Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“LINGKUNGAN”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu : Zaenal Ginan,S.Pd.,MI.Pol

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Adinda Putri Wulandari Utami 215144034

Astafirla Dewinda Sari 215144039

Gusmarzaitun Nursyarifah Rahimi 215144046

Ihwan Husaeni 215144048

Raihan Firdaus Gymnastiar 215144056

Regina Muntaha 215144058

PROGRAM STUDI D4 KEUANGAN SYARIAH

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Illahi Rabbi karena berkat rahmat, dan karunia-
Nya. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah Muhammad
SAW. Kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Hukum Penebangan Hutan Secara
Liar “ dengan baik tanpa menemui kendala yang berarti.

Dalam penulisan makalah ini, kami mencoba memaparkan hasil diskusi dan informasi
dengan kemampuan yang kami miliki. Meski begitu kami menyadari, bahwa pada pembuatan
makalah ini belum mencapai sempurna. Namun demikian, kami yakin bahwa makalah ini
mengandung banyak manfaat bagi kita semua.

Kami menyadari dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari pembaca demi sempurnanya makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat nyata bagi
penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamualaikum. Wr.Wb.

Bandung, 13 November 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................................2
D. Manfaat..............................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Penebangan Hutan Secara Liar..........................4


B. Pengaturan Larangan Penebangan Hutan Secara Liar......................................................4
C. Penerapan Sanksi Bagi Pelaku Penebangan Hutan Secara Liar........................................6
D. Upaya Yang Dilakukan Oleh Kepolisian Dalam Memberantas Terjadinya Penebangan
Hutan Secara Liar..............................................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................................10
B. Saran..................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................11

ii
i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumber oksigen bagi makhluk hidup. Hutan juga
menjadi kawasan tempat tinggal untuk satwa. Hutan juga menjadi sumber pendapatan
bagi manusia dan dapat dimanfaatkan secara lansung untuk kebutuhan ekonomi maupun
kebutuhan sehari-hari seperti menjual hasil hutan atau dijadikan lahan pertanian.
Hutan Indonesia merupakan rumah bagi ribuan jenis flora dan fauna yang banyak
diantaranya adalah endemik di Indonesia. Dalam, kenyataannya pemanfaatan hutan alam
yang telah berlangsung sejak awal 1970-an ternyata memberikan gambaran yang kurang
menggembirakan untuk masa depan dunia kehutanan Indonesia. Terlepas dari
keberhasilan penghasil devisa, peningkatan pendapatan, menyerap tenaga kerja, serta
mendorong pembangunan wilayah, pembangunan kehutanan melalui pemanfaatan hutan
alam menyisakan sisi yang buram. Sisi negatif tersebut antara lain tingginya laju
deforestasi yang menimbulkan kekhawatiran akan tidak tercapainya kelestarian hutan
yang diperkuat oleh adanya penebangan liar (Illegal Logging).
Dalam kehidupan manusia, hutan telah membawa banyak manfaat. Contohnya
mencegah banjir, tanah longsor, menjadi sumber oksigen dan lain sebagainya. Karena
tujuan dan fungsinya yang begitu besar bagi kehidupan manusia, terkadang hutan
disalahgunakan atau digunakan melebihi kebutuhannya sehingga menyebabkan
kerusakan pada hutan. Penyebabnya: tidak ada aturan khusus yang membatasi manusia
untuk mengelola dan menggunakan hutan sehingga manusia dengan bebas
menggunakannya tanpa memperhatikan dampak yang akan terjadi di masa yang akan
datang. Manusia dalam mengelolautan atau lebih tepatnya mengeksploitasi hasil hutan
merupakan sebuah cara yang harus ditangani.
Namun, sayangnya kini banyak manusia yang melakukan penebangan liar atau
illegal logging.Permasalahan penebangan hutan secara liar tidak pernah usai. Setiap hari
manusia menghasilkan kayu dari batang pohon yang ditebang secara liar. Makalah ini
akan membahas mengenai penebangan hutan secara liar dan upaya untuk mencegah
penebangan hutan secara liar. Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan

