Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Pembalakan Hutan Secara Liar”


(Illgal Logging)
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Jinayat
Dosen Pengampu : Arief Rohman Arofah, S.sos., MA.Hum

Disusun Oleh :

1. Taufik Iskandar 1921508040


2. May Shola Mega Sari 1921508037

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari makalah ini adalah ‘’Pembalakan Hutan Secara Liar (Ilegal
Logging)’’.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah Fikih Jinayat yang telah memberikan tugas kepada kami.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah kami jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang
baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami
harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak
lain yang berkepentingan pada umumnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.

Samarinda, 13 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian Illgal Logging .................................................................. 3
B. Sebab Melakukan Illgal Logging ...................................................... 3
C. Upaya Mengatasi Illegal Logging ..................................................... 5
D. Penegakan Hukum terhadap Illegal Logging .................................. 6
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 9
A. Kesimpulan ......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara agrasif, yang mana terdiri dari
daratan dan perairan yang luas. Indonesia memiliki banyak sekali pulau-
pulau yang dipisahkan oleh lautan. Indonesia dari dulu terkenal
merupakan daerah yang subur (daratan). Banyak sekali daerah daratan
daripada negara kita ini yang dimanfaatkan sebagai daerah pertanian dan
juga perkebunan, hal ini karena daratan Indonesia terkenal subur sehingga
baik untuk dikembangkannya sector tersebut. Namun semakin hari
keadaan negeri kita semakin banyak mengalami perubahan. Seiring
dengan perkembangan teknologi industry, banyak lahan-lahan pertanian
dan perkebunan yang subur dibangun diatasnya pabrik-pabrik industry
dan juga perkotaan.1
Krisis lingkungan hidup yag dihadapi manusia modern merupakan
akibat langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang ‘’nir-etik’’.
Artinya, manusia melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir
tanpa peduli pada peran etika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
krisis ekologis yang dihadapi umat manusia berakar dalam krisis etika
atau krisis moral. Umat manusia kurang peduli pada norma-norma
kehidupan atau mengganti norma-norma yang seharusnya dengan norma-
norma ciptaan dan kepentingannya sendiri.2 Manusia modern
menghadapi alam hampir tanpa merasa bersalah. Akibatnya terjadi
penurunan secara drastic kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya
sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas
alam.

1
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Menurut Al-Qur’an, Cet. 1, (Jakarta timur : Dia dit Media,
2007), hal. 1
2
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Kerusakan hutan,
Pasal 1

1
Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai
masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia. Kiranya
tidak salah jika manusia dipandang sebagai kunci pokok dalam
kelestarian maupun kerusakan lingkungan hidup yang terjadi. Bahkan jika
terjadi kerusakan dalam lingkungan hidup tersebut, YB Mangunjiya
memandangnya sebagai oposisi atau konflik antara manusia dan alam.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dari Illegal Logging?
2. Apa saja penyebab melakukan illegal logging?
3. Bagaimana upaya mengatasi illegal logging?
4. Bagaimana penegakan hukum terhadap illegal logging?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu illegal logging !
2. Untuk mengetahui sebab melakukan illegal logging!
3. Untuk mengetahui Upaya mengatasi illegal logging!
4. Untuk Mengetahui penegakan hukum illegal loging!

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Illegal Logging


Pembalakan Liar (Illegal Logging) adalah kegiatan penebangan,
pengangkutan, dan penjualan kayu yang tidak sah atai tidak memiliki
izin dari otoritas setempat. Pembalakan liar liar dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan atau pribadi-pribadi yang membutuhkan.
Pohon-pohon ditebang dengan seenaknya untuk keperluan pribadi dan
tanpa ijin, membuka hutan dan menguras habis isinya,3 dan tanpa
menanam kembali hutan untuk kelestarian selanjutnya. Pada dasarnya
hubungan yang terjalin antara manusia dan alam dapat dibagi menjadi
hubungan manusia dengan alam yang merusak atau merugikan dan yang
menguntungkan atau dengan kata lain ada yang negative dan positif.
Illegal Logging atau pembabatan hutan secara liar merupakan salah satu
contoh hubungan yang merusak lingkungan atau alam. Penebangan
Hutan secara illegal (illegal logging) adalah persoalan klasik bagi
masyarakat Indonesia. Setiap hari, kegiatan tersebut marak dilakukan di
sejumlah kawasan hutan dengan diketahui petugas instansi berwenang,
aparat dan masyarakat setempat. Meskipun berkali-kali diberitakan
bahwa penertiban terus diupayakan, namun penebangan dan kerusakan
hutan semakain merajalela.

B. Sebab Melakukan Illegal Logging


Terjadinya kegiatan penebangan liar didasari oleh beberapa
permasalahan yang terjadi, yaitu :
a. Masalah social dan ekonomi
Sekitar 60 juta rakyat Indonesia sangat tergantung pada
keberadaan hutan, dan pada kenyataannya sebagian besar

3
Aji Prasetyo Pujiyono dan Amiek Soemarni, Penegakan Hukum Tindak Pidana Pembalakan Hutan
di Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013, hal 2.

