Anda di halaman 1dari 3

NAMA : RUSMAN

NIM : B30119105

KELAS : A ANTROPOLOGI

MK : ANTROPLOGI HUKUM

REVIEW JURNAL

Politik Teritorial dan Perampasan Tanah-Hutan Di Desa Lingkar


Judul
Tambang Bijih Besi, Kecamatan Lede, Kabupaten Taliabu, Provinsi
Maluku Utara.

Penulis Rahmat Hidayat

Tahun 2020

Masyarakat adat merupakan kesatuan masyarakat yang tetap dan


Latar
teratur dimana para anggotanya bukan saja terikat pada tempat
Belakang
kediaman suatu daerah tertentu, baik dalam kaitan duniawi sebagai
Maslah
tempat kehidupan maupun dalam kaitan rohani sebagai tempat
pemujaan terhadap roh-roh leluhur (teritorial). Keberlangsungan
hidup, tempat tinggal, dan wilayah teritorial merupakan hal yang
sangat penting bagi masyrakat. Keberadaan PT Adidayah Tangguh
di Kecamatan Lede, Kabupaten Taliabu, Provinsi Maluku Utara
tidak hanya merusak ekosistem yang ada, tetapi juga menjadi
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.

Metode
a) Studi Kepustakaan
Penelitian
b) Observasi Lapangan
Hasil a) Pada bagian pendahuluan jurnal ini penulis berusaha
Pembhasan menjelaskan asal mula dari permaslahan yang terjadi anatara
masyarakat di Kecamatan Lede, Kabupaten Taliabu, Provinsi
Maluku Utara dengan PT Adidayah Tangguh yaitu masalah
lahan. Seperi yang kita ketahui bersama bahwa lahan atau tanah
merupakan satu kesatuan dalam permukaan bumi yang sangat
penting bagi kehidupan mahluk hidup termasuk manusia. Yang
secara fungsionalnya dapat dikatakan sebagai ruang kehidupan
bagi manusia. Dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi jika
sesuatu (lahan) yang telah menjadi milik kita berusaha
dieksploitasi oleh orang-ornag yang lebih mengutamakan
lekayaan diri secara pripadi dari pada keberlangsungan hidup
banyak orang. Tidak ada orang yang hanya diam dan duduk
melihat apa yang menjadi miliknya diambil begitu saja oleh
orang lain, begitulah yang dihadapi oleh masyarakat di
Kecamatan Lede, Kabupaten Taliabu, Provinsi Maluku Utara
berbagai upaya telah mereka lakukan untuk mempertahankan
apa yang menjadi hak dan milik mereka.
b) Sebagai bentuk upaya perlawanan masyarakat melakukan Aksi-
aksi kolektif yang berlangsung tidak saja dalam bentuk gerakan
masyarakat adat, tapi juga menyebabkan terbentuknya front
petani dan aksi bela adat. Pada aksi-aksi yang berlangsung,
masyarakat menampilkan tarian Cakalele, palang adat dan sirih
pinang sebagai simbol keberadaan mereka dan pemerintah harus
mengakui hal tersebut.
c) Dalam artikel ini penulis juga berusaha menjelaskan tentang
peran serta keterlibatan pemerintah dalam maslah ini. Hukum
yang seharusnya menjadi pelindung bagi masyarakat, berbalik
menjasdi dinding pengaman bagi perusahaan. Dalam pasal 18b
ayat (2) UUD 1945 sebenarnya telah dinyatakan bahwa
masyarakat hukum adat suku Mange merupakan subjek hukum
yang memiliki hakhak tradisional yang harus diakui dan
dihormati oleh negara dan pemerintah daerah. Saat keputusan
MK 35 lahir, kemudian memisahkan hutan adat dari hutan
negara dan menjadikan masyarakat adat sebagai subjek hukum,
artinya, tanpa tendeng aling-aling, negara harus mengakui hak
kepemilikan adat suku Mange. Tetapi pada kenyataanya
pengakuan demikian tidak semerta-merta memudahkan mereka.
dalam persoalan klaim kepemilikan bila dihadapkan dengan
perusahaan pemegang HPH ataupun perusahaan tambang yang
diberi Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) dan Izin
Usaha Pertambangan oleh negara dan pemerintah daerah.

Anda mungkin juga menyukai