1
dan Pemberantasan Perusakan Hutan, pembalakan liar melingkupi seluruh kegiatan
pemanfaatan hasil hutan kayu secara ilegal di sepanjang rantai pasokan kayu, mulai dari
kegiatan penebangan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pemasaran, penjualan,
pembelian, hingga pemanfaatan kayu secara ilegal. Sementara itu, penebangan hutan
secara ilegal meliputi penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa izin yang sah atau
dengan izin yang sah namun tidak sesuai dengan ketentuan dalam izin.
Alasan bahwa tindak pidana penebangan liar dapat disebut sebagai kejahatan
berlapis karena kejahatan tersebut bukan hanya semata-mata menyangkut ditebangnya
sebuah pohon secara tidak sah dan melawan hukum. Akan tetapi juga menyebabkan
negara menjadi tidak aman dengan munculnya keresahan masyarakat, tidak
dilaksanakannya kewajiban melakukan perlindungan hutan namun justru melakukan
tindakan merusak, termasuk 2 Ibid, hal 6-7 5 menurunnya daya dukung lingkungan,
rusaknya ekosistem dan hancurnya sistem kehidupan masyarakat lokal yang tidak dapat
dipisahkan dengan hutan itu sendiri. Illegal logging juga dapat disebut sebagai kejahatan
terhadap hakhak asasi manusia, terhadap lingkungan dan terhadap hutan itu sendiri.
B. Rumusan masalah

1. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya penebangan hutan secara liar ?
2. Apa saja aturan larangan penebangan hutan secara liar ?
3. Apa saja penerapan sanksi bagi pelaku penebangan hutan secara liar ?
4. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh kepolisian dalam memberantas terjadinya
penebangan hutan secara liar ?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya penebangan hutan secara liar.
2. Untuk mengetahui pengaturan larangan penebangan hutan secara liar.
3. Untuk mengetahui penerapan sanksi bagi pelaku penebangan hutan secara liar.
4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh kepolisian dalam memberantas
terjadinya penebangan hutan secara liar.

2
D. Manfaat

Makalah ini di harapkan dapat menambah wawasan dalam ilmu hukum pidana,
khususnya berkaitan dengan perkara penebangan hutan secara liar dan di harapkan
memiliki gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan penanganan perkara penebangan
hutan secara liar.
manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan
pengajaran di bidang pendidikan maupun di bidang pengetahuan tentang hukum
lingkungan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Penebangan Hutan Secara Liar

Banyaknya praktik illegal logging di Indonesia bukan tanpa alasan, beberapa faktor yang
mendorong terjadinya praktik illegal logging ini adalah sebagai berikut :
1. Setalah di keluarkannya izin Hak Pengusaan Hutan (HPH) tahun 1980, banyak pengusaha dan
bahkan oknum pemerintah yang nakal baik dalam eksploitasi sumber daya alam atau bahwa
memberikan akses atau "kartu jalan tol" artinya adalah adanya permainan di dalam badan
pemerintah yang tak lain di isi oleh oknum-oknum pemerintah yang tamak dan rakus.
2. Kemiskinan merupakan faktor utama terjadinya pencurian kayu khususnya pada masyarakat
yang tinggal pada sekitar atau di dalam kawasan hutan tersebut. Sehingga mendorong mereka
untuk mencuri kayu di dalam kawasan hutan hanya demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
3. Lemahnya penegakan hukum yang mengatur tentang praktik illegal logging. Akan tetapi
penegakan hukum yang terjadi saat ini di Indonesia adalah hukum yang runcing ke bawah dan
tumpul ke atas. Artinya tidak ada keberpihakan hukum kepada mayarakat kecil, hanya oknum-
oknum nakal dari tataran pemerintah dan pengusaha nakal yang akan lepas dari jeratan hukum,
sedangkan masyarakat yang lemah dan tidak punya kekuatan hukum atas praktik pencurian kayu
atau illegal logging dengan mudah terjerat hukum.
4. Upaya pemberdayaan masyarakat sekitar hutan belum optimal. Dimana masyarakat sekitar
hutan pada dasarnya menggantungkan hidup pada sumber daya hutan.
5. Sistem pengawasan oleh aparatur masih belum berjalan dengan baik. Sehingga apabila terjadi
pelanggaran dan penyimpangan yang dilakukan oleh oknum aparatur tertentu maka akan sulit
untuk ditetapkan sebagai saksi yang jelas.
B. Pengaturan Larangan Penebangan Hutan Secara Liar