3
mereka hidup dalam kondisi kemiskinan. Selain itu, akses
mereka terhadap sumber daya hutan rendah. Kondisi kemiskinan
tersebut kemudian dimanfaatkan oleh pemodal yang tidak
bertanggung jawab, yang menginginkan keuntungan cepat
dengan menggerakan masyarakat untuk melakukan penebangan
liar. 4
b. Kelembagaan
Sistem pengusahaan melalui HPH telah membuka celah-
celah dilakukannya penebangan liar, disamping lemahnya
pengawasan instansi kehutanan. Selain itu penebangan hutan
melalui pemberian hak penebangan hutan skala kecil oleh daerah
telah menimbulkan peningkatan fragmentasi hutan.5
c. Lemahnya koordinasi
Kelemahan koordinasi antara lain terjadi dalam hal
pemberian ijin indsutri pengelolaan kayu antara instansi
perindustrian dan instansi kehutanan serta dalam hal pemberian
ijin ekspolasi dan ekspoitasi pertambangan antara instansi
pertambangan dan kehutanan.6 Koordinasi juga dirasakan
kurang dalam hal penegakan hukum antara instansi terkait,
seperti kehutanan, kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.
d. Lemahnya Komitmen dan Lemahnya Law Enforcement
Rendahnya komitmen terhadap kelestarian hutan
menyebabkan aparat pemerintah, baik pusat maupun daerah,
eksekutif, legislative dan yudikatif, banyak terlibat dalam praktek
KKN yang berkaitan dengan penebangan secara liar. Penegak
hukum bisa ‘’dibeli’’ sehingga para actor pelaku pencurian kayu,
khusunya para cukong dan penadah kayu curian dapat terus lolos
dari hukuman.

4
Aji Prasetyo dan Amiek soemarni, Ibid, hal 17-20
5
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013, Pasal 82.
6
Jimly Asshiddiqie, Pembangunan Hukum dan Penegakan Hukum Di Indonesia, Disampaikan pada
acara menyoal Moral Penegak Hukum.

4
C. Upaya Mengatasi Illegal Logging
Penanggulangan illegal logging tetap harus diupayakan hingga
kegiatan illegal logging berhenti sama sekali sebelum habisnya sumber
daya hutan dimana terdapat suatu kawasan hutan tetapi tidak terdapat
pohon-pohon di dalamnya. Penanggulangan illegal logging dapat
dilakukan melalui kombinasi dari upaya-upaya pencegahan (preventif),
Penaggulangan (represif) dan upaya monitoring (deteksi).
1. Deteksi terhadap adanya kegiatan penebangan liar.
Kegiatan-kegiatan deteksi mungkin saat ini telah dilakukan,
namun walaupun diketahui atau ada dugaan terjadi kegiatan illegal
logging tindak lanjutnya tidak nyata. Meski demikian aksi untuk
mendeteksi adanya illegal logging tetap harus terus dilakukan,
namun harus ada komitmen untuk menindak lanjuti dengan proses
penegakan hukum yang tegas dan nyata di lapangan. Kegiatan
deteksi dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a) Deteksi secara makro, misalnya melalui potret udara.
b) Deteksi di sepanjang jalur-jalur pengangkutan.
c) Menerima dan meninjak lanjuti adanya informasi dari
masyarakat.
d) Pemeriksaan dokumen perlu dilakukan lebih intensif.7
2. Tindak prefentif untuk mencegah terjadinya illegal logging
Tindakan prefentif merupakan tindakan yang berorientasi ke
depan yang sifatnya strategis dan merupakan rencana aksi jangka
mencegah dan jangka panjang, namun harus dipandang sebagai
tindakan yang mendesak untuk segera dilaksanakan.
3. Tindakan Supresi (represif)

Tindakan represif merupakan tindakan penegakan hukum mulai


dari penyelidikan sampai ke pengadilan. Untuk itu harus ada

7
Handi Fahmi, Fikih lingkungan dalam prespektif Islam, dalam http://kalsel, muhammadiyah,
diakses Maret 2020.

5
kesamaan persepsi antara masing-masing unsur penegak hukum
yaitu penyidik (polri), jaksa penuntut dan hakim. Karena besarnya
permasalahan illegal logging, tindakan represif harus mampu
menimbulkan efek jera sehingga pemberian sanksi hukum harus
tepat..

