.
"Sehingga Pak Kapolres dengan yakin mengatakan kepada para jemaah silakan salat
nanti saya yang jaga. Kurang apa yang dilakukan oleh Polres?" tegas Badrodin. [YUS/L-
8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/kapolri-tidak-ada-pelanggaran-protab-yang-
dilakukan-kepolisian-dalam-insiden-tolikara/91751
ksa akan dtetapkan tersangkanya," kata Badrodin yang ditemui usai menghadiri upacara
Hari Bhakti Adhyaksa ke-55, di Kejaksaan Agung, Jakarta, Rabu (22/7).
Hanya saja, Badrodin belum mau buka suara perihal calon tersangka tersebut dan kapan
pengumuman tersangka tersebut.
"Nanti saya kasih tahu," jawab Badrodin ketika ditanya apakah melibatkan pemerintah
ataupun otoritas di daerah.
Selebihnya, Badrodin meminta awak media menanyakan kepada Kapolda Papua perihal
proses hukum dan penetapan tersangka tolikara.
Situasi Aman
Lebih lanjut, Badrodin memastikan bahwa situasi di Tolikara saat ini sudah kondusif dan
aman.
Walaupun, tetap memastikan bahwa proses hukum teetap akan dilakukan. Termasuk,
terhadap aparat keamanan.
"Itu nanti kita selidiki (pelepasan tembakan). Tetapi, yang jelas yang dilakukan aparat
keamanan sudah sesuai prosedur. Tembakan peringatan ke atas tak digubris lalu
tembakan ke bawah," jelasnya.
Seperti diketahui, usai berkunjung langsung ke Tolikara, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti
mengatakan bahwa warga yang tertembak diduga adalah pelaku pelemparan terhadap
warga sedang melaksanakan shalat Ied di Lapangan Koramil di Karubaga.
Namun, Badrodin yang sempat menyebut ada aktor intelektual di belakang kericuhan
tersebut, berjanji jajarannya akan mengungkap kasus sampai tuntas dan menindak tegas
pelakunya. [N-8/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/kepolisian-segera-tetapkan-tersangka-insiden-
tolikara/91756
Untuk menghindari gejolak serupa di wilayah lainnya, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti
mengatakan telah memerintahkan kepada seluruh kepolisian daerah (polda) untuk
berkoordinasi dengan para pimpinan umat beragama agar menjaga situasi keamanan.
"Kita sudah perintahkan seluruh jajaran polda untuk berkoordinasi dengan para pimpinan
ummat beragama. Untuk menjelaskan kasus tersebut (Tolikara) dan yang penting mari
kita sikapi kasus ini dengan kepala dingin," kata Badrodin yang ditemui usai menghadiri
upacara Hari Bhakti Adhyaksa ke-55, di Kejaksaan Agung, Jakarta, Rabu (22/7).
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/amankan-suasana-kapolri-minta-polda-
koordinasi-dengan-pimpinan-agama/91760
"Kita imbau, paling-paling kita ajak temen-temen jangan asal 'forward' berita-berita, cek
dululah sekali lagi, itu aja. Kalau gak tahu seperti apa, jangan memperkeruhlah," katanya
di Kantornya, Jakarta, Rabu (22/7), seusai halalbihalal.
Menteri mengakui, di zaman teknologi informasi saat ini, media sosial terus berkembang.
Media sosial juga memberikan informasi-informasi secara bebas dan tak terkendali, yang
sayangnya seringkali tingkat akurasinya rendah.
"Kalau kita bicara media, ya media elektronik, media cetak, media 'online' (daring), media
sosial. Semakin ke sini, tingkat keakurasiannya semakin rendah. Kembali karena media
sosial ini boleh dikatakan 'less controllabel'," tukasnya.
Terkait dengan penyaringan media-media sosial maupun situs "online" yang dinilai bisa
memperkeruh suasana, Menteri Rudiantara menyerahkan kepada panel yang telah
dibentuk Kementerian Kominfo.
"Kalau masalah 'filtering' ada aturannya, kita kan ada panel dan memenuhi kriteria
tertentu kan," ujarnya.
Seperti diberitakan, terjadi penyerangan oleh sejumlah massa saat Shalat Id yang digelar
umat Islam di Karubaga, Ibu Kota Kabupaten Tolikara, Papua, pada Jumat pagi, 17 Juli
2015. Insiden tersebut merembet hingga terjadi pembakaran sejumlah kios dan
terbakarnya sebuah masjid. [Ant/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/menkominfo-imbau-netizen-tidak-perkeruh-
informasi-tolikara/91763
[JAKARTA] Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) telah memberangkatkan
tim investigator untuk mendalami insiden kerusuhan di Tolikara, Papua, Jumat (17/7).
Tim dari Komnas HAM itu akan melakukan investigasi sejumlah informasi mengenai
insiden tersebut.
"Kita sudah terjunkan tim investigasi kemarin Selasa (21/7) ke Tolikara. Mudah-mudahan
tim itu cepat bekerja," ujar Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai di Jakarta, Rabu
(22/7).
Natalius memastikan bahwa sebetulnya seluruh anggota Komnas HAM sudah bisa
diyakini keberimbangannya tanpa ada keberpihakan atas agama masing-masing.
Namun demikian, ia menyatakan, mengingat proses ini akan dipantau publik dan demi
menumbuhkan keyakinan serta kepercayaan publik, maka komposisi tersebut dipilih.
"Komponen tim investigasi berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda. Ini
tujuannya agar bisa menghasilkan fakta yang sesungguhnya," ujarnya. [H-14/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/komnas-ham-turunkan-tim-investigasi-ke-
tolikara/91767
[JAKARTA] Setelah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) telah
memberangkatkan tim investigator untuk mendalami insiden kerusuhan di Tolikara,
Komisi III DPR juga melakukan hal yang sama.
Wakil Ketua Komisi III DPR Trimedya Panjaitan menyatakan, Komisi III DPR akan
membentuk tim investigasi terkait insiden yang terjadi di Tolikara. Trimedya menuturkan,
telah mengkomunikasikan hal itu dengan pimpinan Komisi III DPR lainnya.
“Saya sudah komunikasikan dengan pimpinan Komisi III DPR RI lainnya. Kita akan
membentuk Tim Investigasi kasus Tolikara, Papua. Kita akan melakukan kunjungan ke
sana untuk mendapat masukan dari Kapolda, kepala daerah dan pihak-pihak terkait. Kita
akan ke Tolikara pekan ini atau pekan depan,” kata Trimedya di Jakarta, Rabu (22/7).
Politisi PDIP itu menyatakan, pembentukan tim investigasi tersebut bertujuan agar
masalah serupa tidak terulang kembali dimasa yang akan datang. Ia berharap, hasil
temuan dari Tim Investigasi akan ditindaklanjuti oleh aparat berwenang.
“Kasus serupa tak boleh terulang lagi. Kaum mayoritas tidak boleh menekan minoritas
dan ini jadi preseden buruk ke depan. Kita minta supaya kasus ini diungkap tuntas,”
tuturnya.[H-14/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/dpr-juga-bentuk-tim-investigasi-tolikara/91768
Sebab, pemda sepatutnya memberikan kebebasan bagi warganya untuk beragama dan
beribadah sesuai keyakinan masing-masing.
“Coba ditinjau kembali . Kalau satu agama saja tidak bisa apalagi kalau beda," katanya.
“Memang ada perda yang menyatakan bahwa di sini, kebetulan terbentuknya GIdI di sini,
sehingga dianggap sudah gereja besar. Masyarakat di sini berpikir untuk gereja aliran
lain tidak bisa bangun di sini. Mau tidak mau masyarakat menerima (perda) itu,” kata
Usman.
Dia juga membenarkan di Tolikara terdapat perda yang melarang pembangunan masjid.
“Itu dalam bentuk peraturan bupati, masjid dilarang juga dibangun dalam perda tersebut.