Hutan merupakan satu kesatuan dari ekosistem di bumi dengan kawasan lahan yang isinya
sumber alam hayati dengan didominan dari sekelompok alam dilingkungannya, yang tidak akan
bisa terpisahkan satu dengan yang lainnya. Perlindungan kawasan hutan adalah suatu upaya guna
melindungi hutan dari adanya kerusakan dan mengembalikan karakteristik serta fungsi hutan
seperti sediakala. Perlindungan hutan tidak hanya berfungsi mencegah ancaman dari manusia,
tetapi juga dari hama maupun penyakit serta bencana-bencana alam. Perlunya perlindungan
hutan agar tidak terjadinya kerusakan-kerusakan pada hutan. Menjaga kelestarian kawasan hutan,
melestarikan hasil pemanfaatan kawasan hutan serta lingkungan di sekitar hutan, untuk memiliki

4
fungsi produksi, konservasi serta lindung untuk tercapainya tujuan pemerintah secara lestari dan
optimal yang merupakan bentuk dari pelaksanaan perlindungan dari kawasan hutan (Redi, 2015).
Beberapa lembaga dari swasta dan negeri yang bisa melakukan perlindungan terhadap hutan,
sebagai berikut:
a. Pemerintah
Mengatur mengenai perlindungan hutan, baik internal atau didalam hutan maupun eksternal atau
diluar kawasan hutan serta dengan perlindungan dari hutan pada hutan Negara serta pemerintah
sebagai pelaksananya.
b. Izin usaha oleh pemegang izin. Pemanfaatan dari hutan dan pihak-pihak yang menerima
wewenang, yaitu diwajibkan melindungi hutan dalam area kerjanya.
c. Pemegang hak. Dimana ia melakukan perlindungan hutan pada hutan hak (S, 2003)
Usaha-usaha agar melindungi hutan dari kerusakan yaitu tidak melakukan penebangan
hutan secara liar dalam dalil apapun, melakukan reboisasi dan peremajaan tanaman tua,
melakukan tebang pilih, membatasi izin-izin untuk penebangan pohon secara selektif bagi para
pengusaha dimana jika pengusaha melanggar izin maka diberikan sanksi sesuai hukum yang
berlaku.
Hutan perlu dijaga kelestariannya agar hutan tidak mengalami kerusakan, salah satu
perbuatan yang mengakibatkan kerusakan pada hutan yaitu penebangan hutan yang dilakukan
secara liar, larangan-larangan penebangan hutan secara liar terdapat dalam ketentuan Pasal 50
ayat (3) huruf c dan e Undang-undang Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999, Pasal 69 ayat (1) huruf
a Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 12 huruf a, b, dan c,
Pasal 19 huruf b dan c Undang-undang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan nomor
18 Tahun 2013 serta Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang
Perlindungan Hutan.
Penebangan hutan secara liar merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap pelestarian
fungsi hutan, penebangan liar dikatakan pelanggaran karena telah melanggar larangan-larangan
yang telah ditentukan dan melakukan suatu tindakan menurut kehendak sendiri tanpa
memperhatikan peraturan- peraturan yang telah dibuat. Dengan dilanggarnya aturan mengenai
larangan-larangan penebangan pohon di hutan yang dilakukan secara liar tersebut maka tindakan
dari penebangan pohon di hutan yang dilakukan secara liar dapat dikategorikan sebagai bentuk
pelanggaran terhadap pelestarian fungsi hutan yang mana dalam pengaturan larangan-larangan
tersebut di buat agar hutan tidak mengalami kerusakan dan fungsi hutan dapat terlestarikan.
Dengan adanya penebangan hutan secara liar maka akan mengakibatkan tidak terlestarinya
fungsi hutan yang secara tidak langsung mengakibatkan menurunnya fungsi hutan. Hutan
memiliki 3 fungsi yaitu fungsi produksi, fungsi konservasi, dan fungsi lindung. Perlu adanya
suatu pelestarian fungsi hutan agar hutan memberikan banyak manfaat bagi makhluk hidup.
Manfaat hutan yaitu berupa manfaat langsung dan tidak langsung.
a. Manfaat langsung