D. Penegakan Hukum Terhadap Penebangan Hutan Secara Liar


Dalam kedudukannya sebagai salah satu penentu system penyangga
kehidupan, hutan telah memberikan berbagai manfaat yang besar bagi
umat manusia,. Hutan mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu :8
1. Hutan Koservasi, yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok pengawetan keaneka ragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistem didalamnya.
2. Hutan Lindung, yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai pelindung kehidupan dan untuk tata air, mencegah bencana
alam seperti banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut
dan memelihara kesuburan tanah.
3. Hutan Produsi merupakan kawasan/areal hutan yang dipertahankan
sebagai kawasan hutan yang berfungsi untuk menghasilkan hasil
hutan bagi konsumsi masyarakat, industr6ndustryspor.9

Adapun yang dimaksud dengan pelaku adalah orang yang


melakukan tindak pidana yang bersangkutan, dalam arti orang yang
dengan suatu kesengajaan atau suatu tidak kesengajaan seperti yang
diisyaratkan oleh Undang-Undang telah menimbulkan suatu akibat
yang tidak dikehendaki oleh Undang-Undang, hak itu merupakan
unsur-unsur subyektif maupun unsur-unsur obyektif. Melihat
batasan dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa orang yang dapat

8
Satjipto Rahardjo, masalah penegakan hukum suatu tinjauan sosiologis, Sinat Baru Bandung, 1993,
hal. 15.
9
Bambang purnomo, kapasitas selekta hukum pidana, (Prestasi Pustaka Raya Jakarta : 1998), hal
60.

6
dinyatakan sebagai pelaku tindak pidana, dapat dikelompokkan
dalam beberapa macam antara lain10 :
a. Orang yang melakukan (deader plagen)
Orang ini bertindak sendiri untuk mewujudkan segala maksud
suatu tindak pidana.
b. Orang yang menyuruh melakukan
Dalam tindak pidana ini perlu paling sedikit dua orang, yakni
orang yang menyuruh melakukan dan orang yang melakukan,
jadi bukan pelaku utama yang melakukan tindak pidana, tetapi
dengan bantuan orang lain yang hanya merupakan alat saja.
c. Orang yang turut melakukan (mede olagen)
Turut melakukan artinya disini ialah melakukan bersama-sama.
Dengan tindak pidana ini perlunya paling sedikit harus ada dua
orang yaitu melakukan (dender plagen) dan orang turut
melakukan (mede plagen).

Kemudian cara lain dari penegakan hukum terhadap pelaku


penebangan hutan yaitu dengan cara sebagai berikut :11

1. Membuat pemberitahuan berupa himbauan, seperti contoh


sepanduk agar setiap masyarakat yang melihat dan
membacanya menimbulkan kesadaran untuk tidak
melakukan tindakan penebangan hutan secara liar tersebut.
2. Melakukan razia dadakan minimal 1 kali dalam satu bulan,
baik itu dari masyarakat setempat maupun dari pihak public.
3. Perketat pengawasan dan pengendalian, yang mana peran
aktif dari masyarakat juga sangat diperlukan untuk
mengatasi penebangan hutan liar ini, karena jika hanya

10
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta : Rajawali,
1986), hal. 8.
11
Pengertian Penebangan Hutan Secara Liar, https://id.m. Wikipedia.org/wiki/ pembalakan liar,
diakses pada 4 mei 2020.

7
dilakukan oleh satu pihak tidak menutup kemungkinan
penebangan liar akan terjadi lagi.

Memberikan sanksi kepada pelaku, dengan menindak tegas pelaku


penebangan liar sangat perlu dilakukan untuk memberikan efek jera.
Sanksi yang diberikan bisa berupa peringatan, ancaman, dan hukuman
kurungan penjara. Dengan begitu, penebangan liar akan lebih untuk
diberantas.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penebangan hutan secara illegal (illegal loging) adalah persoalan
klasik bagi masyarakat Indonesia. Setiap hari, kegiatan tersebut marak
dilakukan di sejumlah kawasan hutan dengan diketahui petugas instansi
berwenang, aparat dan masyarakat setempat. Terjadinya kegiatan
penebangan liar didasari oleh beberapa permasalahan yang terjadi, yaitu
masalah social dan ekonomi, kelembagaan, lemahnya koordinasi,
kurangnya komitmen dan lemahnya Law Enforcement.
Penanggulangan illegal logging tetap harus diupayakan hingga
kegiatan illegal logging berhenti sama sekali sebelum habisnya sumber daya
hutan di mana terdapat suatu kawasan hutan tetapi tidak terdapat pohon-
pohon didalamnya. Penaggulangan illegal logging dapat dilakukan melalui
kombinasi dari upaya-upaya pencegahan (preventif), penanggulangan
(represif), dan upaya monitoring (deteksi).

9
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, S. 1997. Etika Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta :


DIKTI.

Bertens, K. 1997. Etika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Fatoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi,


Jakarta : Rineka Cipta.

Haba, John. 2005. Etika Lingkungan. Jakarta : PMB- LIPI

Keraf, A. Sonny. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta : Kompas

Pijiyono, Aji Prasetyo. Dkk. 2013. Penegakan Hukum Tindak Pidana Pembalakan
Hutan Nomor 2.

Purnomo, Bambang. 1998. Kapasitas Selekta Hukum Pidana. Prestasi Pustaka


Raya, Jakarta.
Soerjani, M. 1996. Pembangunan dan Lingkungan. Jakarta : Institut Pendidikan dan
Pengembangan Lingkungan (IPPL).

10

Anda mungkin juga menyukai