Kalau mushala memang dari dulu ada,” imbuhnya
Sementara itu, Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam
Negeri (Kemdagri) Soedarmo menyesalkan adanya perda itu.
“Kalau ada kondisi ekslusivitas di sini, itu bisa timbulkan resistensi dari agama-agama
lain,” kata Soedarmo.
Dia menjelaskan, pembakaran terhadap kios yang di dalamnya ada mushala pada
peristiwa Jumat (17/7) di Tolikara mulai berkembang di daerah lain.
“Sudah terjadi menyebar di Sleman serta Purworejo. Artinya non muslim juga kena. Ini
dampaknya,” ujarnya.
“Jadi mohon pemda bisa kembali bahas perda itu. Apalagi belum disahkan oleh
Mendagri,” ucapnya.
Dia menyatakan, sebuah perda harus mendapat persetujuan Mendagri. “Kalau belum
ada dari Mendagri kan belum sah,” tegasnya.
“Tembakan ke arah tanah sudah sesuai prosedur namun karena warga yang melakukan
penyerangan sangat banyak maka ada peluru yang ricochet hingga mengenai mereka,”
katanya.
Sekadar diketahui, ricochet ialah mentalan anak peluru atau pecahan anak peluru setelah
mengenai benda keras.
Kecepatan lesat anak peluru dan pecahannya selepas laras ini masih mampu melukai
serius bahkan membunuh manusia jika terkena di bagian mematikan dan vital.
Dia menambahkan, pemda setempat akan menanggung semua biaya pengobatan para
korban baik yang dirawat di Jayapura, Wamena maupun Tolikara. [C-6/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/mendagri-minta-perda-soal-agama-di-tolikara-
ditinjau-kembali/91770
Lukman mengatakan selama ini Papua dikenal sebagai masyarakat majemuk, meskipun
sebagian besar menganut Nasrani. Umat lain bebas beribadah bahkan mendapatkan
dukungan dalam menjalankan kegiatan ibadah agama.
"Sejak dulu kita mengenal Papua sebagai umat yang toleran, kubah masjid digotong
bersama umat Kristiani, hari raya mereka saling mengunjungi. Apa yang terjadi di
Tolikara sebenarnya di luar kelaziman," demikian kata Lukman Hakim di kompleks
Kepresidenan, Jakarta, Rabu (22/7).
Dia mengingatkan bahwa tak satu pun ajaran agama yang mengajarkan kekerasan dan
pengrusakan rumah ibadah. Oleh karena itu, pihak-pihak yang ingin membenturkan umat
beragama harus segera ditindak oleh aparat hukum.
Sementara itu, Kementerian Agama akan terus mengupayakan dialog khususnya dengan
FKUB (Forum Kebebasan Umat Beragama) di berbagai daerah agar tidak ada provokasi
dan upaya menyulut insiden tersebut menjadi potensi konflik. Termasuk soal penyebaran
perda dan larangan melakukan kegiatan agama kata dia masih harus diselidiki.
"Masih perlu diverifikasi dan dikonfirmasi lagi. Banyak hal yang harus dilihat supaya kita
mendapatkan gambaran yang utuh," kata Menag. [ES/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/menag-yang-terjadi-di-tolikara-di-luar-
kelaziman/91772
[JAKARTA] Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Mayjend Fuad Basya
menegaskan insiden di Karugaba, Kabupaten Tolikara, Papua, tidak berkaitan dengan
masalah konflik antara agama. Menurut Fuad, insiden Tolikara merupakan perbuatan
kriminal murni.
"Ini murni kriminal. Kebetulan tragedinya terjadi di hari besar agama Islam. Sehingga
sangat gampang dikaitkan dengan konflik agama," ujar Fuad dalam konferensi pers usai
pertemuan di kantor Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (22/7).
Lebih lanjut, Fuad mengatakan terkait pihak yang bertanggung jawab atas insiden
Tolikara, masyarakat harus percayakan pada polri yang sedang melakukan penyelidikan
terhadap lebih dari 30 saksi.
"Mari kita tenangkan situasi ini jangan dijadikan besar, jangan jadi
melebar. Kita tidak ingin kejadian di Ambon, Aceh dan Poso terulang. Kalo
ada, pelanggaran harus dihukum," tegasnya.
Fuad juga meminta masyarakat khususnya kaum muslim untuk tetap mengayomi
kelompok minoritas di Indonesia. Fuad mengaku kedewasaan umat Islam sudah teruji
selama ini.
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/kapuspen-tni-kasus-tolikara-tidak-terkait-konflik-
agama/91776
[JAKARTA] Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo meminta agar DPRD Papua
segera membentuk tim kecil guna mencari arsip Peraturan Daerah (Perda) yang berisi
pelarangan agama tertentu di Tolikara, Papua.
Menurut Tjahjo, tim kecil tersebut perlu dibuat karena bentuk fisik dari perda yang
disebut-sebut berisi pembatasan pembangunan rumah ibadah itu, tidak ditemukan.
Apalagi, lanjutnya, Bupati Tolikara Usman Wanimbo telah tegas mengatakan tidak
pernah mengeluarkan konsep perda tersebut.
"Konsep itu (perda) dari gereja. Dari data arsip kami (Kementerian Dalam Negeri), dari
139 perda yang kami batalkan itu, memang tidak ada Perda dari Kabupaten Tolikara,"
ujar Tjahjo.
Sebelumnya, Ketua Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili di Indonesia (PGLII) Roni
Mandang mengakui bahwa memang ada perda di Tolikara yang mengatur mengenai
pembatasan pembangunan rumah ibadah.
Kemudian, Bupati Tolikara Usman Wanimbo juga membenarkan adanya perda yang
melarang pembangunan gereja selain Gereja Injili di Indonesia.
Seperti diketahui, 11 orang luka dan satu orang meninggal akibat timah panas aparat,
menyusul kericuhan antara massa dari Gereja Injil di Indonesia (GIDI) dan ummat Muslim
di Tolikara, Jumat (17/7). [N-8/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/mendagri-minta-dibentuk-tim-kecil-cari-soal-
perda-tolikara/91779
[JAKARTA] Peranan dan fungsi Badan Intelijen Negara (BIN) perlu dimaksimalkan salah
satunya untuk mencegah potensi konflik di daerah. Pasalnya, BIN tentu memiliki
informasi awal kemungkinan terjadinya permasalahan.
Demikian dikemukakan Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat (PD) Syarif Hasan,
Rabu (22/7). “Fungsi BIN mesti lebih dimaksimalkan,” kata Syarif,
Terkait insiden di Tolikara, Papua pada Jumat (17/7), menurutnya, kerukunan umat
beragama harus ditingkatkan kembali. “Tolerani kehidupan umat beragama adalah hal
mutlak. Perlu ada deteksi dini lagi dari seluruh jajaran aparat keamanan termasuk BIN
agar kejadian di Tolikara tidak terulang lagi dan menyebar ke daerah lain,” ujar Anggota
Komisi I DPR ini.
Dia optimis, peranan Gubernur Papua Lukas Enembe juga telah maksimal untuk
meredakan situasi di Tolikara. Terbukti, keadaan di Tolikara lansung kondusif. [C-6/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/bin-berperan-penting-lakukan-deteksi-
dini/91780
[JAKARTA] Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengaku masih mencari
bukti fisik Peraturan Daerah (Perda) yang disebut berisi pelarangan pendirian umat
agama tertentu di Tolikara, Papua.
Bahkan, Tjahjo mentargetkan supaya perda tersebut segera ditemukan. Sehingga, telah
memerintahkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat untuk membentuk
tim kecil guna mencari bentuk fisik dari perda yang diakui keberadaannya oleh Bupati
Tolikara, Usman Wanimbo itu.
Tjahjo melanjutkan jika perda tersebut ditemukan, maka akan dilihat dan dibaca isinya.
Untuk selanjutnya, direvisi jika isinya dinilai tidka layak.
"Kami tunggu tim kecil DPRD dan pemerintah daerah mencari arsip dulu, ada atau tidak
perda itu. Kalau ada, apa bunyinya, tolong di revisi supaya kerukunan umat beragama
bisa muncul di Tolikara. Baru diserahkan ke Kemdagri, akan kami koreksi," tegas Tjahjo
usai menghadiri halal-bihalal presiden dengan kabinet kerja di Istana Negara, Jakarta,
Rabu (22/7).
Selanjutnya, ungkap Tjahjo, jika sudah direvisi dengan disesuaikan pada undang-
undang, maka akan disetujui.
Sebelumnya, Ketua Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili di Indonesia (PGLII) Roni
Mandang mengakui bahwa memang ada perda di Tolikara yang mengatur mengenai
pembatasan pembangunan rumah ibadah.
Kemudian, Bupati Tolikara Usman Wanimbo juga membenarkan adanya perda yang
melarang pembangunan gereja selain Gereja Injili di Indonesia.
Keberadaan Perda dan juga surat edaran pelarangan umat Muslim melaksanaan shalat
Idul Fitri (Ied) diduga sebagai pemicu terjadinya kerusuhan yang menyebabkan 11 orang
luka dan satu orang meninggal akibat timah panas aparat di Tolikara, Jumat (17/7) lalu.
[N-8/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/cari-perda-mendagri-janji-revisi/91784
Padahal, menurut Bupati Tolikara, Usman Wanimbo, Perda tersebut telah disahkan
DPRD setempat sejak tahun 2013 lalu.
Atas dasar itu, secara tidak langsung, Tjahjo mengatakan bahwa perda tersebut tidak
sah. Sebab, sebuah perda harus mendapat pengesahan dari Kementerian Dalam Negeri
(Kemdagri) setelah disepakati oleh kepala daerah dan DPRD.
"Perda itu sah jika sudah persetujuan Mendagri. Perda yang diputuskan pemerintah
daerah dan DPRD itu harus diserahkan kepada Mendagri untuk cek dan klarifikasi
apakah bertentangan dengan undang-undang serta Pancasila atau tidak. Sepanjang itu
belum ada (pengesahan Mendagri), belum sah itu berarti," tegas Tjahjo usai menghadiri
halal-bihalal presiden dengan kabinet kerja di Istana Negara, Jakarta, Rabu (22/7).
Namun, dengan alasan belum menemukan perda tersebut, Tjahjo mengaku belum bisa
menjatuhkan sanksi administratif kepada aparat pemerintah di daerah, terkait terbitnya
perda Tolikara itu.
"Kita belum bisa (berikan sanksi). Kan belum tahu perda ini ada atau tidak. Bentuknya
seperti apa, isinya apa. Sampai Selasa (21/7) kemarin saya hadir satu hari menunggu
mencari arsipnya tidak ada. Memang arsipnya agak amburadul di sana (Tolikara)," ujar
Tjahjo.
Sebaliknya, Tjahjo hanya menjelaskan bahwa Kemdagri telah membatalkan 139 perda
dari lebih 200 perda yang sedang dievaluasi.
Hanya saja, Tjahjo mengaku tengah menelaah dugaan kelalaian yang dilakukan Bupati
Tolikara Usman Wanimbo.
"Sedang kita telaah (kelalaian Bupati). Tetapi, kelalaiaannya dalam hal apa dulu. Kalau
bencana alam kan tidak bisa, kerusuhan sosial juga tidak bisa," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili di Indonesia (PGLII) Roni
Mandang mengakui bahwa memang ada perda di Tolikara yang mengatur mengenai
pembatasan pembangunan rumah ibadah.
Keberadaan Perda dan juga surat edaran pelarangan umat Muslim melaksanaan shalat
Idul Fitri (Ied) diduga sebagai pemicu terjadinya kerusuhan yang menyebabkan 11 orang
luka dan satu orang meninggal akibat timah panas aparat di Tolikara, Jumat (17/7) lalu.
[N-8/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/isyaratkan-perda-tolikara-tak-sah-mendagri-
belum-berani-berikan-sanksi/91785
"Kami ingin berdiskusi dengan Kapolri dan Pimpinan Polri yang lain agar penanganan
(pascarusuh di Tolikara) menjadi prioritas," kata Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon di
Gedung Nusantara III, Jakarta, Rabu (22/7).
Namun, Fadli tidak memerinci kapan dan di mana pertemuan itu akan dilaksanakan.
Di tengah kondisi ekonomi yang sedang turun, kata dia, banyak hal yang bisa terjadi dan
menjadi pemicu kerusuhan.
Menurut dia, DPR RI akan mengambil langkah mengumpulkan banyak informasi dan
meminta keterangan pihak terkait, seperti Polri dan pemerintah.
"Kami akan menyarankan untuk ambil langkah, terutama terkait dengan stabilisasi
keamanan dan penegakan hukum," ujarnya.
Fadli juga mewacanakan pembentukan tim di internal DPR RI untuk melihat langsung
kondisi di Tolikara.
Ia menjelaskan rencana pembentukan tim itu sebagai bagian tugas DPR RI untuk
melakukan pengawasan dan agar tidak meluas ke tempat lain.
"Kami ingin aparat untuk cepat padamkan 'api' dan menindak pelakunya. Isu sara mudah
memprovokasi massa tidak hanya di daerah itu (Tolikara), tetapi juga daerah lain,"
katanya.
Fadli Zon meminta aparat keamanan melakukan stabilisasi kondisi di Tolikara dan
menindak oknum yang melakukan kerusuhan di daerah tersebut.
Ia menilai untuk menyelesaikan kasus tersebut harus ada upaya penyelesaian yang
singkat dan tepat sehingga agar api konflik tidak menjadi besar dan merembet ke daerah
lain.
"Oleh karena itu, yang penting aparat keamanan lakukan stabilisasi terhadap keadaan
dan menindak oknum pelakunya," ujarnya.
Politikus Partai Gerindra itu menilai apa pun yang menjadi latar belakang konflik di
Tolikara perlu upaya meredakannya sehingga tidak melebar ke daerah lain.Ia
mengimbau masyarakat agar tidak ikut terpancing kondisi dan menghindari upaya balas
dendam. [Ant/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/dpr-akan-panggil-kapolri-terkait-
tolikara/91789
[JAKARTA] Senada dengan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti dan Panglima TNI Jenderal
Gatot Nurmantyo, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo juga memastikan
bahwa kondisi di Karubaga, Tolikara, Papua sudah jauh lebih kondusif dan aman.
"Saya kemarin satu hari (di Tolikara), tenang tidak ada masalah sampai bertemu dengan
semua masyarakat, bersalaman," kata Tjahjo yang ditemui usai menghadiri halal-bihalal
presiden dengan kabinet kerja di Istana Negara, Jakarta, Rabu (22/7).
Untuk menggambarkan situasi aman tersebut, Tjahjo menyebut bahwa aparat TNI dan
masyarakat bergotong-royong membersihkan puing-puing sisa kebakaran.
Kemudian, para tokoh lintas agama berdampingan menyaksikan peletakan batu pertama
pembangunan mushala yang tidak sengaja turut terbakar, pada Jumat (17/7) lalu.
Oleh karena itu, lanjutnya, yang diperlukan masyarakat di Tolikara adalah pemulihan dari
sisi ekonomi.
"Suasana kehidupan (di Tolikara) sudah tidak ada masalah. Tinggal memulihkan
perekonomian karena kan cukup besar (kebakaran) hampir 70 kios di pasar," ujarnya.
Usai rapat selama sekitar setengah jam, Jokowi memberikan sejumlah arahan. Di
antaranya, meminta penegakan hukum peristiwa di Tolikara dan akan berdialog dengan
tokoh-tokoh agama, adar, masyarakat papua untuk meredam situasi di Tolikara maupun
situasi nasional.
Selain itu, Jokowi juga menginstruksikan pemberian dana sebesar Rp 1 miliar dari
pemerintah untuk membangun kembali seluruh fasilitas yang terkena dampak insiden. [N-
8/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/mendagri-tinggal-pulihkan-perekonomian-
tolikara/91791
[JAKARTA] Majelis Ulama Indonesia (MUI) berencana membentuk tim investigasi untuk
mencari data dan fakta, demi menyelidiki kejadian yang telah menyebabkan terbakarnya
rumah ibadah dan jatuhnya korban di Tolikara, Karubaga, Papua pada tanggal 18 Juli
2015.
"MUI membentuk tim investigasi yang akan kita kirim ke Papua untuk mencari dan
menyelidiki informasi yang sebenanrnya di lapangan seperti apa," kata Wakil Ketua
Umum MUI Ma'ruf Amin, saat menyampaikan pernyataan sikap perkumpulan ulama se-
Indonesia itu di Kantor MUI Jalan Proklamasi, Jakarta, Rabu (22/7).
Dari penjelasannya, saat ini tim investigasi tersebut sedang dalam tahap penyusunan
"roadmap" atau peta jalan dan dalam waktu dekat akan segera diberangkatkan.
Terkait dengan telah banyaknya tim investigasi serupa yang dikirim oleh berbagai pihak,
Ma'ruf mengatakan regu pencari data dan fakta yang dikirim oleh pihaknya akan
bersinergi dan melengkapi temuan dari pihak lainnya.
"Tim investigasi ini tidak akan tabrakan, justru saling melengkapi, saling menopang," ujar
dia.
Ma'ruf menjelaskan investigasi MUI selain meneliti lapangan, juga akan menghimpun
infromasi yg dilakukan lembaga lain untuk dilakukan "crosscheck" dan menghasilkan
kesimpulan yang valid untuk menghasilkan rekomendasi.
"Nanti kita bandingkan dengan data dan fakta di lapagan, lalu akan kita simpulkan
dengan berbagai rekomendasi dan usulan," ujarnya.
Investigasi tersebut, kata Ma'ruf, akan melingkupi semua aspek yang jadi pemicu
kejadian di Tolikara tersebut. "Misalnya, masalah sosial, ekonomi dan kemungkinan
penguasaan tanah," tuturnya.
"Pemerintah harus punya formula yang mengatasi potensi kejadian ini terulang, jangan
dibiarkan," ucapnya.
Dirinya juga berharap tokoh-tokoh Islam bisa menjaga agar umat tidak terpancing dengan
isu-isu yang berpotensi memecah belah persatuan Indonesia. "Jangan sampai peristiwa
Tolikara disikapi dengan tindakan kekerasan. Kita semua harus berupaya membangun
dan memupuk rasa toleransi antar umat di Indonesia," tukasnya. [Ant/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/mui-bentuk-tim-investigasi-selidiki-kejadian-
tolikara/91795
[PALEMBANG ] “Alhamdulillah, sejak tahun 2008 sampai sekarang belum dan tidak
akan pernah terjadi kerusuhan antar etnis dan umat beragama di Sumsel seperti yang
terjadi di Tolikara, Papua beberapa waktu lalu” ucap Gubernur Sumsel, H Alex Noerdin
saat Halal Bi Halal Gubernur dan Wakil Gubernur Sumsel dalam rangka Hari Raya Idul
Fitri 1436 H di Griya Agung Palembang. Rabu (22/7.
Lanjutnya, maka dari itu, untuk memastikan kejadian di Tolikara tidak merembet ke
Sumsel dirinya mengutus Wakil Gubernur untuk mengikuti Rapat di Komando Daerah
Militer (Kodam) II Sriwijaya bersama para tokoh agama, dan masyarakat agar kejadian di
Papua tidak terjadi disini.
“Masalah keamanan merupakan prioritas utama dan tanggung jawab kita bersama
sehingga dapat menarik investor agar mau menanamkan investasi di Sumsel. Kalau
demo buruh, kalah pilkada bakar-bakar, itu tidak apa-apa tapi tidak untuk kerusuhan
antar etnis dan antar umat beragama: tegas Alex.
Disamping itu, Gubernur Sumsel, H Alex Noerdin juga mengingatkan kepada PNS
Sumsel agar tetap rukun,kompak dan juga menjalin silahturahmi antarsesama terutama
dalam menjalankan tugas.
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/alex-kerukunan-antar-etnis-dan-umat-
beragama-prioritas-utama/91798
"Bapak Presiden sudah memberikan petunjuk, Presiden memberikan bantuan Rp1 miliar
dan ini segera dibangun dan sekarang sudah mulai dibangun mushalla, kemudian ruko-
rukonya akan dibangun kembali seperti semula," kata Panglima TNI Jenderal TNI Gatot
Nurmantyo usai bersilaturahim dengan Presiden di Istana Negara, Jakarta, Rabu (22/7).
Menurut Gatot pembangunan kios tersebut rencananya hanya berjumlah 70 kios, namun
akan ditambahkan 15 kios tambahan khusus untuk putra daerah untuk meningkatkan
perekonomian di daerah tersebut.
Senada dengan Panglima TNI, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo
menambahkan bahwa sesuai dengan arahan Presiden Jokowi, aparat di daerah dan
masyarakat harus membangun kembali 70 kios yang terbakar dalam waktu satu bulan ini.
Keputusan untuk memberikan bantuan sebesar Rp1 miliar ini didapatkan setelah
Presiden menggelar rapat terbatas (ratas) mengenai insiden di Tolikara pada hari Jumat
(17/7).
Rapat Terbatas selama sekitar setengah jam tersebut, dihadiri oleh Menteri Koordinator
Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Tedjo Edhy Purdijatno, Kapolri Jenderal
Pol Badrodin Haiti, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Mendagri Tjahjo
Kumolo, Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Sutiyoso dan Menteri Agama (Menag)
Lukman Hakim Saifuddin.
Selain itu, Presiden Jokowi meminta penegakan hukum peristiwa di Tolikara diselesaikan
secepatnya dan akan berdialog dengan tokoh-tokoh agama, adat dan masyarakat Papua
untuk meredam situasi di Tolikara maupun situasi nasional. [Ant/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/presiden-instruksikan-bantuan-satu-miliar-
untuk-tolikara/91805
[JAKARTA] Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo memastikan bahwa kondisi
di Karubaga, Tolikara, Papua, sudah jauh lebih kondusif dan aman usai insiden yang
terjadi Jumat (17/7) lalu.
"Saya kemarin satu hari (di Tolikara), tenang tidak ada masalah sampai bertemu dengan
semua masyarakat, bersalaman," kata Tjahjo yang ditemui usai bersilaturahim dengan
Presiden Joko Widodo bersama dengan kabinet kerja di Istana Negara, Jakarta, Rabu
(22/7).
Kemudian, para tokoh lintas agama berdampingan menyaksikan peletakan batu pertama
pembangunan mushalla yang tidak sengaja turut terbakar, pada Jumat (17/7).
Selain itu, Presiden Jokowi juga mengingatkan kepada kepolisian untuk tetap mengusut
tuntas kasus hukum insiden tersebut.
Pada kesempatan yang sama Panglima TNI Gatot Nurmayanto juga mengharapkan agar
kejadian ini tak terulang kembali.
Gatot berpesan agar antar umat beragama harus saling menghormati dan tetap
menjunjung tinggi kebhinekaan, terlebih lagi mengingat bangsa Indonesia merdeka
dibangun dan merdeka atas pondasi kebhinekaan.
"Jadi bangsa ini dibangun berdasarkan kebhinekaan, nah kebhinekaan ini jangan mau
dikoyak-koyak hanya dengan masalah seperti ini dan saya pikir tokoh-tokoh agama
sudah bicara positif, bagaimana kemajemukan tetap kita eratkan untuk membangun
bangsa," ujar Panglima.
Usai bersilaturahim dengan sejumlah menteri kabinet Kerja dan pejabat negara di Istana
Negara, Presiden mengumpulkan aparat keamanan dan sejumlah menteri dalam sebuah
rapat terbatas untuk membahas peristiwa di Tolikara.
Rapat terbatas tersebut meminta penegakan hukum peristiwa di Tolikara dan diharapkan
agar dapat berdialog dengan tokoh-tokoh agama, adat dan masyarakat Papua untuk
meredam situasi di Tolikara.
"Kemudian Mushalla akan dibangun di tanah Koramil atas persetujuan bupati dan ini
akan dikerjakan selama satu bulan sudah selesai semuanya. Sehingga ekonomi cepat
berputar dan pembangunan dibuat seperti aslinya," tambah Gatot. [Ant/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/mendagri-kondisi-tolikara-sudah-lebih-
kondusif/91807
[JAKARTA] Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo belum berencana untuk memberikan
sanksi kepada Bupati Tolikara Usman Wanimbo terkait insiden penyerangan dan
pembakaran saat umat Islam menjalankan Shalat Idul Fitri di ibu kota Karubaga.
"Kami belum berencana, kami lebih akan mengkaji dan menyiapkan permendagri supaya
pejabat daerah berkoordinasi dengan aparat intelijen daerah untuk deteksi dini," kata
Tjahjo di Jakarta, Rabu (22/7).
Terkait dugaan kepala daerah dianggap lalai sehingga terjadi insiden yang menyebabkan
satu orang tewas dan belasan luka, serta puluhan kios/rumah dan masjid dibakar,
Mendagri mengatakan pihaknya masih mengkaji peristiwa tersebut.
"Ya ini sedang kami telaah, kelalaiannya dalam apa, kalau bencana alam kan tidak bisa
begitu saja diberikan sanksi, karena kerusuhan sosial juga tidak bisa," katanya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Mayjen TNI Soedarmo
mengatakan Kemendagri sedang mempertimbangkan pengaturan sanksi bagi kepala
daerah karena gagal menjaga keamanan di daerahnya.
Konflik di Tolikara bermula dari adanya surat edaran Pengurus Gereja Injili di Indonesia
(GIdI) Wilayah Tolikara yang melarang umat Islam di sana menggelar Shalat Idul Fitri dan
menggunakan jilbab, berdasarkan peraturan bupati terkait tata cara beribadah. Terkait
akan hal itu, Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Soedarmo mengatakan
peraturan tersebut sudah disetujui oleh DPRD dan bupati setempat.
"Peraturan itu sudah disetujui Bupati dan DPRD di sana, tapi pengajuannya ke Provinsi
(Papua) belum. Peraturan itu kemungkinan dari 2013, makanya ini akan diselidiki lagi
keberadannya," kata Soedarmo ditemui di Gedung Kemendagri Jakarta.
Oleh karena itu, Kemendagri masih menyelidiki perihal keberadaan peraturan tersebut,
apakah tingkatannya peraturan bupati atau peraturan kepala daerah. "Perda itu harus
direvisi, jangan sampai mendiskreditkan dan melanggar hak asasi manhsia. Kalau belum
sah ya jangan dijadikan rujukan," katanya. [Ant/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/mendagri-belum-berencana-beri-sanksi-
bupati-tolikara/91812
[JAKARTA] Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menerima kunjungan Dewan
Syuro Komite Umat Untuk Tolikara, dipimpin Ketua Majelis Syuro, Prof. Dr. Didin
Hafiudin, MSc beserta 12 orang tokoh agama, di kantor Panglima TNI Jl. Merdeka Barat
No 2 Jakarta Pusat, Rabu (22/7).
Dalam acara itu, Panglima TNI didampingi Kabais TNI Mayjen TNI Erwin Syafitri, Asintel
Panglima TNI Mayjen TNI (Mar) M. Faridz Washington, dan Kapuspen TNI Mayjen TNI M
Fuad Basya.
Dalam pertemuan tersebut, Panglima TNI dan Dewan Syuro Komite Umat Untuk Tolikara
membahas tentang penyelesaian insiden yang terjadi di Tolikara, Papua, beberapa waktu
yang lalu.
"Rumah yang terbakar sekitar 70 unit. Kita akan bangun 85 rumah termasuk Masjid yang
terbakar dan sisanya untuk masyarakat sekitar. Yang akan membangun adalah TNI
dalam bentuk Karya Bakti, diharapkan beberapa bulan akan selesai," kata Gatot. [Ant/L-
8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/panglima-tni-terima-dewan-syuro-tolikara/91820
“Kita mau kembangkan e-perda. Jadi semua bisa pantau,” kata Direktur Jenderal (Dirjen)
Otonomi Daerah (Otda) Kemdagri, Sumarsono usai pelantikan pejabat eselon II jajaran
Kemdagri, di Gedung Kemdagri, Jakarta, Rabu (22/7).
“Nanti kita cek apakah ada perda yang bertentangan dengan UU, ada tidak yang
diskriminatif. Kalau ada, kita minta penjelasan. Kemudian kita beri peringatan tertulis,”
ujarnya.
Menurutnya, seluruh perda harus dilaporkan ke Kemdagri. “Dua minggu setelah dibentuk
harus dilaporkan. Kalau tidak dilaporkan, pada saatnya kita akan tahu dengan tim
pemantauan perda. Ada asisten I dan Biro Hukum,” katanya.
“Sanksi terhadap pejabat pemda yang tidak melaporkan tentu peringatan dulu. Kalau
perda sudah dilarang, masih dilanjutkan, kita langsung punishmet,” jelasnya tanpa
menyebut sanksi tegas yang dimaksud.
Terkait adanya perda diskriminatif di Tolikara, Papua, dia menegaskan ketentuan itu
belum dilaporkan. “Belum. Siapa yang bilang berlaku? Kan belum ada pengesahan pusat
(Kemdagri),” pungkasnya. [C-6/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/kemdagri-berencana-kembangkan-e-
perda/91827
Kita dikejutkan oleh insiden Tolikara. Pembakaran kios dan rumah yang kemudian
merembet ke musala oleh sekelompok orang di Distrik Karubaga, Tolikara, Papua,
bertepatan dengan perayaan Idul Fitri 1 Syawal 1436 Hijriah mengusik rasa
kebersamaan kita sebagai bangsa.
Kehidupan harmonis di antara warga bangsa yang majemuk kembali tercabik oleh ulah
sekelompok orang yang bertindak semena-mena kepada sesamanya di Tanah Papua.
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), setiap warga negara berhak
beribadah di mana pun di wilayah negeri ini. Hal itu termaktub dalam UUD 1945.
Dalam kasus Tolikara, kita mengutuk tindakan orang-orang yang tak mengindahkan
amanat konstitusi. Tolikara merupakan bagian dari NKRI, sehingga umat beragama apa
pun berhak menunaikan ibadahnya, termasuk umat Muslim.
Memang ada beberapa versi cerita yang beredar tentang asal-muasal insiden Tolikara.
Dalam pernyataan sikap yang disampaikan Presiden Gereja Injili di Indonesia (GIDI),
pendeta Dorman Wandikmbo, antara lain disebutkan insiden tersebut berawal dari
penembakan aparat keamanan terhadap para pemuda GIDI yang hendak berdiskusi
terkait imbauan yang disebarkan dua minggu sebelumnya agar umat Muslim tak
menggunakan pengeras suara saat salat Idul Fitri. Akibatnya, terjadi amuk massa yang
kemudian membakar kios, lalu merembet ke musala.
Versi lain menyebutkan insiden itu terjadi karena pemberitahuan oleh Badan Pekerja
Wilayah Toli GIDI agar Lebaran (salat Idul Fitri) 17 Juli tidak dilakukan di wilayah
Karubaga, Tolikara, dilanggar. Amuk massa pun akhirnya tak terhindari. Terlepas dari
berbagai versi di masyarakat, yang pasti umat Muslim di Tolikara tak dapat menjalani
ibadah secara leluasa. Dalam kasus ini, ada beberapa hal yang patut disoroti.
Dalam penanggalan nasional, jauh-jauh hari sudah diketahui bahwa Idul Fitri tahun ini
atau 1 Syawal 1436 Hijriah jatuh pada 17 atau 18 Juli 2015. Kalaupun panitia telah
merancang jadwal seminar dan KKR pada 13 Juli sampai 19 Juli 2015, tak ada salahnya
memundurkan jam pelaksanaannya hingga pukul 10.00 WIT, sekaligus memberi
kesempatan kepada umat Muslim melaksanakan salat Idul Fitri yang hanya memerlukan
waktu maksimal dua jam atau akan berakhir pukul 08.00 WIT. Bila itu terjadi, mungkin
insiden tersebut bisa dihindari.
Kedua, imbauan GIDI agar tak menggunakan pengeras suara saat salat. Bahkan, yang
lebih mengerikan adalah beredarnya selebaran yang tidak mengizinkan pelaksanaan
salat Idul Fitri.
Bagi kita, imbauan tersebut tak bijak di tengah heterogenitas warga Tolikara. Proses
ibadah setiap agama berbedabeda dan sebagai sesama warga bangsa kita wajib
menghormatinya. Hal tersebut sudah berlangsung puluhan, bahkan mungkin ratusan
tahun, dan fakta menunjukkan masyarakat Indonesia bisa hidup berdampingan dengan
Pembuat selebaran provokatif harus dimintai keterangan dan tak tertutup kemungkinan
dijerat dengan pasal-pasal dalam KUHP yang mengatur tentang kejahatan terhadap
ketertiban umum. Selain itu, aparat keamanan perlu memperluas penyelidikan tentang
kemungkinan adanya pihak-pihak tertentu yang tidak menginginkan kedamaian di Papua.
Ketiga, minimnya antisipasi aparat keamanan. Lokasi salat Idul Fitri dengan tempat
seminar hanya berjarak 250 meter, sehingga sangat berpotensi memunculkan konflik di
antara dua kelompok massa. Kalaupun lokasi salat tak bisa dipindah, kekuatan aparat
harus ditambah agar konflik bisa dicegah sedini mungkin.
Keempat, perda yang diskriminatif. Insiden di Tolikara juga tak lepas dari adanya
peraturan daerah (perda) 2013 yang hanya mengizinkan pembangunan gereja oleh GIDI,
bukan oleh denominasi lain. Di antara sesama aliran di dalam Kristen pun terjadi
intoleransi, apalagi terhadap agama lain. Perda diskriminatif semacam itu harus dicabut
untuk mewujudkan kesamaan hak di antara semua warga negara.
Insiden Tolikara telah menimbulkan luka di hati umat beragama yang selama ini hidup
toleran. Luka itu harus segera disembuhkan dan tak boleh dibiarkan menyebar ke daerah
lain. Karena itu, semula pihak yang ikut andil dalam kerusuhan --apakah itu pelaku di
lapangan, pihak yang membuat peraturan yang bertentangan dengan Pancasila dan
UUD, aktor intelektual, aparat yang menggunakan peluru tidak pada tempatnya-- harus
diproses secara hukum.
Hanya hukum yang ditegakkan yang bisa menjaga kehidupan bersama yang toleran
sesuai hukum positif yang berlaku. Pejabat di pusat dan daerah, tokoh masyarakat, dan
pemuka agama wajib menggaungkan kembali toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.
Ibarat tanaman, toleransi harus terus disiram dan dipupuk agar senantiasa segar dan
mengharmoniskan kehidupan. ***
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/memupuk-toleransi/91836
[JAYAPURA] Enam pasien insiden Tolikara saat ini masih dirawat intensif di Rumah Sakit
Umum Daerah Dok II Jayapura.Tiga diantaranya akan di operasi Direktur Rumah Sakit
Dok II Jayapura. Ini dikatakan dr Yerry Msen kepada waratawan di RSUD Dok II
Jayapura, Rabu (22/7) sore. Sedangkan satu pasien lainnya yakni Erendius Jikwa,
Kamis (23/7) akan di operasi karena proyektil masih bersarang di tubuhnya.
Dikatakan, enam korban dievakuasi ke Jayapura tanggal 18 Juli, sehari setelah Insiden
Tolikara (17/7). Mereka adalah Gaubuli jikwa (50), Keratus Kogoya (30), Erendius jikwa
(20) yang terkena proyektil di tubuh korban, Perenus Wanimbo (28) dan Anaten Wenda
(31) Yulianus Lambe (28).
Dr Yerry Msen menjelaskan sebenarnya pasien yang dirujuk ke Dok II sebanyak tujuh
orang. Salah seorang di antara pasien mengalami kekurangan darah.
“Jadi sewaktu dirujuk ke Jayapura, korban sudah dalam kondisi yang sangat menurun.
Jadi sebelum sampai di sini. Salah satu korban meninggal Enius Wanimbo meninggal
dunia dalam perjalanan,”kata Yerry.
Dari hasil radiologi, peluru yang bersarang ditubuh korban adalah peluru tajam. “Kalau
kita lihat model/karakteristik luka korban, itu bukan ditembak langsung akan tetapi
pantulan. Dalam artian tembakannya ke bawah dan ke atas. Memang ada benda asing
ditubuh korban. Tetapi masih dalam batas normal,” ujarnya. Enam korban ini dua
menderita luka tembak sedangkan empat lainnya terkena serpihan peluru. Secara umum
kondisi enam pasien dalam kondisi baik dan stabil.
Sementara itu, Asisten II Sekda Papua Elia I Loupatty bersama Asisten Bidang Umum
Sekda Papua Rosina Upessy, Kepala Dinas Sosial dan Pemukiman Provinsi Papua,
Ribka Haluk, Pangdam XVII /Cenderawasih Mayjen TNI Franzen Siahaan bersama
Danrem 172/PWY Kol (Inf) Tri Yuniarto bersama beberapa Asisten Kodam
Cenderawasih dan juga Bupati Tolikara Usman Wanimbo, Rabu sore (22/7) mengunjungi
enam korban luka tembak dan serpihan peluru di RSUD Dok II Jayapura.
Selama melihat kondisi enam pasien, Pangdam, Asisten II Sekda Papua dan Asisten
Bidang Umum, Bupati Tolikara didampingi Direktur Rumah Sakit Yerry Msen, Wakil
Direktur Anthon Mote, serta tim dokter yang menangani para korban dipimpin dr James
Gedy. Sementara itu Bupati Tolikara Usman Wanimbo menegaskan situasi Tolikara
sudah kondusif dan meminta media untuk tidak membesar besarkan masalah ini. [154/N-
6]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/korban-tolikara-terkena-pantulan-peluru-
tajam/91838
Namun, sesuai dengan intruksi dari Presiden Jokowi, pembangunan ruki ditambah 15 lagi
sehingga jumlahnya 75 ruki.
Jadi, 60 ruki nanti untuk masyarakat yang mengalami kebakaran, sementara 15 untuk
masyarakat asli setempat, itu sesuai dengan permintaan presiden,’’ kata Pangdam.
Dikatakan, sampai saat ini, kurang lebih 100 anggota TNI sudah berada di Tolikara.
Mereka akan membantu pemerintah untuk membangun rumah kios di halaman kantor
bupati setempat. Untuk pembangunan mushola sendiri, lanjut Pangdam, akan dibangun
sementara di halaman Koramil Tolikara, sampai menunggu status tanah sudah jelas, apa
milik pemerintah atau masyarakat adat, barulah bisa dibangun mushola yang baru.
[154/N-6]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/bangun-ruki-di-tolikara-presiden-jokowi-bantu-
kodam-rp-1-miliar/91839
[JAYAPURA] Asisten II Sekda Papua, Elia Loupatty minta kepada semua pihak,
khususnya masyarakat di luar Papua untuk tidak asal ngomong (bicara) soal insiden di
Karubaga, Kabupaten Tolikara, beberapa hari lalu. Loupatty menegaskan, Pemerintah
Provinsi Papua sanggup tangani masalah di Tolikara.
"Saya mewakili masyarakat dan Pemerintah Papua nyatakan kita mampu tangani
masalah ini, sebab kejadian pagi, siangnya Forkompinda Papua (Pangdam dan Kapolda)
sudah tiba di Karubaga,’’ tegas Loupatty kepada wartawan di Kantor Gubernur Dok II
Jayapura, Rabu (22/7) siang.
Dikatakan, tokoh agama, masyarakat dan Bupati di Tolikara pun telah membuat
kesepatakan untuk menangani masalah yang terjadi. Puluhan kios yang terbakar segera
dibangun kembali. “Bahkan sekarang sudah ditangani oleh instansi terkait dan anggota
TNI 756/WMS,” katanya.
Oleh karena itu, Loupatty minta kepada media dan masyarakat di luar Papua untuk tidak
mendramatisasi insiden di Tolikara. "Saya harap masalah Tolikara jangan terlalu di
dramatis oleh pihak-pihak yang sangat tidak tahu soal kondisi Papua," tegasnya.
Menurutnya, saat hari raya Idul Fitri 1436 H, seluruh wilayah Papua aman dan dari hasil
monitor, seluruh masyarakat saling mengunjungi satu sama lain, kecuali di Karubaga.
Dan sesuai laporan Wakapolda Papua pada Rapat Forkompinda dengan Mendagri,
Senin (20/7) lalu, kata Loupatty, setelah kejadian itu, situasi di Tolikara sudah aman
kondusif dan tidak perlu dikuatirkan. Oleh sebab itu, Loupatty berharap soal masalah
Tolikara harus diberitakan secara benar dan sesuai kondisi yang ada di lapangan.
“Teman-teman wartawan perlu luruskan masalah ini, dan biar di luar Papua yang tak
tahu masalah, supaya jangan asal ngomong. Karena tidak ada yang mencekam dan
lainnya, di sana (Tolikara) aman-aman saja," ujarnya. [154/N-6]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/jika-tak-tahu-masalah-jangan-asal-ngomong-
soal-tolikara/91841
"Aktivitas warga sudah kembali normal, walaupun para korban kebakaran masih berada
di tenda pengungsian yang dibangun di koramil dan warung atau kios yang tidak terbakar
sudah berjualan," katanya di Jayapura, Kamis (23/7).
Ia mengatakan, pemda akan terus membantu korban kebakaran maupun korban yang
mengalami luka tembak.
Dengan dibantu TNI dan Polri serta warga, pihaknya kini membangun mushala yang
lokasinya dipindahkan ke dekat koramil setempat.
Kios warga yang dibakar juga akan dibangun di kawasan kantor bupati karena lokasi
yang lama tidak jelas kepemilikannya. "Belum jelas kepemilikan tanah dilokasi awal
apakah milik adat atau gereja," kata Bupati Usman Wanikbo.
Menurutnya, di lokasi yang baru akan dibangun kios yang sekaligus bisa dijadikan rumah
sehingga warga tidak lagi kesulitan tempat tinggal.
Sedangkan biaya pengobatan 10 orang yang mengalami luka tembak dan masih dirawat
di RSUD Dok 2 Jayapura dan RSUD Wamena akan ditanggung pemda, demikian Bupati
Tolikara Usman Wanimbo. [Ant/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/aktivitas-perekonomian-di-karubaga-
normal/91860
[JAKARTA] Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso mengklaim institusi sudah
mengantisipasi sebelum terjadinya kerusuhan di Tolikara, Papua pada Jumat (17/7)
melalui koordinasi dengan jajarannya di wilayah tersebut.
"Jajaran BIN itu adalah interpol, TNI, intel Polri, intel lain, sama halnya di Tolikara. Jadi
pada tanggal 11 Juli, ketika ada surat Gereja Injili Di Indonesia (GIDI), langsung kami
sebarkan (jajaran BIN)," kata Sutiyoso saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (23/7).
Dia menjelaskan langkah antisipatif itu dapat dilihat dengan Rapat Koordinasi Kapolres
yang menghadirkan semua pihak seperti perwakilan GIDI dan tokoh agama, kecuali
Muspida.
Dalam pertemuan itu menurut dia dihasilkan dua poin penting, pertama mencabut surat
edaran GIDI karena tidak ditandatangani Presiden GIDI.
"Kedua, semua sepakat agar Solat Idul Fitri tetap dilaksanakan," ujarnya.
Sutiyoso mengatakan penjagaan oleh Polri sudah dilakukan pada tanggal 17/7 namun
jumlahnya hanya 42 orang yang terdiri dari personil Polres, Koramil, dan Batalyon.
Menurut dia saat itu dilakukan penembakan peringatan namun tetap saja terjadi
pelemparan yang dilakukan massa.
"Namun kami akan 'fair' di pihak mana aparat salah, di pihak mana masyarakat salah.
Lalu akan dilihat apakah penembakan itu sudah sesuai prosedur atau belum," katanya.
Dia mengatakan saat ini sedang dilakukan proses penyelidikan terkait insiden tersebut
dan banyak beredar isu provokatif melalui media sosial dan pesan singkat. Sutiyoso
berharap masyarakat tidak terpengaruh adanya isu-isu provokatif tersebut.
Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti mengatakan Kapolres Tolikara baru menerima
informasi terkait surat GIDI pada tanggal 13 Juli 2015 dan langsung berkoordinasi
dengan Presiden GIDI.
Dia menjelaskan dari hasil pertemuan itu, didapatkan jawaban bahwa surat itu tidak resmi
karena tidak ada tanda tangan Presiden GIDI.
"Lalu berkoordinasi dengan Bupati dan Kapolsek menyampaikan bahwa umat Islam
shalat Idul Fitri sampai pukul 08.00 WIT. Jawaban Bupati, masalah ini akan
dikoordinasikan dengan panitia di Tolikara," katanya.
Menurut dia, mendengar jawab Bupati tersebut, Kapolres menghubungi tokoh Islam dan
mempersilakan untuk shalat karena Polri dan TNI akan mengamankan.
Dia mengatakan masa pada pukul 07.00 WIT sudah datang dan minta solat idul fitri
dibubarkan dan Kapolres berusaha negosiasi hingga Pukul 08.00 WIT namun massa
tidak mau.
Badrodin mengatakan semua tembakan mengarah pada kaki namun dirinya tidak tahu
ketika ada massa yang tertembak di bagian pinggul. [Ant/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/bin-klaim-sudah-antisipasi-kerusuhan-
tolikara/91898
[JAKARTA] Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) menegaskan bahwa tidak ada
peraturan daerah (perda) pelarangan pendirian rumah ibadah di Tolikara, Papua.
"Saya kira tidak ada perda pelarangan (pendirian rumah ibadah). Tidak ada perda itu
disitu. Itu hanya surat yang buktinya tetap ada mushala da masjid di situ (Tolikara)," kata
JK di kantor Wapres, Jakarta, Kamis (23/7).
Menurut JK, perda harusnya diusulkan dari Kabupaten ke Gubernur kemudian ke pusat
untuk disahkan. Sehingga, bisa diberlakukan.
Padahal, menurut Bupati Tolikara, Usman Wanimbo, Perda tersebut telah disahkan
DPRD setempat sejak tahun 2013 lalu.
Atas dasar itu, secara tidak langsung, Tjahjo mengatakan bahwa perda tersebut tidak
sah. Sebab, sebuah perda harus mendapat pengesahan dari Kementerian Dalam Negeri
(Kemdagri) setelah disepakati oleh kepala daerah dan DPRD.