5
Manfaat langsung adalah manfaat yang dapat dirasakan atau dinikmati oleh masyarakat dengan
cara langsung sehingga akan dapat memanfaatkan dan menggunakan hasil hutan, seperti kayu-
kayu yang merupakan penghasilan utama hutan, serta berbagai hasil panen dari hutan lainnya,
seperti madu alami, getah dari pohon karet, buah-buahan, rotan dan lain sebagainya.
b. Manfaat secara tak langsung
Manfaat yang tak langsung dinikmati oleh mahluk hidup, akan tetapi menikmati
keberadaan dari hutan itu sendiri. Seperti mencegah terjadi erosi, dapat mengatur tata air, dapat
memberikan manfaat di sektor pariwisata, mencegah banjir dan tanah longsor, menambah devisa
lain serta manfaat lainnya.
Menurut Forrest Watch Indonesia (FWI) dalam (Nurdjan, 2008:14), penebangan liar terdiri
atas 2 bentuk, dimana penebangan pohon di hutan yang dilakukan secara liar dilakukan oleh
operator yang sah melanggar ketentuan hukum yang berlaku dalam izin yang sudah dimiliki,
dengan melibatkan para oknum pencuri kayu, dengan menebangi pohon-pohon di hutan oleh para
oknum tersebut yang tidak memiliki izin legal untuk menebangi pohon-pohon di hutan.

C. Penerapan Sanksi Bagi Pelaku Penebangan Hutan Secara Liar

Sanksi merupakan hukuman bagi pelanggar ketentuan undang-undang. Sanksi dapat berupa
sanksi administratif, sanksi perdata dan sanksi pidana (Hamzah, 2008:138). Sanksi-sanksi yang
dikenakan bagi pelaku yang melakukan penebangan hutan secara liar dapat berupa sanksi
perdata, sanksi administratif dan sanksi pidana yang mana diatur dalam Undang-undang
Kehutanan, Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-undang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, dan PP Perlindungan Hutan Nomor 28 Tahun
1985.
Pasal 82 ayat (1) UU No 13 tahun 2013, Orang perseorangan yang dengan sengaja:
a) melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a;
b) melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa memiliki izin yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf
b; dan/atau
c) melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara tidak sah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 huruf c dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 5 (lima) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta
rupiah).
Pasal 82 ayat (2) UU No 13 tahun 2013, dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh orang perseorangan yang bertempat tinggal di dalam dan/atau di
sekitar kawasan hutan, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan dan
paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

