HUKUM
DISUSUN OLEH :
RUSMAN
B 301 19 105
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
Menjaga Sikap Masyarakat agar Tidak Main Hakim Sendiri atas Tewasnya
Balita Di Poso
warga yang aktif di media sosial untuk tidak main hakim sendiri terhadap setiap
pelaku yang dicurigai atas meninggalnya balita di Poso, Nugi yang ditemukan
Ia pun menegaskan kembali bahwa sampai saat ini belum ada yang ditetapkan
sebagai tersangka. Rentrix berharap kepada seluruh masyarakat untuk tidak lagi
balita Nugi.
Dalam kasus ini kita bisa melihat kasus main hakim sendiri masih sering terjadi
suatu pihak tanpa melewati proses yang sesuai hukum Konformitas sosial merupakan
proses dimana tingkah laku seseorang dipengaruhi atau terpengaruh oleh orang lain
di dalam suatu kelompok. Adapun kelompok ini dapat merupakan kelompok orang
Hal ini sering terjadi dalam situasi main hakim sendiri. Orang-orang yang
Sehingga tanpa berpikir panjang dan karena tindakan main hakim sendiri juga sering
kelompok berbuat demikian, hal itu berarti tindakan tersebut merupakan tindakan
yang benar. Para pelaku main hakim sendiri cenderung berpikir sempit dan
mengakibatkan korban luka ringan, luka berat, bahkan meninggal dunia. Aparat
penegak hukum sebagai aparat yang berwenang menengakkan supremasi hukum juga
harus berperan mencegah tindak pidana main hakim sendiri. Upaya pencegahan yang
dipatuhi;
2. Menjelaskan kepada masyarakat bahwa kekerasan bukan cara yang terbaik
dan seseorang yang melakukan perbuatan main hakim sendiri dapat dipidana;
kedepannya tidak akan lagi terdapat tindakan main hakim sendiri yang dilakukan
oleh masyarakat.
Sebuah kasus yang pernah terjadi di kabupaten poso yaitu seorang laki-laki dan
perempuan itu hamil. Tetpi, laki-laki yang berzina tersebut tidak mau menikahi
perempuan yang dia hamili. Sehingga sesuai dengan ketentuan hukum adat
perempuan tersebut maka laki-laki itu harus dikenakan sanksi yang dalam
Bagi masyarakat adat Pamona, giwu dilihat sebagai reaksi masyarakat terhadap
pelanggaran yang terjadi. Oleh karena itu giwu di tetapkan sesuai dengan
kesepakatan masyarakat adat. Masyarakat adat diwakili oleh lembaga adat yang
kepengurusannya disebut majelis adat. Majelis adat yang kemudian berperan dalam
Dalam kasus yang terjadi di atas maka giwu yang harus dibayarkan oleh laki-
laki tersebut ia harus memberikan seekor kerbau karena mengotori desa/ kampung,
seekor kerbau karena tidak menikahi perempuan itu, dan seekor kerbau lagi jika ia
sehingga ada kesadaran terhadap tindakan atau pekerjaan yang boleh dan tidak boleh
dilakukan, dan ukuran yang dipakai untuk menentukan norma yang berlaku adalah
rasa keadilan masyarakat. Rasa keadilan itu dipandang dalam bingkai kolektifitas
masyarakat, artinya tidak ada tempat bagi keadilan secara individu yang dapat
jika demikian kekacauanlah yang muncul. Oleh karena itu Majelis adat hadir sebagai
kolektif. Rasa keadilan itu selalu berpedoman kepada sintuwu maroso sebagai
falsafah hidup yang berlaku dalam masyarat Pamona karena dalam sintuwu maroso
ada nilai-nilai spiritual yang berlaku yaitu tuwu mombepatuwu (hidup saling
saling menghargai), tuwu malinuwu (hidup subur kekal abadi). Masyarakat adat
Pamona meyakini jika nilai-nilai spiritual itu dilaksanakan maka keadilan kolektif
akan tercapai.
pelanggar memberikan ganti rugi atas pelanggaran mereka.2 Giwu sebagai hukum
restitutif meletakkan nilai tinggi atas individu dalam kaitannya dengan masyarakat
secara keseluruhan dan menghindari perusakan atas aktifitas sosial yang sedang
berjalan. Giwu mengajari pelanggar adat untuk dapat kembali ke masyarakat dengan
cara mendidik dan mereformasi mereka dan upaya ini mengharuskan pelanggar adat
mengganti rugi korban pelanggarannya atas semua kehilangan. Dalam hal ini proses
mendidik dan mereformasi individu berada dalam bingkai menjaga dan memelihara
fakta moral dalam masyarakat Pamona, yaitu sintuwu maroso. Sintuwu maroso dapat
terjaga dan terpelihara apabila tuwu malinuwu, tuwu mombetubunaka, tuwu siwagi
dan tuwu mombepatuwu sebagai nilai spiritual dari sintuwu maroso dapat