"Perda itu sah jika sudah persetujuan Mendagri. Perda yang diputuskan pemerintah
daerah dan DPRD itu harus diserahkan kepada Mendagri untuk cek dan klarifikasi
apakah bertentangan dengan undang-undang serta Pancasila atau tidak. Sepanjang itu
belum ada (pengesahan Mendagri), belum sah itu berarti," tegas Tjahjo usai menghadiri
halal-bihalal presiden dengan kabinet kerja di Istana Negara, Jakarta, Rabu (22/7).
Namun, dengan alasan belum menemukan perda tersebut, Tjahjo mengaku belum bisa
menjatuhkan sanksi administratif kepada aparat pemerintah di daerah, terkait terbitnya
perda Tolikara itu.
Padahal, perda itu diduga sebagai pemicu terjadinya kerusuhan yang menyebabkan 11
orang luka dan satu orang meninggal akibat timah panas aparat di Tolikara, Jumat (17/7)
lalu.
Kemudian, Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan mengatakan semua pihak
untuk menahan diri dan tidak banyak berkomentar perihal insiden Tolikara. Sebab,
berpotensi memperkeruh suasana.
"Saya tidak yakin juga ada perda itu. Repotnya kan orang suka berkomentar pada fakta
belum jelas. Misalnya seperti surat edaran, ternyata belum jelas juga. Jadi, tunggu saja
investigasinya," tegas Luhut, di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Rabu (22/7). [N-8/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/jk-tak-ada-perda-pelarangan-pendirian-rumah-
ibadah/91907
[JAKARTA] Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan kondisi keamanan di Papua
semakin membaik dan damai pascakonflik di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, saat
Idul Fitri 1436 Hijriah.
Menurut Wapres, penegak hukum akan tetap mengusut kasus yang terjadi di Distrik
Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua.
"Siapa yang salah, siapa yang berbuat. Ini harus mendapat suatu sanksi hukum tentu,"
jelas Kalla.
Selain itu, JK mengatakan isu separatisme diPprovinsi Papua dan Papua Barat tidak
mempengaruhi keadaan keamanan masyarakat Papua.
"Bahwa ada saja yang tidak puas, ada saja yang mengisukan. Ya itu memang selalu
timbul tapi tidak mempengaruhi rakyat di sana lah," kata Wapres.
Bupati mengatakan biaya perawatan sepuluh orang korban luka yang masih dirawat di
RSUD Dok 2 Jayapura dan RSUD Wamena akan ditanggung oleh Pemda Papua. [Ant/L-
8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/jk-papua-sudah-membaik/91910
[JAKARTA] Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) mendorong agar insiden di
Tolikara, Papua, diselesaikan melalui proses hukum dan bukan melalui pembalasan di
daerah lainnya.
"Kita selesaikan masalah itu secara hukum. Tidak masalah di sini (Tolikara) kemudian
dibalas di sini (daerah lain), nanti tidak ada habisnya. Kita ini bukan Timur Tengah,
jangan bawa adat timur tengah ke sini (tanah air). Jangan disini bom, disini bom. Kita
negara yang taat pada hukum, siapa yang salah dihukum," tegas JK di kantor Wapres,
Jakarta, Kamis (23/7).
Apalagi, lanjut JK, situasi di Tolikara sudah kembali kondusif dan mulai membangun
kembali. Sehingga, yang harus didorong adalah penyelesaian hukumnya.
"Jadi, secara umum di Papua sudah aman tinggal masalah hukumnya yang tetap harus
jalan. Siapa yang salah, siapa yang berbuat. Ini harus mendapat suatu sanksi hukum
tentu yang salah kan," tegas JK.
Demikian juga, lanjut JK, tuntutan kemerdekaan Papua Barat yang kemungkinan muncul
akibat insiden Tolikara tidak mengancam persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). "Sejak dulu itu (tuntutan kemerdekaan Papua Barat). Bahwa ada saja yang tidak
puas, ada saja yang mengisukan ya itu memang selalu timbul tapi tidak mempengaruhi
rakyat di sana lah (Papua)," ungkap JK.
Seperti diketahui, usai berkunjung langsung ke Tolikara, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti
mengatakan bahwa warga yang tertembak diduga adalah pelaku pelemparan terhadap
warga sedang melaksanakan shalat Ied di Lapangan Koramil di Karubaga.
Namun, Badrodin yang sempat menyebut ada aktor intelektual di belakang kericuhan
tersebut, berjanji jajarannya akan mengungkap kasus sampai tuntas dan menindak tegas
pelakunya. [N-8/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/wapres-dorong-penyelesaian-hukum-tolikara-
bukan-pembalasan/91915
[JAKARTA] Presiden Joko Widodo (Jokowi) petang ini mengundang para tokoh lintas
agama ke Istana Negara.
Lebih dari 20 tokoh berbagai agama hadir dalam pertemuan dengan Presiden. Jokowi
mengingatkan bahwa toleransi adalah hal yang harus dijaga di Indonesia, meskipun
adakalanya muncul masalah dalam keanekaragaman. Namun persaudaraan antaragama
dan antarsuku itu diperjuangkan.
“Dan kita akan terus memperjuangkan persaudaraan dan kerukunan lintas agama di
Tanah Air,” kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Kamis (23/7).
Dalam pertemuan tersebut hadir pula Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Agama
Lukman Hakim Syaifuddin dan Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto.
Soal toleransi dan pentingnya kerukunan kata presiden bukan lagi sekali ini
disampaikannya di depan pimpinan dan pemuka agama.
Dengan wilayah besar mulai Sabang sampai Merauke maka gesekan bisa menjadi
ancaman. Oleh karena itu kata presiden harus segera dipadamkan.
“Peran bapak ibu sebagai ulama dantokoh agama sangat menentukan sekali
memberikan nasehat dan wejangan kepada yang di bawah agar grassroot bisa menjadi
dingin,” kata Jokowi.
Presiden menambahkan untuk kasus Tolikara, Kapolri Badrodin Haiti dan Panglima
Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah turun tangan secara langung dan akan
menindak tegas pelakunya.
“Sehingga siapapun sama di mata hukum, agama apapun (sama di mata hukum),” kata
presiden.
Di antara para tokoh agama terlihat Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama Said
Aqil Siradj dan Ustadz Yusuf Mansur. [ES/L-8]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/presiden-kumpulkan-puluhan-tokoh-agama/91924
[JAKARTA] Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Letjen (Purn) Sutiyoso mengatakan
bahwa jajarannya terus mendalami dugaan adanya keterlibatan pihak luar dibalik insiden
di Karubaga, Tolikara, Papua, pada 17 Juli 2015 lalu.
"Harus cari bukti. Sangat mungkin keterlibatan orang luar," jawab Sutiyoso ketika ditanya
perihal keterlibatan pihak luar dalam insiden Tolikara, di Kompleks Istana Negara,
Jakarta, Kamis (23/7).
Hanya saja, Sutiyoso memerlukan waktu untuk mendalami dugaan keterlibatan pihak luar
tersebut.
Lebih lanjut, mantan orang nomor satu di DKI Jakarta tersebut, tidak menjawab ketika
ditanyakan apakah sudah melaporkan indikasi keterlibatan pihak luar itu kepada Presiden
Joko Widodo (Jokowi).
Seperti diketahui, Kepolisian telah menetapkan dua tersangka dalam insiden yang
berujung pada terbakarnya 63 kios dan mushala di Tolikara, yaitu berinisial AK dan YW.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan keduanya adalah pekerja bank sekaligus
jemaat Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) dan dijadikan tersangka atas dugaan kuat
penghasutan, pengerusakan hingga tindak kekerasan. [N-8/N-6]
Sumber: http://sp.beritasatu.com/home/bin-telusuri-keterlibatan-pihak-luar-dalam-insiden-
tolikara/91930