6
Pasal 82 ayat (3) UU No 13 tahun 2013, Korporasi yang:
a) Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a
b) Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa memiliki izin yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b
c) Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara tidak sah
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun serta pidana denda paling sedikit
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas
miliar rupiah). Pasal 83 ayat (1) UU No 13 tahun 2013, Orang perseorangan yang dengan
sengaja:
a) memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai, dan/atau memiliki hasil
penebangan di kawasan hutan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf d
b) mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yang tidak dilengkapi secara
bersama surat keterangan sahnya hasil hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
huruf e
c) memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf h dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun serta pidana denda paling sedikit
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
miliar lima ratus juta rupiah).
Sesuai ketentuan pasal tersebut dipertegas siapa-siapa saja yang dapat dimintai
pertanggungjawaban terhadap kerusakan hutan. Yang dapat dimintai pertanggungjawaban
terhadap kerusakan hutan adalah orang atau oknum yang bertanggung jawab atas terjadinya
kerusakan hutan. Penanggung jawab dari perbuatan tersebut diwajibkan menjalankan kewajiban
dengan membayar berupa uang sebagai bentuk ganti kerugian kepada Negara, kemudian uang
tersebut digunakan untuk pemulihan kondisi hutan, tindakan lain yang diperlukan dan untuk
Rehabilitiasi (S, 2003:166). Ganti rugi dengan dibebankan biaya ini bertujuan agar pemegang
izin lebih memperhatikan azas kelestarian lingkungan dan selalu menjaga hutan dan melestarikan
agar tetap menjadi paru-paru dunia.
Lembaga pemerintah yang memiliki wewenang yakni Menteri Kehutanan ataupun Kantor
Wilayah Departemen yang memeiliki wewenang untuk menjatuhkan sanksi administratif seperti
pemegang izin usaha pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa terhadap lingkungan, usaha
pemanfaatan dari hasil hutan atau izin pemungut (S, 2003). Unsur dari pelanggaran sanksi yang
dapat dikenakan sanksi administratif, yaitu:
1. Adanya penyimpangan perbuatan yang melanggar dan menyimpang dari ketentuan yang
berlaku
2. Kewajiban yang telah ditentukan tidak terpenuhi
3. Adanya unsur kelalaian atau kesengajaan dari pemegang Hak Penguasaan atas hutan dan atau

7
eksploitas hutan dari pemegang izin.
Hukuman penjara, kurungan, denda, dan benda yang akan dirampas dimana digunakan untuk
melakukan perbuatan pidana merupakan hukuman atau sanksi yang akan dikenakan kepada
pelaku penebangan pohon di hutan secara liar.

D. Upaya Yang Dilakukan Oleh Kepolisian Dalam Memberantas Terjadinya Penebangan


Hutan Secara Liar

Pada Pasal 1 diatur di angka 2 PP No. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan
adalah: Oleh kuasa Undang-undang dikasi kewenangan polisi khusus yang membidangi
kehutanan sesuai sifat dan pekerjaannya. Pada pasal 1 angka 15 undang-undang Nomor 18
Tahun 2013 yaitu:

1. Melakukan usaha melindungi hutan yang oleh kuasa Perundang-undangan dikasi


kewenangan khusus yang membidangi kehutanan.
Dasar Hukum Polisi Kehutanan, sesuai Undang-undang No. 5 tahun 1967 tentang pokok-
pokok kehutanan dalam pasal 18 ayat 1 adalah: untuk memenuhi kegiatan perlindungan
bagi hutan yang lestari oleh sebab itu diberi kewenangan polisi khusus. Peran dan tugas
polisi hutan atau yang disebut jaga wana di atur pada pasal 16 Undang-undang No. 5
Tahun 1967 tentang pokok kehutanan di ayat 1 yaitu :
a) Menyelenggarakan kunjungan kelapangan wilayah hutan
b) Mengecek surat-surat atau dokumen bersangkutan terhadap hasil dari hutan dan
dikasi
c) Wewenang oleh pejabat untuk diperiksa
d) Menerima aduan dari masyarakat telah terjadi kejahatan atas kawasan hutan.
e) Menyelidiki dan mencari bukti-bukti telah terjadinya kejahatan dibidang
kehutanan.
f) Dalam kegiatan kunjungan dapat pelaku kejahatan terhadap kawasan hutan wajib
menyerahkan kepada penyidik Polri.
g) Wajib membuat laporan bila ada kejahatan dikawasan hutan. Pembalakan liar atau
pembabatan liar yang ada kaitan dengan kegiatan kehutanan dan kekayaan alam
hayati, dan juga industri yang ada kaitan pada hutan dan hasilnya pohon maupun
non pohon (Tacconi, 2007). Kegiatan ini meliputi tindakan yang melanggar hak

8
atas lahan hutan, dalam hal ini pembalakan liar atau pembabatan liar jelas
kegiatan yang tidak sah menurut hukum dan merusak kelestarian kawasan hutan.

Merusak hutan adalah kegiatan, melanggar, atau kegiatan tidak sah melalui kejahatan
tanpa ada izin dari polisi hutan atau pemerintah jelas melanggar peraturan dan perundang-
undangan dengan cara pembabatan liar akan dikenakan sanksi pidana. Sesuai pemantauan
dan tindakan yang ditemukan dilokasi terjadi suatu perkara, dimana dilakukan pembalakan
liar secara tidak sah, melihat kawasan hutan yang sangat luas dan jumlah personel polisi
hutan yang tidak sebanding dengan luasan wilayah, ini bisa dilakukan dengan menjalin suatu
kerja sama dengan warga yang bersandingan langsung dengan kawasan hutan guna bersama-
sama menjaga kelestarian hutan. Hukum kehutanan adalah rangkaian kaidah hukum/norma
hukum baik tidak tertulis maupun yang tertulis. yang tumbuh dan dipertahankan di rangkaian
hutan dan kehutanan (Mar, 1993).

9
BAB III

PENUTUP

E. Kesimpulan

Hukum lingkungan merupakan salah satu bidang ilmu hukum yang mempunyai banyak segi
yaitu segi hukum administrasi, segi hukum pidana, dan segi hukum perdata. pembakaran hutan
pada tahun 1997-1998 yang terjadi di Sumatra, Riau dan Kalimantan yang memusnahkan 11,7
juta hectare hutan Indonesia dan asapnya berhasil menjangkau hampir semua negara ASEAN.
United Nations Environmental Programmes (UNEP) mencatat bahwa “kebakaran ini merupakan
salah satu katastroi lingkungan terbesar di dunia sejak tahun 1950 dan merupakan yang paling
merusak sepanjang sejarah” (among one of the largest environmental catastrophes since 1950
and among the most damaging in recorded history). Di Indonesia sendiri Insiden pembakaran
hutan ini akan diingat sebagai sejarah paling hitam oleh masyarakat Asia Tenggara khususnya
yang berdomisili di Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam. Sayangnya,
pembakaran hutan dalam skala besar masih terjadi sampai sekarang dan asapnya selalu
mengganggu tiga negara jiran Indonesia (Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam). Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana dan RUU KUHP belum memberikan pengaturan khusus
mengenai tindak pidana pembakaran hutan dan lahan. Pengaturan pidana pembakaran hutan dan
lahan secara khusus terdapat pada Pasal 50 ayat (3) huruf d jo Pasal 78 ayat (3) Undang-Undang
No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Pasal 69 ayat (1) huruf h jo Pasal 108 Undang-Undang
No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Pasal 56 ayat
jo (1) Pasal 108 Undang-undang No. 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan dengan rumusan tindak
pidana dan ancaman yang berbeda-beda.

F. Saran

10
Mengingat pentingnya menjaga kelestarian hutan agar tidak terjadinya penebangan hutan
secara liar,maka dari kesimpulan diatas dapat diberikan saran pada masyarakatsebagai berikut :

1. Bagi masyarakat tidak lagi melakukan aktivitas pembalakan hutan karena

akan menimbulkan dampak yang luar biasa bagi lingkungan seperti terjadinya

banjir, longsor, rusaknya sarana prasarana dan lainnya.

2. Bagi pemerintah untuk melakukan pengawasan dan bertindak tegas kepada

masyarakat yang melakukan penebangan liar dan kepada aparat petugas untuk

dapat melakukan fungsinya dengan benar.

3. Bagi masyarakat dan pemerintah untuk dapat bekerja sama dalam menjaga

kelestarian hutan dan lingkungan.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/49554/uu-no-5-tahun-1967
2. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/49554/uu-no-5-tahun-1967
3. https://jurnalhukumku.wordpress.com/2016/08/12/pengertian-hukum-lingkungan/
4. file:///C:/Users/owner/Downloads/40738-102123-1-SM.pdf
5. http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/4784/1/7cef7d2ea04979a3ed37401512b8d1f8.pdf
6. https://dlhk.bantenprov.go.id
7. https://cindyyoelandviolitashut.blogspot.com/2017/08/faktor-faktor-penyebab-illegal-
loging.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai